Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang membahas hubungan pola
interaksi Masyarakat di daerah Situbondo terhadap pengembangan wilayah kota
Situbondo.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
bentu penyusunan ataupun materinya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat di perlukan untuk perbaikan isi makalah ini agar bisa
terwujud dengan baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan para
pembaca pada umumnya, mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Yogyakarta, 24 September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 4


B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan............................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN............................................................................ 8

A. Definisi Interaksi Sosial................................................................... 8


B. Pola Interaksi Sosial Masyarakat Situbondo...................................... 9
C. Pengaruh Pola Interaksi Sosial Masyarakat Situbondo
Terhadap Pendidikan......................................................................... 10
D. Pengaruh Pola Interaksi Sosial Masyarakat Situbondo

Terhadap Pembentukan Kebudayaan...............................................

E. Pengaruh Pola Interaksi Sosial Masyarakat Situbondo


Terhadap Mata Pencaharian.............................................................

BAB IV PENUTUP...................................................................................... 12

A. Simpulan........................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang


terletak di ujung Timur pulau Jawa bagian Utara dengan letak astronomis pada 7
35Lintang Selatan sampai 7 44 Lintang Selatan dan 113 30 Bujur Timur
sampai 114 42 Bujur Timur. Sedangkan menurut letak geografisnya, sebelah
utara Kabupaten Situbondo berbatasan dengan Selat Madura, disebelah timur
berbatasan dengan Selat Bali, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Bondowoso dan Banyuwangi, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Probolinggo.

Masyarakat Situbondo dikenal sebagai masyarakat yang cukup kuat memegang


tradisi. Ada berbagai macam tradisi baik dalam bidang keagamaan, sosial, politik,
dan ekonomi yang hidup dan berkembang secara dinamis di Situbondo. Secara
historis, tradisi yang dimiliki masyarakat Situbondo tidak berbeda jauh
dengan tradisi padamasyarakat Madura, yakni masih memiliki pertalian dengan
nilai-nilai yang pernah dianut masyarakat pada masa kerajaan Hindu dan Islam.
Sejarah Situbondo tidak pernah terlepas dari sejarah karesidenan Besuki
yang pernah berada di bawah pengaruh Kerajaan Majapahit. Hanya saja, pada
masyarakat Situbondo pengaruh islam jauh lebih tegas dalam perkembangannya,
sehingga nilai-nilai ajaran Islam tampak lebih kentalpada tradisi-tradisi yang
hidup dan berkembang di Situbondo hingga saat ini.

Karakter masyarakat Situbondo, selain dipengaruhi oleh nilai-nilai keagamaan,


juga dipengaruhi oleh faktor alam. Banyak orang menghubung-hubungkan
karakter masyarakat Situbondo yang santun dan hangat tapi juga bisa tegas dan
keras, bersahaja tapi juga gigih dan ulet. Anggapan tersebut muncul karena
masyarakat situbondo di dominasi oleh masyarakat yang berasal dari Pulau
Madura. Kreativitas masyarakat Situbondo sejak zaman dahulu telah terbukti
dapat menghasilkan alternatif-alternatif yang dapat menggerakkan perekonomian
di tengah keterbatasan alam. Kegigihan dalam bekerja keras juga
ditunjukkan masyarakat Situbondo yang bekerja pada bidangperikanan.
Misalnya, nelayan Situbondo yang terkenal memiliki falsafah: asapok angen
abental ombek (berselimut angin berbantal ombak) yang memiliki arti bahwa
mereka(para nelayan) memiliki sifat pantang lelah dan berputus asa dalam
berusaha atau bekerja. Begitu juga dengan para pedagang dan perantaunya yang
sangat dikenal dengankeuletan dan kreativitasnya.

Meskipun masyarakat Situbondo memiliki etos kerja yang tinggi, namun


pertumbuhan ekonomi Situbondo tidak dapat berkembang dengan pesat. Hal
inidisebabkan karena kreativitas yang dimiliki masyarakatnya masih bersifat
tradisional,padahal geografis Situbondo sangat mendukung karena berada di jalur
pantura dan sebagian wilayahnya mempunyai pantai. Karena Perkembangan
Situbondo yang Lambat mengakibatkan pembangunan diwilayah situbondo pun
menjadi terlambat. Faktor yang dianggap paling mendasari keterlambatan ini
adalah karena keterbelakangan di bidang ekonomi di wilayah tersebut.
Pembangunan biasanya akan bergerak maju pada wilayah-wilayah yang secara
ekomomi memiliki potensi untuk maju sehingga antara pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi dapat saling mendorong dan berjalan selaras.

Dengan munculnya fakta tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
tentang kaitan pola interaksi sosial yang ada di masyarakat situbondo sehingga
berpengaruh terhadap pembangunan wilayah di Situbondo. Maka dibuatlah
makalah yang berjudul STUDI KASUS POLA INTERAKSI MASYARAKAT
SITUBONDO DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH
di SITUBONDO

I.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang tersebut penulis dapat membuat rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Apa pengertian interaksi sosial?

2. Bagaimana pola interaksi sosial masyarakat Situbondo dan pengaruhnya


terhadap pembangunan?

3. Bagaimana pengaruh pola interaksi sosial masyarakat situbondo terhadap


pendidikan?

4. Bagaimana pengaruh pola interaksi sosial masyarakat situbondo terhadap


pembentukan kebudayaan?

5. Bagaimana pengaruh pola interaksi sosial masyarakat situbondo terhadap


mata pencaharian?
I.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka makalah ini bertujuan untuk :

1. Mampu mengerti definisi interaksi sosial

2. Mampu mengetahui pola interaksi sosial masyarakat Situbondo dan


pengaruhnya terhadap pembangunan

3. Mampu memahami pengaruh pola interaksi sosial masyarakat situbondo


terhadap pendidikan

4. Mampu memahami pengaruh pola interaksi sosial masyarakat situbondo


terhadap pembentukan kebudayaan

5. Mampu memahami pengaruh pola interaksi sosial masyarakat situbondo


terhadap mata pencaharian
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik dan respon antar
individu, antar kelompok, atau antar individu dan kelompok.

Interaksi sosial memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah :

a. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.

b. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.

c. Ada dimensi waktu ( masa lampau, masa kini, dan masa mendatang ).

d. Ada tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Jadi, interaksi sosial menjadi salah satu indikator penting yang harus dipahami
untuk mengetahui bagaimana keadaan suatu masyarakat di suatu wilayah.

II.2 Pola Interaksi Sosial Masyarakat Situbondo dan pengaruhnya terhadap


pembangunan wilayah Situbondo

Pola Interaksi Sosial Masyarakat di Situbondo masih dapat dikategorikan kedalam


pola masyarakat tradisional. Masyarakat Situbondo membangun hubungan sosial
melalui tradisi dan solidaritas sosial yang tinggi. Beberapa faktor yang
mendukung terciptanya harmoni sosial yang baik tersebut antara lain karena
masyarakat Situbondo yang relatif homogen dan sederhana, hubungan antar
sesama warga masih cukup erat dan hangat, serta belum banyak ragam pekerjaan
yang menuntut profesionalitas, sehingga rasa solidaritas di masyarakat dengan
mudah tercipta.

Namun, pola interaksi masyarakat Situbondo mulai bergerak meninggalkan pola


interaksi tradisionalnya menuju pola interaksi modern. Hal ini terlihat dari
fenomena yang terjadi belakangan ini, bahwa sudah mulai terlihat adanya
perkembangan yang menciptakan perubahan sosial pada masyarakat Situbondo.
Perubahan yang sedang berjalan di Situbondo ini memang patut kita terima
dengan senang hati namun juga harus diwaspadai dan mendapat pengawasan
ekstra baik dari masyarakat sendiri maupun aparatur pemerintahan.
Percepatan perubahan yang terjadi karena adanya pengaruh dari luar (arus
globalisasi) dan terjadi sangat cepat ini ditakutkan dapat merusak harmonisasi
yang telah tercipta di masyarakat Situbondo dan menghilangkan pola interaksi
yang telah terbentuk sejak awal, maka dari itu perlu dipikirkan bagaimana agar
pembangunan baik di bidang sosial, budaya, maupun ekonomi di Situbondo
mampu menciptakan hal-hal baru yang masih memiliki jiwa asli Situbondo dan
masih sesuai dengan karakter yang dimiliki masyarakat Situbondo. Strategi
diperlukan agar perubahan sosial yang terjadi tidak semata-mata di adopsi, tapi
harus terjadi penyaringan terlebih dahulu.

Pada Latar belakang di atas disebutkan bahwa perkembangan Situbondo masih


termasuk dalam kategori lambat, hal ini mengakibatkan pembangunan diwilayah
situbondo juga menjadi terlambat. Faktor yang dianggap paling mendasari
keterlambatan ini adalah karena keterlambatan di bidang ekonomi, pendidikan,
dan sosial budaya di wilayah tersebut. Pembangunan biasanya akan bergerak maju
pada wilayah-wilayah yang secara ekomomi, pendidikan dan sosial
budayanya memiliki potensi untuk maju sehingga antara pembangunan dan
pertumbuhan dalam berbagai bidang tersebut dapat saling mendorong dan
berjalan selaras.

II.3 Pengaruh Pola Interaksi Sosial Masyarakat Situbondo Terhadap Pendidikan

Dari point ke dua di atas maka dapat kita ketahui bahwa suatu pola interaksi yang
terbentuk di masyarakat mampu mempengaruhi pembangunan suatu wilayah.
Pembangunan itu sendiri mencakup beberapa hal, salah satunya adalah
pendidikan. Dalam point ini kita akan mengkaji bagaimana pengaruh pola
interaksi sosial yang telah ada dalam masyarakat Situbondo terhadap
perkembangan pendidikan yang ada di Situbondo.

Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan, adalah kemampuan baca
tulis penduduk dewasa. Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek
huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 5 tahun keatas yang
dapat membaca huruf latin dan huruf lainnya. Berdasarkan data, penduduk yang
dapat baca dan tulis huruf latin dan huruf lainnya di Situbondo pada tahun 2009
telah diatas 75 persen. Pada tahun 2008 penduduk yang dapat membaca huruf
latin dan huruf lainnya adalah 77,23 persen, naik menjadi 78,05 persen pada tahun
2009 ini. Persentase buta huruf di daerah pedesaan (26,30 persen) lebih tinggi
daripada penduduk di perkotaan (17,72 persen).
Indikator lainnya untuk melihat tingkat pendidikan adalah rata rata lama sekolah
(tahun), yang secara umum menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai
oleh penduduk Situbondo. Pada tahun 2007 rata rata lama sekolah Penduduk
Situbondo adalah 6,85 tahun, menurun menjadi 6,71 tahun pada tahun 2008, dan
kembali meningkat pada tahun 2009 sebesar 6,92 tahun yang berarti tingkat
pendidikan di Situbondo hampir melewati pada taraf pendidikan Sekolah Dasar.
Patut dicermati kenaikan rata-rata lama sekolah mengindikasikan semakin
membaiknya kualitas pendidikan di Situbondo. Keadaan ini menunjukan kerja
keras untuk meningkatkan keadaan pendidikan di Situbondo khususnya oleh
Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya. Jangan sampai orientasi
pendidikan hanya berbasis program namun kurang menyentuh hal yang paling
esensial yakni meningkatnya taraf pendidikan masyarakat.

Gambaran mengenai peningkatan mutu sumber daya manusia dapat dilihat dari
kualitas tingkat pendidikan penduduk Situbondo. Untuk penduduk usia 5 tahun
keatas yang menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau yang sederajat
tahun 2009 adalah 24,16 persen, naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya
24,09 persen. Penduduk Situbondo usia 5 tahun keatas yang menamatkan jenjang
pendidikan SLTP atau yang sederajat tahun 2009 adalah 10,80 persen, naik
dibandingkan dengan tahun sebelumnya 10,68 persen. Sedangkan penduduk Usia
5 tahun keatas yang menamatkan pendidikan SLTA juga mengalami kenaikan
yaitu 9,15 persen pada tahun 2008 menjadi yaitu 12,97 persen pada tahun 2009.
Penduduk yang tidak/belum bersekolah justru berkurang dari tahun 2008 ke tahun
2009, hal ini menunjukkan semakin baiknya tingkat pendidikan penduduk
Situbondo.

Dari beberapa data yang dicantumkan di atas, dapat kita lihat peningkatan-
peningkatan yang terjadi pada bidang pendidikan di Situbondo. Hal ini
mengindikasikan bahwa pola Interaksi masyarakat Situbondo tidak tertutup,
artinya meski masyarakat Situbondo memiliki pola interaksi sosial yang masih
syarat akan ketradisionalannya namun masyarakat mampu terbuka dengan hal
baru yang sudah tersentuh budaya-budaya dari luar. Perubahan pola pikir
masyarakat akan pentingnya mengenyam pendidikan ini merupakan salah satu
dampak positif yang dapat berakibat langsung pada pengembangan wilayah
Situbondo. Karena seperti yang kita tahu indikator suatu wilayah disebut
berkembang dan melakukan pembangunan adalah jika terjadi perbaikan pada
kualitas sumber daya manusianya.

Namun meski telah terjadi peningkatan di bidang pendidikan, pembangunan yang


terjadi di Situbondo masih dinilai terbelakang. Anggapan ini muncul karena
pembangunan di Situbondo masih sangat lambat jika dibandingkan dengan
daerah-daerah lain yang ada disekitarnya.

II.4 Pengaruh Pola Interaksi Sosial Masyarakat Situbondo Terhadap Pembentukan


Kebudayaan

Telah disinggung berulang-ulang bahwa masyarakat Situbondo adalah masyarakat


yang masih memegang teguh adat istiadatnya. Kebudayaan yang ada di SItubondo
masih sangat beragam. Salah satu budaya yang sampai saat ini dapat dengan
mudah kita temui adalah kebudayaan Tanian Lanjang.

Tanian Lanjang adalah rumah tradisional Kabupaten Situbondo. Secara fisik,


Tanian Lanjang adalah rumah sebuah keluarga besar yang memiliki halaman luas.
Menurut mitos, ini bertujuan untuk mendidik dan meningkatkan rasa toleransi
untuk yang tinggal di sana dalam interaksi satu sama lain.

Anda dapat menemukan rumah tradisional ini, khususnya di wilayah timur


Situbondo yaitu Asembagus (sekitar 28 km dari pusat kota ke arah timur),
Kapongan (15 km dari pusat kota) dan Mangaran (10 km ke utara dari pusat kota).
Tanian rumah tradisional Lanjang memiliki arsitektur yang unik. Rumah ini
mewakili penghuninya dalam gaya hidup sosialitas. Terbuat dari kayu jati dan
dihiasi dengan beberapa ukiran kayu dan interior.

Masih terjaganya budaya ini menunjukkan bahwa meski telah ada perubahan
karena pengaruh dari luar namun beberapa bentuk hasil interaksi masyarakat
Situbondo masih dapat terjaga dengan baik. Hal ini lah yang menjadi keunikan
tersendiri dari masyarakat Situbondo.

Namun demikian, tidak serta merta seluruh masyarakat di Situbondo memiliki


sikap terbuka akan pengaruh dari luar, ada beberapa kelompok-kelompok
masyarakat yang masih tertutup bahakan enggan untuk menerima pengaruh dari
luar tersebut. Keberadaan kelompok-kelompok yang seperti inilah yang menjadi
salah satu faktor mengapa Situbondo masih dianggap lambat dalam hal
pembangunan wilayahnya.

II.5 Pengaruh Pola Interaksi Sosial Masyarakat Situbondo Terhadap Mata


Pencaharian

Kabupaten dengan luas wilayah 1.638,50 Km ini terletak di tengah jalur darat
Jawa - Bali, letak ini membuat perekonomian daerah Situbondo menjadi lebih
berpotensi untuk semakin maju. Disamping itu, adanya pelabuhan Panarukan hasil
dari pembangunan Jalan raya Anyer - Panarukan oleh Daendels di era kolonial
Belanda, membuat Situbondo menjadi pusat lalu lintas perdagangan di pulau
Jawa.

Situbondo memiliki garis pantai sepanjang 150 Km, dan hampir sebagian besar
masyarakat situbondo terkonsentrasi atau bertempat tinggal di daerah pesisir hal
ini mrnunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Situbondo mayoritas adalah
dalam bidang penangkapan ikan atau nelayan dan pengolahan hasil laut.

Selain sektor pertanian dan perikanan, sektor pariwisata juga merupakan potensi
tersendiri bagi Situbondo. Hal ini kembali ke letak strategis Situbondo yang
berbatasan langsung dengan garis pantai, dan kawasan hutan lindung yang
menjadi daya tarik wisatawan untuk datang.

Beragam jenis mata pencaharian masyarakat Situbondo yang seluruhnya tentang


mengolah kekayaan alam ini, menunjukkan bahwa pola interaksi sosial
masyarakat Situbondo masih sangat bergantung dan dipengaruhi oleh alam.
Masuknya pengaruh dari luar dan mulai munculnya inovasi-inovasi sebagai
dampak arus globalisasi hanya berdampak pada teknologi yang digunakan dalam
mengelolah kekayaan alam tersebut. Jadi pola interaksi sosial masyarakat yang
masih memegang teguh adatistiadat sedikit banyak juga telah mempengaruhi
bidang mata pencaharian masyarakat. Karena mulai terbukanya interaksi
masyarakat pada pengaruh dari luar, maka mulai berkembang pula teknik atau alat
yang digunakan untuk bekerja oleh masyarakat. Ya meskipun hanya sedikit tapi
sudah terlihat adanya pencampuran antara budaya asli dengan cara atau budaya
baru dari luar.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menurut kajian masalah di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola
interaksi masyarakat Situbondo mulai berada pada masa peralihan dari pola
interaksi yang masih tradisional menuju ke arah interaksi yang modern. Masa
peralihan ini ditandai dengan masih adanya masyarakat yang belum mampu
menerima perubahan-perubahan dari luar (terkesan masih menutup diri) namun
ada pula masyarakat yang sudah sedikit demi sedikit melakukan modifikasi
interaksi antara pola tradisionalnya dengan pola modern yang mulai muncul.

Rasanya tidak menutup kemungkinan kalau budaya masyarakat Situbondo yang


muncul akibat dari pola interaksi masyarakatnya yang telah ada sekarang dapat
berubah karena perkembangan zaman serta pola interaksi sekarang yang sudah
berada dalam masa transisi sosial (mulai muncul perubahan-perubahan ke arah
modernisasi). Jadi, pola interaksi pun akan sangat berperan penting dalam proses
pembangunan wilayah Situbondo, khususnya pembangunan yang berasal dari
penduduk nya. Bidang-bidang pembangunan yang penulis anggap mampu
dipengaruhi oleh pola interaksi masyarakat adalah bidang pendidikan, Mata
pencaharian (ekonomi), serta keberadaan budaya itu sendiri.

Setiap perubahan akan memiliki dampak yang baik maupun positif. Dampak baik
tersebut mampu menjadi faktor pendorong percepatan pembangunan, sedangkan
dampak buruk yang muncul dari pola interaksi tersebut yang mampu menjadi
penghambat pada proses pembangunan wilayah di Situbondo.

B. SARAN

Dari permasalahan ini penulis dapat memberi saran, yaitu harus adanya kerjasama
antara pemerintah dengan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan. Harus
mulai ada pemikiran serta tindakan nyata tentang bagaimana masyarakat
Situbondo tetap mempertahankan pola interaksi nya yang harmonis di masa
pembangunan yang terjadi saat berbagai penemuan baru mulai bermunculan.
Karena pola interaksi masyarakat yang dapat memodifikasi setiap hal baru yang
ada sesuai dengan jiwa aslinya dapat mempengaruhi kecepatan pembangunan
wilayah.
DAFTAR PUSTAKA

http://syaifzhibond.blogspot.com/2013_04_01_archive.html

http://anaktanjungkamal.blogspot.com/

http://situbondoinfo.blogspot.com/2011_05_01_archive.html

http://comboran.blogspot.com/2011/10/letak-geografis-kabupaten-situbondo.html

http://bicarasitubondo.blogspot.com/

http://tridianaa.blogspot.co.id/2014/09/makalah-geografi-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai