Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN STUDI MASALAH

Disusun oleh :

Dymarda Indra S. M. 20171880009

PROGRAM STUDI S-1 KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


2017
MASALAH

Kronologi Meninggalnya Bayi Debora

Bisnis.com, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan


sikapnya dalam kasus meninggalnya bayi Debora atau Tiara Debora Simanjorang karena tidak
langsung ditangani oleh Rumah Sakit Mitra Keluarga di kawasan Kalideres, Jakarta.
Keterlambatan penanganan diduga karena keluarga korban bayi Debora tidak dapat membayar
uang muka biaya pengobatan. Ketua KPAI Susanto menyesalkan peristiwa tersebut mengingat
rumah sakit seharusnya berorientasi pada kebutuhan sosial ketimbang profit. Apalagi, kata
Susanto, negara mengatur secara tegas bahwa semua anak harus dilindungi, termasuk dalam
hal layanan kesehatan dalam kondisi apapun."Dalam undang-undang perlindungan anak pun
juga sudah menegaskan itu," ujar Susanto di Kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin
(11/9/2017). Susanto mengatakan, saat ini pihaknya sedang mendalami permasalahan secara
komprehensif. Dalam waktu dekat, kata Susanto, KPAI akan menggali informasi dari pimpinan
rumah sakit untuk mencari duduk permasalahannya. "Ini sekaligus upaya untuk mendapatkan
informasi supaya berimbang. Ini prinsip standar kami dalam menangani masalah," ujar
Susanto. Menurut Susanto, secara prosedur rumah sakit untuk kepentingan sosial, sehingga
semua anak memiliki hak yang sama untuk dilayani dengan baik sesuai dengan prinsip spirit
kemanusiaan. Rencananya, KPAI akan memanggil pihak rumah sakit pada Rabu mendatang.
Adapun pihak yang diharapkan uluran tangannya terhadap kasus ini agar tidak berulang adalah
Kementerian Kesehatan, Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, dan lainnya. Dia sudah menemui
Henny Silalahi, ibu Debora, untuk mendengar kronologi kejadiannya. Tiara Debora meninggal
pada Minggu, 3 September 2017 karena terlambat mendapat pertolongan dari Rumah Sakit
Mitra Keluarga Kalideres. Pada sekitar pukul 03.30 WIB, Rudianto Simanjorang dan Henny
Silalahi membawa anaknya ke rumah sakit tersebut karena mengalami sesak napas. Orang tua
Debora menjelaskan, rumah sakit menolak merawat Debora di fasilitas Pediatric Intensive Care
Unit (PICU) karena tidak mampu memenuhi biaya administrasi Rp19 juta. Saat itu, mereka
baru memiliki dana Rp5 juta untuk fasilitas pelayanan PICU. Pihak rumah sakit beralasan tidak
menerima pasien BPJS. Mereka membuat surat rujukan bagi rumah sakit lain yang menerima
pasien BPJS.
Media Sosial

Sejumlah rumah sakit ditelepon, namun tak ada satupun yang fasilitas PICU-nya kosong.
Henny mengunggah status di Facebook dan menghubungi teman-temannya untuk minta
dicarikan rumah sakit. Pada pukul 09.00 WIB orangtua Debora mendapat kabar bahwa RS
Koja yang memiliki PICU, bersedia menampung anaknya. Namun, ketika dokter dari RS Mitra
Keluarga Kalideres menghubungi rumah sakit RS Koja, kondisi Debora makin memburuk. Tak
lama kemudian bayi berusia 4 bulan itu meninggal dunia. Mereka membawa pulang Debora
dan menguburkan anak kelimanya itu untuk selamanya. Kisah Henny ini sempat viral di media
sosial. Henny mengaku tak mengharapkan apa-apa, selain berharap tak ada Debora-Debora
lainnya. Direktur RS Mitra Keluarga Fransisca Dewi menjelaskan pihaknya sudah melakukan
penanganan untuk kondisi emergency. Namun untuk masuk ke ruang PICU memang harus
dikomunikasikan terlebih dulu karena biayanya sangat mahal. Jadi alangkah lebih baik kalau
dirujuk ke RS yang bekerja sama dengan BPJS supaya tidak terbebani biaya, ujar Fransisca
Dewi di kantor Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada Senin (11/9/22017). Kepala Dinas
Kesehatan Jakarta Koesmedi Priharto dan Fransisca Dewi berbicara dengan wartawan
menjelaskan kasus bayi Debora.
KAJIAN MASALAH

Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


340/MENKES/PER/III/2010 adalah: Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai jasa pelayanan
kesehatan bagi masarakat memiliki dan melaksanakan pelayanan yang baik menurut
Kemenkes, antara lain

Pasal 2
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas
Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.

(2) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. puskesmas atau yang setara;

b. praktik dokter;

c. praktik dokter gigi;


d. klinik pratama atau yang setara; dan
e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

(3) Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. klinik utama atau yang setara;
b. rumah sakit umum; dan
c. rumah sakit khusus.

Pasal 3
(1) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif.

(2) Pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan
Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi
pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun
jejaring dengan sarana penunjang.

(4) Dalam hal diperlukan pelayanan penunjang selain pelayanan penunjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat diperoleh melalui rujukan ke fasilitas penunjang lain.

Dokter

Secara operasional, definisi Dokter adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang
menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah
kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis
kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam
koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan
prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional,
hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi dasar
kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran.

Kode Etik Kedokteran antara lain :

Kewajiban Umum

Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi,menghayati,dan meramalkan sumpah dokter.

Pasal 2

Seorang dokter senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi
yang tertinggi.

Pasal 3

dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis mau

pun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.

Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.

Pasal 7a

Seorang dokter harus dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih sayang
(compasion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien.

Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatannya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7d

Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memerhatikan kepentingan masyarakat
dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya
serta masyarakat, harus saling menghormati.

Pasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterrampiannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
beehubungan dengan kekuarga dan penasihatnya dalam beribadat dan / atau dalam masalah
lainnya.

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali jika ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawatnya.

Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri

Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran / kesehatan.

Hak & kewajiban dokter

1. Mengamalkan sumpah dokter


2. Melaksanakan profesinya sesuai dengan standart profesi tertinggi
3. Kebebasan dan kemandirian profesi
4. Memberikan surat keterangan dan pendapat sesudah memeriksa sendiri kebenarannya
5. Rasa kasih sayang (compossion) dan penghormatan atas martabat manusia
6. Jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya
7. Menghormati hak hak pasien, teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
8. Melindungi hidup makhluk insani
9. Memperhatikan kepentingan masyarakat dan semua aspek pelayanan kesehatan
10. Tulus ikhlas menerapkan ilmunya. Jika tidak mampu merujuknya
11. Merahasiakan segala sesuatu tentang pasiennya
12. Memberi pertolongan darurat
13. Memperlakukan sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
14. Memelihara kesehatannya
15. Mengikuti perkembangan iptek kedokteran.

Pasien

Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dalam


Pasal 1 Angka (10), dikatakan bahwa Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. Menurut Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 1 Angka (4) dikatakan bahwa Pasien
adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah
Sakit. Yang dapat disimpulkan bahwa pasien merupakan individu yang melakukan konsultasi
ke dokter atau dokter gigi atau di rumah sakit mengenai masalah kesehatannya untuk
memperoleh jasa berupa pelayanan kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hak dan kewajiban seorang pasien dalam memperoleh atau mengajukan jasa kesehatan antara
lain,

HAK PASIEN

1. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar.

2. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi


kedokteran.

3. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya.

4. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri
dari kontrak terapeutik.

5. Memperoleh penjelasan tentang riset ke dokteran yang akan diikutinya.

6. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran.

7. Hak meminta pendapat dokter lain (second opinion) tentang penyakitnya.

8. Dengan persetuuan pasien dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan, dan
dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau
pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut.

9. Dijamin kerahasiaan akan rekam medisnya mengenai hal-hal pribadi.

10. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.

11. Berhubungan dengan keluarga, penasihat, atau rohaniwan, dan lain-lain yang
diperlukan selmaa perawatan di rumah sakit.

12. Memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap,obat,pemeriksaan


laboratorium, pemeriksaan Rontgen, Ultrasonografi (USG), CT-scan, Magnetik
bedah, kamar bersalin, imbalan jasa dokter, dan lain-lain.

13. Mendapatkan resume rekam medisnya.


KEWAJIBAN PASIEN

1. Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter

2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya

3. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter

4. Menandatangani surat-surat PTK, surat jaminan dirawat di rumah sakit, dan lainnya

5. Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh

6. Melunasi biaya perawawtan di rumah sakit, biaya pemeriksaan, dan pengobatan serta
honorarium dokter
ANALISIS MASALAH

Dalam kasus bayi debora tersebut terdapat beberapa kesalahan yang terjadi dalam
penanganan kesehatan. Kesalahan yang saya lihat yaitu dari tiga pihak, pihak rumah sakit,
pihak dokter dan pihak pasien.

