Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Manajemen tidak akan terlepas dari kegiatan pembelajaran karena manajemen tersebut
merupakan usaha untuk mensukseskan suatu tujuan dalam pendidikan. Diperlukan adanya
pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun kegiatan yang sejenis yang masih berkaitan
dengan lembaga pendidikan guna mengembangkan sumber daya manusia agar dapat
memenuhi tujuan daripada pendidikan tersebut seoptimal mungkin.
Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha meningkatkan kualitas
interaksi belajar mengajar. Dalam upaya upaya tersebut diperlukan adanya evaluasi,
perencanaan, dan pelaksanaan yang merupakan satuan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Sedangkan manajemen pembelajaran ialah suatu sistem dengan komponen-komponen yang
saling berkaitan. Komponen-komponen pembelajaran meliputi: peserta didik, guru, bahan
ajar, kurikulum, sarana prasarana, serta strategi pembelajaran. Dengan demikian manajemen
kurikulum dan pembelajaran saling berkaitan satu sama lain dalam suatu pendidikan, untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen kurikulum salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping itu, kurikulum merupakan suatu sistem
program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan,
sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu
atau berkualitas. Untuk menunjang keberhasilan kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan
bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum. Pengelolaan kurikulum pada tingkat lembaga
atau sekolah perlu di koordinasi oleh pihak pimpinan (manajer) dan pembantu pimpinan
(manajer) yang dikembangkan secara integral dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta disesuaikan dengan visi dan
misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini ditulis untuk membantu mempersiapkan
manajemen sekolah bermutu terutama berkenaan dengan manajemen kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan di sekolah, baik itu dilakukan oleh para guru,
komite sekolah, kepala sekolah, dan pihak pihak yang terkait dengan mengembangkan
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manajemen kurikulum?
2. Bagaimana progam pembelajaran?
3. Bagaimana prinsip-prinsip manajemen kurikulum?
4. Apa fungsi manajemen kurikulum?
5. Bagaimana pembagian tugas mengajar guru dan wali kelas?

1
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Manajemen Kurikulum


Istilah kurikulum pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani
kuno. Curriculum, berasal dari kata Curir, artinya pelari; dan curere artinya tempat berpacu.
Dengan penggunaan kata kurikulum tersebut di dalam dunia pendidikan, berarti menyamakan
pesrta didik sebagai seorang pelari, yang menempuh jarak kegiatan belajar dari awal
memasuki sekolah sampai tamat dari sekolah itu.
Addamardasy Sarban dan Munir Kamil yang dikutip oleh Syaibani (1979) menyatakan
bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman, pendidikan, budaya, sosial, olahraga dan seni
yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar kelas.
Di Indonesia sampai tahun 2006 kurikulumnya adalah sentralistis, dan sesudah itu
diberlakukan kurikulum yang disusun sendiri oleh sekolah dalam bentuk Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum sentralistis artinya bahwa kurikulum rencana untuk
pengalaman bagi peserta didik tersebut disusun di Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan
berlaku untuk semua sekolah dengan jenis dan jenjang yang sama, sedangkan KTSP disusun
di masing-masing sekolah, dengan acuan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi
(SI) yang disusun di pusat.
Manajemen Kurikulum adalah sebagian suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaanya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai
dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau
sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan
kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan ( Rusman,2009).
Kurikulum di sekolah merupakan penentu utama kegiatan sekolah. Kegiatan sekolah
berdasarkan kurikulum yang berlaku dan selalu disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Begitu pula, kurikulum yang dirumuskan harus sesuai dengan
filsafat dan cita-cita bangsa perkembangan siswa, tuntunan dan kemajuan masyarakat.
Republik Indonesia sampai saat ini telah melahirkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Badan Standar Pendidikan Nasional, disusul dengan Permendiknas 22 tahun 2006
tentang Standar Isi, kemudian disusul dengan Permendiknas Nomor 23 tentang Standar
Kompetensi Kelulusan dan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23.

B. Program Pembelajaran
Swinburne University of Technology (2011: 1) mendefinisikan program pembelajaran
sebagai strategi pembelajaran dan penilaian yang digunakan untuk menyampaikan dan
menilai unit kompetensi. Cakupan program pembelajaran adalah hasil belajar atau tujuan
pembelajaran (berasal dari standar kompetensi) dan garis besar isi, urutan, struktur
pembelajaran dan metode penyampaian dan penilaian yang akan digunakan.

2
Berdasarkan definisi program pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa program
pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan satu unit atau kesatuan kegiatan yang
berkesinambungan dalam proses pembelajaran, yang memiliki tujuan, dan melibatkan
sekelompok orang (guru dan siswa) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
yang dimaksud adalah pencapaian hasil belajar yang berasal dari standar kompetensi.
Program atau perencanaan yang harus disusun oleh guru sebelum melakukan
pembelajaran antara lain :
1. Program Tahunan
Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai
tujuan (SK dan KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar
seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa.
Penentuan alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur
kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa.
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas,
berisi tentang garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan dikembangkan
oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai , karena merupakan pedoman
bagi pengembangan program-progran berikutnya, yakni program semester, mingguan dan
harian serta pembuatan silabus dan sistem penilaian komponen-komponen program
tahunan meliputi identifikasi (satuan pendidikan, mata pelajaran, tahun pelajaran)
standart kompetensi, kompetensi dasar, alokasi waktu dan keterangan.(Mulyana, 2004 :
95).

2. Program Semester
Program semester adalah program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal
yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester
merupakan penjabaran dari program tahunan.. Kegiatan yang dilaksanakan dalam
semester itu ialah kegiatan tatap muka, pratikum, kerja lapangan, mid semester, ujian
semester dan berbagai kegiatan lainya yang diberi penilaian keberhasilan. Dalam program
pendidikan semester dipakai satuan waktu terkecil, yaitu satuan semester untuk
menyatakan lamanya satu program pendidikan. Masing-masing program semester
sifatnya lengkap dan merupakan satu kebulatan dan berdiri sendiri. Pada setiap akhir
semester segenap bahan kegiatan program semester yang disajikan harus sudah selesai
dilaksanakan.

3. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta
didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun
ajaran,minggu efektif belajar,dan hari libur.

4. Silabus
Silabus adalah seperangkat rencana pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian ada tiga hal yang harus
tercakup dalam silabus, yaitu kompetensi yang harus dimiliki siswa,strategi
pencapaiannya, dan cara untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang telah

3
ditentukan. Silabus digunakan dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau
lebih. RPP dikembangkan dari siloeabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalm upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP disusun berdasarkan
KD atau subtema yang dilaksanakan satu kali pertemuan atau lebih.

C. Prinsip prinsip manajemen kurikulum


Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum salah satunya dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya dalam kurikulum
berbasis kompetensi dimana dalam pengembangan prinsip ini juga memperhatikan beberapa
aspek mendasar tentang karakteristik bangsa. Dalam makalah ini juga disebutkan prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum yang harus dijadikan acuan oleh pendidik dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Prinsip-prinsip manajemen kurikulum dibedakan menjadi dua, yaitu prinsip umum dan
prinsip khusus.

Prinsip Umum
1. PrinsipRelevansi
Relevansi keluar (Eksternal) yaitu tujuan, isi, dan proses belajar yang tercantum dalam
kurikulum itu sendiri. Maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan dengan kebutuhan dan perkembagan masyarakat tujuan, isi
dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan kebutuhan
dan perkembangan masyarakat. Isi kurikulum mempersiapkan siswa sekarang dan yang akan
datang untuk tugas yang ada dalam perkembangan masyarakat.
Relevansi kedalam (Internal) yaitu adanya kesesuaian atau kosisten antara komponen-
komponen kurikulum yaitu tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi ini
menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
2. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum harus dikembangkan secara lentur (tidak kaku), baik dalam dimensi proses
maupun dimensi hasil yang diharapkan. Dalam dimensi proses, guru harus fleksibel
mengembangkan program pembelajaran, terutama penggunaan strategi, pendekatan,
metode, media pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian. Peserta didik juga
fleksibel memilih program pendidikan. Dalam kurikulum terdapat suatu system tertentu
yang mampu memberikan alternatif dalam penguasaan kompetensi melalui berbagai
metode atau cara-cara tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat
kurikulum itu diterapkan. Begitu juga hasil yang diharapkan, tidak hanya untuk satu jenis
pekerjaan tertentu saja, tetapi bisa juga untuk pekerjaan yang lain.
3. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)
Kurikulum harus dikembangkan secara berkesinambungan, baik sinambung antar mata
pelajaran, antar kelas maupun antar jenjang pendidikan. Hal ini diamksudkan agar proses
4
pendidikan atau belajar siswa bias maju secara sistematis, dimana pendidikan pada kelas
atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk melanjutkan pada kelas dan
jenjang di atasnya. Dengan demikian, akan terhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan
prasyarat awal siswa (prerequisite) untuk mengikuti pendidikan pada kelas atau jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan-pengulangan
program dan aktivitas belajar yang tidak perlu yang bisa menimbulkan pemborosan waktu,
tenaga, dan dana. Untuk itu, perlu adanya kerja sama diantara para pengembang kurikulum
dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan.
4. Prinsip Praktis
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana, dan
biaya nya juga murah dan efisien. Walaupun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau
menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-peralatan sangat khusus dan mahal biayanya
maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan
selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat
maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
5. Prinsip Efektivitas
Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya tetap
harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitatif maupun
secara kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan
penjabaran dari perencana pendidikan. Perencanaan dibidang pendidikan juga merupakan
bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintahan dibidang
pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Kurikulum pada dasarnya berintikan empat aspek utama, yaitu :
a. Tujuan-tujuan pendidikan
b. Isi pendidikan
c. Pengalaman belajar
d. Penilaian

Keempat aspek tersebut serta kebijaksanaan pendidikan perlu selalu mendapat perhatian
dalam pengembangan kurikulum.

Prinsip Khusus
Disamping prinsip-prinsip umum diatas, ada juga prinsip-prinsip khusus yang bersumber
dari anatomi kurikulum, yaitu:
1. Prinsip-Prinsip Tujuan Kurikulum
Prinsip ini dtinjau dari tujuan sebagai salah satu komponen pokok dalam
pengembangan kurikulum. Menurut Hilda Taba (1962) ada tiga sumber tujuan, yaitu
kebudayaan masyarakat, individu, dan mata pelajaran-disiplin ilmu. Sementara itu,
menurut Nana Sy. Sukmadinata (2005) mengemukakan sumber tujuan adalah ketentuan
dan kebijakan pemerintahan, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga
Negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk didalamnya pendidikan.
2. Prinsip-Prinsip Isi Kurikulum
Prinisp ini menunjukkan:
a. Isi kurikulum harus mencerminkan falsafah dan dasar suatu Negara.
b. Isi kurikulum harus diintegrasikan dalam nation dan character bulding.

5
c. Isi kurikulum harus mengembangkan cipta, rasa, karsa agar peserta didik memiliki
mental, moral, budi pekerti luhur, tinggi keyakinan agamanya, cerdas, terampil, serta
memiliki fisik yang sehat dan kuat
3. Prinsip-Prinsip Didaktik-Metodik
Prinsip ini meliputi :
a. Semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan harus fungsional dan prkatis.
b. Pengetahuan dan kegiatan harus diselaraskan dengan taraf pemahaman dan
perkembangan peserta didik
c. Guru harus membangkitkan dan memupuk minat, perhatian, dan kemampuan
peserta didik
4. Prinsip yang Berkenaan dengan Media dan Sumber Belajar
Prinsip ini menunjukkan kesesuaian media dan sumber belajar dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pembelajaran tingkat
perkembangan peserta didik, tingkat kemampuan guru dan praktis ekonomis.
5. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penilaian meliputi kegaiatan penyusunan
alat. Penilaian harus mengikuti beberapa prosedur mulai dari perumusan tujaun umum,
menguraikan dalam bentuk tingkah laku yang dapat di amati, menghubungkan dengan
bahan pelajaran dan menuliskan butir-butir tes.

D. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena
setiap bangsa dan negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi
oleh berbagai segi, baik segi agama, ideologi, kebudayaan, maupun kebutuhan negara itu
sendiri. Dengan demikian,
a. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
b. Kurikulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam
proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu.
c. Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar
mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Bagi sekolah yang bersangkutan, kurikulum memounyai fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
b. Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini
meliputi:
1) Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan.
2) Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan.
3) Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.
Kurikulum juga berfungsi sebagai alat kesinambunganpendidikan. Yaitu bahwa sekolah
pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang dipergunakan pada tingkat bawahnya
sehingga dapat menyesuaikan kurikulum yang diselenggarakannya.
Dengan adanya kurikulum pula, suatu lembaga pendidikan berfungsi untuk menyiapkan
tenaga ahli. Misalnya, apabila sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru

6
bagi sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara
mengajar.
Ada pula fungsi kurikulu bagi guru. Dengan adanya kurikulum, guru tidak hanya
berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga
sebagai pengembang kurikulum dalam rangka pelaksanaan kurikulum tersebut.
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilan
program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai
dan mengontrol, apakah kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada
kurikulum yang berlaku.
Bagi para pengawas (supervisor), fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman,
patokan, atau ukuran dalam menetapkan yang mana kurikulum yang memerlukan
penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu
pendidikan.

Kemudian, melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui


apakah pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau
tidak dengan kurikulum suatu sekolah.
Bagi pemakai (user) pula, kurikulum berfungsi dalam bagaimana instansi atau
perusahaan yang mempergunakan tenaga kerja yang baik dalam arti kuantitas dan kualitas
agar dapat meningkatkan produktivitas.

E. Pembagian Tugas Mengajar Guru dan Wali Kelas


a. Cara Pembagian Tugas Mengajar Guru dan Walikelas
1. Pembagian tugas guru harus didituangkan dalam bentuk SK oleh Kepala Sekolah
yang ditanda tangani oleh kepala sekolah, tanpa diketahui oleh kepala dinas PDK
atau pejabat lainnya.
2. Masa berlaku SK pembagian tugas:
3. Tugas mengajar/membimbing dibuat untuk tiap semester
4. Tugas wakil kepala sekolah, kepala program keahlian, kepala laboratorium,
bengkel, unit produksi, dan kepala perpustakaan dibuat untuk priode 2 tahun, jika
ada perpanjangan masa tugas harus dikeluarkan SK baru untuk periode berikutnya
5. Tugas wali kelas, dan tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam tatap muka
dibuat untuk priode 1 tahun pelajaran (tiap tahun diperbaharui)
6. Guru yang mengajar di sekolah lain untuk menambah/mencukupkan jumlah jam
tatap muka:
a. Kepala sekolah tempat yang bersangkutan mendapatkan tambahan jam tatap
muka memasukkan guru yang bersangkutan di dalam SK pembagian tugas
mengajar atau membimbing.
b. Kepala sekolah tempat yang bersangkutan bertugas sebagai guru tetap
membuat surat permintaan/izin untuk mengajar/membimbing di sekolah yang
bersangkutan mendapat tambahan jam tatap muka

b. Pedoman Penghitungan Beban Kerja Guru Departemen Pendidikan Nasional


Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
35 ayat (2) dinyatakan bahwa beban kerja guru mengajar sekurang-kurangnya 24 jam

7
dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka per minggu. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam
Jabatan mengamanatkan bahwa guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik,
nomor registrasi, dan telah memenuhi beban kerja mengajar minimal 24 jam tatap
muka per minggu memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok.
Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses
pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis mata
pelajaran saja, sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat
pendidiknya. Disamping itu, guru sebagai bagian dari manajemen sekolah, akan
terlibat langsung dalam kegiatan manajerial tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara lain
penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat lainnya, pelaksanaan
pembelajaran termasuk tes/ulangan, Ujian Nasional (UN), ujian sekolah, dan kegiatan
lain. Tugas tiap guru dalam siklus tahunan tersebut secara spesifik ditentukan oleh
manajemen sekolah tempat guru bekerja.
c. Uraian Tugas Guru
1. Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) awal tahun
atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah. Kegiatan penyusunan
RPP ini diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) minggu atau 12 hari kerja.
Kegiatan ini dapat diperhitungkan sebagai kegiatan tatap muka.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi interaksi
edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap muka
yang sebenarnya.
3. Menilai Hasil Pembelajaran
Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik maupun dalam
pengambilan keputusan lainnya. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tes. Penilaian non tes dapat dibagi menjadi pengamatan
dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik,
atau produk jasa.
4. Membimbing dan Melatih Peserta Didik
Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga yaitu
membimbing atau melatih peserta didik dalam pembelajaran, intrakurikuler dan
ekstrakurikuler.
a. Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran
Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah bimbingan
dan latihan yang dilakukan menyatu dengan proses pembelajaran atau tatap
muka di kelas
b. Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler
Bimbingan kegiatan intrakurikuler terdiri dari remedial dan pengayaan
pada mata pelajaran yang diampu guru.Kegiatan remedial merupakan kegiatan

8
bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi
yang harus dicapai
c. Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik, dapat
disetarakan dengan mata pelajaran wajib lainnya. Pelaksanaan ekstrakurikuler
dilakukan dalam kelas dan atau ruang/tempat lain sesuai jadwal mingguan yang
telah ditentukan biasanya dilakukan pada sore hari. Jenis kegiatan
ekstrakurikuler antara lain, yaitu :
- Pramuka
- Olimpiade/Lomba Kompetensi Siswa
- Olahraga
- Kesenian, dll
5. Melaksanakan Tugas Tambahan
Tugas-tugas tambahan guru dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori
yaitu tugas struktural, dan tugas khusus.
a. Tugas tambahan struktural
- Tugas tambahan struktural sesuai dengan ketentuan tentangstruktur organisasi
sekolah,
- Jenis tugas tambahan sruktural dan wajib tatap muka guru seperti tercantum
dalam Tabel 1.
b. Tugas tambahan khusus
- Tugas tambahan khusus hanya berlaku pada jenis sekolah tertentu, untuk
menangani masalah khusus yang belum diatur dalam peraturan yang mengatur
organisasi sekolah.
- Jenis tugas tambahan khusus dan ekuivalensi beban tatap muka sepertI
tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Tugas Tambahan Guru.

d. Uraian Tugas Wali Kelas


Wali kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan sebagai berikut :
1) Pengelolaan kelas
2) Menyelenggarakan administrasi kelas meliputi menyusun pembuatan statistik
bulanan (absen), dsb
3) Membuat catatan khusus
4) Mengisi dan membagi rapor

9
5) Membina siswa binaan didiknya dengan sebaik-baiknya
6) Membantu kelancaran proses belajar mengajar siswa di kelasnya.
7) Mengetahui identitas, nama dan jumlah siswa di kelasnya.
8) Mengetahui, memahami dan mengambil tindakan-tindakan yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul di kelasnya
9) Melakukan home visit terhadap siswa yang bermasalah dan
melaporkan perkembangannya kepada guru BP.
10) Bekerja sama dengan guru BP dalam memecahkan masalah yang
dihadapi siswa dan apabila dipandang perlu mengadakan hubungan
dengan orangtua/wali murid dalam rangka pembinaan siswa
kelasnya.

e. Beban Tatap Muka


Jenis kegiatan guru yang dikategorikan tatap muka dan bukan tatap muka
dicantumkan dalam Tabel 2. Dalam tabel tersebut juga dicantumkan ekuivalensi
jam untuk kegiatan tatap muka selain kegiatan tatap muka di kelas.

f. Pemenuhan Beban Kerja


a. Alternatif Pemenuhan
Guru yang tidak memenuhi kewajiban mengajar 24 jam tatap muka per
minggu dapat memilih alternatif pemenuhan kewajiban mengajar seperti berikut
ini.
1. Mengajar pada sekolah lain, pendidikan terbuka, dan kelompok belajar.

10
2. Melaksanakan Team Teaching
3. Melaksanakan Pengayaan dan Remedial khusus
g. Acuan Beban Kerja
Satuan waktu kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masingmasing
satuan pendidikan dicantumkan dalam tabel 5 sebagai berikut.

Dari angka dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa beban tatap muka dalam
satu minggu kerja untuk tiap jenjang pendidikan berbeda. Beban kerja guru yang
dapat dihitung sebagai pemenuhan kewajiban mengajar 24 jam tatap muka per
minggu adalah jumlah jam kerja guru apabila mengajar pada mata pelajaran sesuai
dengan bidang keahliannya. Misalnya guru yang memiliki sertifikat pendidik
sebagai guru mata pelajaran Matematika, maka jam kerja yang dapat dihitung
adalah jumlah jam mengajar guru tersebut pada mata pelajaran Matematika saja.
Perhitungan beban kerja guru adalah bagian tak terpisahkan dari perencanaan
kebutuhan guru dalam perencanaan sekolah seutuhnya. Terpenuhi atau tidaknya
beban mengajar 24 jam tatap muka per minggu bagi jenis guru tertentu sebenarnya
sudah dapat dideteksi pada saat jumlah guru yang dibutuhkan sudah dihitung.
Perhitungan beban guru mengacu pada jumlah kebutuhan guru yang dihasilkan
dalam proses perencanaan guru pada tingkat sekolah. Dengan mempertimbangkan
tugas tambahan bagi guru tertentu, maka jam tatap muka didistribusikan kepada
guru yang ada. Dari analisis ini akan didapatkan guru yang mengajar minimal 24
jam dan kurang dari 24 jam. Bagi guru yang tidak memenuhi 24 jam mengajar
dicarikan penyelesaian masalahnya sesuai dengan kondisi dan kewenangan fihak
yang berhak mengambil keputusan. Bagi guru yang memenuhi mengajar minimal
24 jam, dibuatkan Surat Keputusan mengajar oleh kepala sekolah.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen kurikulum adalah pengaturan yang dilakukan untuk keberhasilan
kegiatan belajar mengajar agar kegiatan tersebut dapat mencapai hasil maksimal.
Manajemen kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Selain itu, manajemen kurikulum memiliki dua prinsip utama yaitu prinsip
umum dan prinsip khusus.

12

Anda mungkin juga menyukai