Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ETIKA BISNIS

Kode Etik Profesi Akuntansi

Disusun Oleh:

Dina Maulidiyah (15030061)

Fiqi Fauziyah Ahmad (15030085)

Riski Adhi Hernowo (150300294)

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

JL.MATARAM NO.09 PESURUNGAN LOR-KOTA TEGAL

Tlp.(0283) 352000 Fax. (0283) 3533


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa juga kami panjatkan selawat serta salam semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan makalah dengan judul Kode Etik Profesi Akuntan ini


ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis.

Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh banyak bantuan dari


berbagai pihak, karena itu kami menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Rachmat Tuhandi Tulus Budi,SE,Msi selaku dosen pembimbing dari


mata kuliah Etika Bisnis.

2. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik materi maupun
non-materi.

3. Rekan-rekan mahasiswa serta mahasiswi yang selalu memberikan motivasi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua


pihak.Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Tegal, 10 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Profesi Akuntan adalah salah satu peran yang di berikan kepercayaan oleh
masyarakat. Maka dari itu masyarakat dan sekelompok orang yang
berkepentingan sangat mengharapkan keandalan informasi yang telah disajikan
dalam laporan keuangan sebagai dasar untuk mengambil sebuah keputusan.
Guna menunjang kinerja profesionalisme seorang Akuntan Publik maka
seorang auditor harus berpedoman pada kode etik profesi yang telah disusun oleh
Institut Akuntan Indonesia (IAI) untuk membentuk suatu tatanan etika dan prinsip
moral yang berhubungan dengan klien dan pihak berkepentingan.
Pada tahun 2009, telah terjadi kesalahan dalam memanipulasi laporan
keuangan perusahaan Raden Motor yang diaudit oleh Akuntan Publik Biasa
Sitepu. Dalam kasus tersebut terdapat empat kejanggalan dalam laporan keuangan
perusahaan Raden Motor yang telah yang tidak dibuat. Namun pihak auditor
menyatakan laporan keuangan Wajar Tanpa Pengucualian. Hal ini lah yang patut
dipertanyakan.
Sehubungan uraian kasus perusahaan Raden Motor tersebut, maka kami
bermaksud menguraikan kasus yang berkaitan dengan pelanggaran etika profesi
akuntan yang berjudul Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan dan Pengaruh
Profesionalisme Auditor.

2.1 Rumusan Masalah


Permasalahan yang kami ketengahkan dalam makalah ini adalah :
1. Definisi Etika Profesi
2. Etika dalam Profesi Akuntansi
3. Kasus Pelanggaran Terhadap Kode Etik Profesi Akuntansi

1
3.1 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Bisnis.
2. Untuk mengetahui definisi etika profesi khususnya kode etik profesi
akuntansi.
3. Untuk mengetahui kasus-kasus terkait pelanggaran kode etik profesi
akuntansi.
4. Untuk mengetahui solusi yang tepat untuk kasus pelanggaran tersebut.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

Definisi Etika Profesi

Menjalankan berbagai aktivitas, baik itu di dalam lingkungan keluarga,


masyarakat, maupun negara perlu ada sebuah aturan yang mengatur bagaimana
seharusnya aktivitas tersebut dijalankan. Aturan tersebut dikenal dengan istilah
etika.

Definisi etika secara umum

Menurut KBBI etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk serta ilmu tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), sedangkan menurut
para ahli definisi etika adalah :

a. Menurut Drs. O.P. Simorangkir, etika atau etik dapat diartikan sebagai
pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai baik.

b. Menurut Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu


tentang apa yang baik dan apa yang buruk yang digunakan seseorang atau
kelompok sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupannya.

Definisi Etika Profesi Akuntansi

Seperti yang kita tahu etika profesi akuntansi di Indonesia diatur dalam kode
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia digunakan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di
lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya.

3
Kasanah (2013:86) berpendapat bahwa tujuan profesi akuntansi adalah
untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi,
mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.

Empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi profesi akuntansi adalah :

a. Kredibilitas

Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

b. Profesionalisme

Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai


jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.

c. Kualitas Jasa

Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan


diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

d. Kepercayaan

Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka
etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri atas tiga bagian, yaitu :

a. Prinsip Etika, disahkan oleh Kongres


b. Aturan Etika, disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan
c. Interpretasi Aturan Etika, dibentuk oleh Himpunan

Martadi dan Suranta berpendapat bahwa di Indonesia, penegakan kode etik


dilaksanakan sekurang - kurangnya oleh enam unit organisasi, yaitu:

a. Kantor Akuntan Publik


b. Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik IAI
c. Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik IAI
d. Dewan Pertimbangan Profesi IAI,

4
e. Departemen Keuangan RI
f. BPKP

Profesi adalah bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan


merupakan profesi karena profesi ini berkaitan dengan keahlian dan pendidikan.

Menurut Kasanah (2013:87) suatu pekerjaan dianggap sebagai profesi jika


ia memiliki hal-hal berikut ini :
a. Memiliki keterampilan (keahlian).
b. Memiliki kode etik sebagai kode standar moral perilaku.
c. Memiliki tanggung jawab profesional dan integritas pribadi.
d. Memiliki dedikasi kepada kehidupan publik.
e. Otonomisasi organisasi profesional menunjukkan bahwa manajemen
organisasi.
f. Sebagai anggota salah satu organisasi profesional untuk mempertahankan
keberadaan.

Kode Etik Akuntansi Indonesia

Menurut Kasanah (dalam Mulyadi, 2001) keanggotaan dalam Ikatan


Akuntan Indonesia bersifat sukarela.

Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan harus memenuhi Prinsip


Etika Profesi Akuntan, yaitu:

a. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap


anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1) Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota


harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.

5
2) Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.

3) Anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa


profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk
bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi
akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung
jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua
anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

b. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam


kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1) Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka


pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
2) Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, yang
terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib.
3) Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin
menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak
dengan penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota
memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa
terlayani dengan sebaik-baiknya.
4) Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan
imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya
dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip
Etika Profesi ini.

6
c. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota


harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1) Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan


merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua
keputusan yang integritasadalah suatu elemen karakter yang mendasari
timbulnya pengakuan profesional yang diambilnya.

2) Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap


jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.

3) Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak
terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat
yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya
dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang
berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas
dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun
jiwa standar teknis dan etika.

4) Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas


dan kehati-hatian profesional.

d. Objektivitas

Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik


kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang anggota

7
dalam praktik publik seharusnya menjaga independensi dalam fakta dan
penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya. Objektivitas
adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik


berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas, Terdapat
beberapa faktor yang perlu dipertimbangan antara lain :
1) Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh
lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.
2) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip objektivitas.
3) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau hiburan yang
dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap
pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang yang
berhubungan dengan mereka.
4) Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi
profesional mereka ternoda.

e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-


hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.

8
Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :
1) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional
yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
2) Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau
perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien
kepada pihak lain yang lebih kompeten.
3) Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada
penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan
tanggung jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati,
sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku.
4) Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan
dan mengawasi secara saksama setiap kegiatan profesional yang menjadi
tanggung jawabnya.

f. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang


diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :


1) Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara
anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.
2) Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah
diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan
informasi.

9
3) Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah
pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan.
4) Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi.
Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama
melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat menggunakan
informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.
5) Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima
jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh
membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada
orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan
memenuhi tanggung jawab anggota berdasarkan standar profesional.
6) Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan
di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau
perlu diungkapkan.
Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan.
1) Apabila pengungkapan diizinkan.
Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa,
kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat
terpengaruh harus dipertimbangkan.
2) Pengungkapan diharuskan oleh hukum.
Beberapa contoh di mana anggota diharuskan oleh hukum untuk
mengungkapkan informasi rahasia adalah untuk menghasilkan dokumen atau
memberikan bukti dalam proses hukum dan untuk mengungkapkan adanya
pelanggaran hukum kepada publik.
g. Perilaku profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi


yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban

10
untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung-jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

h. Standar teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan


standar teknis dan standar proesional yang relevan.

Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia (IAI), International
Federation of Accountants (IFA), badan pengatur, dan peraturan perundang-
undangan yang relevan.

Kode etik profesi akuntan publik

Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan
atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan
publik. Bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa
profesional dalam praktik akuntan publik disebut dengan Kantor Akuntan Publik.

Praktik Akuntan Publik itu sendiri adalah pemberian jasa professional


kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit,
jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan
perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik.

Dalam menjalankan tanggung jawabnya, akuntan publik harus


mematuhi Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik), yaitu aturan etika yang harus diterapkan oleh
anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan
Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional
(baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada
satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

11
Hal yang perlu diperhatikan anggota KAP dalam menjalankan tugasnya,
yaitu :

a. Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan


sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional akuntan
publik yang ditetapkan IAI. Sikap mental independen tersebut meliputi
independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

b. Integritas dan Objektivitas

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan


integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of
interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material
misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada
pihak lain.
Anggota KAP harus mematuhi standar umum beserta interprestasi yang
terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI.

Standar umum tersebut adalah :

a. Kompetensi Profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang
secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi
profesional.
b. Kecermatan dan kesaksamaan profesional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan
kecermatan dan kesaksamaan profesional.
c. Perencanaan dan supervise
Anggota KAP wajib merencanakan dan mengawasi secara memadai setiap
pelaksanaan pemberian jasa profesional.
d. Data relevan yang memadai

12
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk
menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan
pelaksanaan jasa profesionalnya.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, terdapat beberapa hal yang tidak


diperkenankan untuk dilakukan anggota KAP, yaitu :

a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau


data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak
material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip
akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI.
Dalam keadaaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan
seperti tersebut di atas. Dalam kondisi tersebut, anggota KAP dapat menunjukkan
bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan
seperti itu, dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya
(bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku
umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, akuntan publik perlu memerhatikan
tanggung jawabnya kepada klien, rekan seprofesi, dan tanggung jawab terkait
praktik lain.

a. Tanggung jawab kepada klien

1) Informasi Klien yang Rahasia


Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang
rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
(a) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan
etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.
(b) Memengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundang-undang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat

13
pengusut atu melarang kepatuhan anggota KAP tehadap ketentuan peraturan yang
berlaku.
(c) Melarang review praktek professional (review mutu) seorang anggota sesuai
dengan kewenangan IAI; atau
(d) Menghalangi anggota dari pengajuan-pengajuan keluhan atau pemberian
komentar atas peyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP
dalam rangka penegakkan disiplin anggota.

Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan review diatas, tidak boleh
memanfaatkan untuk kepentingan diri pribadi mereka atau mengungkapkan
informasi klien yang harus dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan
tugasnya.

2) Fee Profesional
(a) Besaran fee
Besaran fee anggota dapat bervariasi bergantungbeberapa hal, antara lain:
(1) Risiko penugasan.
(2) Komplektifitas jasa yang diberikan.
(3) Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut.
(4) Struktur biaya KAP yang bersangkutan dalam pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenalkan mendapatkan klien dengan cara
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
(b) Fee kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetaptakan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil
tertentu dimana jumlah fee bergantung pada temuan atau hasil tertentu
tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan
pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil
penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila
penetapan tersebut dapat mengurangi independensi.

b. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

14
1) Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.

2) Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publikterdahulu bila akan


mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan
publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain
dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan. Akuntan publik pendahulu
wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti
secara memadai.
3) Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis
atestasi dan periodenya sama denganperikatan yang dilakukan oleh akuntan yang
lebih dulu ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan
yang berwenang.

c. Tanggung jawab dan praktik lain

1) Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan


Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan danatau mengucapkan
perkataan yang mencemarkan profesi.
2) Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publikdiperkenankan mencari
klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
3) Komisi dan fee referal
(a) Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya
yang diberikan kepada atau diterima dari klien atau pihak lain untuk memperoleh
perikatan dari klien atau pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk
memberikan atau menerima komisi apabila pemberian atau penerimaan komisi
tersebut dapat mengurangi independensi.
(b) Fee referal (Rujukan)

15
Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkanatau diterima
kepada atau dari sesama penyedia jasa profesional akuntan
publik. Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama profesi.
4) Bentuk organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi
yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau yang
tidak menyesatkan dan merendahkan citra profesi.

16
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi

Laporan Keuangan Raden Motor Diduga Salah

Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat


Selasa, 18 Mei 2010 | 21:37 WIB
JAMBI, KOMPAS.com Seorang akuntan publik yang membuat laporan
keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai
Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi
dalam kredit macet.

Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan
korupsi tersebut pada kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif
tersebut.

Fitri Susanti, kuasa publik tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang
terlibat kasus itu, Selasa (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat
keterlibatan dari akuntan publik dalam kasus ini. Hasil pemeriksaan dan
konfrontir keterangan tersangka dengan saksi terungkap ada kesalahan dalam
laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan pinjaman ke BRI.

Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan
tersebut oleh akuntan publik sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit
dan ditemukan dugaan korupsinya. Ada empat kegiatan laporan keuangan milik
Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan keuangan yang diajukan ke BRI,
sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan dalam mengungkap
kasus kredit macet tersebut, tegas Fitri.

17
Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam
diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan saksi akuntan publik dalam
kasus tersebut di Kejati Jambi.

Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat
itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat
semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik.

Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik


Kejati Jambi dapat menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil
dan menetapkan siapa saja yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp
52 miliar, sehingga terungkap kasus korupsinya.

Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum
mau memberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir
tersangka Effendi Syam dengan saksi akuntan publik tersebut.

Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu
terungkap setelah kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit
yang diajukan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor. Dalam
kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan
tersangka Effedi Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai
pengajuan kredit.

18
Pembahasan Kasus
Dalam kasus ini, akuntan publik sudah melanggar prinsip Kode Etik Profesi
Akuntansi. Akuntan publik telah melanggar beberapa prinsip kode etik
diantaranya adalah :

a. Tanggung jawab profesi

Tanggung jawab auditor adalah menyampaikan informasi secara lengkap,


tetapi dalam kasus ini auditor tidak menyampaikan laporan keuangan secara
lengkap. Ada empat informasi dalam laporan keuangan yang tidak disampaikan.

akuntan publik tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai auditor


karena tidak bersikap independen. Dalam kasus ini independensi yang dilanggar
adalah independen dalam fakta karena auditor bekerja sama dengan manajemen
Raden Motor agar laporan keuangan terlihat wajar untuk mendapatkan kredit dari
BRI. Pelanggaran ini ditegaskan dalam kutipan Semestinya data laporan
keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap, namun
dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai
pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak
lengkap oleh akuntan publik.

b. Kepentingan publik

Setiap auditor berkewajiban untuk menjaga pelayanan kepada publik,


menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme. Dalam kasus ini auditor melanggar kode etik tanggung jawab
sehingga dapat mengurangi kepercayaan publik.

c. Integritas

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik, integritas


mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Dalam kasus ini auditor tidak
bersikap jujur dan tidak bereterus terang karena tidak menyampaikan informasi
laporan keuangan secara lengkap.

19
d. Objektivitas

Setiap auditor harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik


kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional. Objektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil serta bebas dari pengaruh pihak lain. Prinsip
objektivitas ini mengharuskan auditor untuk menghindari situasi-situasi yang
dapat membuat profesional mereka ternoda. Dalam kasus ini auditor tidak
bersikap adil karena membantu laporan keuangan Raden Motor agar terlihat wajar
sehingga merugikan salah satu pihak, yaitu BRI.

e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,


kompetensi, dan ketekunan. Auditor dituntut untuk memberikan jasa dengan
segera dan berhati-hati, sempurna, dan memenuhi standar teknis dan etika yang
berlaku. Dalam kasus ini Biasa Sitepu tidak memenuhi standar teknis dan etika
yang berlaku karena Biasa Sitepu tidak bertanggung jawab terhadap profesinya,
tidak dapat menjaga kepercayaan publik, dan tidak menjaga independensinya.

f. Perilaku profesional

Setiap auditor diwajibkan untuk menjauhi tingkah laku yang dapat


mendiskreditkan profesinya. Dalam kasus ini, auditor melakukan tindakan yang
menyimpang yaitu tidak mengungkapkan informasi dalam laporan keuangan
secara lengkap.

g. Standar teknis

Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar


teknis dan standar profesional yang relevan. Dalam kasus ini, auditor tidak
mengikuti aturan yang berlaku sehingga tidak menunjukkan sikap profesionalnya
sesuai standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, akuntan publik perlu memerhatikan


tanggung jawabnya kepada klien, rekan seprofesi dan tanggung jawab terkait
praktik lain.

20
Dalam kasus ini, terdapat tanggung jawab auditor yang tidak dipenuhi, yaitu
tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Auditor wajib memelihara citra profesi,
dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi
rekan seprofesi. Dalam kasus ini auditor diduga terlibat dalam kasus manipulasi
laporan keuangan Raden Motor untuk mendapatkan kredit dari BRI yang
berakibat rusaknya reputasi akuntan publik.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bedasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam makalah ini mengenai profesi
akuntansi, maka pada bagian akhir dari makalah ini penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
Seorang auditor profesional bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
klien, tetapi bertindak untuk kepentingan publik yang harus menaati dan
menerapkan aturan etika dari Kode Etik Profesi Akuntansi. Pada dasarnya Kode
Etik Profesi akuntansi adalah pedoman untuk akuntan dalam memegang tanggung
jawab sosial terhadap publik, serta menjamin kepercayaan dalam tanggung jawab
profesi dan kepentingan publik. Prinsip Kode Etik Profesi Akuntansi yang telah
ditetapkan sebagai sistem moral dalam melaksanakan audit tidak diterapkan pada
auditor saat memeriksa keuangan.
Jadi setiap profesi, khususnya profesi akuntansi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya harus sesuai dengan kode etik yang berlaku.

4.2 Saran
a. Bagi Auditor
Perlu memahami dan melaksanakan kode etik yang telah diterapkan, agar
tidak bertindak menurut kepentingan pribadi atau kepentingan klien tetapi
harus bertindak demi kepentingan publik guna menjaga kepercayaan
masyarakat dan pihak berkepentingan tidak luntur.
b. Bagi pihak pejabat penilaian pengajuan kredit
Perlu meningkatkan independensi, agar tidak terpengaruh oleh beberapa hal
secara subjektif. Sehingga pihak instansi (BRI) tidak terkena dampak
pemerosotan mengenai reputasi dan peran dalam pelayanan kepada publik
c. Bagi perusahaan Raden Motor

22
Harus mempunyai kebijakan manajemen dalam mengambil keputusan, agar
terpelihara dan meningkatnya kepercayaan investor dalam melakukan usaha,
sehingga dapat menunjang perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan
Raden Motor kepada masyarakat luas.
d. Bagi pihak instansi BRI
Perlu melakukan seminar pada waktu tertentu kepada pegawai BRI atau
pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas
untuk memenuhi kewajiban kepada bank serta meningkatkan SDM, terutama
mengenai tanggung jawab analisis permohonan kredit.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. ETIKA BISNIS DAN PROFESI. Jakarta:
Salemba Empat.

Brooks, Leonard J. dan Paul Dunn. 2011. ETIKA BISNIS & PROFESI, UNTUK
DIREKTUR, EKSEKUTIF DAN AKUNTAN. Jakarta: Salemba Empat.

Kasanah, Nur. 2013. Etika Profesi dan Profesional Bekerja. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Tersedia: http://belajar.ditpsmk.net/wp-
content/uploads/2014/09/ETIKA-PROFESI-DAN-PROFESIONAL-BEKERJA-
X-1.pdf. 16 Mei 2015.

Natalia, Ghita. 2013. Etika, Profesi, dan Etika Profesi.


Tersedia:http://ghitanatalia.blogspot.com/2013/10/etika-profesi-dan-etika-
profesi.html. 20 Mei 2015.

24

Anda mungkin juga menyukai