Anda di halaman 1dari 14

149

Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

IDENTIFIKASI D. MELANOGASTER PADA MEDIA BIAKAN


ALAMI DARI PISANG SEPATU, BELIMBING DAN JAMBU BIJI

Rachmat Slamet Santoso


PS. Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Manado

Abstract
One cause damage to fruit on cultivated plants is the fruit fly, Drosophila sp. Losses caused
by fruit fly Drosophila sp in Indonesia is still limited. But the FAO reports that in Japan has
cost approximately 32 million U.S. dollars or IDR 250 trillion to control these fruit flies.
Some researchers have obtained information about the food of predators (birds nest) as an
insect the size below 5 mm. This research aims to identify and isolate D. melanogaster in a
natural culture medium of shoes banana, star fruit and guava as well as knowing the
number of population D. melanogaster as well as calorific value, proteins, fats, carbohydrates
and minerals from the artificial media. The research was conducted in the Kamangta
Village, Tombulu Minahasa District with a height of 500 m above the sea surface and air
temperature ranges of 26- 30C. The research lasted 18 months, starting from August 2008
until January 2010. The results of this research are: 1). showed that the natural medium of
banana shoes to give more positive responses than the guava and star fruit and 2). larvae of
the fly life cycle D. melanogaster from the egg into imago is 10 days old while the change
from egg to imago vary depending on environmental conditions.

Key words: Fruit fly (Drosophila sp), D. melanogaster, Swallow.


Pendahuluan
Perkembangan dunia pertanian tidak dan tidak cacat, namun tidak sedikit
pernah lepas dari masalah pengendalian pembeli buah yang mengeluh akibat
hama dan penyakit tanaman. Oleh karena rendahnya kualitas buah yang dibeli. Salah
itu, ilmu mengenai pengendalian serangan satu penyebab kerusakan pada tanaman
hama dan penyakit tanaman berkembang buah-buahan yaitu Lalat Buah (Drosophila
pesat seiring dengan usaha manusia untuk melanogaster). Larva dari hama ini merusak
mendapatkan hasil optimal dari tanaman daging buah yang menyebabkan buah
yang dibudidayakan. menjadi busuk dan berguguran. Hal ini
Walaupun dalam kehidupan di alam terjadi akibat dari Lalat Buah betina yang
manusia dapat memperoleh manfaat dari meletakkan telur pada buah dengan cara
kehadiran serangga, namun tidak sedikit menusukkan ovipositor pada kulit buah,
jenis serangga yang dapat menimbulkan sehingga terjadi kerusakan pada daging
kerugian bagi manusia. Salah satu buah. Semakin banyak jumlah Lalat Buah
kerugian yang dapat ditimbulkan oleh yang menyerang maka semakin cepat pula
serangga yaitu menyebabkan kerusakan proses pembusukan buah.
pada buah dan sayuran. Kerusakan ini Kerugian yang ditimbulkan oleh
dapat terjadi baik di lapangan maupun di Lalat Buah (Drosophila sp) di Indonesia
gudang penyimpanan. Banyak buah dan dan beberapa negara lain masih terbatas.
sayuran yang dijual di pasar swalayan Namun FAO melaporkan bahwa pada
maupun di pasar umum kelihatan bersih tahun 1986, di Australia diperlukan
150

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

hampir 100 juta dolar AS atau 500 triliun tidak adanya tanaman yang dapat dipakai
rupiah untuk mengendalikan Lalat Buah untuk bersembunyi (Pracaya, 2007).
ini, sedangkan di Jepang telah menelan Kemampuan berproduksi suatu
biaya kira-kira 32 juta dolar AS atau 250 seranggga, erat kaitannya dengan jumlah
triliun rupiah (Siwi, 2006). individu dari setiap jenis kelamin yang ada
Buah-buahan merupakan produk dalam populasi. Perkembangan suatu
pertanian yang mempunyai banyak populasi sangat dipengaruhi oleh
kegunaan, antara lain sebagai pelengkap perbandingan individu (Nisbah Kelamin)
nutrisi (gizi) sumber makanan dan dari tiap jenis serangga. Sedangkan
minuman penyegar, komponen landskap reproduksi serangga sangat dipengaruhi
(pertamanan) dijadikan tanaman pot dan oleh jenis dan jumlah makanan yang
komponen hort-therapy atau sumber dikonsumsi (Borror, et. al. 1982).
nabati yang berkhasiat obat. Beberapa Predator dalam dunia pertanian
jenis buah-buahan bernilai ekonomis merupakan organisme yang hidup bebas
tinggi merupakan sumber pendapatan dengan memakan, membunuh dan
ekonomi rumah tangga bagi masyarakat memangsa binatang lain secara langsung.
dan sebagai sumber devisa bagi negara. Biasanya mereka memiliki daya
Buah-buahan tropis yang telah cari/jelajah yang tinggi dan dapat
menembus pasar internasional dengan bergerak cepat, taktik penangkapan
cukup pesat berasal dari Thailand. Negara mangsa lebih baik dari pada taktik
tersebut telah menguasai teknik produksi pertahanan mangsa, kekuatan serta
sampai pada pasca panen yang disertai struktur tubuh lebih besar dari
penelitian pasar (Rahmat, 2008). mangsanya. Cukup banyak jenis predator
Fenomena yang mengembirakan terakhir yang diidentifikasi, dari burung sampai
ini antara lain permintaan buah-buahan mikroorganisme, yang dapat membunuh
tropis oleh beberapa negara di dunia serangga. Beberapa predator dapat
cenderung meningkat. dikembangkan di lahan pertanian,
Usaha untuk mengurangi dan contohnya burung. Bila pakan cukup,
mencegah Lalat Buah dilakukan dengan mereka dirangsang untuk berkembang
menjaga kebersihan kebun. Buah yang biak serta dilindungi dari perusakan dan
rontok dikumpulkan dan dimusnahkan perburuan, di sekitar lahan pertanian
dengan cara dibakar, dimasukkan dalam tersedia buah-buahan dan kolam air
drum yang berisi larutan pestisida atau untuk mandi dan minum. Kolam ini juga
dikubur sedalam 75 cm. Tanah di sekitar dapat berfungsi sebagai tempat
pohon yang terserang sebaiknya berkembang biak bagi katak, yang dapat
dibongkar agar pupa yang tersembunyi di bertindak sebagai musuh alami (Wiwi,
dalam tanah keluar sehingga mudah 2006).
diberantas. Cara lain untuk memancing Kemampuan memangsa dan
Lalat Buah adalah memberikan minyak efisiensi predasi suatu predator selain
Citronela atau atsiri yang mengandung memerlukan energi yang sepadan dengan
senyawa iso-eugenol, metyleugenol dan usaha mendapatkan mangsa, dipengaruhi
amyl alkohol, sebagai umpan yang dapat juga oleh jenis mangsa dan kepadatan
menarik Lalat Buah jantan (Wardhana, mangsa. Pengalaman menunjukkan
2004). Pemberantasan tumbuhan inang bahwa kecenderungan predator
dapat menjadi alternatif dalam berkumpul dalam gugus mangsa yang
mengurangi populasi Lalat Buah, karena maksimum areal pemburuan mangsa
151

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

melingkar sempit (Bernard dan Wright, difermentasi oleh Sacharomyces cereviceae


2000). dari alam akan mengakibatkan penurunan
Penelitian ini bertujuan untuk pada pH dan peningkatan senyawa
mengidentifikasi dan mengisolasi D. glukosa. Di samping itu, mengeluarkan
melanogaster pada media biakan alami dari aroma (bau) yang spesifik yang
pisang sepatu, belimbing dan jambu biji merupakan hasil fermentasi yang dapat
serta mengetahui jumlah populasi D. menjadi daya tarik bagi serangga.
melanogaster serta nilai kalori, protein, Tabel 1. pH dari makanan alami berupa
lemak, karbohidrat serta mineral dari Pisang Sepatu, Belimbing dan Jambu Biji
media buatan. Mengidentifikasi hubungan Makanan alami dan Tingkat keasaman
ketersediaan pakan predator serta buatan (pH)
populasinya, ditinjau dari jumlah yang Pisang Sepatu 6,0
diproduksi serta menulusuri senyawa Belimbing 5,4
kimiawi dan nilai gizi dari serangga Jambu Biji 6,0
burung walet sebagai predator.
2. Persentase kandungan sukrosa pada bahan
Metode Penelitian makanan alami
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pada umumnya karbohidrat, misalnya
Kamangta Kecamatan Tombulu glukosa dan glikogen, membentuk
Minahasa dengan ketinggian 500 m dpl substrat pertama untuk oksidasi yang
dan suhu udara berkisar pada 26-30C. selanjutnya dilengkapi oleh pentosa yang
Penelitian ini berlangsung selama 18 membentuk perubahan antar gula yang
bulan yaitu mulai bulan Agustus 2008 mengandung sejumlah atom C yang
sampai Januari 2010. berbeda yang menyebabkan metabolisme
Serangga D. melanogaster diambil dari oksidasi dari karbohidrat. Siklus asam
Desa Kamangta, kemudian dipelihara sitrat berperan sebagai hasil akhir oksidasi
dalam fermentator dengan menggunakan lemak yang dimanfaatkan sebagai sumber
makanan berupa buah Pisang Sepatu, energi bagi kegiatan terbang beberapa
Belimbing, dan Jambu Biji. Serangga D. serangga. Produk akhir dari perombakan
melanogaster dari ketiga media alami dan asam-asam lemak, berupa Asetil Co.A,
media buatan, diidentifikasi di masuk dalam siklus asam sitrat.
Laboratorium Entomologi Jurusan Hama Deaminase dari asam-asam amino
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas menghasilkan hasil antara di dalam siklus
Pertanian Unsrat Manado. Sedangkan asam sitrat sehingga senyawa-senyawa ini
media (buah Pisang Sepatu, Belimbing, dapat melengkapi sumber energi.
dan Jambu Biji) dianalisa di Laboratorium Sebelum masuk dalam reaksi metabolik,
Balai Penelitian Kimia Manado. glukosa mengalami reaksi fosforilasasi
oleh penambahan kelompok fosfat.
Hasil dan Pembahasan
A. Analisis kimia media alami sebelum Tabel 2. Persentase kandungan sukrosa
dimasukkan dalam fermentator dari makanan alami berupa Pisang
Sepatu, Belimbing dan Jambu Biji
1. Tingkat keasaman (pH) makanan alami Makanan Alami Kandungan Sukrosa
Nilai tingkat keasaman suatu bahan (%)
makanan ditentukan oleh pH yang diukur Pisang Sepatu 3,0
menggunakan instrument pH meter. Belimbing 1,0
Perubahan pH pada makanan yang Jambu Biji 1,7
152

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

B. Perkembangan populasi D. melanogaster samping itu nutrisi jambu biji berada


pada bahan makanan alami kedua setelah pisang sepatu.
Buah belimbing memiliki kadar
1. Populasi telur
nutrisi di bawah pisang sepatu dan jambu
Hasil pengamatan populasi telur yang biji untuk nilai protein, karbohidrat, gula
diletakkan oleh imago betina (1 ekor dan mineral. Senyawa volatilnya terdiri
jantan dan 5 ekor betina) yang dilepas dari butil 2 metil butirat dan 2 metyl
dalam fermentator pada beberapa bahan butanoid acid. Dengan adanya senyawa
makanan alami adalah sebagai berikut: asam butanoid maka sifat esternya tidak
Pisang Sepatu 416,0 butir, Jambu Biji menyengat dibandingkan pada volatil dari
400,3 butir, dan Belimbing 306,6 butir. pisang sepatu. Serangga untuk
meletakkan telur akan terhambat sehingga
pada saat peletakan telur tingkat
keasaman media menjadi turun, jumlah
telur akan berkurang dibandingkan pada
buah pisang dan jambu biji (Graham,
2000).
Penemuan inang oleh serangga
bahwa penciuman ikut berperan, tanda
Gambar 1. Populasi telur pada bahan rangsangan dalam bentuk bau minyak
makanan alami volatil (kairomon) pesan interspesifik
yang menguntungkan penerima yang
Senyawa volatil yang terdapat pisang berkaitan dengan bentuk warna dari
sepatu adalah 3 metyl butil etanol suatu substrat yang utama sentuhan,
ester yang memiliki rantai karbon panjang penciuman, dan rasa. Serangga
CH3-CO-CH2-CH2-CH(CH3)-CH3 lebih membutuhkan air, nitrogen, karbohidrat,
harum dari pada minyak atsiri pada jambu lemak, dan mineral dan tingkat
biji dan bertahan lama. Dampak dari ester penyerapan makanan serangga penghisap
pada pisang sepatu dan nutrisi yang tinggi menghisap cairan dengan stylet umumnya
dari protein, karbohidrat, lemak, gula memperoleh kelebihan air, dipengaruhi
bebas, mineral, dan vitamin dibanding oleh tingkat nutrien (sukrosa, asam
buah jambu biji serta buah belimbing. amino) di dalam tumbuhan (Sunarjo,
Serangga D. melanogaster akan tertarik 1991). Viabilitas dari telur-telur
terlebih dahulu pada media pisang sepatu dipengaruhi juga oleh jumlah makanan
untuk meletakkan telurnya (Chapman, dan nutrisi yang dimakan oleh induk
1971). betina (Silvia, 2003). Stimulasi sukrosa
Buah jambu biji kaya tanin, terhadap kemoreseptor yang terdapat
disamping itu pula mengandung minyak pada labelum akan merangsang makan
atsiri, vitamin, protein, lemak, (mengecap) cairan gula pada media
karbohidrat, mineral, dan air. Vitamin C (Munzir, 2006).
pada jambu biji paling tinggi dibanding
2. Populasi larva
buah-buahan lain (Piniandy, 2000 dalam
IPTEK.net.2007). Mengandung 65% Hasil pengamatan populasi larva
hexanal dan turunannya berantai atom berkembang dalam fermentator pada
karbon panjang serta aromatik sebagai beberapa bahan makanan alami adalah
pengikat (kairomon) bagi serangga D. sebagai berikut: Pisang Sepatu 332,6 ekor,
melanogaster untuk penentuan inang, di Jambu Biji 320,3 ekor, dan Belimbing
277,0 ekor.
153

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

Gambar 2. Populasi larva pada bahan Gambar 3. Populasi pupa pada bahan
makanan alami makanan alami

Buah jambu biji kaya akan serat 4. Populasi imago


khususnya pektin dan mengandung Hasil pengamatan populasi imago yang
banyak minyak atsiri, hexanal 65,9% berkembang dalam fermentator pada
(Paniandy, 2000 dalam IPTEK.net.2007) beberapa Bahan Makanan Alami adalah
dengan gula total yang terdiri dari sebagai berikut: Pisang Sepatu 143,3 ekor,
sukrosa, fruktosa, dan glukosa dengan Jambu Biji 141,3 ekor, dan Belimbing
mineral, kalium (K) 14 mg, besi (Fe) 1,1 129,0 ekor.
mg, fosfor (P) 28 mg, karbohidrat 12,2 gr,
protein 0,9 mg dalam 100 gr jambu biji.
Hasil pengeluaran sukrosa dalam
penelitian didapat 1,7% lebih rendah
dibanding sukrosa pada pisang sepatu
hingga populasi penetasan telur menjadi
larva di bawah media pisang sepatu.
Buah belimbing memiliki protein 1,2
gr karbohidrat 3,5 gr, mineral, kalium (K) Gambar 4. Populasi imago pada bahan
184 mg, kalsium (Ca) 6 mg, fosfor (P) 16 makanan alami
mg, besi (Fe) 0,9 mg, karbohidrat dan
Pada makanan alami saat pupa menjadi
mineral lebih rendah dari pisang sepatu
imago tidak berpengaruh disebabkan
dan jambu biji maka pertumbuhan larva
pada saat perubahan pembentukan
dari pada media buah belimbung relatif
kelengkapan tubuh pupa hanya
kurang dibandingkan dengan pisang
mengandalkan makanan selama menjadi
sepatu, dan jambu biji. Pengaruh nutrisi
instar, kandungan nutrisi rendah akan
mempengaruhi terhadap perkembangan
mengakibatkan reproduksi serangga
larva, dan unsur-unsur mineral, kalium,
menurun dan perkembangan suatu
fosfor, nitrogen serta vitamin merupakan
populasi dipengaruhi oleh jenis dan
kunci pertumbuhan bagi serangga.
jumlah makanan yang dikonsumsi serta
3. Populasi pupa perbandingan individu dari setiap jenis
Hasil pengamatan populasi pupa yang kelamin (Chapman, 1983).
berkembang dalam Fermentator pada C. Lama hidup D. melanogaster pada Bahan
beberapa Bahan Makanan Alami adalah Makanan Alami
sebagai berikut: Pisang Sepatu 332,6 ekor,
Awal stadium telur dihitung mulai dari
Jambu Biji 320,3 ekor, dan Belimbing
telur yang sudah matang diletakkan oleh
277,0 ekor.
betina. Lama hidup telur dipengaruhi
154

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

pada saat serangga dewasa instar I selang waktu 20 jam. Nutrisi


mengkonsumsi makanan sebelum medias berpengaruh pada penetasan telur
perkawinan berlangsung, bila konsumsi menjadi larva instar I sampai larva instar
makanan bernilai gizi tinggi maka telur III, yang dipengaruhi oleh tingkat
yang diproduksi akan banyak dan molting keasaman (pH). Pada Drosophila fruktosa,
(saat pecah telur) hanya berkisar antara sukrosa diperlukan untuk telur guna
18-24 jam setelah peletakan telur. Siklus pembentukkan larva instar I, daya hidup
reproduksi pada serangga dewasa cukup telur tegantung pada saat serangga dewasa
beragam tergantung pada spesies dan mengkonsumsi makanan-gizi yang cukup
ketersediaan makanan, kondisi telur untuk instar-instar disimpan di dalam
dipengaruhi oleh protein sebagai telur (Chapman, 1983).
cadangan makanan menjelang molting
2. Larva
pertama.
Stadium pertama dimulai ketika terjadi
eklosi atau keluar dari telur sehingga
muncul serangga muda yang disebut
instar pertama. Ketika kutikula lama
dibuang berkembang menjadi instar
kedua dan seterusnya sehingga instar
keempat yang menunjukkan bahwa
serangga menjadi pradewasa. Bentuk
Gambar 5. Lama hidup D. melanogaster larva dari D. melanogaster adalah oligopoda
pada bahan media alami dimana mempunyai tungkai torak, alat
1. Telur mulut prognatus, kandungan nutrisi pada
media mempengaruhi pertumbuhan larva.
Berdasarkan hasil pengamatan lama Berdasarkan hasil pengamatan lama
hidup telur pada beberapa bahan hidup larva pada beberapa bahan
makanan alami adalah sebagai berikut: makanan alami adalah sebagai berikut:
Pisang Sepatu 60,3 jam, Jambu Biji 53,5 pisang sepatu 120,3 jam, jambu biji 120,0
jam, dan Belimbing 48,3 jam. jam, dan belimbing 110,3 jam.

Gambar 6. Lama hidup telur D.


Gambar 7. Stadia larva pada bahan
melanogaster pada bahan makanan alami
makanan alami
Pada buah pisang sepatu, lama hidup
3. Pupa
telur larva 60,3 jam dan telur menetas
menjadi instar I selang waktu 18 jam dan Molting untuk membentuk pupa dari
pada jambu biji telur-larva instar I, 53,3 larva disebut pupasi, berkembangnya
jam dimana lama telur menjadi larva stadium pupa istirahat dalam keadaan
instar I selama 18 jam, pada buah tidak makan, sebenarnya pupa telah
belimbing telur serangga menetas menjadi berkembang menjadi dewasa tetapi tetap
155

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

diam di dalam kutikula pupa. Berdasarkan mempunyai bagian kulit luar yang keras
hasil pengamatan lama hidup pupa pada (Borror, et. al. 1982).
beberapa bahan makanan alami adalah Ketersediaan makanan berdampak
sebagai berikut: Pisang Sepatu 70,3 jam, pada jumlah telur D. melanogaster yang
Jambu Biji 68,0 jam dan Belimbing 50,3 dikeluarkan dari induk (serangga dewasa).
jam. Penurunan telur terjadi apabila media
kekurangan nutrisi (kekurangan zat
makanan). Makanan yang ditelan dan
dicerna oleh serangga harus memenuhi
persyaratan gizi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Sejumlah substansi
terutama asam amino dan vitamin
penting untuk tiap tahap perkembangan,
termasuk serangga. Ada 10 jenis asam
Gambar 8. Lama hidup pupa pada amino esensial yang diperlukan untuk
makanan alami memproduksi jaringan dan enzim.
Biasanya asam amino terdapat dalam
Bila gizi secara kualitatif cukup dan
bentuk protein. Kekurangan protein akan
diperoleh secara terbatas serangga dewasa
menyebabkan pertumbuhan serangga
ukurannya akan berkurang, dan sering
tidak sempurna, bila kekurangan salah
kali menyebabkan polimorfisme.
satu jenis asam amino maka
Pengaruh tingkat keasaman dari media
pertumbuhan akan terganggu.
menyebabkan perbedaan waktu dari
Karbohidrat merupakan sumber energi,
pupa-imago pada ketiga media alami.
sedangkan lemak biasa dibutuhkan dalam
Menurut Chapman (1983), serangga D.
jumlah kecil. Berbagai garam anorganik
melanogaster dapat memanfaatkan tepung
juga dibutuhkan bagi pertumbuhan yang
alkohol manitol, raffinosa (trisakarida)
optimal.
sukrosa maltose, dan selobiosa
Kebutuhan dasar gizi semua jenis
(disakarida), mannose dan glukosa
serangga diperkirakan sama karena proses
(manosakarida) pada media yang tersedia
dasar metabolismenya serupa. Perbedaan
seperti pisang sepatu, jambu biji, dan
dapat terjadi akibat perbedaan
belimbing.
metabolisme. Ada dua persediaan zat
D. Perkembangan populasi D. melanogaster makanan yang penting yaitu kuning telur
dari Pisang Sepatu pada bahan makanan yang terdapat dalam telur, dan lemak
buatan katul tubuh yang terdapat pada larva dan
1. Populasi telur serangga dewasa.

Telur D. melanogaster berwarna putih Tabel 3. Komposisi Nutrisi Makanan


transparan dengan ukuran sangat kecil 0,5 Buatan
mm berbentuk elips dengan antena Komponen Keadaan
Protein (%) 11
panjang di bagian anteriornya. Telur D.
Lemak (%) 14
melanogaster dilapisi oleh dua lapisan yaitu Karbohidrat (%) 28
selaput vitellin tipis yang mengelilingi Kalsium (mg/g) 0,5
sitoplasma dan suatu lapisan kuat Magnesium (mg/g) 6,5
(khorion) di bagian luar dan di Fosfor (mg/g) 14
anteriornya dua tangkai tipis. Khorion Silika (mg/g) 9
156

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

Hasil pengamatan populasi telur yang dengan kecepatan makan yang tinggi,
diletakkan oleh imago betina yang dilepas selama penggantian kulit larva disebut
dalam fermentator (1 jantan dan 5 ekor instar. Instar pertama adalah setelah telur
betina) pada bahan makanan buatan menetas sampai penggantian kulit
adalah sebagai berikut: pertama. Sesudah pengantian kulit yang
kedua, larva (instar tiga) makan banyak
siap-siap untuk membentuk pupa. Pada
tahap terakhir larva instar ketiga merayap
keatas permukaan medium makanan
ketempat yang kering dan berhenti
bergerak dengan mengeluarkan cairan
seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar
ludah larva membentuk pupa. Selama
fase makanan larva membuat saluran-
saluran di dalam medium, dan jika
Gambar 9. Populasi telur pada makanan terdapat banyak saluran maka
buatan (Pisang Sepatu) pertumbuhan biakan dapat dikatakan
baik.
Keterangan:
Hasil pengamatan populasi larva
A = 150 gr katul + 0,25 gr ragi + 110
berkembang dalam fermentator pada
ml air
beberapa Makanan buatan perlakuan
B = 125 gr katul + 0,20 gr ragi + 90
adalah sebagai berikut, Makanan buatan
ml air
A 317 ekor, B 233,6 ekor, C 322 ekor, D
C = 100 gr katul + 0,15 gr ragi + 70
306,3 ekor, E 269, 3 ekor.
ml air
D = 75 gr katul + 0,10 gr ragi + 50
ml air
E =50 gr katul + 0,05 gr ragi + 30
ml air
Penemuan inang oleh serangga berkaitan
dengan warna substrat dan bau minyak
volatil dan serangga membutuhkan air,
nitrogen, karbohidrat, lemak dan mineral
dari pakan yang tersedia (Chapman, Gambar 10. Populasi larva pada makanan
1971). buatan (Pisang Sepatu)
2. Populasi larva
3. Populasi pupa
Larva D. melanogaster berwarna putih,
berbentuk seperti cacing dan Berdasarkan hasil pengamatan populasi
menggali/bor dengan mulut berwarna pupa yang berkembang dalam
pada trachea terdapat sepasang spirakel fermentator, pada bahan makanan buatan
yang keduanya berada pada ujung adalah sebagai berikut, perlakuan A 237
anterior dan pasterior (Silvia, 2003). Saat ekor, B 233,6 ekor, C 241,6 ekor, D 229,8
kutikula tidak lunak lagi larva muda ekor, E 277,3 ekor.
secara periodik berganti kulit untuk
mencapai ukuran dewasa. Kutikula
dibuang dan integumen baru diperluas
157

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

yang mengelilingi sitoplasma dan suatu


selaput tipis yang kuat dikenal sebagai
khorion di bagian luar dan di anteriornya
terdapat dua tangkai tipis. Lalat buah D.
melanogaster akan menurunkan keturunan
yang tidak baik bila ketersediaan makanan
kurang yang akan berdampak pada telur
yang dihasilkan oleh induknya (serangga
Gambar 11. Populasi pupa pada makanan dewasa) sedikit dan menurunkan larva
buatan (Pisang Sepatu) kecil, yang sering gagal berkembang
menjadi individu dewasa.
4. Populasi imago
Berdasarkan hasil pengamatan
Struktur dewasa tampak jelas selama populasi telur yang diletakkan oleh imago
periode pupa. Pada bagian kecil jaringan betina (1 ekor jantan dan 5 ekor betina)
dorman yang sama seperti pada tahap yang dilepas dalam fermentator pada
embrio, pembatasan jaringan preadult beberapa perlakuan A, B, C, D, E, media
(sebelum dewasa) disebut aulagen. Fungsi buatan adalah sebagai berikut, perlakuan
utama pupa adalah untuk perkembangan A 266 buti, B 282,5 butir, C 269 butir, D
luar dari pra dewasa ke bentuk dewasa 266 butir, E 230 butir.
(Silvia, 2003).
Hasil pengamatan populasi imago
yang berkembang dalam fermentator
pada beberapa perlakuan makanan buatan
A, B, C, D, E adalah sebagai berikut
perlakuan A 166 ekor, B 175,33 ekor, C
164,33 ekor, D 166,33 ekor, E 195,33
ekor.
Gambar 13. Populasi telur pada makanan
buatan (Jambu Biji)
Nampak jelas bahwa populasi telur lalat
buah D. melanogaster tertinggi pada
perlakuan B yaitu 282,5 butir dan yang
terendah pada perlakuan E sejumlah 230
butir.
Gambar 12. Populasi imago pada 2. Populasi larva
Makanan Buatan (Pisang Sepatu) Larva D. melanogaster berwarna putih,
bersegmen berbentuk seperti cacing dan
E. Perkembangan populasi D. melanogaster menggali dengan mulut yang berwarna
dari Jambu Biji pada bahan makanan buatan hitam didekat kepala. Kutikula lama
katul dibuang dan integumen baru diperluas
1. Populasi telur dengan kecepatan makan yang tinggi.
Apabila nutrisi makanan pada saat
Telur D. melanogaster berbentuk elips, kecil
periode larva kurang maka akan
berukuran 0,5 mm dengan antena
berdampak pada pertumbuhan pupa dan
panjang di bagian anteriornya. Telur D.
imago yang tidak sempurna, selama larva
melanogaster dilapisi selaput vitellin tipis
158

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

akhir (instar III). Larva yang dewasa


merayap naik pada dinding fermentator
dan berdiam diri pada tempat kering
dengan cairan yang berlendir seperti lem
dihasilkan oleh kelenjar ludah yang
kemudian membentuk pupa. Individu-
individu dalam populasi pada tahap ini
biasanya makan lebih banyak dan
bergerak lebih aktif dibandingkan dengan
serangga dewasa. Pada stadium ini, Gambar 15. Populasi pupa pada makanan
individu belum berkembang-biak. buatan (Jambu Biji)
Berdasarkan hasil pengamatan
populasi larva berkembang dalam 4. Populasi imago
fermentator pada beberapa perlakuan Pada fase terakhir pupa yaitu hari ketiga
bahan makanan buatan/katul adalah fase pupa, terlihat D. melanogaster sudah
sebagai berikut perlakuan A sebanyak membentuk bagian tubuh yang sempurna
212,3 ekor, B 226 ekor, C 215 ekor, D siap untuk menjadi imago dan setelah
212,5 ekor, dan E 184 ekor. fase pupa berakhir D. melanogaster menjadi
imago yang sempurna. Hasil pengamatan
siklus hidupnya berusia 3 hari setelah
keluar dari pupa, lalat ini warnanya masih
pucat sayapnya belum berfungsi untuk
terbang. Sumber makanan pada media
memiliki kandungan gizi yang baik untuk
pertumbuhan larva maka imago yang
dihasilkan sehat dan gemuk.
Gambar 14. Populasi larva pada makanan Hasil pengamatan populasi imago
buatan (Jambu Biji) yang berkembang dalam fermentator
pada beberapa perlakuan bahan makanan
3. Populasi pupa buatan adalah sebagai berikut, perlakuan
Saat larva dari D. melanogaster membentuk A sebanyak 136,67 ekor, B 145 ekor, C
cangkang, pupa tubuhnya memendek, 137, 67 ekor, D 146,33 ekor, E 139 ekor.
kutikula menjadi keras, dan berpigmen
tanpa kepala dan sayap. Formasi pupa
ditandai dengan pembentukan kepala,
bantalan sayap dan kaki. Pada stadium
pupa ini larva dalam keadaan tidak aktif
dan dalam keadaan ini larva berganti
menjadi lalat buah D. melanogaster.
Hasil pengamatan populasi pupa
Gambar 16. Populasi imago pada
yang berkembang pada fermentator pada
makanan buatan (Jambu Biji)
beberapa perlakuan bahan makanan
buatan adalah sebagai berikut, pada
F. Populasi telur D. melanogaster dari
perlakuan A terdapat 170 ekor, B 181
Belimbing pada bahan makanan buatan katul
ekor, C 172 ekor, D 183 ekor dan E 174
ekor. 1. Populasi telur
159

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

Perkembangan telur dimulai segara thiamin, riboflavin, asam nikotinik dan


setelah terjadi fertilasi yang terdiri dari asam pantotenat yang banyak diperlukan
dua periode, pertama periode embrionik serangga. Kekurangan vitamin C dan
di dalam telur pada saat fertilasi sampai garam anorganik dapat menyebabkan
pada saat larva muda menetas dari telur kegagalan dalam penggantian kulit
dan ini terjadi kurang lebih 24 jam dan bahkan kematian. Pemberian asam
pada seperti ini larva tak berhenti-henti nukleat pada D. melanogaster dapat
makan (Silvia, 2003). Telur bulat panjang memperbaiki pertumbuhan larva
berbentuk elips, dengan antena panjang (Chapman, 1971).
pada anteriornya. Apabila makanan pada Ada 10 jenis asam amino esensial
saat larva nilai nutrisinya rendah maka yang dibutuhkan dalam perkembangan
berdampak pada pembentukan larva dan jaringan dan menghasilkan enzim,
pupa, serta imago menjadi kerdil dan diantaranya adalah: arginin, lisin, leusin,
imago akan menghasilkan telur sedikit. isoleusin, triptofan, histidin, fenilalanin,
Vialibilitas dari telur-telur dipengaruhi valin. Pada Diptera, asam amino glisin
oleh jenis dan jumlah makanan yang sangat diperlukan. Kebutuhan protein
dimakan larva betina. untuk produksi telur tercermin pada
Pemilihan tempat bertelur yang perbedaan kelamin. Cara makan pada
cocok oleh betina sangat penting, harus kebanyakan serangga adalah menggigit
mempunyai sumber makanan yang cukup dan menghisap. Pada tahap telur,
dan terlindung dari musuh. Waktu yang hidupnya bergantung pada pola makan
dibutuhkan serangga untuk dan kandungan gizi dari makanan
menyelesaikan perkembangan embrionik serangga dewasa.
cukup bervariasi, akan lebih lama bila Berdasarkan hasil pengamatan
suhu naik dan sebaliknya. Pada beberapa populasi telur yang diletakan oleh imago
jenis serangga, kelembaban turut betina (1 ekor jantan dan 5 ekor betina)
mempengaruhi perkembangan telur. Ada yang dilepas dalam fermentator pada lima
hubungan secara linier antara waktu perlakuan media buatan/katul adalah
perkembangan dan penurunan sebagai berikut: perlakuan A 248,5 butir,
kelembaban. Umumnya telur yang harus B 254 butir, C 265,6 butir, D 271 butir
menyerap air sebelum dapat berubah dan E 278 butir.
menjadi larva.
Ada dua persediaan zat makanan
yang penting, yaitu kuning telur dan
lemak yang terdapat pada tubuh larva dan
serangga dewasa. Ukuran telur serangga
relatif kecil sehingga tidak dapat
menyimpan makanan kategori utama
yang penting, seperti glukosa dalam
jumlah banyak, untuk pertumbuhan
embrio. Karena itu, zat makanan yang Gambar 17. Populasi telur pada makanan
disimpan berupa vitamin dalam jumlah buatan (Belimbing)
yang banyak untuk menyesuaikan
2. Populasi larva
kebutuhan perkembangan larva
(Chapman, 1971). Vitamin yang biasanya Larva dari D. melanogaster berwarna putih,
diperlukan oleh serangga adalah vitamin seperti cacing bersegmen dan memiliki
yang larut dalam air, vitamin B seperti mulut berwarna hitam. Selama fase
160

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

makan larva membuat saluran-saluran di


dalam media makanan, bila salurannya
banyak maka pertumbuhan larva D.
melanogaster dapat dikatakan baik dengan
mengeluarkan cairan seperti lem yang
dihasilakan oleh kelenjar ludah larva guna
pembentukan pupa. Bila larva
berkembang di dalam telur, larva akan
keluar dengan cara merobek selaput telur.
Dalam proses penetasan, banyak serangga Gambar 18. Populasi larva pada makanan
mencampakkan kutikula embrioniknya. buatan (Belimbing)
Sekali larva telah menetas, maka akan 3. Populasi pupa
mulai makan dan bertumbuh dimana
pertumbuhannya akan diselingi dengan Saat larva D. melanogaster membentuk
serentetan penggantian kulit. Pada banyak cangkang pupa, tubuhnya memendek,
serangga, bentuk larva terikat pada kutikula menjadi keras dan berpigmen,
dewasanya, yang oleh pertimbangan- tanpa kepala dan sayap saat ini berada
pertimbangan morfologis. Akan tetapi pada fase instar akhir (III). Formasi pupa
pada serangga lainnya, instar pupa ditandai dengan pembentukan kepala
terletak antara larva terakhir dan dewasa bantalan sayap dan kaki. Pada stadium
yang telah menunjukkan penyimpangan pupa larva dalam keadaan tidak aktif dan
bentuk. keadaan ini, larva berganti menjadi imago
Rangsangan yang mendorong (lalat dewasa). Pemunculan serangga
sebagian besar penetasan tidak banyak dewasa dari kutikula pupa atau pada
dikenal. Beberapa rangsangan luar serangga hemimetabola, dari instar larva
mempengaruhi penetasan, seperti contoh terakhir disebut eklosi. Torak dari
suhu dan kelembaban mempunyai kutikula yang terbungkus akan pecah
dampak laju pertumbuhan larva setelah sepanjang garis lemak yang pada pupa
penetasan. Perolehan makanan yang berbentuk huruf T (Chapman, 1971).
cukup akan menyebabkan kenaikan berat Untuk membentuk celah, serangga
dari larva pada instar. Selama dewasa menelan udara agar volume
perkembangan larva, biasanya tidak ada meningkat dan selanjutnya terjadi
perubahan bentuk tubuh, tiap instar peningkatan volume tekanan darah ke
terakhir yang menjadi dewasa cukup bagian depan perut. Pada D. melanogaster
bervariasi. Pada serangga Diptera, D. dengan tipe pupa obtekt, bagian mulut
melanogaster, dimana larva tidak memiliki tertutup oleh satu keping seklerotisasi
kemiripan antara telur-larva-pupa-dewasa. yang kuat sehingga serangga dewasa tidak
Perbedaan-perbedaan yang meluas antara dapat mengisap udara secara langsung ke
struktur larva dan dewasa dikaitkan saluran usus. Sesudah membuat celah
dengan pemisahan habitat larva dan pada kutikula, serangga dewasa keluar
dewasa. sendiri, melebarkan sayap-sayap dan
Hasil pengamatan populasi larva banyak serangga dewasa yang baru
berkembang dalam fermentator pada muncul akan bergantung dengan kepala
beberapa bahan makanan buatan adalah di bagian bawah. Derajat pengerasan yang
sebagai berikut: perlakuan A sebanyak dialami serangga D. melanogaster sebelum
196,6 ekor, B 203 ekor, C 212,5 ekor, D keluar dari kokon bervariasi. Pada
216,6 ekor, E 222,5 ekor. sejumlah serangga, kebanyakan kutikula
tetap lunak sampai sesudah eklosi, kecuali
161

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

beberapa bagian yang berhubungan berikut: perlakuan A 126 ekor, B 131


dengan pergerakan akan mengeras ekor, C 136,33 ekor, D 138,67 ekor dan
sebelum eklosi. E 134, 67 ekor.
Berdasarkan hasil pengamatan Dari kelima (5) perlakuan makanan
populasi pupa yang berkembang dalam buatan dari katul yang difermentasi A, B,
Fermentator pada beberapa perlakuan C, D, E dapat disimpulkan bahwa D.
bahan makanan buatan adalah sebagai melanogaster yang berasal dari pisang
berikut: perlakuan A 157,7 ekor, B 163 sepatu, jambu biji dan buah belimbing
ekor, C 170 ekor, D 173 ekor dan E 178 dipengaruhi oleh tingkat keasaman (pH)
ekor. sebagai berikut: 1). pH berpengaruh
terhadap aktifitas enzim terutama pada
gugus Karboksil dan Amino pada media
buatan katul, 2). pH menyebabkan
denaturasi enzim dan mengakibatkan
hilangnya efektifitas enzim, 3). Mineral
dan media buatan katul dapat berfungsi
sebagai aktifator dari enzim.

G. Lama hidup D. melanogaster pada


Gambar 19. Populasi pupa pada makanan perlakuan bahan makanan buatan
buatan (Belimbing)
Lama hidup D. melanogaster dari Pisang
4. Populasi imago Sepatu, Jambu Biji dan Belimbing pada
perlakuan bahan makanan buatan dapat
Struktur dewasa tampak jelas selama dilihat pada Tabel 4.
periode pupa, fungsi utama dari pupa
adalah guna perkembangan luar dari Tabel 4. Lama hidup D. melanogaster pada
analgen kebentuk dewasa (Silvia, 2003). perlakuan bahan makanan buatan
Dalam satu siklus D. melanogaster berkisar Lama siklus hidup (hari)
9 hari setelah keluar dari pupa berwarna Perlakuan
Telur Larva Pupa Imago
pucat dan belum bisa terbang. Setelah Pisang
berumur 8 jam lalat betina akan kawin. Sepatu
A 0.83 0.56 2.43 2.70
B 0.83 0.55 2.39 2.70
C 0.75 0.61 2.41 2.83
D 0.75 0.61 2.56 3.08
E 0.75 0.62 2.56 3.08
Jambu Biji
A 0.83 0.55 2.35 2.80
B 0.83 0.56 2.35 2.75
C 0.75 0.58 2.35 2.83
D 0.83 0.57 2.30 2.90
Gambar 20. Populasi imago pada E 0.75 0.61 2.25 2.91
makanan buatan (Belimbing) Belimbing
A 0.83 0.54 2.29 2.08
B 0.83 0.41 2.25 2.30
Hasil pengamatan populasi imago yang
C 0.75 0.41 2.25 2.08
berkembang dalam Fermentator pada D 0.75 0.41 2.20 2.25
beberapa bahan makanan buatan pada E 0.75 0.41 2.25 2.16
perlakuan ABCDE adalah sebagai
162

Rachmat Slamet Santoso / Buana Sains Vol 11 No 2: 149-162, 2011

Kesimpulan Daftar Pustaka


1. Media alami dari pisang sepatu Bernard, J. N. and R. T. Wright. 2000.
memberikan respon lebih baik dari Environmental Science. Printed in the
pada jambu biji dan buah belimbing. United states of America.
Untuk makanan buatan katul yang Borror, D. J, C. A. Triplehorn dan N. F.
difermentasi memberikan respon Johnson. 1982. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Gajah Mada University Press.
positif untuk D. melanogaster dari Yogyakarta.
pisang sepatu pada perlakuan E (416 Chapman, R. F. 1983. The Insects Structure
butir telur), dan untuk D. melanogaster and Function, 3rd edition. Hodder and
dari jambu biji pada perlakuan B Stoughton, London.
(282,5 butir telur), serta perlakuan E Chapman, R. F. 1971. Struktur dan Fungsi
(278 butir telur) pada belimbing. Alat Tubuh Serangga. ITB. Bandung.
Untuk lama hidup D. melanogaster Graham, S. T. W. 2000. Organic Chemistry.
pada makan buatan dari katul yang Printed in the United States of America.
difermentasi berdasarkan hasil analisis Munzir, B. 2006. Entomologi. Andalas,
sidik ragam berbeda nyata pada University Press. Padang.
perlakuan D (3,08 hari) dan E (3,08 Paniandy. 2000. (IPTEK.net.2007).
Pracaya. 2007. Bertanam Mangga. Penebar
hari) untuk D. melanogaster imago dari Swadaya. Jakarta.
pisang sepatu. Rahmat, R. 2008. Budidaya Nangka.
2. Larva siklus hidup lalat D. melanogaster Kanisius.Yogyakarta.
sejak telur menjadi imago adalah Silvia, T. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai
selama 10 hari sedangkan lama Konsentrasi Formaldehida Terhadap
perubahan dari telur menjadi imago Perkembangan Larva Drosophila.
bervariasi tergantung kondisi Jurusan Biologi Universitas Padjajaran.
lingkungan, pencahayaan lingkungan, Bandung.
kepadatan, dan ketersediaan Siwi, 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat
makanan, pisang sepatu dalam Buah Penting di Indonesia (Diptera:
penelitian ini memiliki tingkat Tephritidae). Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan
populasi D. melanogaster tertinggi, Sumber Daya Genetika Pertanian.
kedua jambu biji dan terakhir buah Bogor.
belimbing. Sunarjo, P. I. 1991. Biologi dan Ekologi
3. Pakan buatan (artificial food) bertujuan Serangga. Terjemahan dari Insect
untuk guna pengalihan D. melanogaster Biology a Text Book Of Etomology.
agar tidak berkembang biak pada Pusat antara Universitas Bidang Ilmu
buah-buahan alami yang Hayati. ITB Bandung.
dibudidayakan, sedangkan dari katul Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran
padi yang difermentasi diharapkan Lingkungan. Andi. Yogyakarta.
aktivitas hama akibat dari D. Wiwi, I. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit
melanogaster menurun dan berkurang Kanisius. Yogyakarta.
serta akan menjadi sumber pakan
burung walet (predator).

Anda mungkin juga menyukai