Tugas UTS
Tugas UTS
Disusun oleh :
Sejumlah rumah sakit ditelepon, namun tak ada satupun yang fasilitas PICU-nya kosong.
Henny mengunggah status di Facebook dan menghubungi teman-temannya untuk minta
dicarikan rumah sakit. Pada pukul 09.00 WIB orangtua Debora mendapat kabar bahwa RS
Koja yang memiliki PICU, bersedia menampung anaknya. Namun, ketika dokter dari RS Mitra
Keluarga Kalideres menghubungi rumah sakit RS Koja, kondisi Debora makin memburuk. Tak
lama kemudian bayi berusia 4 bulan itu meninggal dunia. Mereka membawa pulang Debora
dan menguburkan anak kelimanya itu untuk selamanya. Kisah Henny ini sempat viral di media
sosial. Henny mengaku tak mengharapkan apa-apa, selain berharap tak ada Debora-Debora
lainnya. Direktur RS Mitra Keluarga Fransisca Dewi menjelaskan pihaknya sudah melakukan
penanganan untuk kondisi emergency. Namun untuk masuk ke ruang PICU memang harus
dikomunikasikan terlebih dulu karena biayanya sangat mahal. Jadi alangkah lebih baik kalau
dirujuk ke RS yang bekerja sama dengan BPJS supaya tidak terbebani biaya, ujar Fransisca
Dewi di kantor Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada Senin (11/9/22017). Kepala Dinas
Kesehatan Jakarta Koesmedi Priharto dan Fransisca Dewi berbicara dengan wartawan
menjelaskan kasus bayi Debora.
KAJIAN MASALAH
Rumah Sakit
Pasal 2
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas
Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
(2) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
b. praktik dokter;
(3) Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. klinik utama atau yang setara;
b. rumah sakit umum; dan
c. rumah sakit khusus.
Pasal 3
(1) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif.
(2) Pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan
Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi
pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal diperlukan pelayanan penunjang selain pelayanan penunjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat diperoleh melalui rujukan ke fasilitas penunjang lain.
Dokter
Secara operasional, definisi Dokter adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang
menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah
kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis
kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam
koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan
prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional,
hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi dasar
kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran.
Kewajiban Umum
Pasal 1
Pasal 2
Seorang dokter senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi
yang tertinggi.
Pasal 3
dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis mau
pun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih sayang
(compasion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatannya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memerhatikan kepentingan masyarakat
dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya
serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterrampiannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
beehubungan dengan kekuarga dan penasihatnya dalam beribadat dan / atau dalam masalah
lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali jika ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal 14
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawatnya.
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran / kesehatan.
Pasien
HAK PASIEN
1. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar.
3. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya.
4. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri
dari kontrak terapeutik.
8. Dengan persetuuan pasien dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan, dan
dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau
pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut.
11. Berhubungan dengan keluarga, penasihat, atau rohaniwan, dan lain-lain yang
diperlukan selmaa perawatan di rumah sakit.
4. Menandatangani surat-surat PTK, surat jaminan dirawat di rumah sakit, dan lainnya
6. Melunasi biaya perawawtan di rumah sakit, biaya pemeriksaan, dan pengobatan serta
honorarium dokter
ANALISIS MASALAH
Dalam kasus bayi debora tersebut terdapat beberapa kesalahan yang terjadi dalam
penanganan kesehatan. Kesalahan yang saya lihat yaitu dari tiga pihak, pihak rumah sakit,
pihak dokter dan pihak pasien.
Pihak rumah sakit telah menunjukan pelayanan yang tidak baik menurut Kemenkes
pada pasal 3 ayat 3-4 bahwa, dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana
penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang. (4) Dalam hal diperlukan
pelayanan penunjang selain pelayanan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
diperoleh melalui rujukan ke fasilitas penunjang lain. Yang secara rinci tidak membangun
relasi atau jejaring dengan rumah sakit lain yang mengakibatkan pasien mencari jejaring sendiri
melalui sosial media. Pihak rumah sakit juga tidak dengan segera memberi rujukan kepada
pasien yang mengarah ke rumah sakit lain dengan pengantaran dengan ambulance. Pihak
rumah sakit juga baik sengaja maupun tidak telah melanggar hak pasien ayat 1 ang berbunyi
hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar, secara tidak
langsung bayi debora meninggal dunia secara tidak wajar, dikarenakan tidak mendapat
penanganan medis dari rumah sakit secara cepat.
Pihak dokter telah melanggar pasal 13 kode etik kedokteran bahwa, setiap dokter wajib
melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali jika ia yakin ada
orang lain bersedia dan mampu memberikannya juga pada kasus tersebut tidak dijelaskan
terhadap peran dokter sepenuhnya akan tetapi dokter bila melihat kejadian tersebut setidaknya
memberikan pertolongan lanjutan.
Pihak pasien telah melanggar kewajiban pasien ayat 6 yang berbunyi melunasi biaya
perawawtan di rumah sakit, biaya pemeriksaan, dan pengobatan serta honorarium dokter.
Diawal kasus ini memang bermula pada pihak pasien yang tidak dapat membayar seluruh
perawatan bayi debora secara tepat waktu, sehingga entah disengaja maupun tidak pihak rumah
sakit melanggar hak pasien ayat 1 tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Terdapat banyak kekurangan yang ada dalam kehidupan, baik secara disengaja maupun
tidak. Seperti pada kasus ini, kurang sigapnya penanganan rumah sakit terhadap pasien yang
kurang mampu atau pasien yang mengalami keterlambatan pembayaran yang mengakibatkan
seorang bayi meninggal dunia. Kurang perhatiannya dokter sekitar dalam melihat seseorang
yang sakit di area tersebut menjadi nilai kurang tambahan untuk rumah sakit tersebut. Pasien
juga mengalami kekurangan, yaitu kurang tepat waktu dalam pembayaran, akan tetapi berita
tersebut menitih beratkan pada pelayanan rumah sakit yang sekiranya seolah-olah membiarkan
nyawa seorang bayi terbuang secara sia-sia.
SARAN
Depkes.go.id
Unit Biotik dan Umaniora Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 2008,Kajian
Bioetika 2005,Surabaya : Airlangga University Press