Pihak rumah sakit telah menunjukan pelayanan yang tidak baik menurut Kemenkes
pada pasal 3 ayat 3-4 bahwa, dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana
penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang. (4) Dalam hal diperlukan
pelayanan penunjang selain pelayanan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
diperoleh melalui rujukan ke fasilitas penunjang lain. Yang secara rinci tidak membangun
relasi atau jejaring dengan rumah sakit lain yang mengakibatkan pasien mencari jejaring sendiri
melalui sosial media. Pihak rumah sakit juga tidak dengan segera memberi rujukan kepada
pasien yang mengarah ke rumah sakit lain dengan pengantaran dengan ambulance. Pihak
rumah sakit juga baik sengaja maupun tidak telah melanggar hak pasien ayat 1 ang berbunyi
hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar, secara tidak
langsung bayi debora meninggal dunia secara tidak wajar, dikarenakan tidak mendapat
penanganan medis dari rumah sakit secara cepat.

Pihak dokter telah melanggar pasal 13 kode etik kedokteran bahwa, setiap dokter wajib
melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali jika ia yakin ada
orang lain bersedia dan mampu memberikannya juga pada kasus tersebut tidak dijelaskan
terhadap peran dokter sepenuhnya akan tetapi dokter bila melihat kejadian tersebut setidaknya
memberikan pertolongan lanjutan.

Pihak pasien telah melanggar kewajiban pasien ayat 6 yang berbunyi melunasi biaya
perawawtan di rumah sakit, biaya pemeriksaan, dan pengobatan serta honorarium dokter.
Diawal kasus ini memang bermula pada pihak pasien yang tidak dapat membayar seluruh
perawatan bayi debora secara tepat waktu, sehingga entah disengaja maupun tidak pihak rumah
sakit melanggar hak pasien ayat 1 tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Terdapat banyak kekurangan yang ada dalam kehidupan, baik secara disengaja maupun
tidak. Seperti pada kasus ini, kurang sigapnya penanganan rumah sakit terhadap pasien yang
kurang mampu atau pasien yang mengalami keterlambatan pembayaran yang mengakibatkan
seorang bayi meninggal dunia. Kurang perhatiannya dokter sekitar dalam melihat seseorang
yang sakit di area tersebut menjadi nilai kurang tambahan untuk rumah sakit tersebut. Pasien
juga mengalami kekurangan, yaitu kurang tepat waktu dalam pembayaran, akan tetapi berita
tersebut menitih beratkan pada pelayanan rumah sakit yang sekiranya seolah-olah membiarkan
nyawa seorang bayi terbuang secara sia-sia.

SARAN

Perlu untuk kedepannya pemerintah melakukan sidak secara mendadak ke instansi-


instansi terkait agar kejadian pahit ini tidak terulang kembali. Untuk ara dokter diharapkan
lebih sabar dan lebih perhatian lagi ketika menghadapi pasien. Karena ada kemungkinan pada
kejadian ini dokter kurang perhatian dikarenakan pasien yang tetap keras kepala akan saran
dari dokter yang mengakibatkan dokter akhirnya menyerah untuk tetap peduli. Untuk saran
penulis berita tersebut, perlu untuk menegetahui alasan dari pihak intansi terkait (rumah sakit)
agar terlihat lebih seimbang dan tidak memihak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.Pengertain Rumah Sakit Menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI.


http://smartplusconsulting.com/2013/09/pengertian-rumah-sakit-menurut-keputusan-
menteri-kesehatan-ri/ diakses 11 Oktober 2017

Cinta.2008.Pengertian Dokter dan Tugas Dokter.


https://somelus.wordpress.com/2008/11/26/pengertian-dokter-dan-tugas-dokter/ diakses
11 Oktober 2017

Depkes.go.id

Fakultas Kedokteran USU Kode Etik Kedokteran,2004 USU Repository C 2006

Ikatan Dokter Indonesia 2012.Kode Etik Kedokteran Indonesia,Jakarta:MKEK Pusat

Juanita, Nancy. 2017. Kronologi Meninggalnya Bayi Debora.


http://jakarta.bisnis.com/read/20170911/77/688745/kronologi-meninggalnya-bayi-
debora diakses 10 Oktober 2017

Nandra.2015.Pengertian Pasien. https://tintahmerah.wordpress.com/2015/06/23/pengertian-


pasien/ diakses 11 Oktober 2017.

Soekanto.S.1990.Segi-segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien,Dalam Kerangka


Kesehatan,Bandung,Mondar Maju.

Unit Biotik dan Umaniora Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 2008,Kajian
Bioetika 2005,Surabaya : Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai