Anda di halaman 1dari 15

SISTEM PENDIDIKAN KIMIA DI INDONESIA

Dosen Pengampuh: MARIA YASINTHA,S.Si,M.Pd

DISUSUN OLEH
AGUSTINA NONA YENI (084160002)
DIONISIA KELEKA NITIT (084160003)
FELISIA HASRIYANTI ARUT (084160006)
KATHARINA YUNESTI BURA (084160011)
HASNA ATI (084160008)
MARIA EBON (084160013)
MARIA JENIA DADU (084160014)
MARIA YUVENTA (084160017)
PATRISIA KAROLINA BUPU (084160022)
YULIANA WEA (084160025)
YUSTINA INCE (084160026)
FREDERIKUS M. SARENG (084160028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2017

1
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan kurnianya
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul SISTEM PENDIDIKAN KIMIA DI
INDONESIA tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul SISTEM PENDIDIKAN KIMIA DI INDONESIA ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata Belajar dan Pembelajaran. Dan juga sebagai bahan bacaan dan pembelajaran
bagi para pembaca.
Makalah ini berisi tentang, Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Problem Pendidikan di
Indonesia, serta Sistem Pendidikan Kimia di Indonesia.Penulis mengucapakan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini khususnya kepada
dosen pengampuh mata kuliah Belajar dan Pembelajaran,yang telah memberikan gambaran umum
tentang Sistem Pendidikan di Indonesia, serta Kepada teman-teman yang telah menyumbangkan ide-
ide kepada penulis.

Harapan, semoga apa yang tertulis didalam makalah ini dapat dipelajari, dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari ,serta dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kritik dan saran dari pembaca saya harapkan. Sekian dan
terima kasih.

Maumere,November 2017

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................................................... ii
BAB I .....................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................................................2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................................3
2.1 Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia .............................................................................................3
2.2 Problematika Pendidikan di Indonesia ...................................................................................................5
2.3 Sistem Pendidikan Kimia Di Indonesia .................................................................................................7
2.3.1 Karakteristik Pembelajaran Kimia di Indonesia ............................................................................8
2.3.2 Prestasi Belajar Kimia ....................................................................................................................9
BAB III ................................................................................................................................................................11
PENUTUP ...........................................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................................11
3.2 SARAN ................................................................................................................................................11
Daftar Pustaka ......................................................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan memiliki peran strategis karena pendidikan merupakan kunci kemajuan sebuah
bangsa. Jacques Delors (1996)1 menyebutkan peran strategis pendidikan bahwa pendidikan
merupakan alat yang tidak bisa dipisahkan dalam upaya untuk mewujudkan perdamaian sejati,
kebebasan, dan keadilan sosial. Pendidikan walaupun bukan merupakan sebuah obat ajaib atau
magic formula merupakan pembuka pintu dunia untuk kehidupan yang ideal, menumbuhkan
kehidupan yang lebih manusiawi dan dapat mengurangi kemiskinan, keterbelakangan,
kebodohan, ketertindasan dan perang.

Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 sampai 2013 sekarang ini atau sudah lebih dari 50
tahun, Indonesia sudah melaksanakan sistem pendidikan nasional, namun dampaknya belum
signifikan dalam pembangunan Indonesia. Beberapa masalah yang harus diselesaikan oleh
pendidikan antara masalah kelangsungan hidup bangsa, budaya korupsi, ketidakadilan yang
menyebabkan kemiskinan, konsumerisme dan budaya materialistik, kerusakan lingkungan
hidup, bahaya narkoba, merosotnya mutu hasil pendidikan formal, dan maraknya
komersialisasi pendididikan. Selain masalah seperti yang disebutkan di atas, media masa juga
memberitakan terjadinya kekerasan dan konflik sosial, mutu sumberdaya manusia (SDM) yang
dinilai rendah dibandingkan dengan beberapa Negara berkembang lainnya, kemampuan
membaca, matematika dan sains siswa SD Indonesia yang dinilai rendah, Indonesia dikenal
sebagai pengekspor tenaga kerja murah untuk jenis pekerjaan kasar ke negara-negara lain.

Kegagalan sistem pendidikan nasional di Indonesia akan berdampak pada sistem


pendidikan untuk ilmu pendidikan tertentu seperti ilmu pengetahuan alam khususnya kimia.
Pengajaran ilmu kimia pada siswa sekolah menengah dan mahasiswa, khususnya mahasiswa
tahun pertama, memberikan suatu tantangan yang besar bagi para pengajarnya. Hal ini
disebabkan oleh sejumlah besar materi ilmu kimia, yang sebagian besar merupakan materi
yang abstrak harus di ajarkan dalam waktu yang terbatas. Hal ini memungkinkan untuk
dipahaminya materi ilmu kimia, khususnya konsep-konsep kimia secara tidak tepat oleh siswa.
Pemahaman yang tidak tepat ini dapat berlangsung secara sporadis atau konsisten.

1
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia ?


2. Apa saja masalah yang sering terjadi dalam Sistem Pendidikan di Indonesia ?
3. Bagaimana Sistem Pendidikan Kimia di Indonesia ?

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Menjelaskan Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia


2. Menjelaskan masalah yang sering terjadi dalam Sistem Pendidikan di Indonesia
3. Menjelaskan Sistem Pendidikan Kimia di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia
Pendidikan memiliki peran strategis karena pendidikan merupakan kunci kemajuan sebuah
bangsa. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam perjalananya
pembangunan sistem pendidikan nasional tidak pernah lepas dari warna sosial, politik,
ekonomi dan budaya yang melingkupinya. Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 sampai 2013
sekarang ini atau sudah lebih dari 50 tahun, Indonesia sudah melaksanakan sistem pendidikan
nasional, namun dampaknya belum signifikan dalam pembangunan Indonesia. Beberapa
masalah yang harus diselesaikan oleh pendidikan antara masalah kelangsungan hidup bangsa,
budaya korupsi, ketidakadilan yang menyebabkan kemiskinan, konsumerisme dan budaya
materialistik, kerusakan lingkungan hidup, bahaya narkoba, merosotnya mutu hasil pendidikan
formal, dan maraknya komersialisasi pendididikan. Selain masalah seperti yang disebutkan di
atas, media masa juga memberitakan terjadinya kekerasan dan konflik sosial, mutu
sumberdaya manusia (SDM) yang dinilai rendah dibandingkan dengan beberapa Negara
berkembang lainya, kemampuan membaca, matematika dan sains siswa SD Indonesia yang
dinilai rendah, Indonesia dikenal sebagai pengekspor tenaga kerja murah untuk jenis pekerjaan
kasar ke negara-negara lain. Indikator-indikator di atas menunjukan bahwa sistem pendidikan
nasional Indonesia belum berfungsi maksimal. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu
mendapatkan perhatian, penanganan dan prioritas secara intensif baik oleh pemerintah,
masyarakat maupun pengelola pendidikan. Sebagai perwujudan cita-cita nasional tersebut
telah ditetapkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tujuan pendidikan yang tercantum
dalam UUSPN tahun 2003 pasal 3:
Tujuan pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara
Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta disiplin.

3
Upaya untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional, Pemerintah Republik Indonesia
melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan pembaharuan
sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataan guru,
peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan.
Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat dihasilkan manusia kreatif yang sesuai dengan
tuntutan zaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di Indonesia meningkat. Sistem
pendidikan yang disusun berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika dibarengi dengan kualitas pendidikan yang baik,
sebab pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Perkembangan yang ada pada masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi
tantangan, yaitu mutu pendidikan rendah yang berakar dari pendidik yang kurang berkualitas,
kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, dan manajemen pendidikan yang kurang baik.
Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah hal yang berkenaan dengan peningkatan
mutu pendidikan, yaitu masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Rendahnya mutu
pendidikan dapat dilihat pada sebagian siswa yang meskipun memperoleh nilai tinggi tetapi
kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap
pada situasi yang lain. Ini karena pengetahuan hanya diterima begitu saja sebagai informasi
dari guru tanpa dibiasakan untuk terlibat aktif dan langsung, sehingga pengetahuan itu sempat
terlupakan dan kurang bermakna dalam kehidupan sehari- hari.
Menurut Aunurrohman (2009: 2) untuk membangun masyarakat terdidik, cerdas, maka
harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan paradigma baru, praktik
pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang lebih bertumpu pada teori kognitif dan
konstruktivistik. Pembelajaran akan berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual
yang berlangsung secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan
pengetahuannya sendiri dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari pengetahuan awal dan
perspektif budaya. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa peningkatan mutu pendidikan akan
tercapai apabila proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan
berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan.
Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

4
keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk
meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Menurut Menteri Pendidikan Nasional Bapak Bambang Soedibyo, sekolah sebagai
organisasi penyelenggara pelayanan pendidikan dasar dan menengah, maka dalam
menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat baik dalam tatanan lokal, nasional, regional
maupun global, tampaknya memerlukan personil dan organisasi yang mampu mengantisipasi,
mengestimasi dan mengadaptasi perubahan melalui inovasi-inovasi. Implikasi dari tuntuan
yang dikemukakan tersebut, adalah sistem pengembangan SDM kependidikan yang harus
fokus kepada penempatan personil yang berpotensi untuk mampu mengembangkan diridan
siap dikembangkan. Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dalam organisasi sekolah, harus
fokus pada kegiatan personil dalam pencapaian tujuan pelayanan pendidikan baik tujuan
nasional, kurikuler maupun materi. Oleh sebab itu, guru khususnya harus diberdayakan
kemampuannya.

2.2 Problematika Pendidikan di Indonesia


Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup
untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah
negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk
mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Berdasarkan rilis
terbaru IPM (5 Oktober 2009) Indonesia berada pada kategori Pembangunan Manusia
Menengah dengan Indeks IPM 0,734, dan berada di urutan ke-111 dari 180 negara. Dari hal
ini terlihat jelas bahwa pendidikan di Indonesia belum optimal pelaksanaanya dalam
menunjang pembangunan bangsa (Nuryata, 2010: 45).
Ada beberapa aspek pendidikan yang bisa kita cermati dan mengemuka akhir-akhir ini
sebagai masalah-masalah penting dalam pendidikan, yaitu :
1. Kurikulum
Kurikulum sering dianggap dokumen sakti yang harus menjadi pegangan. Apa yang
tertuang di dalamnya menjadi satu-satunya pegangan. Banyak guru yang masih takut
berkreasi dan berinovasi. Orientasi kurikulum masih dilihat dari ketuntasan materi
5
pelajaran. Guru menjadi panik begitu menyadari materi yang diajarkan belum
terselesaikan. Guru selalu dikejar-kejar target kurikulum, padahal pelaksanaan
pembelajaran mengalami berbagai situasi yang berbeda-beda setiap semester dan setiap
tahunnya. Sehingga pembelajaran di kelas sebagian besar masih terbatas pada
penyelesaian bahan ajar tanpa memedulikan apakah seluruh peserta didik sudah menguasai
pelajaran atau belum. Realitanya hanya sepertiga peserta didik yang menguasai seluruh
pelajaran. Sedangkan duapertiganya akan mengakumulasikan ketidakpahamannya yang
nanti tercermin dalam ketidakmampuannya menjawab tes yang diberikan. Selain itu,
substansi kurikulum dalam hal kepadatan materi tidak signifikan dengan alokasi waktu
tersedia. Ini juga merupakan salah satu sebab bahwa materi yang dibelajarkan di kelas
kurang bermakna dan kurang terlihat relevansinya bagi siswa (Suyanto, 2002: 23).
2. Biaya
Bagi sebagian besar masyarakat biaya pendidikan masih dianggap mahal. Kita lihat
contoh real mengenai program Wajib Belajar Sembilan Tahun, yang sejatinya masih
menjadi pekerjaan rumah bagi kita. Karena pada kenyataannya banyak anak-anak usia
sekolah yang tidak bersekolah atau putus sekolah dengan alasan biaya. Padahal ada dana
bantuan dari pusat, tapi tetap saja ada pungutanpungutan liar yang dilakukan sekolah
berkedok kesepakatan antara sekolah dan orang tua siswa. Tapi serta merta kita tidak bisa
menyalahkan sekolah saja. Praktek di luar, dana bantuan dari pusat tidak utuh sampai di
sekolah. Entah di tingkat mana dana-dana tersebut dipangkas oleh oknum-oknum yang
terhormat. Selain itu, adanya parktek jual-beli kursi. Hanya untuk mencari sekolah atau
agar anaknya bersekolah di tempat yang diinginkan oleh orang tuanya (yang notabene
belum tentu anaknya nyaman berada di sekolah pilihan orang tuanya), orang tua siswa rela
untuk menyogoh untuk diberikan kepada oknum-oknum yang menjanjikan kesempatan
bersekolah di sekolah yang diinginkan.
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harusnya
pendidikan itu menciptakan siswa yang memiliki daya nalar yang tinggi, memiliki
kemampuan analisis tentang apa yang terjadi sehingga bila di terjunkan dalam suatu
permasalahan akan dapat mengambil keputusan yang tepat. Akan tetapi fenomenanya,
pendidikan itu dapat pula menyesatkan. Bisa kita lihat dari kualitas pendidikan kita yang
hanya diukur berdasarkan ijazah. Padahal sekarang ini banyak ijazah yang diperjual-

6
belikan. Dan tidak bisa kita pungkiri banyak pejabat yang membelinya. Jika kita pikirkan,
berarti asalkan memiliki uang kita tidak perlu bersekolah, ijazah tinggal kita beli saja.
Selain itu juga yang menjadi permasalah lain lagi adalah tujuan pendidikan kita adalah
hanya sekedar mendapat gelar tanpa memperhatikan skill dan ketrampilan yang
seharusnya menjadi hal yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan kita dalam
dunia kerja nanti.
4. Ujian Nasional
Kontroversi mengenai pelaksanaan Ujian Nasional (UN) sudah mewacana sejak tahun
pelajaran 2002/2003. Pada tahun tersebut banyak pihak merasakan penyimpangan dari
pelaksanaan UN, yang pertama bahwa yang dinilai dalam UN hanya aspek kognitif peserta
didik, padahal dalam kependidikan, kemampuan peserta didik meliputi tiga aspek, yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penyimpangan yang kedua yaitu bahwa
penentuan standar pendidikan dilakukan secara sepihak oleh pemerintah. Hal ini tentunya
merampas hak guru dalam melakukan penilaian. Ketiga, UN mengabaikan unsure
penilaian proses. Dan, penyimpangan yang keempat, yaitu UN memberikan beban sosial
dan psikologis kepada siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang di
UN-kan.
5. Fasilitas Pendidikan
Akhir-akhir ini banyak kita mendengar dan melihat di televisi berita tentang sekolah-
sekolah yang hampir roboh, dimana anak-anaknya terpaksa belajar di luar kelas. Miris
melihat ini, bahkan sampai sekolah yang berada di ibukota pun mengalami kejadian
seperti ini. Bukankah negara ini memiliki anggaran pendidikan yang tentunya dapat
menanggulangi permasalahan seperti ini. Para pejabat kita di Senayan saja tiap bulan bisa
melakukan tour ke luar negeri berkedok studi banding, mengapa hanya memperbaiki
sekolah yang rusak mesti berlarutlarut. Yang dirugikan tentunya peserta didik yang
merupakan calon penerus bangsa ini.
2.3 Sistem Pendidikan Kimia Di Indonesia
Pengajaran ilmu kimia pada siswa sekolah menengah maupun mahasiswa khususnya
mahasiswa tahun pertama memberikan suatu tantangan yang besar bagi para pengajarnya. Hal
ini disebabkan oleh sejumlh besar materi ilmu kimia yang sebagian besar merupakan materi
yang abstrak harus diajarkan dalam waktu yang terbatas ( William et al, dalam wiseman :484).
Hal ini memungkinkan untuk dipahaminya materi ilmu kimia kususnya konsep-konsep kimia

7
secara tidak tepat oleh siswa. Pemahaman yang tidak tepat ini dapat berlangsung secara
sporadis atau konsisten. Pemahaman tidak tepat yang berlangsung secara konsisten disebut
dengan kesalahan konsep atau miskonsepsi. Meskipum memungkinkan terjadinya kesalahan
konsep pembelajaran kimia dapat digunakan untuk mengembangkan karakter dari siswa
asalkan dirancang secara tepat.

2.3.1 Karakteristik Pembelajaran Kimia di Indonesia


Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam,
oleh sebab itu kimia mempunyai karaktersistik yang sama dengan IPA. Karakteristik
tersebut adalah objek kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Menurut panduan
pengembangan operasional Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikaan (KTSP) tingkat
SMA dari BSNP (2006: 458), Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan
komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat. Oleh sebab itu,
mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi
komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energitika zat yang melibatkan
keterampilan dan penalaran.

Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia
sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu,
pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan
karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.

Berdasarkan Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, mata pelajaran kimia
di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat

bekerjasama dengan orang lain

3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan

atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan


8
merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan,

pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara

lisan dan tertulis

4. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan

juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari

pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan

masyarakat

5. Memahami konsep,prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya

dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari

dan teknologi.

Pembelajaran kimia dapat terlaksana dengan baik dengan adanya interaksi

pembelajaran yang menarik antara guru dan peserta didik. Keberhasilan dalam

mencapai tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya,

strategi belajar mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran, serta sumber belajar

yang digunakan baik dalam bentuk buku, modul, lembar kerja, media, dan lain-lain.

Kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh perbedaan individu peserta didik, baik

perbedaan gaya belajar, perbedaan kemampuan, perbedaan kecepatan belajar, latar

belakang, dan sebagainya.

2.3.2 Prestasi Belajar Kimia


Menurut Winkel (2004; 109-110) prestasi belajar adalah kemampuan internal
(capability) peserta didik yang telah dimiliki secara pribadi dan memungkinkan peserta
didik melakukan sesuatu atau memperoleh prestasi tertentu (performance). Selain itu
Sudjana (2001: 22) mengatakan prestasi belajar sebagai kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar sering
diwujudkan dalam bentuk perubahan perilaku dan perubahan pribadi seseorang setelah
proses pembelajaran berlangsung.

9
Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan peserta didik
memiliki prestasi belajar yang tinggi, Bruner dalam Ekawarna (2010: 46) mengatakan
ada tiga faktor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian guru dalam
pembelajaran yaitu:

1. Pentingnya memahami struktur mata pelajaran

2. Penting-nya belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri konsep-

konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar;

3. Pentingnya nilai dari berfikir induktif.

Menurut Djaali (2007: 98-100) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan

prestasi belajar secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor

dari dalam diri orang yang belajar dan faktor dari luar dirinya. Prestasi belajar dalam

bidang akademik diartikan sebagai prestasi pelajaran yang diperoleh dari kegiatan

persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan

penilaian.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan


manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan di Indonesia belum optimal pelaksanaan dalam menunjang pemabangunan


bangsa yang disebabkan olah beberapa faktor yakni, kurikulum yang pelaksanaanya belum
relevan dengan tuntutan masyarakat, biaya pendidikan yang dianggap mahal, tujuan pendidikan
yang dalam proses pencapaiannya menyimpang, masih adanya kontraversi mengenai
pelaksanaan UN, serta fasilitas pendidikan yang kurang memadai.

Perjalanan kurikulum di Indonesia, khususnya setelah berakhirnya Orde Lama diawali


dengan diterapkannya kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan kurikulum 2013 yang baru saja diterapkan awal tahun 2015.

Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali
peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam, oleh sebab itu
kimia mempunyai karaktersistik yang sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek
kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara garis besar dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam diri orang yang belajar dan faktor dari luar dirinya.

Metode pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran kimia SMA adalah melalui
Pendekatan Keterampilan, proses peserta didik belajar mengamati, mengklasifikasi,
mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi, bereksperimen, menemukan, dan
menyimpulkan.

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan agar para pembaca dapat memahami
tentang penerapan sistem pendidikan di Indonesia juga penulis menharapkan para pembaca
dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik.
11
Daftar Pustaka

http://www.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/Pedoman-Akademik-2015-2016-UIN-Syarif-

Hidayatullah-Jakarta.pdf

https://img.akademik.ugm.ac.id/dokumen/kkni/kkni_001_dokumen_kkni.pdf

http://educ.utm.my/wp-content/uploads/2013/11/111.pdf

http://risbang.ristekdikti.go.id/regulasi/uu-12-2012.pdf

http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia

https://abraham4544.wordpress.com/umum/problematika-pendidikan-di-indonesia/

12

Anda mungkin juga menyukai