Anda di halaman 1dari 11

DESAIN Model Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis Ekonomi

Kreatif Berdimensi Industri Keunggulan Lokal

Sukardi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
e-mail: kardi_unram@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian bertujuan untuk menghasilkan model pendidikan prakarya dan kewirausahaan
berbasis ekonomi kreatif berdimensi industri keunggulan lokal yang efektif bagi lulusan SMA berjiwa
wirausaha. Penelitian menggunakan prosedur research and development yang dipadukan dengan prinsip
desain konstruktivistik dengan tahapan: studi pendahuluan, pengembangan produk awal, dan uji produk
awal melalui uji validasi ahli dan praktisi; uji terbatas secara bersiklus, uji produk akhir melalui quasi
eksperimen, dan desiminasi serta implementasi. Hasil penelitian tahap pertama adalah sebagai berikut.
Industri kerajinan lokal dan pemasarannya menjadi prioritas substansi prakarya dan kewirausahaan dengan
menggunakan pembelajaran konstruktivisme social. Desain model terdiri atas tiga komponen, yaitu tujuan
(tujuan mata pelajaran, kompetensi dasar, dan indikator), prosedur pembelajaran (pengorganisasian dan
penyampaian materi serta pengelolaan pembelajaran), dan penilaian. Desain model menghasilkan produk
yang berupa: rumusan kompetensi dasar, silabus, buku ajar, panduan pembelajaran, media, rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan perangkat penilaian. Hasil uji produk awal menunjukkan bahwa secara
keseluruhan rancangan model dan produk yang dihasilkan pada kategori sangat baik.

Kata Kunci: desain model, prakarya dan kewirausahaan, ekonomi kreatif

MODEl Design OF Prakarya and entrepreneurship With creative


economy based and local QUality of Industry dimension

Abstract: This study aims to produce education model of prakarya and entrepreneurship with creative
economy based and local quality of industry dimension to the graduated students of Senior High School who
have entrepreneur passion. This study used research and development procedure with constructivism design
which included the introduction study, initial product development, and initial product test through expert
and practitioner validity; limited test in cycle, final product test through quasi experiment, dissemination,
and implementation. The first result of the study is as follow. Local handicraft industry and its marketing
became the substantial priority of prakarya and entrepreneurship by using social constructivism learning.
The model design consists of three components, such as objective (learning objective, basic competency,
and indicator), learning procedure (material organization, material delivery and learning management),
and evaluation. Model design produce a product which include basic competency formula, syllabus,
handout, learning guide, media, lesson plan, and evaluation. The result of the initial product showed that
all of produced model plan and product is categorized into good.

Keywords: model design, prakarya and entrepreneurship, creative economy

Pendahuluan ban ekonomi kreatif yang menempatkan kreativi-


Sebagian besar ahli kewirausahaan sepakat tas manusia sebagai faktor produksi utama dalam
bahwa kompetensi wirausaha berupa kemampuan kegiatan ekonomi (Howkins, 2001; Florida, 2002;
berpikir kreatif dan bertindak inovatif menjadi Rautkorpi, 2007; Pang, 2009; Macdonald, 2013).
muara utama pendidikan kewirausahaan (Wen- Howkins (2001) misalnya menyebutkan ekonomi
nekers & Thurik, 1999; Zimmerer dkk., 2008:4). kreatif sebagai an economy in which ideas, not
Muara ini juga sejalan dengan gelombang perada- land or capital, are the most important factors

114
115

of production. Kedua teori ini sangat relevan (Sukardi, 2014), karena guru belum memiliki
dengan tuntutan Kurikulum 2013, khususnya acuan dalam membelajarkan mata pelajaran terse-
pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan but. Keempat, penelahaan terhadap hasil-hasil
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang meneka- penelitian tentang pendidikan kewirausahaan
nkan pada tercapainya lulusan yang produktif, juga menunjukkan temuan yang kurang konsis-
kreatif, dan inovatif (Kemdikbud, 2013). Prakarya ten. Di satu sisi berdampak positif terhadap sikap
dan Kewirausahaan sendiri merupakan mata kewirausahaan (Packham dkk., 2010; Sowmya
pelajaran yang mengembangkan pengetahuan dkk, 2010), namun disisi lain belum mampu mem-
dan melatih keterampilan kecakapan hidup ber- bentuk kompetensi wirausaha (Cheng dkk, 2009).
basis seni, teknologi, dan ekonomi (Kemdikbud, Ketidakkonsistenan hasil-hasil tersebut disinyalir
2014). Lebih lanjut disebutkan bahwa salah satu karena adanya perbedaan konten, strategi, media,
tujuan mata pelajaran ini adalah menumbuh- dan lainnya.
kembangkan jiwa wirausaha melalui melatih Kelima, terhadap permasalahan tersebut,
dan mengelola penciptaan karya (produksi), maka diperlukan konstruksi pendidikan kewira-
mengemas, dan usaha menjual berdasarkan usahaan sesuai dengan konteks ke Indonesiaan.
prinsip ekonomis, ekosistemik dan ergonomis Dalam konteks tersebut, maka pemikiran teori
(Kemdikbud, 2014). rekonstruksi sosial sangat relevan, karena me-
Namun demikian, permasalahan yang ter- nempatkan pendidikan yang terintegrasi dengan
kuak berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu lingkungan, pemecahan permasalahan sosial, serta
dan menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai substansinya digali dari potensi sekitar siswa.
berikut. Pertama, kecenderungan lulusan SMA Teori ini juga menempatkan realitas sebagai
yang kurang mampu menciptakan lapangan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu
kerja (Wildan dkk, 2011) terindikasi pada 9.74% terhadap dunia sosial di sekelilingnya. Dalam
lulusan SMA menjadi pengangguran, belum ter- konteks pembelajaran, teori ini menempatkan
masuk setengah menganggur (BPS, 2013a). Fakta proses pembelajaran sebagai proses bersama,
lain yang terkait adalah hanya sekitar 25% yang interaksi, dan kerjasama (McNeil, 2006:36). Hasil
melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi (Dinas kajian terdahulu menemukan bahwa pembelajaran
Dikpora NTB, 2012), terindikasi pada pencapai- kewirausahaan yang menekankan pada interaksi
an Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi sosial berhubungan positif dengan keinginan ber-
(APK PT) yang baru menyentuh angka 18,53% wirausaha siswa (Man & Yu, 2007; Jha, 2012).
(BPS, 2013b). Kedua, pendidikan kewirausahaan Berdasarkan temuan-temuan dan sandaran
yang dikembangkan cenderung teoritis dan tidak teoritis tersebut, kajian ini menjadi penting untuk
bersentuhan/relevan dengan permasalahan sosial menggagas inovasi pengembangan Prakarya
tersebut (Sukardi dkk, 2012), tidak terkait dengan dan Kewirausahaan berbasis ekonomi kreatif
kebutuhan dan potensi industri keunggulan lokal berdimensi industri keunggulan lokal dengan
sekitar siswa, padahal potensi tersebut sangat bersandarkan pada teori rekonstruksi sosial seba-
memadai (Sukardi dkk, 2012; Wildan dkk, 2011; gai upaya membentuk lulusan berjiwa wirusaha,
Sulaimi dkk, 2010). Keunggulan lokal sendiri khususnya kemampuan berfikir kreatif dan ber-
merupakan segala hal yang menjadi ciri khas tindak inovatif dalam menciptakan produk/jasa.
kedaerahan pada semua aspek (Supeno, 2007) Inovasi ini juga dilakukan untuk mempertegas
yang menurut Dediwitagama (Direktorat Pembi- status penelitian sebelumnya (Sukardi dkk, 2014)
naan SMA, 2007c) berbentuk hasil bumi, kreasi melalui konstruksi pendidikan kewirausahaan
seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya dalam konteks ke Indonesiaan. Oleh karenanya,
alam, sumber daya manusia atau lainnya yang tujuan penelitian tahap pertama ini, yaitu: (1)
menjadi keunggulan suatu daerah. memperoleh design model pendidikan Prakarya
Ketiga, peluang pembentukan kemampuan dan Kewirausahaan berbasis ekonomi kreatif
berpikir kreatif dan bertindak inovatif melalui berdimensi industri keunggulan lokal jenjang
pendidikan Prakarya dan Kewirausahaan juga SMA. Komponennya diadaptasi dari variabel
belum sesuai dengan harapan Kurikulum 2013 pembelajaran menurut Reigeluth dan Meriill

Desain Model Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis Ekonomi Kreatif Berdimensi Industri Keunggulan Lokal
116

(1978:1979), meliputi aspek tujuan, prosedur kebutuhan, dan daya dukung sekolah terkait
pembelajaran, dan penilaian; (2) memperoleh pro- Prakarya dan Kewirausahaan. Kajian dokumen
totipe produk model pendidikan, berupa rumusan/ dilakukan untuk melengkapi dan verifikasi hasil
penajaman kompetensi dasar (KD), silabus, buku khususnya terkait kebijakan pengembangan Pra-
ajar, buku panduan pembelajaran, media, rencana karya dan Kewirausahaan, dokumen kompetensi
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan perangkat inti dan KD, silabus, buku ajar, dan perangkat
penilaian. pendukung lainnya yang dimiliki sekolah.
Tahap pengembangan produk awal dilaku-
METODE kan dalam bentuk penyusunan design model dan
Penelitian ini menggunakan model pene- penyusunan prototipe produk model. Penyusu-
litian dan pengembangan (research and develop- nan design ini dilakukan menggunakan design
ment) yang mengacu pada Borg dan Gall (1983). terbalik sebagaimana disarankan oleh Gagne
Dalam pelaksanaannya, langkah-langkah model dkk (1992:235), yaitu dengan menetapkan hasil
ini dimodifikasi dan dikombinasikan dengan belajar terlebih dahulu. Hasil penyusunan design
prinsip-prinsip design berorientasi konstrukti- menjadi dasar menyusun prototipe produk, berupa
vistik (Willis, 2000). Paling tidak ada beberapa penajaman KD, silabus, buku ajar, buku panduan
tahapan utama dalam kajian ini, yaitu: (a) tahap pembelajaran, media, RPP, dan perangkat penilai-
awal, berupa studi pendahuluan, pengembangan an. Subjek yang dilibatkan juga sama dengan
produk awal, uji produk awal melalui uji ahli dan subjek sebagaimana studi pendahuluan. Kelaya-
praktisi; dan (b) tahap kedua, berupa uji produk kan hasil pengembangan diukur dari ketepatan
awal melalui uji terbatas, uji lapangan melalui uji design dengan hasil belajar yang dirumuskan,
quasi eksperimen, desiminasi dan implementasi sedangkan kelayakan prototipe produk diukur dari
(divisualisasikan dalam Gambar 1). ketepatan dengan design yang dihasilkan. Untuk
Studi pendahuluan dilakukan menggunakan itu, instrumen yang digunakan adalah panduan
metode fishbone diagram sebagaimana disarankan FGD dan panduan wawancara kelayakan hasil
Kaoru Ishikawa (Tambupolon, 2001:115) yang pengembangan.
meliputi aspek orang, bahan, prosedur, peralat- Uji produk awal dilakukan dengan dua
an, dan lingkungan. Subjek yang diwawancarai cara, yaitu melalui uji validasi ahli/praktisi dan
adalah guru Prakarya dan Kewirausahaan, kepala uji coba terbatas. Untuk tahap awal hanya di-
sekolah, wakil bidang kurikulum yang ditentukan lakukan uji validasi dengan melibatkan 1 orang
secara cluster sampling. Dari lima Kabupaten/ ahli teknologi pembelajaran (TP), 1 orang ahli
Kota di Pulau Lombok, ditetapkan Kota Mataram Bahasa Indonesia (BI), dan melibatkan praktisi
mewakili industri kerajinan perhiasan emas/perak/ (DU/DK/pengrajin setempat). Instrumen untuk uji
mutiara dan Kabupaten Lombok Barat mewakili validasi menggunakan kuesioner yang diadaptasi
industri kerajinan kain batik khas lokal. Selain dari indikator yang dikembangkan oleh Direktorat
itu, juga diwawancarai komite sekolah, dewan Pembinaan SMA (2007a; 2007b). Instrumen uji
pendidikan, tim pengembang kurikulum Dinas validasi oleh praktisi dijaring menggunakan pan-
Pendidikan setempat, dan kelompok pengusaha duan FGD. Penilaian dan masukan pada tahap uji
keterampilan/kerajinan lokal atau dunia usaha produk awal dijadikan dasar melakukan perbai-
(DU)/dunia kerja (DK) sebagai informan yang kan produk. Data hasil validasi ahli dan praktisi
ditentukan secara purposive sampling. Pengum- dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuan-
pulan data menggunakan kuesioner, panduan titatif. Skor berada dalam interval 1-5, sehingga
Focus Group Discussion (FGD), wawancara, dan kriteria interpretasinya, yaitu: sangat baik, jika
kajian dokumen. Instrumennya berupa kuesioner rata-rata penilaian atau tanggapan (pt) > 4; baik,
yang disusun dalam bentuk semantic differential, jika 3 < pt d 4; cukup , jika 2 < pt d 3 ; kurang,
panduan FGD, panduan wawancara untuk mem- jika 1 <pt d 2 ; sangat kurang pt = 1.
peroleh data atau fakta tentang permasalahan,

Cakrawala Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No. 1


117

Gambar 1. Alur Penelitian dan Pengembangan

HASIL DAN PEMBAHASAN berikut. Pertama, dari aspek bahan ditemukan


Hasil bahwa konten pembelajaran belum mengarah
Paparan hasil ini meliputi paparan tentang pada pembentukan berfikir kreatif dan bertin-
deskripsi hasil studi pendahuluan, model yang dak inovatif, hanya berupa kumpulan buku teks
dikembangkan, dan hasil uji coba produk awal kewirausahaan secara umum, dan belum berbasis
(uji ahli dan praktisi). ekonomi kreatif berdimensi pemanfaatan industri
keunggulan lokal. Kedua, aspek proses pembe-
Deskripsi Hasil Studi Pendahuluan lajaran cenderung ceramah, minimnya kegiatan
Permasalahan Prakarya dan Kewirausahaan bersama dan interaksi, serta tanpa melalui praktik
berdasarkan fishbone diagramnya Ishikawa (Tam- kewirausahaan secara langsung. Ketiga, aspek
bupolon, 2001:115) menunjukkan temuan sebagai orang menunjukan ketersediaan guru Prakarya

Desain Model Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis Ekonomi Kreatif Berdimensi Industri Keunggulan Lokal
118

dan Kewirausahaan memadai, meskipun kelema- dengan keterampilan melalui pemanfaatan potensi
hannya adalah kemampuan dalam memperluas keunggulan lokal (Direktorat Pembinaan SMA,
dan memperdalam isi dan proses pembelajaran 2007b). Mengacu pada tujuan ini, maka Pakarya
Prakarya dan Kewirausahaan. Keempat, aspek dan Kewirausahaan ditekankan pada pembentu-
peralatan sudah tersedia meskipun belum me- kan kompetensi wirausaha, sehingga tujuan ini
madai. Kelima, aspek lingkungan menunjukkan cenderung mengarahkan pada tujuan orientatif
bahwa dukungan yang kuat dari pengrajin/dunia prosedural dan pendukung prasyarat tentang
usaha dalam menfasilitasi praktik kewirausahaan langkah-langkah prosedur dalam melaksanakan
siswa. kegiatan produksi secara urut sebagaimana yang
Hasil analisis kebutuhan bersama subjek disarankan Degeng (2013).
menemukan bahwa pembelajaran Prakarya
dan Kewirausahaan berbasis ekonomi kreatif Deskripsi Hasil Pengembangan
berdimensi keunggulan lokal sangat diharapkan, Sebagaimana disebutkan pada bagian me-
apalagi potensi tersebut tersedia di sekitar seko- tode bahwa pengembangan model menggunakan
lah. Hasil penulusuran terhadap kebutuhan siswa design terbalik sebagaimana saran Gagne dkk
dan subjek penelitian menempatkan keterampilan (1992), berupa perumusan hasil belajar terlebih
produksi industri keunggulan lokal, seperti kera- dahulu. Dengan demikian, mengacu pada hasil
jinan khas lokal sebagai prioritas utama. Hasil analisis permasalahan dan kebutuhan, maka
analisis ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran rumusan hasil belajarnya adalah siswa memi-
Prakarya dan Kewirausahaan sebagai salah satu liki kompetensi kreatifitas dan inovatif dalam
bentuk muatan lokal. Salah satu tujuan mata memproduksi kerajinan industri keunggulan
pelajaran ini adalah untuk membekali siswa lokal. Rumusan hasil belajar tersebut menjadi

Tabel 1. Design Model Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis Ekonomi Kreatif Berdimensi
Industri Keunggulan Lokal

Cakrawala Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No. 1


119

dasar mengembangkan rancangan model yang Penyusunan panduan pembelajaran di-


terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: tujuan, adaptasi dari panduan yang dikembangkan oleh
prosedur pembelajaran, dan penilaian. Ketiga Puskur Balitbang (2006). Komponennya, yaitu
aspek ini menjadi komponen utama model yang tujuan, pertanyaan kunci, petunjuk umum bagi
dimodifikasi dari variabel pembelajaran menurut guru, bahan dan alat, alokasi waktu, rangkum-
Reigeluth dan Merrill (1978:1979), berupa kon- an langkah-langkah pembelajaran, deskripsi
disi pembelajaran, metode pembelajaran, dan ha- langkah-langkah pembelajaran, dan rambu-rambu
sil pembelajaran. Secara khusus, untuk prosedur evaluasi pembelajaran. Media pembelajaran di-
pembelajaran diadopsi dari pendapat Reigeluth kemas menggunakan multimedia interaktif de-
dan Merrill (1978) yang membaginya menjadi ngan memanfaatkan macromedia flash, yang di
tiga komponen, yaitu pengorganisasian materi, dalamnya terdapat teks, gambar, suara, dan video
penyampaian materi, dan pengelolaan pembela- sesuai tuntutan materi. Khusus untuk RPP disusun
jaran. Design model Prakarya dan Kewirausahaan berdasarkan alur dan struktur penyusunan seperti
berbasis ekonomi kreatif berdimensi industri RPP pada mata pelajaran lain. Produk terakhir
keunggulan lokal disajikan dalam Tabel 1. Model adalah penyusunan perangkat penilaian berbasis
yang dihasilkan dilengkapi dengan prototipe penilaian proyek sebagaiman tuntutan hasil ran-
produknya, meliputi: rumusan KD, silabus, buku cangan model tersebut.
ajar, buku panduan pembelajaran, media, RPP,
dan perangkat penilaian. Hasil Uji Produk Awal
Berdasarkan rancangan yang dihasilkan Uji produk awal dilakukan melalui uji ahli
pada Tabel 1 di atas kemudian disusun produknya dan praktisi. Uji ahli pertama dilakukan untuk
berupa penajaman KD, silabus, buku ajar, media, menilai kelayakan dan penyajian dengan melibat-
buku panduan pembelajaran, RPP, dan perangkat kan ahli teknologi pembelajaran (Tabel 2). Data
penilaian. KD dan silabus disusun berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa produk model yang
hasil penyusunan rancangan model dengan me- dihasilkan sudah sangat baik dan sudah layak
nempatkan ketrampilan produksi kerajinan seba- digunakan.
gai fokus utama di samping pemasaran. Buku ajar Uji selanjutnya adalah sisi kebenaran sub-
sebagai produk model juga disusun berdasarkan stansinya yang dilakukan melalui FGD bersama
hasil rancangan (design) model yang disusun de- pengrajin/DU/DK (hasil pengujian pada Tabel
ngan alur: menentukan identitas buku ajar, analisis 3). Secara keseluruhan menunjukkan bahwa isi
instruksional, identifikasi subordinate skill (in- substansi Prakarya dan Kewirausahaan sudah
dikator), deskripsi materi buku ajar berdasarkan sesuai dengan ekonomi kreatif berdimensi keung-
subordinate skill, dan menentukan evaluasi dalam gulan lokal. Di samping itu, tahapan produksinya
buku ajar.

Tabel 2. Hasil Uji Kelayakan dan Penyajian Produk Model Prakarya Kewirausahaan Berbasis
Ekonomi Kreatif Berdimensi Industri Keunggulan Lokal

Sumber: Pengolahan Data Primer

Desain Model Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis Ekonomi Kreatif Berdimensi Industri Keunggulan Lokal
120

Tabel 3. Hasil Uji Kebenaran Isi Substansi Prakarya dan Kewirausaahaan Berbasis Ekonomi
Kreatif Berdimensi Industri Keunggulan Lokal

Tabel 4. Hasil Uji Ketepatan Bahasa Produk Model Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis
Ekonomi Kreatif Berdimensi Industri Keunggulan Lokal

Sumber: Pengolahan Data Primer

sebagaimana termuat dalam rumusan KD dan rekonstruksi sosial relevan dengan pemecahan
indikator sudah benar. permasalahan sosial. Penempatan penyelesaian
Uji ahli terakhir adalah dari sisi ketepatan permasalahan sosial menjadi muara teori ini
penggunaan bahasa Indonesia. Hasil uji menun- (Stanley, 1981) sehingga berimplikasi pada be-
jukkan bahwa seluruh produk model (khususnya berapa hal berikut. Pertama, bahwa konten/materi
buku ajar dan buku panduan pembelajaran) sudah yang digunakan bersumber dari potensi sekitar
memenuhi kaidah penggunaan bahasa Indonesia peserta didik sebagaimana yang ditegaskan oleh
yang benar. Beberapa masukan yang sudah dire- George S. Counts (White, 2002). Ahli psikologi
visi adalah terkait penggunaan tata bahasa dan seperti Keller (1983) juga sependapat tentang
perampingan gambar/ilustrasi. pentingnya materi yang relevan kebutuhan peserta
didik sehingga dapat menarik minat dan motivasi
Pembahasan belajar peserta didik. Dalam kajian ini, konten/
Temuan awal sebagaimana dipaparkan materi Prakarya dan Kewirausahaan menempat-
di atas telah meneguhkan hasil-hasil kajian kan potensi ekonomi kreatif berdimensi industri
sebelumnya (Sukardi dkk, 2014) bahwa pen- keunggulan lokal sebagai sumber materinya
didikan kewirausahaan yang bersandarkan pada sehingga dapat berkontribusi terhadap pemecah-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No. 1


121

an permasalahan sosial. Rancangan ini sejalan dapat dilakukan sendiri oleh siswa, teman seja-
temuan White (2002) yang merekomendasikan wat, maupun oleh guru (Bergh dkk, 2006; Puskur
pentingnya pengembangan kurikulum bidang Balitbang, 2006).
sosial (termasuk ekonomi) berorientasi pada
rekonstruksi sosial untuk menjawab perubahan SIMPULAN
sosial dan tantangan global. Berdasarkan pemaparan di atas dapat di-
Implikasi kedua adalah proses pembela- simpulkan sebagai berikut. (a) Pelaksanaan
jarannya. Rancangan pengelolaan pembelajaran pembelajaran berdimensi Kewirausahaan di
akan dilakukan secara interaktif dengan melibat- SMA belum optimal, karena kurang memper-
kan siswa secara aktif. Prinsip-prinsip tersebut hatikan kebutuhan siswa dan potensi ekonomi
sejalan dengan pendapat pemikir rekonstruksi kreatif berdimensi industri keunggulan lokal
sosial lainnya, seperti Vygotsky (Schunk, 2012) sebagai substansinya. Hasil analisis kebutuhan
yang menekankan pentingnya interaksi antara menempatkan keterampilan produksi industri
aspek internal dan eksternal dari pembelajaran keunggulan lokal, seperti kerajinan khas lokal
serta dengan lingkungan sosial pembelajaran. Ha- sebagai substansi Prakarya dan Kewirausahaan
sil kajian Man dan Yu (2007) juga menempatkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
interaksi sebagai inti pembelajaran rekonstruksi berorientasi rekonstruksi sosial. (b) Model yang
sosial. Jauh sebelumnya, Joyce dkk (2001) dalam dikembangkan terdiri atas tiga komponen utama,
penelitiannya juga menyarankan implementasi yaitu tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan
pembelajaran berorientasi rekonstruksi sosial indikator), prosedur pembelajaran (pengorganisa-
yang menekankan pada pembelajaran partisipatif, sian materi, penyampaian materi, dan pengelolaan
dialogis, dan interaktif sehingga memungkinkan pembelajaran), dan penilaian. Dari rancangan
siswa mencapai kemampuan berfikir yang lebih model, dihasilkan produk berupa rumusan KD,
tinggi. Pola dan kebiasaan pembelajaran terse- silabus, buku ajar, buku panduan pembelajaran,
but telah menghasilkan regenerasi sosial dan media, RPP, dan perangkat penilaian. (c) Hasil
pembaharuan dalam masyarakat di Amerika uji produk awal melalui uji validasi ahli dan
Serikat. Proses interaksi tersebut dilakukan tidak praktisi menunjukkan bahwa secara keseluruhan
hanya di setting dalam kelas melainkan di luar rancangan dan produk model yang dihasilkan
kelas. Pembelajaran di luar kelas didasarkan pada kategori sangat baik.
pada konsep bahwa potensi lokal merupakan Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka
sumber belajar berbasis lingkungan, sehingga ke- untuk tahun pertama ini disarankan kepada seko-
beradaan lingkungan menjadi sumber daya yang lah (SMA) yang menerapkan Kurikulum 2013
dapat dimanfatkan oleh siswa. Dengan demikian, agar dapat mengadopsi atau mengadaptasi model
pembelajaran di luar kelas memberikan peluang awal ini sampai dilakukan proses pengujian akhir.
kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan dan Bagi pengambil kebijakan dapat menyebarluaskan
keterampilan melalui pelibatan dalam dunia nyata. model ini melalui penggandaan dan menfasili-
Pembelajaran di luar kelas juga dapat menghindari tasi sekolah untuk membuat program Workshop/
kejenuhan, kebosanan, dan persepsi belajar hanya Pendidikan dan Latihan atau sejenisnya. Untuk
di dalam kelas. saran pengembangan produk lanjut, khususnya
Implikasi ketiga adalah bahwa rancangan kepada peneliti lain adalah dapat menggunakan
model yang dihasilkan menggunakan penilaian model awal ini sebagai dasar mengembangkan
otentik dalam bentuk penilaian proyek. Penilai- dan perluasan model dan atau perluasan fokus
an ini lebih diarahkan pada penilaian berbasis aspek kewirausahaannya.
bukti nyata berupa unjuk kerja dan produk yang
dihasilkan siswa. Implementasi kedua penilaian UCAPAN TERIMA KASIH
tersebut diwujudkan dalam bentuk penggunaan Penelitian ini dibiayai dari Skim Hibah
penilaian berbasis proyek di samping penilaian Strategis Nasional 2015. Untuk itu, ucapan
selama presentasi hasil dan evaluasi diri. Penilai- terima kasih disampaikan kepada Direktorat
an proyek dapat menilai hasil dan proses serta Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat

Desain Model Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis Ekonomi Kreatif Berdimensi Industri Keunggulan Lokal
122

Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Direktorat Pembinaan SMA. 2007b. Panduan
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Umum Pengembangan Bahan Ajar. Ja-
Tinggi atas bantuan dan dukungannya. Terima karta: Direktorat Pembinaan SMA Departe-
kasih pula disampaikan kepada Dewan Redaksi men Pendidikan Nasional.
Cakrawala Pendidikan beserta staf atas perkenan
dipublikasikannya hasil kajian ini. Direktorat Pembinaan SMA. 2007c. Konsep dan
Strategi Pelaksanaan Pendidikan Berbasis
DAFTAR PUSTAKA Keunggulan Lokal. Jakarta: Direktorat
Bergh, V.V.D., Mortelmans, D., Spooren, P., Pembinaan SMA Departemen Pendidikan
Petegem, P.V., Gijbels, D., & Vanthourn- Nasional.
out, G. 2006. New Assessment Modes
Within Project-Based Education-The Florida, R. 2002. The Rise of The Creative Class.
Stakeholderes. Studies in Educational New York: Basic.
Evaluation, 32, hlm 345-368.
Gagne, R.M., Briggs, L.J. & Walter, W.W. 1992.
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational Principles of Instructional Design (4th ed.).
Research: an Introduction (4th ed.). New Fort Worth, TX: HBJ College Publishers.
York: Longman, Inc.
Howkins, J. 2001. The Creative Economy: How
Badan Pusat Statistik/BPS. 2013a. Keadaan People Make Money from Ideas. New York:
Ketenagakerjaan Agustus 2013. (http:// Penguin.
www. bps.go.id/brs_file/naker_06nov13.
pdf). Diunduh 30 Desember 2013. Jha, A. K. 2012. Epistemological and Pedagogi-
cal Concerns of Constructionism: Relating
Badan Pusat Statistik/BPS. 2013b. Indikator to the Educational Practices. Creative
Pendidikan 1994-2012. (http://www.bps. Education, 3 (2), hml 171-178.
go.id/tab_sub/ view.php?kat=1&tabel=1).
Diakses 21 Januari 2014. Joyce, B., Elizabeth, S., & Judy, F. 2001. Social
Reconstruction through Video Art: a Case
Cheng, M.Y., Chan, W.S. & Mahmood, A. 2009. Study. Transformations, 12 (1), hml 93-
The Effectiveness of Entrepreneurship 105.
Education in Malaysia. Education +
Training, 51 (7) hml 555-566. Keller, J.M. Motivational Design of Instruction.
Dalam Charles M. Reigeluth (Ed). 1983.
Degeng, I.N.S. 2013. Ilmu Pembelajaran: Klasi- Instructional-Design Theories and Models:
fikasi Variabel untuk Pengembangan An Overview of their Current Status. Hills-
Teori dan Penelitian. Bandung: ARAS dale, N.J.: Lawrence Erlbaum Associates.
MEDIA.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga/Dik- Kemdikbud. 2013. Peraturan Menteri
pora NTB. 2012. Buku Saku Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Propinsi NTB 2011-2012. Mataram: Dinas Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi
Dikpora NTB. Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Kemdikbud.
Direktorat Pembinaan SMA. 2007a. Panduan
Umum Pengembangan Mulok. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Kem-
Direktorat Pembinaan SMA Departemen dikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru:
Pendidikan Nasional. Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014
Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausa-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No. 1


123

haan SMA/SMK. Jakarta: Pusat Pengem- Schunk, D.H. Teori-teori Pembelajaran: Per-
bangan Profesi Pendidik Badan Pengem- spektif Pendidikan. (6th ed.). Terjemahan
bangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar. 2012.
dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pendidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Sowmya, D.V., Majumdar, S. & Gallant, M. 2010.
Relevance of Education for Potential En-
Macdonald, S. 2013. Beyond the Creative Indus- trepreneurs: an International Investigation.
tries. International Journal of Education Journal of Small Business and Enterprise
Through Art, 9 (3), hml 293-309. Development, 17 (4), hml 626-640.

Man, T.W.Y., & Yu, C.W.M. 2007. Social Stanley, W.B. 1981. Toward a Reconstruction of
Interaction and Adolescents Learning Social Education. Theory and Research in
in Enterprise Education: an Empirical Social Education, 9 (1), hml 67-89.
Study. Education + Tarining, 49 (8), hml
620-633. Sukardi, Syafruddin, & Burhanuddin. 2012.
Penelusuran Permasalahan dan Potensi
McNeil, J.D. 2006. Contemporary Curriculum: Pendidikan Menengah Umum untuk Men-
In Thought and Action. NJ: John Wiley gukur Peluang Pengembangan Pendidikan
and Sons, Inc. Kewirausahaan Berbasis Keterampilan
Daerah di Kota Mataram NTB. Jurnal Pe-
Packham, G., Jones, P., Miller, C., Pickernell, D. nelitian Kependidikan, 22 (1), hml 74-89.
& Thomas, B. 2010. Attitudes Towards
Entrepreneurship Education: a Compara- Sukardi, Ismail, M., & Suryanti, N.M. 2014.
tive Analysis. Education +Training, 52 Model Pendidikan Kewirausahaan Ber-
(8), hml 568-586. basis Keterampilan Lokal bagi Anak Pu-
tus Sekolah pada Masyarakat Marginal.
Pang, L. 2009. The Labor Factor in the Creative Cakrawala Pendidikan, 33 (3), hlm 402-
Economy. Social Text 99, 27 (2): 55-76. 412.

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengem- Sulaimi, M., Karta, I.W., & Sukardi. 2010.
bangan/Puskur Balitbang. 2006. Model Pemetaan Permasalahan dan Potensi
Penilaian Kelas. Jakarta: Puskur Balitbang Pengembangan dan Pelaksanaan KTSP
Departemen Pendidikan Nasional. Pendidikan Dasar di Kota Mataram, Jur-
nal Kependidikan, 40 (1), hlm 1-15.
Rautkorpi, T. 2007. Mentoring in the Creative
Economy. International Journal of Edu- Supeno. 2007. Model Pendidikan bagi Masyarakat
cation Through Art, 3 (3), hml 231-241. Marginal. Makalah disajikan dalam Loka-
karya Pengembangan Model Pendidikan
Reigeluth, C.M. & Merrill, M.D. 1978. A Knowl- pada Masyarakat Marginal, Sumbawa, 8-9
edge Base for Improving Our Methods of September.
Instructional. Educational Psychologist,
13, hml 57-70. Tampubolon, D.P. 2001. Perguruan Tinggi
Bermutu: Paradigma Baru Manajemen
Reigeluth, C.M. & Merrill, M.D. 1979. Classes Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan
of Instructional Variables. Educational Abad Ke-21. Jakarta: Gramedia.
Technology, 19 (3), hml 5-24.
Wennekers & Thurik, R. 1999. Linking En-
trepreneurship and Economic Growth.

Desain Model Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis Ekonomi Kreatif Berdimensi Industri Keunggulan Lokal
124

Journal Small Business Economics, 13 (2), Willis, J. 2000. The Maturing of Constructivist
hml 27-55. Instructional Design: Some Basic Princi-
ples That Can Guide Practice. Educational
White, S.R. 2002. Reconstructionism and Inter- Technology, 40 (1), hml 5-16.
disciplinary Global Education: Curricula
Construction in a Teilhardian Context. Zimmerer, T.W., Scarborough, N.M. & Widson,
International Education Journal, 31 (1), D. 2008. Essentials of Entrepreneurship
hml 5-23. and Small Business Management (5th ed).
Upper Saddle Rever, NJ: Pearson Educa-
Wildan, Sukardi, & Musaddat, S. 2011. Naskah tion, Inc.
Kajian Strategi Perencanaan Pendidikan
Menengah di NTB. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Menengah Kemente-
rian Pendidikan Nasional.

Cakrawala Pendidikan, Februari 2016, Th. XXXV, No. 1

Anda mungkin juga menyukai