Anda di halaman 1dari 27

TINJAUAN MATA KULIAH

Mata kuliah ini mempelajari tentang Trend & Issue dalam keperawatan

jiwa. Dalam bahan ajar ini mencakup tentang trend dan isu dalam keperawatan

jiwa yang terbaru yang banyak terjadi fenomenanya pada masyarakat.

Setelah mengikuti kegiatan proses pembelajaran Keperawatan Jiwa ini

diharapkan mahasiswa mampu :

1. Memahami beberapa teori-teori yang ada pada keperawatan jiwa


2. Memahami beberapa trend penting yang menjadi perhatian dalam

keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut:


a. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
b. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

c. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa

d. Kecenderungan situasi di era global

e. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat

f. Kecenderungan penyakit jiwa

g. Meningkatnya post traumatik sindrom

h. Meningkatnya masalah psikososial

i. Trend bunuh diri pada anak

j. Masalah AIDS dan NAPZA

k. Kekerasan

l. Masalah ekonomi dan kemiskinan

BAB I

1
TREND & ISSUE KEPERAWATAN JIWA

A. Pendahuluan

Pada bab ini mempelajari tentang Trend & Issue dalam keperawatan jiwa.

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang

sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat

dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan

jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Dalam bahan ajar ini mencakup

tentang trend dan isu dalam keperawatan jiwa terbaru yang banyak terjadi

fenomenanya pada masyarakat.

B. Penyajian

1. Konsep Dasar Kesehatan dan Keperawatan Jiwa

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang

menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri

sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan

kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada

(American Nurses Associations).

Menurut WHO, keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial,

tidak hanya terbebas dari penyakit atau cacat. Pengertian sehat menurut WHO

tersebut merupakan kondisi ideal dari sisi biologis, psikologis dan social.

Ciri sehat jiwa menurut Maslow-Mittlemenn (Notosoedirdjo, 2005) :

2
a. Rasa aman yang memadai

Perasaan aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, social dan

keluarganya.

b. Kemampuan menilai diri sendiri yang memadai yang mencakup

1) Harga diri yang memadai, ada nilai yang sebanding pada diri sendiri

dan prestasinya.

2) Memiliki perasaan yang berguna.

c. Memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengan orang lain

seperti hubungan persahabatan, cinta, berekspresi yang cukup pada

ketidaksukaan tanpa kehilangan control, kemampuan memahami dan

membagi rasa kepada orang lain, kemampuan menyenangi diri sendiri dan

tertawa.

d. Mempunyai kontak yang efisien dengan realitas mencakup 3 aspek, fisik,

social dan diri sendiri atau internal. Ditandai dengan :

1) Tiadanya fantasi yang belebihan.

2) Mempunyai pandangan yang realistis dan pandangan yang luas: 3)

kemampuan untuk berubah jika situasi eksternal tidak dapat

dimodifikasi.

e. Keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk

memuaskannya ditandai dengan :

1) Sikap yang sehat terhadap fungsi jasmani.

2) Kemampuan meperoleh kenikmatan kebahagiaan dari dunia fisik

dalam kehidupan.

3
3) Kehidupan seksual yang wajar.

4) Kemampuan bekerja.

5) Tidak adanya kebutuhan yang berlebihan.

f. Mempunyai pengetahuan yang wajar termasuk didalamnya :

1) Cukup mengetahui tentang: motif, keinginan, tujuan, ambisi,

hambatan, kompensasi, perasaan rendah diri.

2) Penilaian yang realistis terhadap milik dan kekuarangan.

g. Kepribadian yang utuh dan konsisten maknanya :

1) Cukup baik perkembangannya, kepandaiannya, berminat dalam

berbagai aktifitas.

2) Memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak berbeda dengan

pandangan kelompok.

3) Mampu berkonsentrasi.

4) tidak ada konflik besar dalam kepribadiannya

h. Memiliki tujuan hidup yang wajar. Hal ini berarti :

1) Memiliki tujuan yang sesuai dan dapat dicapai

2) Mempunyai usaha yang cukup dan tekun mencapai tujuan

3) Tujuan bersifat baik untuk diri sendiri dan masyarakat.

i. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman

Tidak hanya mengumpulkan pengetahuan dan kemahiran ketrampilan,

tetapi juga kemauan menerima hal baru yang baik

j. Kemampuan memuaskan tuntutan kelompok.

1) Tidak terlalu menyerupai anggota kelompok yang lain.

4
2) Terinformasi secara memadai, menerima cara yang berlaku

dikelompoknya.

3) Kemauan dan dapat menghambat dorongan dan hasrat yang dilarang

kelompoknya.

4) Mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya, hal

ini mencakup :

- Kemampuan menganggap sesuatu itu baik dan yang lain jelek.

- Dalam beberapa hal tergantung dari pandangan kelompok.

- Menghargai perbedaan budaya.

Pada jiwa yang sehat ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi

kesehatan jiwa. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Inherited Characteristic (Warisan Karakteristik)


Beberapa teori percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal dengan

sempurna dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah mental

yang sehat di pandangan hidupnya. Di sisi lain orang yang

mengalami kecacatan genetik mempengaruhi seseorang untuk

mempertahankan kesehatan jiwanya. Setiap orang memiliki sifat yang

berbeda, ada yang sensitive dan ada yang temperamental semua itu

dipengaruhi oleh lingkungannya.

b. Nurturing During Childhood (Pemeliharaan Sewaktu Kecil)

5
Hal ini mengacu pada interaksi dengan orang tua di masa kecil juga akan

mempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai dengan positif

ketika anak dilahirkan akan menciptakan perasaan cinta, aman dan mau

menerima. Pemeliharan yang buruk ketika kecil juga akan mempengaruhi

mental sang anak seperti kekurangan kasih saying ibu, penolakan dari

orang tua dan kegagalah komunikasi awal.

c. Life Circumstance (Keadaan Hidup)

Keadaan hidup bisa mempengaruhi keadaan mental seseorang dimulai dari

dia lahir. Contoh keadaan yang positif adalah sukses di sekolah,

keuangan yang mencukupi, kesehatan fisik yang baik, pekerjaan

yang menyenangkan dan perkawinan yang sukses. Sedangkan keadaan

hidup yang negative meliputi kesehatan fisik yang buruk, pekerjaan dan

perkawinan yang tidak sukses.

2. Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara

meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakat.

Perkembangan teknologi digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi

dari berbagai belahan dunia mampu di akses dalam waktu yang sangat cepat,

perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi menjadi sebuah media

perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa. Berdasarkan isu diatas

maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk

6
menekan penderita gangguan jiwa di Indonesia pada khususnya dan dunia pada

umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan

material, tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa

orang mengalami goncangan dalam kehidupannya. Ketika agama tidak lagi

menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi tuhan maka akan banyak

perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial, tekanan

psikologis dan tekanan-tekanan yang lain mampu membuat ego defence

mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap

penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak

integritas pribadinya sendiri, contoh : "agar kelihatan kaya melakukan hutang

dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya harus gerilya dengan debt

collector, setiap debt collector datang harus bersembunyi atau bahkan melarikan

diri agar hutangnya tidak ditagih, jika perlu pindah rumah kontrakan". Kejaran

dari debt collector bisa membuat seseorang menjadi tertekan secara psikologis.

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah

yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut

dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada

keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa trend

penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah

sebagai berikut :

7
a. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19

tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak

lahir. Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang

hebat terlahir dari seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya

sudah dipelajari sejak dalam kandungan pada saat bayi belum lahir

yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang

teratur.Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California

menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti serta diberikan

stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan,

ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan

emosi yang lebih baik. Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa

stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru lahir dapat

meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.


Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi

sedang berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko

yang leih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari.

Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang

terjadi pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan

risiko menderita skizofrenia.Mednick menghidupkan kembali teori

perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada

penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif

sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti

berkurnagnya kemampuan dalam mempertahankan perhatian,

8
membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory, dan

fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.


Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam

kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh

lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak,

trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak

seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini

menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi,

kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan

gangguan emosi.
b. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Penderita tidak

lagi didominasi masyarakat kelas bawah. Tetapi kalangan mahasiswa,

PNS, pegawai swasta, pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke

atas juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Kondisi

lingkungan yang semakin keras, dapat menjadi penyebab

meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan

kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi

lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.


Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater

dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal

baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami

tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat

kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga

menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk

9
gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami

stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan

penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan

merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja,

rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat

kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah

kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk

musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga. Tipe gangguan

jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang

menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah

orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang

bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.

c. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa

Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan

banyak hal. Namun menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu

Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini,

yaitu :

1) Gangguan fisik, biologis atau organik. Penyebabnya antara lain

berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi

(tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol

dan lain-lain.

10
2) Gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena

salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang

patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik,

dan tekanan krisis.

3) Gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa

stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan

antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup,

dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor

keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).

d. Kecenderungan situasi di era global

Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara

negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik.

Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang

merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sektor termasuk sektor

kesehatan. Perawat jiwa dalam era global ini harus membekali diri

dengan bahasa internasional, kemampuan komunikasi dan

pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa

enterpreneurship.

e. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan pelayanan kesehatan

termasuk keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan

persaingan penyelenggaraan pelayanan (persaingan kualitas). Untuk

mewujudkan struktur masyarakat yang sehat kuncinya adalah setiap

11
orang harus meningkatkan kualitas hidup yang dapat menjamin

terciptanya kondisi sehat yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak

bergantung pada orang lain merupakan orientasi paradigma kesehatan

jiwa. Terdapat empat ciri pembentuk strukur masyarakat yang sehat

yaitu :

1) Suatu masyarakat yang didalamnya tidak ada seorang manusia pun

yang diperalat oleh orang lain. Seharusnya tidak ada yang diperalat

atau memperalat diri sendiri, dimana manusia itu menjadi pusat

dari semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada

tujuan perkembangan diri manusia.

2) Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam

pekerjaaanya, merangsang perkembangan akal budi dan lebih jauh

lagi, mampu membuat manusia untuk mengungkapkan kebutuhan

batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.

3) Masyarakat terhindar dari sifat rakus, eksploitasi, pemilikan

berlebihan, narsisme, tidak mendapatkan kesempatan mengambil

keuntungan material tanpa batas.

4) Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam

dimensi yang dapat dipimpin dan diobservasi.

f. Kecenderungan penyakit jiwa

12
Trauma merupakan sesuatu yang katastropik yaitu diluar rentang.

Pengalaman katastropik dalam berbagai bentuk baik peperangan

(sering terjadi), pemerkosaan, maupun bencana alam (gempa, banjir

bandang, dan bencana tsunami) sungguh mengerikan dan akan

membuat seseorang dalam keadaan stress berkepanjangan dan

berusaha untuk tidak mengalami stress yang sedemikian.

g. Meningkatnya Post Traumatik Sindrom Disorder

Trauma katostropik yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma

yang umum di lami manusia dalam kejadian sehari-hari.

Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan. Mereka akan menjadi

manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir

menjadi tidak produktif. Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan

yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling

keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa

yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

h. Meningkatnya masalah psikososial

Pada UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu Psikiatri

masalah kesehatan jiwa secara garis besar dapat digolongkan menjadi :

1) Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan

kualitas hidup yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan

makna dan nilai-nilai kehidupan manusia, seperti :

- Maslaah kesehatan jiwa mulaid ari persiapan pranikah, anak

dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut.

13
- Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan

disabilitas.

- Pemukiman yang sehat.

- Pemindahan tempat tinggal.

2) Masalah psikososial yaitu masalah psikis :

- Psikotik gelandang (seseorang yang berkeliaran di tempat

umum dan diperkirakan menderita gangguan jiwa psikotik dan

dianggap mengganggu ketertiban atau keamanan lingkungan)

- Pemasungan penderita gangguan jiwa.

- Masalah anak remaja (tawuran atua kenakalan)

- Penyalahguaan narkotik dan psikotropik.

- Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll).

3) Maslaah usia lanjut yang terisolasi (penelantaran, penyalahgunaan

fisik, gangguan psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap

perubahan, perubahan minat, insomnia, kecemasan, depresi,

gangguan daya ingat dll)

4) Masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja (penurunan

produktivitas, stress ditempat kerja dll).

i. Tren bunuh diri pada anak

14
Selain faktor kecelakaan, bunuh diri termasuk penyebab utama

kematian pada anak dari umur 15-34 tahun. Metode yang biasa

dilakukan anak remaja sekarang yaitu salah satunya dengan

menggunakan pistol, gantung diri, dan minum racun. Keberhasilan

bunuh diri itu kebanyakan terjadi pada anak laki-laki lebih banyak

bisa 3x dari wanita. Latar belakang masalah dari bunuh diri bermacam-

macam contohnya seperti perekonomian, masalah rumah tangga,

terlilit hutang dan hubungan asmara atau percintaan.

j. Masalah AIDS dan NAPZA

Ini merupakan salah satu gangguan penggunaan zat adiktif yang

merupakan dampak dari pembangunan dan teknologi dari suatu

negara yang semakin maju. Perawat merupakan komponen terbesar

dari seluruh tim kesehatan maka upaya-upaya pencegahan dan

penatalaksanaan keperawatan menjadi hal yang sangat penting karena

perawat berada di sisi klien dalam rentang waktu yang lama di banding

tim kesehatan lainnya.

k. Kekerasan

Menurut WHO kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan

kekuasaan,ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan

atau sekelompok orang ataumasyarakat yang mengakibatkan atau

kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian

psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.

15
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang menunjukkan

perilaku yang actual melakukan kekerasan yang ditunjukan pada diri

sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada

lingkungan, marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai

ancaman (Stuart dan Sundeen,2005).

l. Masalah ekonomi dan kemiskinan

Pengangguran telah menyebabkan warga Indonesia semakin terpuruk.

Daya beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi,

mudah teragitasi, kekebalan menurun dan infrastruktur yang masih

rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami gangguan jiwa. Hal ini

dpaat dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu disertai

dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini

diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan yang

tidak terjangkau dan penggusuran yang kerap terjadi.

3. Perilaku Kekerasan (Bullying)

Pengetian kekerasan menurut beberapa ahli yaitu :

a. Menurut Patilima, kekerasan merupakan perlakuan yang salah dari

orangtua. Patilima mendefinisikan perlakuan yang salah pada anak

adalah segala perlakuan terhadap anak yang akibat dari kekerasannya

mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik,

psikologi sosial maupun mental. Kekerasan pada anak dalam arti

kekerasan dan penelantaran adalah semua bentuk perlakuan

16
menyakitkan baik secara fisik maupun emosional, pelecehan seksual,

penelantaran, eksploitasi komersial atau eksploitasi lain yang

mengakibatkan cedera atau kerugian nyata maupun potensial terhadap

kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau

martabat anak yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab

kepercayaan atau kekuasaan.


b. Menurut WHO kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan

kekuasaan,ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau

sekelompok orang ataumasyarakat yang mengakibatkan atau

kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian

psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.

Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang menunjukkan

perilaku yang actual melakukan kekerasan yang ditunjukan pada diri sendiri atau

orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan, marah

merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai ancaman (Stuart dan

Sundeen,2005).

Kekerasan adalah suatu bentuk penyerangan secara fisik atau melukai

orang sekitar dan perbuatan ini banyak terjadi pada anak remaja, (Vander

Zander, 2000).

Bullying secara harfiah adalah penindasan, secara bahasa adalah perilaku

seseorang atau sekelompok orang secara berulang yang memanfaatkan ketidak

seimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental

atau secara fisik.

17
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku

kekerasan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian

bullying sebagai kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang

dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu

mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau

menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak

berdaya. Bullying biasanya dilakukan berulang sebagai suatu ancaman, atau

paksaan dari seseorang atau kelompok terhadap seseorang atau kelompok lain.

Bila dilakukan terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan,

kecemasan, dan depresi. Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada

pihak yang setara. Namun, sering terjadi pada pihak yang tidak berimbang

secara kekuatan maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam situasi tidak mampu

mempertahankan diri atau tidak berdaya. Korban bullying biasanya memang

telah diposisikan sebagai target. Bullying sering kita temui pada hubungan sosial

yang bersifat subordinat antara senior dan junior.

Macam-macam bullying diantaranya adalah :

a. Bullying Secara Verbal


Berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang

bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan

seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi,

tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip

dan lain sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, dalam bentuk verbal

adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal

18
dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama

menuju pada kekerasan yang lebih jauh.

b. Bullying Secara Fisik

Yang termasuk jenis bullying secara fisik ialah memukuli, mencekik,

menyikut, meninju, menendang, menggigit, emiting, mencakar, serta

meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak

serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati

bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk

diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak

sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak yang secara teratur

melakukan bullying dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang paling

bermasalah dan cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang

lebih lanjut.

c. Bullying Secara Relasional (Pengabaian)

Digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau bahkan

untuk merusak hubungan persahabatan.Bullying secara relasional adalah

pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian,

pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup

sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan

mata, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan

bahasa tubuh yang kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak

kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik,

19
mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba

untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman

sebaya.

d. Bullying Elektronik

Merupakan bentuk dari perilaku bullying yang dilakukan pelakunya

melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet

website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan

untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan

rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau

menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja

yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi

informasi dan media elektronik lainnya.

Dampak dari bullying adalah :

a. Dampak Bagi Korban

Bullying dapat membuat seseorang merasa cemas dan ketakutan.

Dapat mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka

untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu

yang lama maka akan dapat mempengaruhi self-esteem siswa,

meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri,

menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depresi, serta rasa tidak

aman. Lebih parah lagi, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat

nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri.

20
Jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang, maka korban

akan merasa depresi dan marah. Ia marah terhadap dirinya sendiri atau

terhadap pelaku bullying. Bahkan terhadap orang-orang di sekitarnya dan

terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal

tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung

tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk

mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam

pengasingan. Dampak negatif bullying juga tampak pada penurunan skor

tes kecerdasan dan kemampuan analisis siswa.

b. Dampak Bagi Pelaku

Pada umumnya para pelaku ini memiliki rasa percaya diri yang

tinggi dengan harga diri yang tinggi pula. Cenderung bersifat agresif

dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak

keras, mudah marah dan impulsif. Para pelaku bullying ini memiliki

kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati

terhadap targetnya. Pelaku bullying tidak dapat mengembangkan

hubungan yang sehat. Kurang cakap untuk memandang dari perspektif

lain. Menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat

mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan datang.

Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa

mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus-

menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan

21
terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku

kriminal lainnya.

Berikut ini beberapa tanda untuk mengenali dari korban bullying atau tidak :

1. Ada luka yang tidak bisa dijelaskan.

Luka atau cedera yang berusaha disembunyikan anak, harus menjadi

perhatian utama. Ingatkan anak bahwa tidak ada yang berhak

menyakiti mereka. Dorong mereka untuk menceritakan apa yang

terjadi kepada Anda. Informasi tersebut dibutuhkan agar masalah ini

dapat ditangani oleh para guru sekolah yang tentunya bertujuan untuk

mengakhiri penindasan.

2. Pakaian robek atau barang hilang.

Jika anak kembali dari sekolah dengan keadaan pakaian yang robek

atau ada barang miliknya yang hilang tanpa penjelasan yang masuk

akal, sebaiknya Anda menyelidiki kemungkinan penyebabnya dengan

cara yang tepat dan mendukung.

3. Mengalami penyakit fisik.

Sakit atau berpura-pura sakit untuk menghindari sekolah bisa menjadi

indikasi adanya trauma emosional. Bullying dapat secara negatif

memengaruhi kesehatan fisik dan emosional anak. Oleh karena hal

tersebut Anda harus waspada terhadap penyebabnya.

22
4. Malas untuk pergi ke sekolah

Jika anak Anda adalah siswa yang memiliki prestasi bagus di sekolah

dan tiba-tiba kehilangan minat untuk pergi ke sekolah atau prestasinya

mulai menurun, ada baiknya Anda berbicara dengan anak dan gurunya

tentang kemungkinan penyebabnya. Guru mungkin dapat memberikan

penjelasan yang bisa Anda pahami berkaitan dengan hubungan anak

dengan teman-temannya.

5. Berperilaku menyakiti diri sendiri.

6. Karena malu dan bingung, banyak korban bullying sulit meminta

bantuan. Jangan pernah mengabaikan gejala-gejala seperti menyakiti

diri sendiri , pembicaraan tentang bunuh diri atau melarikan diri, atau

perilaku berbahaya lainnya.

7. Merasa rendah diri

Jangan pernah mengabaikan kecemasan, depresi atau tanda rendah diri

yang muncul tiba-tiba. Karena setiap perilaku stres apa pun

membutuhkan perhatian orang tua dengan segera. Bangunlah

komunikasi yang baik dengan anak, sehingga mereka merasa cukup

aman untuk berbicara yang terbuka dan jujur tentang ketakutan yang

mereka alami.

