Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di medulla spinalis (Gillroy, 2002). Neoplasma pada jaringan
otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila
sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer
dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru,
payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.(Mayer.
SA, 2002).
1
INSIDENSI
EPIDEMIOLOGI
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh
tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam
kanalis spinalis. Surveillance Epidemiology & End Result Registry USA
dari tahun 1973-1995 dilaporkan bahwa; setiap tahunnya di USA dijumpai
2
38.000 kasus-kasus baru tumor otak primer, dan pada tahun 2001 dijumpai
lebih dari 180.000 kasus tumor otak, dimana 38.000 diantaranya adalah tumor
primer dengan 18.000 bersifat ganas dan selebihnya, 150.000 adalah tumor
sekunder yang merupakan metastase dari tumor paru, tumor payudara, tumor
prostate dan tumor-tumor lainnya. Insidens tumor otak lebih sering dijumpai
pada laki-laki (6,3 dari 100.000 penduduk) dibanding perempuan (4,4 dari
100.000 penduduk), dengan kelompok usia terbanyak sekitar 65 79 tahun.
(R. Soffieti, 2003).
ETIOLOGI
Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti, walaupun
genetik dan faktor lingkungan dapat berperan dalam perkembangannya.
Faktor resiko meliputi :
a. Faktor Genetik
b. Faktor Lingkungan
3
c. Karakteristik Gaya Hidup
d. Metastase
a. Anatomi
Susunan saraf pusat terdiri dari otak besar (cerebrum), batang otak, otak
kecil (cerebellum) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis) dan
diliputi oleh selaput otak (meningen). Otak dipisahkan oleh fisura media
menjadi dua hemisfer.
4
b. Fisiologi
2). Likuor serebro spinalis (LSS) adalah cairan yang dihasilkan oleh
pleksus choroideus di ventrikel lateral III bervolume 150 ml, (70-80
persen) yang merupakan transudat plasma darah dan sisanya
merupakan filtrasi langsung dari jaringan otak transependim dan
transpial. LSS berfungsi untuk menopang dan bantalan bagi otak,
batang otak serta medulla spinalis, juga bantalan terhadap trauma yang
menimbulkan gaya akselerasi/deselerasi. Disamping itu LSS juga
berfungsi untuk mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme sel saraf,
bahan-bahan toksik yang masuk ke otak lalu diekskresikan ke
pembuluh darah. Komponen LSS pada pleksus khoroideus dengan
5
komponen darah dibatasi Sawar Darah-Liquor (Blood-CSFBarrier)
(Padmosantjojo, Daryo, 2000)
3). Komponen vaskuler yang terdiri dari pembuluh darah besar seperti
arteri carotis interna dan circulus willisi, pembuluh darah sedang dan
arteriole yang merupakan pembuluh darah otak yang sangat berperan
dalam autoregulasi dan berinteraksi dengan tekanan intra cranial serta
dapat mengembang sampai 200-300 persen dari ukuran semula (50
um) sehingga mampu menambah volume darah dari sekitar 150 ml
hingga 400-900 persen.
Apabila terjadi peningkatan volume dari salah satu dari ke tiga komponen
tersebut (darah, LSS dan parenkim), maka tekanan intra kranial akan
meninggi (tekanan normal 10-15 mmHg). Hal ini diakibatkan oleh adanya;
ketidak seimbangan antara volume intra kranial dengan isi kranium.
6
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi volume total dari keseluruhan
komponen intra kranial adalah;
a). Kecepatan terjadinya edema, Translokasi likwor serebro spinalis (LSS)
dan posisi kepala.
b). Tekanan darah arteri rata-rata (mean arterial blood pressure), Pa CO2,
posisi kepala serta obat-obat yang mempengaruhi aliran darah otak.
c). Kecepatan ekspansi dari Massa Butuh Ruang (MBR) atau Space
Occupying Lesion (SOL).
7
PATOFISIOLOGI
Tumor secara langsung dapat memusnahkan sel-sel otak dan secara tidak langsung
memusnahkan sel-sel apabila terjadi peradangan, penyumbatan akibat
pertumbuhan tumor, pembengkakan dan peningkatan tekanan dalam otak (tekanan
intrakranium). Tumor ini dapat menyerang baik serebrum serebelum ataupun
pangkal otak.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.
8
Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih
osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikal lateral ke
ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran, dan menekan saraf otak ketiga.
Pada herniasi serebelum, tonsi serebelum tergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti
pernapasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi) dan
gangguan pernapasan.
MANIFESTASI KLINIS
Tumor otak menunjukan gejala dan tanda baik spesifik maupun nonspesifik.
9
Karena semakin berkembangnya kemampuan CT Scan dan MRI, sekarang
papiledema dapat dilihat pada kurang dari 10% pasien, bahkan ketika
symptoms tekanan intracranial meningkat.
10
LOKASI GEJALA KLINIS
Supratentorial
Lobus Frontal Perubahan kepribadian : apatis, masa bodoh, euforia
Hemiparesis kontralateral
Disfasia ekspresif (hemisfer dominan)
Inkontinensia uri (permukaan medial)
Sindrom foster-kennedy (basis frontal)
Infratentorial
Batang otak Lesi saraf kranial III XII
Lesi traktus motoris dan sensoris
Perburukan tingkat kesadaran
Muntah, Tersedu
Tumor batang otak intrinsik berlawanan dengan yang
ekstrinsik, lebih sering menimbulkan tanda traktus panjang
(motor dan sensori) pada awal perjalanan penyakit.
11
KLASIFIKASI
Pada tahun 1993 memberikan klasifikasi baru yang lebih lengkap mengenai
neoplasma pada system saraf pusat. Klasifikasi tumor otak berdasarkan pada
asal masing-masing tipe sel yang spesifik yang tumbuh secara abnormal.
Perkembangan sifat tumor berkaitan dengan tipe sel dasar tumor, klasifikasi
tumor menentukan terapi dan prognosis. Sistem WHO yang baru bermanfaat
dalam hal ini dengan beberapa pengecualian misalnya semua atau hampir
semua gemistocyt astrocytoma merupakan bentuk anaplastik dan memacu
menjadi grade III atau grade IV yang lebih baik dari pada grade II). Klasifikasi
WHO juga memberikan system grading secara paralel untuk setiap tipe tumor.
Dalam system grading ini kebanyakan dinamakan tumor-tumor dengan grade
tunggal. Klasifikasi WHO yang baru memberikan standar untuk komunikasi
diantara perbedaan pusat-pusat di USA dan diseluruh dunia.
12
d) Pilocytic astrocytoma [non-invasive, WHO grade I]
i) hemispheric
ii) diencephalic
iii) optic
iv) brain stem
v) cerebellar
e) Subependymal giant cell astrocytoma [non-invasive, WHO grade I]
f) Pleomorphic xanthoastrocytoma [non-invasive, WHO grade I]
2) Oligodendroglial tumors
a) Oligodendroglioma (WHO grade II)
b) Anaplastic (malignant) oligodendroglioma (WHO grade III)
3) Ependymal cell tumors
a) Ependymoma (WHO grade II)
i) variants: cellular, papillary, epithelial, clear cell, mixed
b) Anaplastic ependymoma (WHO grade III)
c) Myxopapillary ependymoma
d) Subependymoma (WHO grade I)
4) Mixed gliomas
a) Mixed oligoastrocytoma (WHO grade II)
b) Anaplastic (malignant) oligoastrocytoma (WHO grade III)
c) Others (e.g. ependymo-astrocytomas)
5) Neuroepithelial tumors of uncertain origin
a) Polar spongioblastoma (WHO grade IV)
b) Astroblastoma (WHO grade IV)
c) Gliomatosis cerebri (WHO grade IV)
6) Tumors of the choroid plexus
a) Choroid plexus papilloma
b) Choroid plexus carcinoma (anaplastic choroid plexus papilloma)
7) Neuronal and mixed neuronal-glial tumors
a) Gangliocytoma
b) Dysplastic gangliocytoma of cerebellum (Lhermitte-Duclos)
c) Ganglioglioma
13
d) Anaplastic (malignant) ganglioglioma
e) Desmoplastic infantile ganglioglioma
i) desmoplastic infantile astrocytoma
f) Central neurocytoma
g) Dysembryoplastic neuroepithelial tumor
h) Olfactory neuroblastoma (esthesioneuroblastoma)
i) variant: olfactory neuroepithelioma
8) Pineal Parenchyma Tumors
a) Pineocytoma
b) Pineoblastoma
c) Mixed pineocytoma/pineoblastoma
9) Tumors with neuroblastic or glioblastic elements (embryonal tumors)
a) Medulloepithelioma
b) Primitive neuroectodermal tumors with multipotent differentiation
i) medulloblastoma
(1) variants: medullomyoblastoma, melanocytic medulloblastoma,
desmoplastic medulloblastoma
ii) cerebral primitive neuroectodermal tumor
c) Neuroblastoma
i) variant: ganglioneuroblastoma
d) Retinoblastoma
e) Ependymoblastoma
14
3) Germ Cell Tumors
a) Germinoma
b) Embryonal carcinoma
c) Yolk sac tumor (endodermal sinus tumor)
d) Choriocarcinoma
e) Teratoma
f) Mixed germ cell tumors
4) Tumors of the Meninges
a) Meningioma
i) variants: meningothelial, fibrous (fibroblastic), transitional
(mixed), psammomatous, angiomatous, microcystic, secretory,
clear cell, chordoid, lymphoplasmacyte-rich, and metaplastic
subtypes
b) Atypical meningioma
c) Anaplastic (malignant) meningioma
5) Non-menigothelial tumors of the meninges
a) Benign Mesenchymal
i) osteocartilaginous tumors
ii) lipoma
iii) fibrous histiocytoma
iv) others
b) Malignant Mesenchymal
i) chondrosarcoma
ii) hemangiopericytoma
iii) rhabdomyosarcoma
iv) meningeal sarcomatosis
v) others
c) Primary Melanocytic Lesions
i) diffuse melanosis
ii) melanocytoma
iii) maliganant melanoma
d) Hemopoietic Neoplasms
15
i) malignant lymphoma
ii) plasmactoma
iii) granulocytic sarcoma
e) Tumors of Uncertain Histogenesis
i) hemangioblastoma (capillary hemangioblastoma)
6) Tumors of Cranial and Spinal Nerves
a) Schwannoma (neurinoma, neurilemoma)
i) cellular, plexiform, and melanotic subtypes
b) Neurofibroma
i) circumscribed (solitary) neurofibroma
ii) plexiform neurofibroma
c) Malignant peripheral nerve sheath tumor (Malignant schwannoma)
i) epithelioid
ii) divergent mesenchymal or epithelial differentiation
iii) melanotic
7) Local Extensions from Regional Tumors
a) Paraganglioma (chemodectoma)
b) Chordoma
c) Chodroma
d) Chondrosarcoma
e) Carcinoma
8) Metastatic tumours
9) Unclassified Tumors
10) Cysts and Tumor-like Lesions
a) Rathke cleft cyst
b) Epidermoid
c) Dermoid
d) Colloid cyst of the third ventricle
e) Enterogenous cyst
f) Neuroglial cyst
g) Granular cell tumor (choristoma, pituicytoma)
h) hypothalamic neuronal hamartoma
16
i) nasal glial herterotopia
j) plasma cell granuloma
17
LOCATION ADULTS CHILDREN
cerebrum meningioma astrocytoma
glioblastoma multiforme ependymoma
astrocytoma
metastatic tumor
pituitary region pituitary adenoma craniopharyngoma
craniopharyngoma optic tract glioma
meningioma pituitary adenoma
cerebellum hemangioblastoma medulloblastoma
cerebellar astrocytoma cerebellar astrocytoma
metastatic tumor ependymoma
cerebellopontine acoustic neurinoma ependymoma
angle meningioma choroid plexus
papilloma
epidermoids
brainstem astrocytoma astrocytoma
glioblastoma multiforme glioblastoma
multiforme
18
Karakteristik Gambaran Jenis tumor
imaging
Menyangat Homogen Juvenile pilocytic astrocytoma
kontras Glioblastoma
Metastasis
Heterogen, ireguler Glioblastoma
Anaplastik astrositoma
Oligodendroglioma
Metastasis
Fokal noduler Oligodendroglioma
Ganglioglioma
19
b. Magnetic resonance imaging (MRI) kepala, dengan atau tanpa kontras
Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan penggunaan cranial MRI.
MRI harus menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda dan gejala
kelainan pada intracranial. MRI menggunakan magnetic field bertenaga untuk
menentukan nuclear magnetic spin dan resonansi yang tepat pada sebuah
jaringan bervolume kecil. Jaringan yang berbeda memiliki nuclear magnetic
spin dan resonansi yang berbeda pula.
Pemeriksaan khusus lainnya tergantung jenis tumor. Dapat meliputi satu atau lebih
pemeiksaan dibawah ini :
Jangan lakukan punksi lumbal (selain bersifat nondiagnostik, juga terdapat resiko
yang signifikan untuk terjadinya "herniation" atau "coning")
MANAJEMEN
Pengobatan pada brain tumor dapat berupa initial supportive dan definitive
therapy.
a. Supportive Therapy
Supportive treatment berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan
fungsi neuroligik pasien. Supportive treatment yang utama digunakan adalah
anticonvulsants dan corticosteroid.
20
Anticonvulsants
Anticonvulsants diberikan pada pasien yang menunjukan tanda-tanda seizure.
Phenytoin (300-400mg/d) adalah yang paling umum digunakan, tapi
carbamazepine (600-1000mg/h), Phenobarbital (90-150mg/h), dan valproic
acid (750-1500mg/h) juga dapat digunakan.
Corticosteroids
Corticosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangi tekanan
intracranial.Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat. Dexamethasone
adalah corticosteroid yang dipilih karena aktivitas mineralocorticoid yang
minimal. Dosisinya dapat diberikan mulai dari 16 mg/h, tetapi dosis ini dapat
ditambahkan maupun dikurangi untuk mencapai dosis yang dibutuhkan untuk
mengontrol gejala neurologik.
b. Definitive Therapy
Definitive treatment intracranial tumor meliputi pembedahan, radiotherapy,
kemoterapi dan yang sedang dikembangkan yaitu immunotherapy.
Pembedahan
Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan pembedahan
yang dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir resiko deficit neurologic
setelah operasi. Tujuan pembedahan : (1) menghasilkan diagnosis histologic
yang akurat, (2) mengurangi tumor pokok, (3) memberikan jalan untuk CSF
mengalir, (4) mencapai potensial penyembuhan.
Terapi Radiasi
Terapi radiasi memainkan peran penting dalam pengobatan brain tumor pada
orang dewasa. Terapi radiasi adalah terapi nonpembedahan yang paling efektif
untuk pasien dengan malignant glioma dan juga sangat penting bagi
pengobatan pasien dengan low-grade glioma.
Kemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam treatment pasien dengan
malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata pertahanan
21
semua pasien, tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya bertahan lebih lama
dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi. Kemoterapi juga tidak
berperan banyak dalam pengobatan pasien dengan low-grade astrocytoma.
Sebaliknya, kemoterapi disarankan untuk pengobatan pasien dengan
oligodendroglioma.
Imunoterapi
Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang masih perlu diteliti lebih lanjut.
Dasar pemikiran bahwa sistem imun dapat menolak tumor, khususnya
allograft, telah didemonstrasikan lebih dari 50 tahun yang lalu. Hal itu hanya
sebuah contoh bagaimana sistem imun dapat mengendalikan pertumbuhan
tumor. Tumor umumnya menghasilkan level protein yang berbeda
(dibandingkan protein normal) disekitar jaringan, dan beberapa protein
mengandung asam amino substitusi atau deletions, atau mengubah
phosphorylation atau glycosylation. Beberapa perubahan protein oleh tumor
sudah mencukupi bagi sistem imun untuk mengenal protein yang dihasilkan
tumor sebagai antigenik, dan memunculkan imun respon untuk melawan
protein-protein tersebut.
PROGNOSIS
Tergantung jenis tumor spesifik. Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita
kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik
ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya
tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita
meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
Tabel 4. Rata-rata lama bertahan hidup pada berbagai jenis tumor otak
22
Tumor type Median survival
Glioblastoma multiforme 12 bulan (1.0 tahun)
Anaplastic astrocytoma 25 bulan (2.1 tahun)
Astrocytoma (low grade) 95 bulan (7.9 tahun)
Oligodendroglioma 74 bulan (6.2 tahun)
Mixed glioma 65 bulan (5.4 tahun)
Medulloblastoma 109 bulan (9.1 tahun)
Brain stem tumors 9 bulan (0.8 tahun)
Pineal region tumors 60 bulan (5.0 tahun)
KESIMPULAN
MRI dan CT Scan dapat digunakan dalam penegakan diagnosis pada brain tumor.
MRI lebih dianjurkan untuk digunakan daripada CT Scan karena low-grade tumor
pada posterior fossa dapat terlewatkan oleh CT Scan.
Pengobatan brain tumor dapat berupa initial supportive dan definitive therapy.
Supportive treatment berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan fungsi
neuroligic pasien sedangkan Definitive treatment intracranial tumor meliputi
23
pembedahan, radiotherapy, chemotherapy dan yang sedang dikembangkan yaitu
immunotherapy.
DAFTAR PUSTAKA
Curr Top Med Chem. 2005. 5(12) : 1151-1170. Combining Cytotoxic and
Immune-Mediated Gene Therapy to Traet Brain Tumors.
24