Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan

Apendiksitis
Di Ruang Bougenville RSUD RAA Soewondo Pati

Disusun Oleh:
Nama :Desy Ismantari Kusuma Pratiwi
Nim:5133010
Prodi:S1 Keperawatan 2A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH KUDUS
LAPORAN PENDAHULUAN

APENDIKSITIS DI RUANG BOUGENVILLE

RSUD RAA SOEWONDO PATI

A. Definisi

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan
akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya. (Wim de jong et al.2005)

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan
oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. ( Rothrock, Jane C
2000 )

B. Etiologi

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun apendiks
menghasilkan lender 1-2 ml per hari yang normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan
selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender kemuara apendiks tampaknya
berperan pada pathogenesis. Selain itu hiperplasi limpe, tumor apendiks dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan penyumbatan. (NIC-NOC.2013)

C. Manifestasi Klinis

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu dibelakang sekum (terlindung


oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut kanan atau nyeri timbul pada
saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk dan mengedan.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan
rangsangan sigmoid atau rektumakan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
3. Bila apendiks terletak didekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangan dindingnya. (NIC-NOC.2013)
D.PATOFISIOLOGI

Invasi dan multiplikasi bakteri akan menyebabkan apendiksitis, setelah terjadi


apendiksitis maka secresi mukus berlebihan pada lumen apendik sehinga apendic teregang
yang akan mengakibatkan spasme dinding apendik dan mengakibatkan nyeri.

Apendiksitis harus dilakukan operasi, dan operasi akan menyebabkan luka incici
sehinga menjadi pintu masuk kuman, sehingga menyebabkan resiko infeksi.

Selain menyebabkan luka insisi, operasi juga memerlukan anestesi agar tidak terasa
sakit pada saat dilakukan operasi, sedangkan anestesi itu sendiri menyebabkan peristaltik
usus menurun, sehingga terjadi distensi abdomen dan mengakibatkan mual dan muntah
sehingga beresiko kekurangan volume cairan. (Rothrock,Jane C 2000)
E.PATHWAY

Konsumsi makan rendah serat

Tinja keras

Konstipasi

Tekanan intrasekal meningkat

Sumbatan fungsional apendiks

Pertumbuhan kuman flora kolon meningkat

Apendiksitis

Operasi pre operasi

Secresi mucus berlebih

Anestesi Luka incisi pada lumen apendik

Peristaltik usus Pintu masuk kuman apendik teregang

Distansi abdomen Resiko infeksi spasme dinding apendik


Resiko infeksi

Mual & Muntah Nyeri

Resikokekurangan
Resiko kekurangan
volume
volumecairan
cairan
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan
darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.

B. Pemeriksaan Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi
ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan
pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.

G.PENATALAKSANAAN MEDIS

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan
IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa
ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen
bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep
Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik
maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang
akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan
kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena
banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan
anastesi.

H.PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1.PENGKAJIAN

A.Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton


Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

B.Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit


serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu
dingin
C.Integritas Ego

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress


multipel

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara

D.Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

E.Makanan / Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

F.Neurosensori

Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,


gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik

G.Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen

H.Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok

Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas


tambahan, sianosis

I.Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural


J.Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,


penyakit ginjal

Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif, mekanisme kerja peristaltik usus
menurun

3. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan tubuh

INTERVENSI :

1. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi

Tujuan & KH : tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat.

Intervensi :

- Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi, jenis dan intensitas nye-ri. Ukur dengan skala
(1-10)

Rasional : Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan


penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri.

- Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler

Rasional : Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi


terlentang

- Berikan aktivitas hiburan

Rasional : meningkatkan relaksasi

- Kolaborasi tim dokter dalam pemberian analgetika

Rasional : Menghilangkan nyeri


2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif, mekanisme kerja peristaltik
usus menurun

Tujuan & KH : Kekurangan volume cairan tidak terjadi


Intervensi :

- Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh

Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran


cairan atau kebutuhan pengganti.

- Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa

Rasional : Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi

- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

Rasional : untuk membantu kebutuhan nutrisi pasien

- Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena

Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan
meningkatkan fungsi ginjal

3. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan tubuh

Tujuan & KH : tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

Intervensi :

- Observasi tanda-tanda infeksi

Rasional : Deteksi dini terhadap infeksi akan mempermudah dalam

- Ukur tanda-tanda vital

Rasional : Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi

- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Rasional : agar pasien dan keluarga bisa mengetahui tanda-tanda infeksi

- Kolaborasikan dengan dokter terapi antibiotik untuk proteksi terhadap infeksi

Rasional : agar infeksi tidak semakin parah


DAFTAR PUSTAKA :

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.

Rothrock,Jane C. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC. Jakarta.

Sjamsuhidajat. R & Jong,Wim de.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi. EGC. Jakarta

NANDA NIC NOC 2013

Anda mungkin juga menyukai