8. Senang menyendiri

Jika anak mulai mengisolasi diri dari teman dan keluarga, dapatkan

solusi yang tepat untuk mengetahui apa alasannya. Menutup diri atau

23
senang menyendiri pada anak, ada kemungkinan anak tersebut telah

menjadi korban bullying.

4. Terapi Komplementer

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan

komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari

negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan

termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari

zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turuntemurun pada suatu

negara.Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai

pengobatan komplementer.

Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan untuk

menangani berbagai penyakit dengan teknik tradisional yang juga dikenal

sebagai pengobatan alternative. Terapi komplementer ini tidak dilakukan dengan

tindakan bedah dan obat. Namun biasanya menggunakan berbagai jenis terapi

dan obat herbal.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan atau penggunaan terapi

komplementer. Terapi komplementer sangat penting untuk klien dengan kondisi

24
kesahatan fonis yang meliputi spiritual, sosial, psikologi, dan masalah fisik,

antara lain:

1. Adanya keyakinan bahwa terapi biomedis tidak menyentuh seluruh

dominan yang dimiliki individu.

2. Adanya efek biomedis yang dianggap lebih buruk daripada efek terapi

yang diharapkan.

3. Konsumen menginginkan penyedia layanan kesehatan yang pesuli

(caring).

4. Konsumen menginginkan pengakuan dan perlakuan secarautuh atau

holistis

5. Konsumen menginginkan keterlibatandalam pengambilan keputusan

dalam menangani masalahkesehatan yang di hadapi.

6. Faktor lain yang telah meningkatkan penggunaan terapi komplementer

adalah peningkatan pengeseran budaya yang menggunakan pelayanan

kesehatan selain sistem biomedis.

Terdapat beberapa jenis terapi komplementer adalah, sebagai berikut :

a. Terapi Musik

Terapi musik dapat disebut sebagai ilmu perilaku yang barkaitan dengan

pemakaian musik yang sistematik untuk menimbulkan relaksasi dan perubahan

emosi, perilaku, dan fisiologis yang diinginkan (Guzetta, 2000, hlm 585).

Musik dapat secara dramatis memperbaiki koordinasi fisik dan mental,

25
sehingga musik dapat menjadi katalis yang sangat efektif dalam proses belajar

dan perkembangan.

Menurut para pakar terapi musik, tubuh manusia memiliki pola getar dasar.

Kemudian vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar tubuh atau

pola getar dasar dapat memiliki efek penyembuhan yang sangat hebat pada

seluruh tubuh, pikiran, dan jiwa manusia yang dapat menimbulkan perubahan

emosi, organ, hormon, enzim, sel-sel, dan atom. Secara teoritis, musik yang

dipilih dengan cermat membantu memulihkan fungsi regulasi yang tidak

mengikuti irama selama masa stress dan sakit. Musik menyelaraskan tubuh,

pikiran, dan jiwa dengan frekuensi dasarnya.

Terapi musik terdiri atas mendengarkan, irama, gerakan tubuh, dan

menyanyi. Tetapi ini digunakan untuk berbagai alasan. Musik dapat berfungsi

sebagai sarana untuk mengubah tingkat kesadaran yang dapat mencapai

potensi pikiran yang paling maksimal. Individu dapat bergerak meleawati

berbagai tahap kesadaran yaitu., keadaan terjaga normal, ambang sensorik

meluas, melamun, setengah sadar, dan meditasi.

C. Penutup

Untuk melihat pemahaman pada materi keperawatan jiwa ini, indikatornya

adalah sebagai berikut :

1. Jelaskan beberapa trend issue pada keperawatan jiwa.


2. Jelaskan tentang perilaku kekerasan (bullying).

26
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Keliat, Anna Budi & Akemat Pawirowiyono. 2013. Keperawatan Jiwa : Terapi

Aktivitas Kelompok. Edisi : 2. Jakarta : EGC

Keliat, Anna Budi. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Edisi : 2. Jakarta : EGC

Kusumawati & hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba

Medika

Stuart & Sundee. 2005. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

27

Anda mungkin juga menyukai