Anda di halaman 1dari 51

WRAP UP SKENARIO 1

KEPUTIHAN
BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG

KELOMPOK B-13
Ketua : Muhammad Rifki Kholis Putra 1102014172
Sekretaris : Shelvi Rizki Amalia 1102015222
Anggota : Tri Andini Ayu Lestari 1102011284
Sri Wahyuningsih 1102011265
Ramadhan 1102015186
Melinda Rizki Purnama 1102015132
Mirza Insani 1102015136
Minchatul Maula 1102015135
Siti Khodijah Mulya Sari Rifki 1102015226
Syifa Albaab Satrio 1102015234

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2017
SKENARIO 1
KEPUTIHAN

Seorang pasien usia 36 tahun, G3P2A0H2 gravid 20 minggu datang dengan


keluhan keputihan banyak, warna kehijauan dan disertai gatal sejak awal
kehamilannya. Pasien memiliki siklus menstruasi normal dan riwayat pemakaian
IUD selama 3 tahun yang dimulai setelah kelahiran anak kedua. Suaminya
seorang PNS dan menyangkal melakukan hubungan sexual dengan wanita lain.
Pada pemeriksaan genitalia externa didapatkan pada labium mayus dan minus
tampak eritema dan erosi. Dari inspekulo didapatkan discharge vagina homogen
warna kehijauan dan tampak melekat pada dinding vagina, dan portio erosi.
Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan swab vagina dan pap smear
untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pasien sering merasa ragu saat akan
menunaikan shalat karena masalah keputihannya.

1
KATA SULIT

1. Discharge : keluarnya cairan / sekret dari organ yang berongga


2. Eritema : kemerahan pada kulit yang memiliki banyak variasi
3. IUD : Intrauteri Device, yaitu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim
4. Pap smear : untuk mengetahui kelainan dan ada tidaknya keganasan pada
dinding rahim
5. G3P2A0H2 :
G : Gestasi (kehamilan)
P : Partus (melahirkan)
A : Abortus
H : Anak yang hidup
6. Gravid : kehamilan
7. Erosi : kerusakaan kulit sampai stratum vinosum lapisan ke-4 dari
epidermis

PERTANYAAN

1. Apa penyebab keputihan?


2. Mengapa pada bagian genitalia eksterna pasien tampak eritema dan erosi?
3. Mengapa pada pasien keputihan banyak, berwarna kehijauan dan berbau
amis sejak awal kehamilan?
4. Apa hubungan keputihan dengan alat kontrasepsi IUD?
5. Bagaimana hukum Islam mengenai keputihan?
6. Apa perbedaan keputihan fisiologis dan patologis?
7. Apa indikasi dilakukan pemeriksaan pap smear?
8. Bagaimana prosedur pap smear dan ketentuannya?
9. Pemeriksaan apa yang lebih sederhana selain pap smear?
10. Bagaimana tatalaksana yang diberikan pada pasien?

JAWABAN

1. Keputihan dibagi menjadi 2 yaitu :


a) Keputihan fisiologis, penyebabnya bisa karena kehamilan, sebelum
dan sesudah menstruasi, menopause dan keadaan stres
b) Keputihan patologis, penyebabnya yaitu infeksi bakteri contohnya
Neisseria gonorrhae, jamur contohnya Candida albicans, parasit

2
contohnya Trichomonas vaginalis dan virus contohnya herpes simplex
atau Human Papilloma Virus (HPV)
2. Karena ada inflamasi yang menimbulkan rasa gatal kemudian luka
3. Karena infeksi bakteri, contohnya jika berbau amis diakibatkan oleh
Gardnella vaginalis
4. Pemakaian IUD yang berlebihan dapat memicu mediator inflamasi
sehingga leukosit dan sel PMN dikeluarkan dan bisa karena IUD yang
tidak steril
5. Masih boleh beribadah tanpa mandi besar tetapi harus tetap berwudhu
6. Keputihan fisiologis tidak berwarna / jernih, tidak berbau, tidak
menimbulkan rasa gatal. Sedangkan keputihan patologis berbau tidak
enak, berwarna, terdapat rasa gatal
7. Usia < 20 tahun menikah muda, pernah melahirkan > 3x, pendarahan
setiap berhubungan
8. Pemasangan spekulum, melihat servix normal / tidak, dilakukan swab
secara 360 pada endoservix, hasil swab ditaruh di objek glass lalu dikirim
ke PA
9. Dengan pemeriksaan ginekologi (contohnya inspekulo)
10. Farmako : antibiotik contohnya clortimazol, antiparasit contohnya
timidazol (tergantung penyebabnya)
Non Farmako : menjaga kebersihan, tidak berganti-ganti pasangan,
membersihkan genitalia dimulai dari depan ke belakang

3
HIPOTESIS

Keputihan dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. pada keputihan patologis
dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit atau virus. Untuk menegakkan
diagnosis dilakukan pemeriksaan pap smear dan swab vagina agar dapat diberikan
pengobatan sesuai penyebabnya. Menurut pandangan Islam mengenai keputihan
masih boleh beribadah tanpa mandi besar terlebih dahulu tetapi tetap harus
berwudhu.

4
SASARAN BELAJAR

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Organ Genitalia Wanita (Externa dan Interna)
LO.1.1 Makroskopis
LO.1.2 Mikroskopis
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Leukorrea/Flour Albus
LO.2.1 Definisi
LO.2.2 Etiologi
LO.2.3 Epidemiologi
LO.2.4 Klasifikasi
LO.2.5 Patofisiologi
LO.2.6 Manifestasi Klinis
LO.2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
LO.2.8 Tatalaksana
LO.2.9 Komplikasi
LO.2.10 Prognosis
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Pap Smear (dengan Gambaran Normal dan
Patologis)
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Keputihan dan
Taharah

5
PEMBAHASAN

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Organ Genitalia Wanita (Externa dan Interna)
LO.1.1 Makroskopis
Genitalia Eksterna

1. Mons Pubis
Daerah kulit yang menonjol di depan symphisis pubis
Kulit berambut banyak jaringan lemak.
Berisi jaringan lemak, jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf-saraf
Meluas ke bwah belakanaglabium mayora.
Rambut kemaluan disebut pubes.

2. Labium Majus Pudendi


Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain
membentuk comissura posterior labiorum majorum, sedang yang ke
ventrocrainal membentuk comissura anterior labiorum majora.
Fascia lateralis memiliki rambut dan bnayka pigmen. Sedangkan, fascia
medialis mempunyai gld. Sebacea yang besar dan tidak mempunyai
rambut.
Terdapat jaringan pengikat, lemak dan jaringan menyerupai tunica dartos
scorti.
Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut rima pudendi.
6
3. Labium Minus Pudendi
Labium minora ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain
membentuk frenulum labiorum minorum.
Ke ventrocrainal berhubunan satu dengan yang lain membentuk
preputium clitoridis.
Dari labio minora berjalan suatu lipatan kulit ke ventral cranial melekat
pada dataran dorsocaudal glans clitoridis kanan kiri dari linea mediana
disebut frenulum clitoridis.
Tidak ada foliculi rambut dan jaringan lemak.

4. Vestibulum vaginae
Daerah yang terletak diantara kedua bulbi vestibuli.
Batas-batasnya yaitu kanan dan kiri oleh labia minora, ventrocranial oleh
frenulum clitoris, dan dorsocaudal oleh frenulum labiorum minorum
(frenulum labiorum pudendi)
Kedalam veestibulum vaginae bermuara urethra, vagina, gld.
Paraurethralis, gld. Vestibularis minor dan gld. Vestibularis major.

Vulva adalah organ genital external wanita yang mencakup mons pubis, clitoris,
labia majora dan minora, ruang depan vulva, vestibular dan kelenjar, ostium
urethra, hymen dan ostium vaginae.

5. Ostium vaginae
Adalah muara vagina, disebut juga introitus vaginae. Diantara introitus vaginae
dan frenulum labiorum minorum terdapat fossa navicularis

6. Clitoris
Terdiri atas corpus cavernosum clitoridis, corpus clitoridis, glans clitoridis/

7. Urethra feminina
Berjalan dari leher kandung kemih menuju ostium urethrae externum yang
terletak diantara clitoris dengan vagina.

8. Perineum
Merupakan area berbentuk belah ketupat. Terbagi menjadi regio urogenitalis di
anterior dan regio analis di posterior. Dibagi oleh ramus inferior ossis pubis dan
ramus ossis ischii kanan dan kiri dan kedua lig. Sacrotuberale.

7
Genitalia Interna

1) Ovarium
Terletak di dalam pelvis minor dan jumlahnya sepasang. Berbentuk bulat
memanjang, agak pipih (seperti buah almond dengan ukuran 3 x 1,5 x 1 cm).
Terdiri dari coretx dan medulla (berisi pembuluh darah, limfe dan saraf).
Dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum latum (berupa lipatan peritoneum
sebelah kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan dasr panggul).

Difiksasi oleh :
a. Ligamentum suspensorium ovarii (Lig.infudibulopelvicum) : Ligamentum
ini menggantungkan uterus pada dinding panggul antara sudut tuba
b. Ligamentum ovarii propium : menfiksasi ovarium ke uterus.
c. Ligamentum teres uteri (lig. Rotundum) : terdapat di bagian atas lateral
dari uterus, caudal dari tuba kedua ligamentum ini melalui canalis
inguinalis ke bagian cranial labium majus.

2) Tuba uterina (Salpinx)

8
Jumlahnya sepasang kanan dan kiri dengan panjang 10 cm. Merupakan saluran
muskular. enjulur dari uterus kearah ovarium dengan ujung distal terbuka kedalam
rongga peritoneum disebut ostium abdominale.

Terdiri dari :
a. Infudibulum bangunan yang berbentuk seperti corong
b. Ampula, bangunan yang membesar
c. Isthmus, bangunan yang menyempit
d. Pars uterina tubae ialah bagian yang melalui dinding uterus.
e. Ostium uterinum yaitu muara tuba di dalam uterus.

3) Uterus
4) Ovarium
Terletak di dalam pelvis minor dan jumlahnya sepasang. Berbentuk bulat
memanjang, agak pipih (seperti buah almond dengan ukuran 3 x 1,5 x 1 cm).
Terdiri dari coretx dan medulla (berisi pembuluh darah, limfe dan saraf).
Dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum latum (berupa lipatan peritoneum
sebelah kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan dasr panggul).

Difiksasi oleh :
a. Ligamentum suspensorium ovarii (Lig.infudibulopelvicum) : Ligamentum
ini menggantungkan uterus pada dinding panggul antara sudut tuba
b. Ligamentum ovarii propium : menfiksasi ovarium ke uterus.
c. Ligamentum teres uteri (lig. Rotundum) : terdapat di bagian atas lateral
dari uterus, caudal dari tuba kedua ligamentum ini melalui canalis
inguinalis ke bagian cranial labium majus.

5) Tuba uterina (Salpinx)


Jumlahnya sepasang kanan dan kiri dengan panjang 10 cm. Merupakan saluran
muskular. enjulur dari uterus kearah ovarium dengan ujung distal terbuka kedalam
rongga peritoneum disebut ostium abdominale.

Terdiri dari :
a. Infudibulum bangunan yang berbentuk seperti corong
b. Ampula, bangunan yang membesar
c. Isthmus, bangunan yang menyempit
d. Pars uterina tubae ialah bagian yang melalui dinding uterus.
e. Ostium uterinum yaitu muara tuba di dalam uterus.

9
6) Uterus
Organ muscular, berbentuk buah jambu (peer) agak pipih, dibedakan menjadi :
a. Fascia vesicalis, di dataran ventral menghadap ke vesica urinaria.
b. Fascia intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus.
c. Margo lateralis kanan dan kiri.

Dindiing Uterus dari luar ke dalam terdiri atas :


a. Perimetrium (lapisan terluar)
b. Myometrium (lapisan otot)
c. Endometrium

Uterus dapat dibagi dalam :


a. Fundus uteri , yang terletak pada bagian atas (proksimal ) osteum tuba
uterina.
b. Corpus uteri , terletak pada bagian tengah uterus yang berbentuk bulat
melebar. Batas antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh isthmus,
suatu penyempitan di dalam rongga uteri antara ostium uteri internum
anatomicum dengan ostium uteri histologicum.
c. Cervix uteri , bagian yang paling sempit dan menonjol kedalam rongga
vagina. Pada bagian ujung distal cervix terdapat bangunan yang
menyempit disebut ostium uteri externum. Rongga di dalam cervix uteri
disebut canalis cervix.

Ligamentum-ligamentum yang memfiksasi uterus diantaranya :


a. Lig. cardinale (Mackenrodt)
b. Lig. recto uterina
c. Lig. puboservicale
d. Lig. pubovesicale
Fiksasi utama pada uterus le vagina adalah lig. recto uterina.

7) Vagina
Berbentuk tabung muskular. Panjangnya antara 8-12 cm. Bagian distal cervix
menonjol ke dalam rongga vagina, disebut portio vaginalis cervicis uteri. Bagian
cervix proksimalnya disebut portio supravaginalis cervicis uteri.

Fungsi vagina:
a. Sebagai saluran keluar uterus yang dapat mengalirkan darah pada waktu
menstruasi dan sekret dari uterus

10
b. Alat bersenggama
c. Jalan lahir pada waktu partus

Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
terbagi menjadi :
a. Fornix lateralis dextra dan sinistra
b. Fornix anterior dan posterior

Tunica mucosa membentuk rugae yang transversal pada dinding ventral dan
dorsal disebut columna rugarum.

8) Hymen
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh selaput disebut hymen.
Bentuk hymen :
a. Hymen anularis (cincin)
b. Hymen seminularis (bulan sabit)
c. Hymen cribriformis (berlubang-lubang seperti saringan)
d. Hymen fimbriatus (dengan tepi seperti jari-jari)
e. Hymen imperforatus (tidak berlubang)

Arteri uterina setinggi isthmus uteri membelok ke medial berjalan di pangkal lig.
latum, cranial lig cardinale uteri memberi cabang a. Vaginalis ke dinding vagina,
pangkalnya ke arah fundus bercabang-cabang menjadi :
1. R. Ovaricus, melalui lig. ovarii propium menuju ovarium
2. Arteri ligamenti teretis uteri, mengikuti lig. teres uteri
3. R. Tubarius, mengikuti tuba uterina
Persarafan :
N.pudendus untuk persarafan genitalia eksterna , n.pudendus masuk ke foramen
ischiadicum sebagai n. Clitoridis. Cabang yang lain: n.hemorrhoidalis inferior
utnuk m.spinchter ani externus dan ke kulit regio analis. N. Perianalis berkahir
sebagai n.labialis untuk labium majus. Plexus hypogastricus superior dan inferior
untuk persarafan genitalia interna.

Vasa lymphatica dan nodi lymphatici (lymphonodi) :


a. Bagaian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a. Uternae ke lnn. Illiaci
interni.
b. Bagian medial mengikuti kembali r.Vaginali a.Vesicalis inferior ke Inn
sepanjang a.Vesicalis inferior ke Inn. Illiaca interni.
c. Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vaginae, labia minora, labia
major
11
Organ muscular, berbentuk buah jambu (peer) agak pipih, dibedakan menjadi :
a. Fascia vesicalis, di dataran ventral menghadap ke vesica urinaria.
b. Fascia intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus.
c. Margo lateralis kanan dan kiri.

Dindiing Uterus dari luar ke dalam terdiri atas :


a. Perimetrium (lapisan terluar)
b. Myometrium (lapisan otot)
c. Endometrium

Uterus dapat dibagi dalam :


a. Fundus uteri , yang terletak pada bagian atas (proksimal ) osteum tuba
uterina.
b. Corpus uteri , terletak pada bagian tengah uterus yang berbentuk bulat
melebar. Batas antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh isthmus,
suatu penyempitan di dalam rongga uteri antara ostium uteri internum
anatomicum dengan ostium uteri histologicum.
c. Cervix uteri , bagian yang paling sempit dan menonjol kedalam rongga
vagina. Pada bagian ujung distal cervix terdapat bangunan yang
menyempit disebut ostium uteri externum. Rongga di dalam cervix uteri
disebut canalis cervix.

Ligamentum-ligamentum yang memfiksasi uterus diantaranya :


a. Lig. cardinale (Mackenrodt)
b. Lig. recto uterina
c. Lig. puboservicale
d. Lig. pubovesicale
Fiksasi utama pada uterus le vagina adalah lig. recto uterina.

9) Vagina
Berbentuk tabung muskular. Panjangnya antara 8-12 cm. Bagian distal cervix
menonjol ke dalam rongga vagina, disebut portio vaginalis cervicis uteri. Bagian
cervix proksimalnya disebut portio supravaginalis cervicis uteri.

Fungsi vagina:
a. Sebagai saluran keluar uterus yang dapat mengalirkan darah pada waktu
menstruasi dan sekret dari uterus
b. Alat bersenggama

12
c. Jalan lahir pada waktu partus

Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
terbagi menjadi :
a. Fornix lateralis dextra dan sinistra
b. Fornix anterior dan posterior

Tunica mucosa membentuk rugae yang transversal pada dinding ventral dan
dorsal disebut columna rugarum.

10) Hymen
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh selaput disebut hymen.
Bentuk hymen :
a. Hymen anularis (cincin)
b. Hymen seminularis (bulan sabit)
c. Hymen cribriformis (berlubang-lubang seperti saringan)
d. Hymen fimbriatus (dengan tepi seperti jari-jari)
e. Hymen imperforatus (tidak berlubang)

Arteri uterina setinggi isthmus uteri membelok ke medial berjalan di pangkal lig.
latum, cranial lig cardinale uteri memberi cabang a. Vaginalis ke dinding vagina,
pangkalnya ke arah fundus bercabang-cabang menjadi :
1. R. Ovaricus, melalui lig. ovarii propium menuju ovarium
2. Arteri ligamenti teretis uteri, mengikuti lig. teres uteri
3. R. Tubarius, mengikuti tuba uterina

Persarafan :
N.pudendus untuk persarafan genitalia eksterna , n.pudendus masuk ke foramen
ischiadicum sebagai n. Clitoridis. Cabang yang lain: n.hemorrhoidalis inferior
utnuk m.spinchter ani externus dan ke kulit regio analis. N. Perianalis berkahir
sebagai n.labialis untuk labium majus. Plexus hypogastricus superior dan inferior
untuk persarafan genitalia interna.

Vasa lymphatica dan nodi lymphatici (lymphonodi) :


a. Bagaian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a. Uternae ke lnn. Illiaci
interni.
b. Bagian medial mengikuti kembali r.Vaginali a.Vesicalis inferior ke Inn
sepanjang a.Vesicalis inferior ke Inn. Illiaca interni.
c. Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vaginae, labia minora, labia
major
13
LO.1.2 Mikroskopis
Uterus
Dari segi histologi, uterus terdiri dari tiga lapisan:
A. Lapisan serosa atau peritoneum viseral yang terdiri dari sel mesotelial.
B. Lapisan muscular atau miometrium yang merupakan lapisan paling tebal
di uterus dan terdiri dari serat otot halus yang dipisahkan oleh kolagen dan
serat elastik. Berkas otot polos ini membentuk empat lapisan yang tidak
berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama terdiri atas serat
yang tersusun memanjang, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ.
Lapisan tengah mengandung pembuluh darah yang lebih besar.
C. Lapisan endometrium yang terdiri atas epitel dan lamina propia yang
mengandung kelenjar tubular simpleks. Sel-sel epitel pelapisnya
merupakan gabungan selapis sel-sel silindris sekretorus dan sel bersilia.
Jaringan ikat lamina propia kaya akan fibroblas dan mengandung banyak
substansi dasar. Serat jaringan ikatnya terutana berasal dari kolagen tipe
III.

Lapisan endometrium dapat dibagi menjadi dua zona,


(1) Lapisan fungsional yang merupakan bagian tebal dari endometrium.
Perubahan siklik dibagi menjadi beberapa tahap:

14
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/19_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/20_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/96_01.jpg
- Proliferatif (atau folikular), dibawah pengaruh estrogen ovarium, stratum
functionale semakin tebal dan kelenjar uterus memanjang dan berjalan
lurus di permukaan. Arteri spiralis memanjang berkelok-kelok.
- Sekretorik (atau luteal), dimulai setelah folikel matur. Perubahan d
endometrium disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang
disekresi oleh korpus luteum fungsional, akibatnya stratum functionale
dan stratum basale endometrium menjadi lebih tebal karena bertambahnya
sekresi kelenjar dan edema lamina propria, epitel kelenjar uterus
mengalami hipertrofi akibat adanya akumulasi sekretorik yang kaya
karbohidrat. Arteri spiralis terus berjalan ke bagian atas endometrium dan
tampak jelas karena dindingnya tebal. Selama fase sekretori, stratum
functionale endometrium ditandai oleh perubahan epitel permukaan
silindris, kelenjar uterus dan lamina propria. Stratum basale menunjukkan
perubahan minimal.
- Menstruasi, endometrium di stratum functionale mengalami degenerasi
dan terlepas. Endometrium yang terlepas mengandung kepingan-kepingan
stroma yang hancur, bekuan darah, dan kelenjar uterus beserta produknya.
Stratum basal endometrium tetap tidak terpengaruh selama fase ini. Bagian
distal arteri spiralis mengalami nekrosis, sedangkan bagian arteri yang
lebih dalam tetap utuh.
(2) Lapisan basal yang paling dalam dan berdekatan dengan miometrium. Lapisan
ini mengandung lamina propia dan bagian awal kelenjar uterus. Lapisan ini
berperan sebagai bahan regenerasi dari lapisan fungsional dan akan tetap bertahan
pada fase menstruasi. Endometrium adalah jaringan yang sangat dinamis pada
wanita usia reproduksi.
Perubahan pada endometrium terus menerus terjadi sehubungan dengan respon
terhadap perubahan hormon, stromal, dan vaskular dengan tujuan akhir agar
nantinya uterus sudah siap saat terjadi pertumbuhan embrio pada kehamilan.
Stimulasi estrogen dikaitkan erat dengan pertumbuhan dan proliferasi
endometrium, sedangkan progesteron diproduksi oleh korpus luteum setelah
ovulasi mengahmbat proliferasi dan menstimulasi sekresi di kelenjar dan juga
perubahan predesidual di stroma.
Tuba uterina (tuba falopii), terdiri atas 4 segmen yaitu bagian Intramural (Pars
Interstitial), Istmus, Ampula, Infundibulum . Jari2/jumbai melebarke arah ovarium
disebut fimbriae. Secara histologi, dinding tuba uterina terdiri dari 3 lapisan:
tunika mukosa, tunika muskularis, tunika serosa.
(Junqueira, L. C. and Carneiro, J., 2007. Histologi dasar. 10th ed. Jakarta: EGC.)

15
http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/femalerepro/images/uem021he
.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/21_01.jpg

Ovarium
Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau kuboid, yakni epitel
germinal. Di bawah lapis epitel germinal terdapat sebuah lapisan jaringan ikat
padat yang tidak berbatas jelas membentuk tunika albuginea. Jaringan korteks
ovarium berada di bawah tunika albuginea. Di sini terdapat sejumlah besar folikel
ovarium sedang berkembang pada fase yang berbeda-beda.
Sebuah folikel ovarium terdiri atas sebuah oosit yang dikelilingi oleh satu atau
lebih lapisan sel folikel. Folikel dibagi ke dalam tiga fase perkembangan, yaitu
folikel primordial, folikel berkembang, dan folikel de Graaf atau matang.
16
Folikel primordial paling banyak dijumpai saat sebelum kelahiran. Terdiri atas
sebuah oosit primer dengan inti dan anak inti besar yang dibungkus oleh selapis
sel folikel gepeng. Sementara folikel berkembang, stroma ovarium yang
mengelilingi folikel akan berdeferensiasi menjadi teka interna dan teka eksterna.
Teka interna kaya akan vaskular dan teka eksterna terutama terdiri atas jaringan
ikat. Tidak ada pembuluh darah dalam lapisan granulosa.
Sewaktu folikel berkembang pula, terbentuk ruang-ruang kecil di antara sel folikel
yang berisi cairan folikel. Folikel ini disebut folikel sekunder. Kemudian ruang-
ruang ini menyatu dan akhirnya hanya membentuk satu ruang besar yang disebut
antrum. Sel-sel dari lapisan granulosa berkumpul pada satu bagian dinding
folikel, membentuk bukit kecil sel-sel, yaitu kumulus ooforus, yang
mengandung oosit. Kumulus ooforus ini menonjol kedalam antrum. Oosit tidak
akan bertumbuh lagi dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang disebut
korona radiata. Folikel ini kini benama folikel de Graaf atau matang.
Proses ovulasi terdiri atas pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum. Ovum
bersama zona pelucida, sel-sel yang meliputinya, dan beberapa cairan antrum
meninggalkan ovarium dan masuk ke dalam tuba uterina. Setelah ovulasi, sel
granulosa dan sel-sel dari teka interna yang menetap dalam ovarium membentuk
kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus luteum yang mensekresikan
progesteron dan estrogen.
Struktur ovarium terdiri dari:
a) Korteks di bagian luar, terdiri dari:
- Stroma padat, mengandung folikel ovarium. Stroma berbentuk jala
retikulin dengan sel bentuk gelendong.
- Sebelum pubertas hanya tdpt folikel primitif atau primer.
- Kematangan seks: adanya folikel yang berkembang dan hasil akhirnya
berupa korpus luteum, folikel atretis.
- Saat menopause folikel menghilang dan korteks jadi tipis dan terdiri dari
jaringan ikat fibrosa
b) Medula dibagian dalam,tdd:
- Jaringan ikat fibroelastis berisi pembuluh darah besar, limf dan saraf.
Korpus Luteum
Bila tidak terjadi fertilisasi maka korpus luteum hanya bertahan 10-14 hari dan
berdegenerasi disebut korpus luteum menstruasi. Bila terjadi fertilisasi, plasenta
menghasilkan HCG dan menstimulasi korpus luteum untuk bertahan selama 6
bulan dan akan menurun tapi tidak hilang dan masih mensekresi progesteron
sampai akhir kehamilan disebut korpus luteum pregnans.
(Fawcett DW. 2004. Buku Ajar Histologi Bloom & Fawcett. 12th ed. Trans
Tambayong J. Jakarta: EGC)

17
http://legacy.owensboro.kctcs.edu/gcaplan/anat2/histology/a%20ovary%203.jpg
https://secure.health.utas.edu.au/intranet/cds/cam202/Images/98-9824x200a.jpg

Vagina

Vagina adalah tabung fibromuskular dengan dinding yang terdiri dari tiga lapisan:
mukosa, muskularis dan adventitia dari vagina. MukosaEpitel skuamosa
18
bertingkat (dalam stratum basalis, intermediate stratum spinosum, lapisan dangkal
sel eosinofilik datar yang memang mengandung keratin tetapi biasanyatidak
membentuk lapisan tanduk yang benar) terletak pada lamina propria yang
sangatseluler (leukosit banyak). Menjelang muskularis beberapa ruang kavernosa
vaskular dapat dilihat (jaringan ereksi yang khas).
Muskularis lapisan melingkar dan luar otot polos yang hadir. Inferior, otot,
bulbo spongiosus lurik sukarela membentuk sphincter sekitar vagina.
AdventitiaBagian dari adventitia berbatasan dengan muskularis cukup padat
dan berisi banyak seratelastis. Jaringan ikat longgar dengan pleksus vena
menonjol membentuk bagian luar adventitia.
http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/femalerepro/images/vag02he.j
pg

Labia
Labia mayor terdiri dari lipatan-lipatan kulit yang menutupi kumpulan jaringan
adiposa.Pada orang dewasa, permukaan luar ditutupi oleh rambut kasar dengan
kelenjar keringat dansebasea. Labia majora adalah homolog dengan skrotum pada
pria. Labia minora terdiri dari intiyang sangat vaskular, jaringan ikat longgar
tertutup oleh epitel skuamosa berlapis yang sangatmenjorok oleh papilla jaringan
ikat. Kedua permukaan labia minora tidak terdapat rambut,tetapi banyak terdapat
kelenjar sebasea besar.

Klitoris
Klitoris adalah suatu badan yang terbentuk dari dua corpora cavernosa yang
tertutupdalam lapisan jaringan ikat fibrosa dan dipisahkan oleh septum yang tidak
lengkap. Ujung bebas dari klitoris berakhir dalam tuberkulum, kecil
membulat,serta kelenjar clitoridis. Klitorisdibungkus oleh lapisan tipis epitel
skuamosa berlapis nonkeratinized , juga terkait dengan banyak ujung saraf
khusus. Klitoris tidak memiliki korpus spongiosum , oleh karena itu tidak dilalui
oleh uretra.

Kelenjar vestibular/ kelenjar Bartholin


Vestibulum adalah celah antara labia minora yang di dalamnya merupakan
bukaanvagina dan uretra. dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan mengandung
banyak kelenjar vestibular kecil. Terdapat kelenjar lendir tubuloalveolar yang
mengeluarkan cairan, pelumas jelas berlendir. Kelenjar utama sesuai dengan
kelenjar bulbourethral dari laki-laki.(Junqueira, 2007).

19
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Leukorrea/Flour Albus
LO.2.1 Definisi
Leukorea adalah sekret berwarna putih dan kental dari vagina dan rongga uterus
(dorland, 2010). Vagina yang normal selalu berada dalam kondisi lembab dan
permukaannya basah oleh cairan/lendir. Sekret diproduksi oleh kelenjar pada
leher rahim (serviks), dinding vagina dan kelenjar bartholin dibibir kemaluan,
menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas serta bakteri normal didalam
vagina, bersifat asam (pH normal < 4,5).
LO.2.2 Etiologi
1) Leukorrea Fisiologis
Leukorrhea adalah keluarnya cairan dari vagina. Proses ini dapat berupa keadaan
fisiologis atau patologis. Pada keadaan fisiologis leucorrhea terjadi saat
menstruasi. Pada saat menstruasi terjadi peluruhan endometrium yang nekrotik
bersamaan dengan leukosit. Diperkirakan fungsi leucorrhea fisiologis ini adalah
untuk melindungi saluran genital dari infeksi.

Leukorrhea juga dipengaruhi oleh sekresi mucus serviks, terutama kelenjar


Bartholin. Jumlah sekresi mucus ini terutama dipengaruhi oleh estrogen.
Komposisi lainnya dalam sekret ini adalah sel epitel yang lepas dan bakteri.
Keadaan yang dapat meningkatkan jumlah vaginal discharge adalah stress emosi,
ovulasi, kehamilan, dan kesenangan seksual.

Umumnya terjadi pada :


Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, penyebabnya adalah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
Wanita dewasa saat dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan peningkatan transudasi dari dinding vagina
Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri
menjadi lebih encer.
Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri pada saat
menopause.

2) Leukorrea Patologis
Leukorrhea juga dapat menjadi petunjuk adanya keadaan patologis. Perubahan
warna, bau, konsistensi, dan jumlah dari yang normal menunjukkan adanya
kelainan(tabel 1). Penyebab tersering leucorrhea patologis adalah bacterial
vaginosis, trichomoniasis, dan vulvovaginal candidiasis.

Pada Bacterial Vaginosis leucorrhea homogen dan berwarna putih. pH vagina


lebih dari 4,5 dan pada pewarnaan gram ditemukan banyak organism yang
beraneka ragam dengan squama(Clue-cells) tanpa adanya lactobacilli. Pada
candidiasis pH vagina kurang dari 4,5 serta pada pewarnaan gram ditemukan

20
spora dan pseudohifa. Pada trichomoniasis leucorrhea yang terbentuk adalah
kuning atau hijau yang disertai protozoa yang memiliki flagel motil.4(tabel 2)

Tabel 1. Morfologi vaginal discharge pada kondisi fisiologis dan patologis

Tabel 2. Beberapa Mikroorganisme Penyebab Vaginal Discharge

Bakteri
1. Gonococcus
Gonokokus dan meningokokus sangat berhubungan, dengan homologi DNA dan
dapat dibedakan dengan beberapa uji laboratorium serta karakteristik yang
spesifik: Meningokokus mempunyai kapsul polisakarida, sedangkan gonokokus
tidak, dan meningokokus jarang mempunyai plasmid, sedangkan sebagian besar
gonokokus mempunyai plasmid. Yang paling penting, kedua spesies tersebut
dapat dibedakan dengan gejala klinis penyakitnva yang biasa: Meningo kokus
biasanya ditemukan di saluran napas atas dan menyebabkan meningitis, sementara
gonokokus menyebabkan infeksi genital.

Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative Neisseria gonorrhoeae


ditemukan oleh Neisser in 1879. Neisseria bersifat gram-negatif, tidak dapat
bergerak, diplokokus, berdiameter kira-kira 0,8 pm. Kokus individual berbentuk
seperti ginjal; apabila organisme tersebut muncul berpasangan, sisi yang rata atau
konkaf saling menempel.
21
Neisseria tumbuh paling baik pada kondisi aerob, tetapi beberapa akan tumbuh di
lingkungan anaerob. Bakteri ini memerlukan persyaratan yang rumit untuk dapat
tumbuh. Sebagian besar neisseria memfermentasikan karbohidrat, menghasilkan
asam tetapi tidak gas, dan pola fermentasi karbohidratnya dapat membedakan
neiseseria dengan organisme lainnya. Neisseria menghasilkan oksidase dan
memberikan hasil yang positif pada reaksi oksidase; tes oksidase adalah tes kunci
untuk mengidentifikasi neisseria.

Gonokokus hanya memfermentasikan glukosa dan berbeda dengan neisseria jenis


lainnya secara antigen. Gonokokus biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil
daripada koloni neisseria lain.

Gambar 21-1. Pewarnaan Gram dari eksudat uretra pasien dengan gonorrhea.
Tampak nukleus dan garis membran sel banyak sel polimorfonuklear (dua
ditunjukkan dengan panah besar). Kumpulan diplokokus gram-negatif intraselular
(Neisseria gonorrhoeae) ditunjukkan dengan panah kecil.

22
Gambar 21-2 Struktur dan gambar N gonorrhoeae yang menunjukkan pili dan tiga
lapis selubung sel.

1. Gardnerella vaginalis
G vaginalis adalah organisme yang secara serologi berbeda, yang diisolasi dari
traktus genitourinarius wanita dan juga berhubungan dengan vaginosis, disebut
demikian karena tidak dijumpai sel inflamasi. Pada sediaan apus basah, vaginitis
"nonspesifik" ini, atau vaginosis bakterial, menunjukkan gambaran "sel clue,"
yang merupakan sel epitel vagina dilapisi dengan banyak basilus gram-variabel,
dan tidak terdapat penyebab vaginitis lainnya, seperti trikomonas atau ragi. Sekret
vagina sering mempunyai bau "amis" yang khas dan mengandung banyak bakteri
anaerob selain G vaginalis. pH sekret vagina lebih dari 4,5 (pH normal adalah <
4,5). Vaginosis yang disebabkan oleh organisme ini dapat ditekan dengan
metronidazol, yang menunjukkan adanya hubungan dengan bakteri anaerob.
Gardnerrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang
menimbulkan bau amis seperti ikan.

Gardanerrella vaginalis

23
2. Chlamydia trachomatis
Pada wanita, C trachomatis menyebabkan uretritis, servisitis, dan penyakit radang
panggul, yang dapat menyebabkan sterilitas danmerupakan faktor predisposisi
terjadinya kehamilan ektopik. Semua tempat anatomik infeksi tersebut dapat
memberikan gejala dan tanda, atau infeksinya dapat tetap asimtomatik tetapi dapat
ditularkan ke pasangan seksualnya. Sindrom uretra (wanita) disebabkan oleh
klamidia dan mengakibatkan disuria, discharge nonpurulen, dan sering berkemih.

Chlamydia trachomatis bersifat dimorfik yaitu organisme ini terdapat dalam dua
bentuk, dalam bentuk infeksiosa, Chlamydia trachomatis merupakan sferoid
berukuran kecil, tidak aktif secara metabolis, dan mengandung DNA dan RNA
serta di sebut badan elementer. Chlamydia trachomatis memiliki afinitas terhadap
epitel uretra, serviks, dan konjungtiva mata.

Chlamydia trachomatis
3. Treponema pallidum
Spiroketa mempunyai banyak karakteristik struktur yang sering dijumpai, seperti
yang terdapat pada Treponema pallidum (Gambar 25-l). Treponema pallidum
merupakan basil berukuran panjang, ramping berbentuk lengkung heliks, spiral
atau bentuk alat pembuka tutup botol (corkscrew), basil gram-negatif. T pallidum
mempunyai selubung luar atau lapisan glikosaminoglikan. Di dalam selubung luar
terdapat membran luar, yang mengandung peptidoglikan dan yang
mempertahankan integritas struktur organisme. Endoflagel (filamen aksial)
adalah organel yang mirip-flagel dalam ruang periplasma yang ditutupi oleh
membran 1uar. Endoflagel dimulai pada setiap ujung organisme dan melingkar di
sekelilingnya, meluas dan menumpuk ke arah tengah. Di dalam endoflagel
terdapat membran dalam (membran sitoplasma) yang memberikan stabilitas
osmotik dan melindungi silinder protoplasma. Genus treponema adalah
Treponema pallidum subspesies pallidum, yang menyebabkan sifilis. T pallidum
24
adalah organisme mikroaerofilik; organisme ini paling baik hidup dalam
lingkungan dengan kadar oksigen 1-4%.

Gambar Treponema pallidum

Jamur
1. Candida albicans
Pada biakan atau jaringan, spesies kandida tumbuh sebagai sel ragi tunas,
berbentuk oval (berukuran 3-6 nm). Spesies tersebut juga membentuk pseudohifa
ke tika tunas terus tumbuh tetapi gagal lepas, menghasilkan rantai se1 memanjang
yang menyempit atau mengerur pada septa di antara sel. C albicans bersifat
dimorfik; selain ragi dan pseudohifa, spesies tersebut juga dapat menghasilkan
hifa sejati. Pada medium agar atau dalam 24 jam pada suhu 37C atau suhu
ruangan, spesies kandida menghasilkan koloni lunak berwarna krem dengan bau
seperti ragi.

Dua tes morfologi sederhana membedakan Candida albicans yang paling patogen
dari spesies candida lainnya yaitu setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90
menit pada suhu 37, sel-sel ragi candida albicans akan mulai membentuk hifa
sejati atau tabung benih, dan pada media yang kekurangan nutrisi, candida
albicans menghasilkan chlamydospora
bulat dan besar.

Candida albicans

Parasit

25
1. Trichomonas vaginalis
Trikomiasis disebabkan oleh protozoa parasitik tricomonas vaginalis. T.vaginalis
adalah organisme oval berflagela yang berukuran setara dengan sebuah leukosit.
Organisme terdorong oleh gerakan-gerakan dari flagelnya. Trigkomonas mengikat
dan akhirnya mematikan sel-sel penjamu, memicu respon imun humoral dan
seluler yang tidak bersifat protektif terhadap infeksi berikutnya. Agar dapat
bertahan hidup, trikomonad harus berkontak langsung dengan eritrosit, dan hal ini
dapat mejelaskan mengapa perempuan lebih rentan terhadap infeksi daripada laki-
laki.
Trichomonas vaginalis tumbuh paling subur pada pH antara 4,9 dan 7,5 dengan
demikian haid, kehamilan, pemakaian kontrasepsi oral, dan tindakan sering
mencuci vagina merupaka predisposisi timbulnya trikomoniasis. Bayi perempuan
yang lahir dari ibu yang terinfeksi dapat mengalami infeksi Trikomonas vaginalis.
Infeksi Trichomonas vaginalis ditularkan hampir secara eksklusif melalui
hubungan seksual. Walaupun trikomonad diketahui dapat bertahan hidup sampai
45menit pada fomite, namun cara penularan fomite ini sangat jarang terjadi.
Risiko terinfeksi Trichomonas vaginalis meningkat seiring dengan jumlah
pasangan seks dan lama aktivitas seksual.

Trichomonas vaginalis

Virus
1. Virus Herpes Simpleks
Terdapat dua tipe virus herpes yang berbeda tipe 1 dan tipe 2. Susunan genom
mereka sama dan menunjukan kesesuaian urutan substansi. Tetapi mereka dapat
dibedakan melalui analisis pembatasan enzim dari DNA virus. Keduanya secara
serologis bereaksi silang, tetapi terdapat beberapa protein unik pada setiap tipe.
Cara penularan mereka berbeda, HSV-1 menyebar melalui kontak, biasanya
melibatkan air liur yang terinfeksi sementara HSV-2 ditularkan secara seksual
atau melalui infeksi genitalia maternal kepada bayi yang baru lahir. Ini
menimbulkan gambaran klinis yang berbeda pada infeksi manusia.
Golongan herpesvirus atau disebut jtga famili Herpesviridae merupakan virus
DNA intranukleus besar yang mempunyai kecenderungan kuat untuk
menimbulkan infeksi laten dan rekuren. Di samping itu ada pula penyakit lain
yang secara dermatologik tidak kalah pentingnya, yaitu herpes labialis (HSV-1),
26
herpes genitalis (HSV-2), varisela, herpes zoster dan verruca dimana pemberian
kemoterapi antiviral secara efektif dapat dipertanggungjawabkan.

Virion herpesvirus berbentuk sferik yang besarnya 150-200 nm dengan kapsid


berbentuk ikosahedral (bidang 20) yangbesarnya 100 nm. Kapsid terdiri dari 762
kapsomer yang mempunyaigambaran sebagai prisma memanjang berlubang
berbentuk hexagonal (150 buah hexon) dan pentagonal (12 buah penton) dengan
sumbu lubang di tengah-tengahnya. Virion merupakan partikel yang mempunyai
peplos (selubung) yang terdiri dari lipoprotein.

Asam nukleat herpesvirus merupakan suatu DNA yang berantai ganda (double
stranded) dengan berat molekul sebesar 100 juta Dalton dan mempunyai
kandungan guanin dan sitosin yang tinggi.

Herpes Simplex Virus

2. Human Papilloma Virus


Salah satu anggota grup papilovirus, dapat menyebabkan kondiloma akuminata.
Virus ini ditularkan secara seksual umumnya mengenai kedua pasangan dan
menyerang kelompok umur yang sama dengan penyakit lainnya.
HPV diketahui sebagai penyebab kanker kongenital, termasuk karsinoma serviks.
Papillomavirus menggambarkan konsep bahwa strain virus alamiah bisa berbeda
dalam potensi onkogenik. Yang paling sering di temukan HPV-16 atau HPV-18,
walaupun beberapa kanker mengandung DNA dari HPV tipe 31 atau tipe 45.

LO.2.3 Epidemiologi

27
Meskipun termasuk penyakit yang sederhana kenyataanya keputihan adalah
penyakit yang tak mudah di sembuhkan. Penyakit ini menyerang sekitar 50 %
populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua umur. Data penelitian
tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75 % wanita di dunia pasti
menderita keputihan paling tidak sekali umur hidup dan 45 % di antaranya
bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih. Di Indonesia, wanita yang
mengalami keputihan ini sangat besar, 75 % wanita Indonesia pasti
mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda
tajam dengan eropa yang hanya 25 % saja. Kondisi cuaca Indonesia yang
lembab menjadi salah satu penyebab banyaknya wanita Indonesia yang
mengalami keputihan, hal ini berbeda dengan eropa yang hawanya kering
sehingga wanita dapat tidak mudah terinfeksi jamur.

LO.2.4 Klasifikasi
1. Leukorea Fisiologis
Yaitu sekret dari vagina normal yang berwarna jernih atau putih, menjadi
kekuningan bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi.
Normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Secara mikroskopik
terdiri dari sel-sel epitel vagina yang terdeskuamasi, cairan transudasi dari dinding
vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih
atas dalam jumlah bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme
terutama Lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi karena
produksi asam laktat oleh Lactobacillus dari metabolisme glikogen pada sel epitel
vagina.

2. Leukorea Patologis
Leukorea dikatakan tidak normal jika terjadi peningkatan volume (khususnya
membasahi pakaian), bau yang khas dan perubahan konsistensi atau warna.
Penyebab terjadinya leukorrhea patologis bermacam-macam, dapat disebabkan
oleh adanya infeksi (oleh bakteri, jamur, protozoa, virus) adanya benda asing
dalam vagina, gangguan hormonal akibat menopause dan adanya kanker atau
keganasan dari alat kelamin, terutama pada serviks. Penyebab leukorrhea
patologis :

1) Infeksi
Penyebab leukorea terbanyak adalah infeksi pada vagina (vaginitis) dan seviks
(servisitis). Ada atau tidaknya bau, gatal dan warna dapat membantu menemukan
etiologinya. Sekret yang disebabkan oeh infeksi biasanya mukopurulen, warnanya
bervariasi dari putih kekuningan hingga berwarna kehijauan. Vaginitis paling
sering disebabkan oleh Candida spp., Trichomonas vaginalis, Vaginalis

28
bakterialis. Sedangkan servisitis paling sering disebabkan oleh Chlamidia
trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selain itu penyebab infeksi yang lain
adalah infeksi sekunder pada luka, abrasi (termasuk yang disebabkan oleh benda
asing), ataupun terbakar.

a. Chlamydia trachomatis
b. Candida albicans
c. Gardnerella vaginalis
d. Human papillomavirus
e. Herpes simplek virus
f. Trichomonas vaginalis
2) Noninfeksi
a. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari vagina yang tercampur dengan
urine atau feses. Hal ini dapat terjadi akibat adanya fistel uterovagina, fistel
rektovagina yang disebabkan kelainan kongenital, cedera persalinan, radiasi pada
kanker alat kandungan atau akibat kanker itu sendiri.

b. Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun
tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin
pesariumpada wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat
kontrasepsi seperti IUD dapat merangsang pengeluaran sekret yang jika
berlebihan menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari
flora normal dalam vagina.

c. Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan
adanya perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh
dari luar misalnya karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita
sedang dalam pengobatan hormonal.Estrogen turun vagina menjadi kering dan
lapisan sel tipis, kadar glikogen berkurang, dan basil doderlein berkurang
memudahkan infeksi karena lapisan sel epitel tipis, mudah menimbulkan luka
flour albus.

d. Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan
sehingga mengakibatkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh

29
darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker
tersebut. Pada Ca cerviks terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau
busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi, dan disertai adanya darah yang
tidak segar.

e. Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang
menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina.
Naiknya pH akan menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina
menjadi berkurang, tetapi sebaliknya pH yang meningkat akan memicu
pertumbuhan bakteri patogen di vagina. Kurangnya estrogen akan menyebabkan
penipisan mukosa vagina sehingga mudah terluka dan terinfeksi

f. Menopouse
Pada wanita yang telah mengalami menopouse terjadi penurunan aktivitas
hormonal seperti estrogen yang berdampak pada penurunan aktivitas organ
genital. Seperti vagina menjadi lebih keras, menipisnya epitel dan kurangnya
degenerasi sel epitel. Hal ini dapat mempermudah terjadinya infeksi yang pada
akhirnya dapat menimbulkan keputihan

g. Erosi
Daerah merah sekitar ostium uteri internum yakni epitel kolumner endoserviks
terkelupas, mudah terjadi infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga
timbul fluor albus

h. Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan
glukokortikoid dan aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin.
Hipotalamus bereaksi mengontrol sekresi Adrenocorticopin (ACTH) yang
berhubungan dengan sekresi hormon peptida termasuk vasopresin, oksitosin, dan
Corticotropin Releasing Factor (CRF). Hormon peptida ini berperan mengatur
fungsi imun. Dalam keadaan stres, sekresi Growth Hormone (GH) juga
meningkat, stress yang lama dapat menekan fungsi gonad. Reseptor spesifik yang
terdapat pada neuroendokrin dapat mempengaruhi aktifitas sel. Sel makrofag yang
telah aktif akan melepaskan suatu mediator yaitu interleukin 1 (IL-1). Mediator ini
sangat bermanfaat bagi limfosit lain sehingga dapat membunuh sel-sel asing.

LO.2.5 Patofisiologi
Infeksi Bakteri
1. Neisseria gonorrhae
30
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi berwarna kekuningan yang sebetulnya
merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria
gonorrhoeae berbentuk pasangan dua-dua pada sitoplasma sel. Bakteri ini melekat
dan menghancurkan membaran epitel yang melapisi selaput lendir, terutama epitel
yang melapisi kanalis endoserfiks dan uretra. Infeksi ekstragenetalial di faring,
anus, rectum, dapat di jumpai pada wanita dan pria.

Untuk dapat menular harus ada kontak langsung mukosa ke mukosa. Namun tidak
semua yang terpajan gonorea terjadi penyakit. Resiko penularan dari pria ke
wanita lebih tinggi kerena luasnya selaput lendir yang terpajan dan cairan eksudat
yang terdiam lama di vagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat tersebar ke
prostat, vas deferent, vesikula seminalis, epididymis dan testis pada laki-laki dan
ke uretra, kelenjar skene, kelenjar bartolin, endometrium, tuba fallopi, merupakan
penyebab penyakit radang panggul yang merupakan penyebab utama infertilitas
pada perempuan.

Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan


bakterimia gonokokus. Bakterimia lebih sering terjadi pada perempuan.
Perempuan juga beresiko tinggi mengalami penyebaran infeksi saat haid,
penularan perinatal kepada bayi saat lahir melalui os serviks yang terinfeksi, dapat
menyebabkan konjungtivitis dan akhirnya dan kebutaan pada bayi apabila tidak di
ketahui dan di obati.

1. Treponema pallidum
Spiroketa memperoleh akses melalui kontak langsung antara lesi basah terinfeksi
dengan setiap kerusakan, walaupun mikroskopik di kulit atau mukosa penjamu.
Sifilis dapat di sembuhkan pada tahap-tahap awal infeksi. Tetapi apabila di
biarkan penyakit ini dapat menjadi infeksi yang sistemik dan kronik. Infeksi
penyakit sifillis dapat di bagi menjadi , sifillis primer, sekunder (sifilis laten, dini
dan lanjut) dan tersier. Pada perkembangan penyakit dapat terlihat kutil-kutil kecil
di vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata. Bakteri kadang dapat terlihat
pada pemeriksaan pap smear, tetapi biasanya bakteri ini diketahui pada
pemeriksaan sediaan apus dengan pewarnaan Gram.
Kuman dapat melakukan invasi padi mukosa yang telah mengalami abrasi
ataupun yang masih utuh. Lesi pada pria dapat ditemukan pada penis, sedangkan
pada wanita dapat ditemukan di daerah perineum, labium, dinding vagina atau
pada serviks. Hanya 1 di antara 10 kasus sifilis yang infeksi primernya terdapat
ekstragenital dan biasanya terdapat di dalam atau di sekitarnya.
2. Chlamydia trachomatis
Organisme ini memicu timbulnya siklus replikasi dan setelah kembali memadat
menjadi badan elementer (EB )untuk menginfeksi sel-sel di sekitarnya.

31
C.trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, servix dan konjungtiva
mata. Pada laki-laki, urethritis, epididymis dan prostatitis adalah infeksi bakteri
yang tersering.Pada perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh
urethritis, bartolinitis dan akhirnya penyakit radang panggul (PID).
C.trachomatis dapat menginfeksi faring, dan rectum orang yang melakukan
hubungan seksual oral atau anal-reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu dilahirkan
dan mengalami konjungtivitis dan pneumonia. Terinfeksi bakteri ini tidak
menimbulkan imunitas terhadap infeksi di kemudian hari.
3. Gardnerella vaginalis
Menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap
sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena sering
ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan
membentuk bentukan khas dan siebut dengan clue cell. Gardnerella menghasilkan
asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan bau amis
seperti ikan. Cairan vagina tampak warna keabu-abuan.
Infeksi Jamur
1. Candida albicans
C.albicans merupakan spesies penyebab infeksi candida pada genitalia lebih dari
80% yaitu vaginitis dan vulvovaginitis. Secara ketat, kandidiasis tidak dianggap di
tularkan secara seksual. Infeksi simtomatik timbul apabila terjadi perubahan pada
resistensi pejamu atau flora bakteri local. Faktor predisposisi pada wanita adalah
kehamilan, haid, diabetes mellitus, pada pemakaian kontrasepsi dan terapi
antibiotic. Baju dalan yang ketat, konstriktif dan sintetik, sehingga menimbulkan
lingkungan yang hangat dan lembab untuk kolonisasi dapat menyebabkan infeksi
rekurent.

Pada sebagian perempuan, reaksi hipersensitifitas terhadap produk-produk,


misalnya pencuci vagina, semprotan deodorant dan kertas toilet dapat berperan
menimbulkan kolonisasi. Perempuan umumnya mengalami infeksi akibat salah
satu factor diatas sedangkan pada laki-laki umunya terjangkit infeksi melalui
kontak seksual dengan perempuan yang mengidap kandidiasis vulvovagina.

Infeksi Parasit
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa
yaitu T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T.
vaginalis paling sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada
uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene. Trichomoniasis biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung (kondom)
dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat juga ditularkan
melalui perlengkapan mandi (handuk).

32
Adalah organisme oral berflagel.Trikomonad mengikat dan akhirnya mematikan
sel-sel pejamu, memicu respon imun humoral dan selular yang tidak bersifat
protektif terhadap infeksi berikutnya.Agar dapat bertahan hidup trikomonad harus
berkontak langsung dengan eritrosit, dan dalam hal ini dapat menjelaskan
mengapa perempuan lebih rentan terhadap infeksi dari pada laki-laki.
T.vaginalis paling subur pada pH antara 4,9-7,5. Keadaan yang meningkatkan pH
vagina, misalnya haid, kehamilan, pemakaina kontrasepsi oral, dan tindakan
sering mencuci vagina merupakan predisposisi timbulnya trikomoniasis.
Bayi perempuan yang lahir dari ibu yang terinfeksi dapat menularkan
infeksinya.Bayi perempuan rentan karena pengaruh hormone ibu pada epitel
vagina bayi.
Infeksi T.vaginalis di tularkan hampir secara eksklusif melalui hubungan kelamin.
Walaupun trikomonad di ketahui dapat hidup sampai 45 menit pada fomite,
namun cara penularan melalui fomite ini sangat jarang terjadi.
Walaupun jarang dapat ditularkan melalui perlengkapan mandi seperti handuk dan
bibir kloset. Flour albus tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan
nyeri ditekan, dan perih berkemih. Cairan vagina biasanya banyak, berbuih,
menyerupai air sabun dan berbau.

LO.2.6 Manifestasi Klinis

Penyebab Gejala Klinis Pendekatan Diagnosis


Infeksi (misalnya Pruritus, keputihan dengan eritema Pemeriksaan mikroskopis dari
Candida, cacing dan pembengkakan vulva, sering kali cairan vagina untuk ragi dan
kremi,streptokokus,sta dengan dysuria. hifa dan kultur untuk
filokokus) Memburuknya pruritus pada malam konfirmasi
hari (menunjukkan infeksi cacing Pemeriksaan vukva dan anus
kremi) untuk cacing kremi
Signifikan eritema dan edema vulva
dengan discharge (menunjukkan
infeksi streptokokus atau
stafilokokus)
Wanita usia reproduktif
Vaginosis bakterial Bau busuk(amis), discharge vagina Kriteria diagnosis (3 dari 4) :
abu-abu tipis dengan pruritus dan - Discharge vagina abu-abu
iritasi. - pH sekresi vagina >4,5
Eritema dan edema tidak biasa - Bau amis
- Clue cell terlihat selama
pemeriksaan mikroskopis

33
Infeksi Kandidiasis Infeksi candida vulva dan iritasi Evaluasi klinis ditambah
vagina,edema, pruritus. - pH vagina <4,5
Discharge yang menyerupai keju - Ragi atau hifa
cottage dan melekat pada dinding diidentifikasi pada
vagina. preparat basah atau KOH
Kadang-kadang memburuknya gejala - Kadang-kadang kultur
setelah hubungan seksual dan
sebelum menstruasi
Infeksi Trikomonas Cairan kuning-hijau, vagina berbusa Organisme mortil, berbentuk
sering dengan nyeri, eritema dan buah pir memiliki flagel
edema dari vulva dan vagina dilihat selama pemeriksaan
Kadang-kadang sisuria dan mikroskopis.
dispareinia Uji diagnostic cepat untuk
Kadang-kadang belanh, bintik-bintik Trichomonas(jika tersedia)
merah strawberry di dinding vagina
atau serviks
Benda asing Cairan sangatberbau busuk dan sering Evaluasi klinis
berlimpah, eritema vagina, dysuria
dan kadang-kadang dyspareunia
Obyek terlihat selama pemeriksaan
Semua umur
Reaksi Vulvovaginal eritema, edema,pruritus Evaluasi klinis dan hindari
hipersensitivitas (sering intens), keputihan penyebab
Riwayat penggunaan semprotan
kebersihan atau parfum, air mandi
aditif, pengobatan topical untuk
infeksi candida, pelembut kain,
pemutih, atau sabun cuci
Infalamasi (misalnya Keputihan purulent, dyspareunia, Diagnosis ekslusi
radiasi dsiuria, iritasi berdasarkanfaktor-faktor
pelvis,ooferoktomi, Kadang-kadang pruritus, eritema, riwayat dan risiko
kemoterapi) nyeri terbakar, perdarahan ringan pH vagina >6
Jaringan vagina,tipis Uji Whiff negative
Granulosit dan sel parabasal
dilihat selama pemeriksaan
mikroskopis
Fistula enterik Vagina cairan berbau busuk dengan Visualisasi langsung atau
(komplikasi persalnan, berlalunya feses dari vagina palpasi fistula di bagian
operasi panggul,atau bawah vagina
penyakit inflamasi
usus)

34
LO.2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis yang harus diperhatikan :

a. Usia
Harus dipikirkan pengaruh estrogen. Padabayi wanita atau wanita dewasa,
flour albus yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi dan
merupakan flour albus yang fisiologis. Wanita pada usia reproduksi
kemungkinan suatu PHS dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita yang lebih
tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker
serviks.
b. Metode kontrasepsi
Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks yang
mmerangsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat.
c. Kontak seksual
35
Untuk mengantisipasi flour albus akibat PHS seperti GO, kondiloma
akuminata, herpes genitalia, dsb. Perlu ditanyakan kontak seksual terakhir dan
dengan siapa.
d. Perilaku
Kemungkinan tertular penyakit infeksi karena kebiasaan kurang baik seperti
tukar menukar alat mandi atau handuk.
e. Sifat flour albus
Jumlah, bau, warna dan konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah,
frekuensi dan telah berapa lama berlangsung.
f. Tanya hamil atau menstruasi
Pada keadaan ini flour albus yang terjadi merupakan hal yang fisiologis.
g. Masa inkubasi
Bila flour albus timbulnya kut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh zat
kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang khusus harus dilakukan adalah pemeriksaan genitalia yang
meliputi : inspeksi dan palpasi genitalia eksterna, pemeriksaan spekulum untuk
melihat vagina an serviks, pemeriksaan pelvil bimanual. Untuk melihat cairan
dining vagina, hindari kontaminasi dengan lendir serviks.

Pada pemeriksaan gonokokus, pada orifisium urethra eksternus merah, edema,


sekret yang mukopurulen, labia mayor dapat bengkak, merah, nyri tekan.kadang-
kadang kel. Bartolini ikut meradang dan terasa nyeri saat berjalan dan duduk.

Pada Trikomonas vaginalis, dinding vagina merah dan sembab. Kadang terbentuk
abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi
berwarna merah yang dikenal sebagai strawberry appearence. Bila sekret banyak
dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
eksterna.

Warna kuning kehijauan berbusa: parasite


Warna kuning, kental : GO
Warna putih : jamur
Warna merah muda : bakteri non spesifik

Infeksi Gardnerella vaginalis, vulva dan vagina hiperemis, sekret melekat pada
dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis/berkilau. Pada pemeriksaan

36
serviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar
dari ostium uteri internum.

Pada Herpes genitalis terlihat adanya vesikel-vesikel pada vulva, labia mayor,
minor, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat adanya ulkus-
ulkus pada vagina dan serviks.

Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi seperti
IUD, tampon vagina, pesarium, kondom yang tertinggal, dsb.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Penentuan pH
Penentuan pH dengan kertas indikator pH (normal : 3 - 4,5)
b. Penilaian sediaan basah
Trikomonas vaginalis terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit
berbentuk lonjong dengan flagel adn gerakannya cepat. Kandida albicans terlihat
jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) atau hifa semu.

Gardnerella vaginalis, berkelompok basil, leukosit tidak banyak, sel epitel


sebagian besar permukaannya berbintil-bintil. Sel ini disebut clue cell yang
merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.
c. Pewarnaan gram
Neisseria gonorrhoeae memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra
seluler. Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang kecil gram negatif
yang tidak dapat dihitung jumlahnya dann banyak sel epitel dengan kokobasil
tanpa ditemukan laktobasil.
d. Kultur
Dapat ditemukan etiologi secara pasti tapi seringkali tidak tumbuh sehingga harus
berhati-hati dalam penafsiran.
e. Pemeriksaan serologis
Untuk mendeteksi Herpes genitalis dan HPV.
f. Pap smear

Diagnosis berdasarkan etiologi


1. Trikomoniasis
a) Anamnesis:
sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa duh tubuh vagina
yang banyakmdan baerbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan
perdarahan intermestrual. Jumlah lekore banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan
gatal.Warna sekret putih, kuning atau purulen.Konsistensi homogen, basah, frothy
atau berbusa (foamy).Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai dengan
37
ekskoriasi.Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat khas pada
trichomonas.
b) Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)
c) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis
terlihat pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari
PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)

2. Kandidosis vulvovaginal
a) Anamnesis:
keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau. Rasa
gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa
banyak, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu
pecah. Pada dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses).
Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi,
psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular
b) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan
pewarnaan gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas,
pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta
c) Tanda inflamasi : dapat ditemukan eritem (+), edem (+) pada vulva dan
labia, lesi diskret pustulopapular (+), dermatitis vulva
d) Laboratorium : pH vagina < 4,5, Whiff test (-). Pada sediaan gram : bentuk
ragi (+) dan pseudohifa (+)
e) Mikroskopik : leukosit, sel epitel, 80% pasien dengan gejala terlihat : ragi
(yeast) mycelia atau pseudomycelia
f) Saran: kultur jamur untuk menegakkan diagnosis. (kultur merupakan jenis
pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendeteksi adanya candida)

3. Vaginosis bacterial
a) Anamnesis:
Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan
seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik. Keputihan dengan bau amis
seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, homogen,
warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina.Tidak ada tanda-
tanda inflamasi.
b) Laboratorium: pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
c) Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosit

4. Servisitis Gonore
a) Anamnesis:
38
Gejala subjektif jarang ditemukan .Pada umumnya wanita datang berobat kalau
sudah ada komplikasi.Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan
antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana.Duh tubuh serviks yang
mukopurulen.Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan mudah berdarah pada saat
pengambilan bahan pemeriksaan.
b) Laboratorium: kultur
c) Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram
ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler

5. Klamidiasis
a) Anamnesis
gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan. Eksudat seviks
mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)
b) Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui
ELISA
c) Mikroskopik: dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan
elementer dan badan retikulat

Kandidosis Trichomonia Vaginosis Bakterial


Vulvovaginalis sis
PENYEBAB C.albicans T.vaginalis G.vaginalis
Bakteri anaerob
Mycoplasma
KELUHAN
bau duh tubuh vagina Bau asam Bau Bau amis
lecet pada vulva + + Jarang
iritasi pada vulva + + Jarang
dispareunia + + Jarang
GEJALA
Vulvitis/vaginitis + + Jarang
Duh tubuh vagina Sedikit-sedang Banyak Sedang
Jumlah Putih Kuning Putih Keabuan
Warna Encer/menggumpal/c Encer/berbusa Encer/berbusa.
heesy plaques purulen
konsistensi Homogen, tipis, melekat
pada dinding vagina

39
DIAGNOSIS
pH vagina 4,5 > 4,5 > 4,5
Whiff test seringkali (+) (+)
(-)
Mikroskopis
Bentuk ragi/sel tunas
KOH 10%
Pseudohifa bentuk
ragi
Gram (+) Clue cells, PMN sedikit,
lactobacilli sedikit (-)
NaCl Gerakan
Trichomonas
(+)
Banyak sel
PMN

Diagnosis Banding
Ca Cervix
infeksi Chlamydia
atropik vaginitis
gonorrhea

LO.2.8 Tatalaksana
Farmakologi
1) Candida albicans
Topikal
a) Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
b) Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
c) Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari

Sistemik
a) Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
b) Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
c) Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
d) Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

2) Chlamidia trachomatis
a) Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
b) Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
40
c) Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
d) Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
e) Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
f) Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

3) Gardnerella vaginalis
a) Metronidazole 2 x 500 mg
b) Metronidazole 2 gram dosis tunggal
c) Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
d) Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4) Neisseria gonorhoeae
a) Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
b) Amoksisiklin 3 gr im atau
c) Ampisiillin 3,5 gram im
Ditambah :
a) Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral
selama 7 hari
b) Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c) Tiamfenikol 3,5 gram oral
d) Kanamisin 2 gram im
e) Ofloksasin 400 mg/oral

Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase :


- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
- Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah:
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

5) Virus herpeks simpleks


Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
a) Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
b) Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
c) Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi
sekunder

6) Human Papilloma Virus

41
Pendekatan pengobatan bergantung pada jenis, besar, lokasi kelainan. Beberapa
caru yang pernah dicoba adalah: ekstirpasi atau eksisi lesi, pemberian interferon
intralesi, kauterisasi dengan laser atau cryosurgery, pemberian penghambat
mitosis seperti podofilin dan bleomisin bahkan pemberian retinoid untuk
membantu diferensiasi sel. Untuk lesi jinak, sebaiknya dihindari radiasi karena
diduga dapat merangsang rekombinasi genetik antar fragmen gen virus dan gen
sel dan mengakibatkan terjadinya konversi lesi dari jinak menjadi ganas.

7) Trichomonas vaginalis
- metronidazol 2 mg dosis tunggal
- metronidazol topikal

Penjelasan Farmakologi
1. Antifungi
NISTATIN (TOPIKAL)
a) Mekanisme Kerja
Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi. Di dalam darah
sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi dengan sifatnya yang tidak bisa melewati
membran kulit sangat baik untuk digunakan sebagai obat pemakaian luar saja

b) Efek Samping
Mual, muntah, diare ringan mungkin didapatkan setelah pemakaian per oral.
Iritasi kulit maupun selaput lendir belum pernah dilaporkan.

KLOTRIMAZOL (TOPIKAL)
Pada pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar, erita, edema, gatal dan
urtikaria.

MIKONAZOL NITRAT (TOPIKAL)


a) Mekanisme kerja
Mikonazol menghambat aktivitas jamur epidermophyton, microspotum, candida.
Mikonazol masuk ke dalam sel jamur dan menyebabkan kerusakan dinding sel.
b) Efek Samping
Berupa iritasi, rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghentian terapi.
Penggunaan pada ibu hamil trimester pertama sebaiknya dihindari.

2. Antiparasit
METRONIDAZOL

42
a) Farmakokinetik & Farmakodinamik
Memperlihatkan daya trikomoniasid langsung. Absorbsi metronidazol
berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral. Obat ini diekskresi melalui urin
dengan oksidasi dan glukoromidasi. Dosis dianjurkan 3 kali 250 mg/hari selama
7-10 hari.
b) Efek Samping
Sakit kepala, mual, mulut kering dan rasa kcap logam. Efek samping lain dapat
berupa pusing, vertigo, parestesia pada ekstremitas, urtikaria, flushing, pruritus,
disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik dan juga kering pada mulut, vagina dan
vulva.

3. Antiviral
ASIKLOVIR
Asiklovir berkerja pada DNA polimerase virus, seperti DNA polimerase virus
herpes. Dosis untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet. Efek samping
pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal dapat
menyebabkan iritasi mukosa dan rasa terbakar yang sifatnya sementara jika
dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral walaupun jarang, dapat menyebabkan
mual, diare, ruam atau sakit kepala.

4. Antibiotik
TETRASIKLIN
a) Farmakokinetik
30-80% diserap lewat saluran cerna. Berbagai faktor dapat menghambat
penyerapan tetrasiklin seperti adanya makanan dalam lambung, pH tinggi, zat
yang sukar diserap seperti kalsium dalam susu. Sebaiknya tetrasiklin diberikan
sebelum atau 2 jam setelah makan.
b) Farmakodinamik
Menhambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Golongan tetrasiklin
termasuk bakteriostatik
c) Efek Samping
Reaksi kepekaan pada kulit seperti erupsi mobiliformis, urtikaria, dan dermatitis
eksfoliatif. Reaksi toksik dan iritatif seperti iritasi lambung paling sering terjadi,
diare sering kali timbul akibat iritasi. Terapi dalam waktu lama dapat
menimbulkan kelainan darah seperti leukositosis, limfosit atipik. Terjadi
superinfeksi akibat terganggunya keseimbangan flora normal.

ERITROMISIN
a) Mekanisme Kerja

43
Menghambat sintesis protein kuman dan umumnya bersifat bakteriostatik
terkadang bakterisidal pada kuman yang peka.
b) Efek Samping
Reaksi alergi, mual, muntah, nyeri epigastrium.

SEFTRIAKSON
Merupakan pilihan utama uretritis oleh gonokokus tanpa komplikasi. Efek
samping dapat terjadi anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat
terjadi, nefrotoksik, reaksi coombs dapat terjadi pada dosis tinggi.

SPEKTINOMISIN
Efek smapingnya adalah nyeri di tempat suntikan, terkadang demam dan mual.

CIPROFLOKSASIN
Efek samping dalam bentuk mual, muntah, sakit kepala, pusing.

Non-farmakologi
1. Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di
lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga
kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat
dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005).
Keputihan bisa ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi
oleh karena itu sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.

2. Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat
membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti
penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul steril. Bahkan,
kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan,
misalnya tanpa kemasan ditaruh.

3. Pengobatan Psikologis
Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan. Tidak jarang
keputihan yang mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di
laboratorium gagal menunjukkan infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi
hasilnya negatif namun masalah atau keluhan tetap ada. Keputihan tersebut tidak
disebabakan oleh infeksi melainkan karena gangguan fsikologi seperti kecemasan,
depresi, hubungan yang buruk, atau beberapa masalah psikologi yang lain yang
menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi
dengan ahli psikologi. Selain itu perlu dukungan keluarga agar tidak terjadi
depresi

44
LO.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah menaiki panggul sehingga terjadi
penyakit yang dikenal dengan radang panggul. Komplikasi jangka panjang yang
lenih mengerikan, yaitu kemungkinan wanita tersebut akan mandul akibat rusak
dan lengketnya organ-organ dalam kemaluan terutama tuba falopi dan juga dapat
menyebabkan infertilitas.

LO.2.10 Prognosis
Prognosis baik, baik penyebab bakteri, parasit, dan jamur, hal ini apabila
penaganan diaksanakan dengan cepat dan tepat. Komplikasi dapat terjadi dalam
penanganan yang lamban, begitu juga prognosis yang buruk pada penyebab virus
seperti pada HPV dan HSV.
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon
terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang.
Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif
- Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata rata 70 80% dengan
regimen pengobatan
- Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %
- Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata rata 95 %

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Pap Smear (dengan Gambaran Normal dan
Patologis)

Definisi
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat
adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia)
sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker.
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher
rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes
yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk
mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.

Manfaat
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan
pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan
prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah.

45
Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga lesi
dapat ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif. Manfaat Pap Smear
secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus
endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah
mendapat kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau
tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan
kemungkunan keguguran pada hamil muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai
infeksi bakteri dan jamur.

Wanita yang Diperiksa


Wanita yang perlu melakukan pap smear adalah : (a) wanita menikah atau
melakukan hubungan seksual pada usia < 20 tahun, (b) wanita muda memiliki
mulut rahim yang belum matang, ketika melakukan hubungan seksual terjadi
gesekan yang dapat menimbulkan luka kecil, yang dapat mengundang masuknya
virus, (c) wanita sering berganti-ganti pasangan seks, akan menderita infeksi di
daerah kelamin, sehingga dapat mengundang virus HPV dan herves genitalis, (d)
wanita yang sering melahirkan, kanker serviks banyak dijumpai pada wanita yang
sering melahirkan disebabkan oleh trauma persalinan, perubahan hormonal dan
nutrisi selama kehamilan, (e) wanita perokok, memiliki risiko dibandingkan
dengan wanita tidak merokok, karena rokok akan menghasilkan zat karsinogen
yang menyebabkan turunnya daya tahan di daerah serviks.

Sasaran skrining ditentukan oleh Departemen Kesehatan masing-masing negara,


WHO (2002) merekomendasikan agar program skrining pada wanita dengan
beberapa persyaratan sebagai berikut:
a) Usia 30 tahun ke atas dan hanya mereka yang berusia lebih muda
manakala program telah mencakup seluruh sasaran vaksinasi.
b) Skrining tidak perlu dilakukan pada perempuan usia kurang 25 tahun.

46
c) Apabila setiap wanita hanya dapat dilakukan pemeriksaan sekali selama
umur hidupnya (misalnya karena keterbatasan sumber dana yang dimiliki
pemerintah atau swasta), maka usia paling ideal untuk melakukan skrining
adalah pada usia 35-45 tahun.
d) Pada perempuan berusia diatas 50 tahun tindakan skrining perlu dilakukan
setiap 5 tahun sekali.
e) Pada perempuan berusia 25-49 tahun tindakan skrining dilakukan setiap 3
tahun sekali.
f) Pada usia berapapun skrining setiap tahun tidak dianjurkan.
g) Bagi mereka yang berusia diatas 65 tahun tidak perlu melakukan skrining
apabila 2 kali skrining sebelumnya hasilnya negatif.

Prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:


1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor
bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan
alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior,
serviks uterus, dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari
arah jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.
6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah
diberi tanda dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli
patologi anatomi.

Bahan Pemeriksaan Sitologi Pap Smear


Bahan pemeriksaan terdiri atas sekret vagina, sekret servikal (eksoserviks), sekret
endo servikal, sekret endometrial, sekret fornik posterior (Depkes, 2007). Jangan
melakukan pap smear pada saat menstruasi karena sel-sel darah merah
mengaburkan sel-sel epitel pada pemeriksaan mikroskop.

Interpretasi Hasil
Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear,
sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem
Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano,
1993), yaitu:

47
a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi
adanya keganasan.
c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan
sampai sedang.
d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
e. Kelas V : keganasan.
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika
Serikat (Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap
Semar terdiri dari (Feig, 2001):
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada
kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga
epitelium.
c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana
telah melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.

LI.4 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Keputihan dan


Taharah

Keputihan bisa terjadi dalam keadaan tidak normal, yang umumnya dipicu kuman
penyakit dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat
mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga
kehijauan, jumlah berlebih, kental, lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal
atau panas. Dalam khazanah Islam, keputihan jenis ini biasa disebut dengan cairan
putih kekuningan (sufrah )atau cairan putih kekeruhan (kudrah ). Terkait
dengan kedua hal ini, di kitab shahih Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama
Ummu Athiyyah radhiallahu anha berkata:

Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan


kekuningan) sama dengan haidh
Berdasarkan hadits tersebut dapat disimpulkan :
1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang
yang mengalami menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap
mempunyai kewajiban melaksanakan shalat dan puasa, serta tidak wajib
mandi.
48
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air
kencing. Oleh karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum
mengambil wudhu, harus istinjak, dan membersihkan badan atau pakaian
yang terkena cairan keputihan terlebih dahulu.

Pengertian Thaharah
Thaharah atau bersuci adalah membersihkan diri dari hadats, kotoran, dan najis
dengan cara yang telah ditentukan. Secara bahasa, thaharah artinya membersihkan
diri dari kotoran, baik kotoran yang berwujud maupun kotoran yang tidak
berwujud. Allah berfirman:



Artinya:Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.
Adapun secara istilah, thaharah artinya menghilangkan hadats, najis, dan kotoran
dengan air atau tanah yang bersih.Dengan demikian, thaharah adalah
menghilangkan kotoran yang masih melekat di badan yang membuat tidak sahnya
shalat dan ibadah lain.

Macam macam Thaharah :


1. Suci dari hadats ialah bersuci dari hadats kecil yang dilakukan dengan
wudhu atau tayamum dan bersuci dari hadats besar yang dilakukan dengan
mandi.
2. Suci dari najis ialah membersihkan badan, pakaian dan tempat dengan
menghilangkan najis dengan air.

49
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Disease Characterized by Vaginal Discharge. Atlanta: Centers for Disease


Control and Prevention. 2011.[diakses 2017 Oktober 24]. diakses dari
: http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/vaginal-discharge.htm

College NR, Walker BR, Ralston SH. 2010. Davidsons Principle and Practice of
Medicine. Amsterdam: Elsevier.21st ed.[ebook]

Depkes RI. 2007.Modul Pelatihan IVA. Jakarta FKUI, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara

Goe F Brooks dkk, Mikrobiologi Kedokteran ;Jawetz, Melnick & Adlebergs Medical

Microbiology, Edisi 23, 2004

Hall JE. 2010. Guytons Textbook of Medical Physiology. Philadelphia: Saunders.


12th ed.[ebook]

Lumintang H. Infeksi Genital Non Spesifik. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F.
Infeksi Menular Seksual. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009

Sarwono, P. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Saviano, E.C., 1993. Papanicolaou Smear & Cervical Intraepithelial Neoplasia. In:
Brown, J.S., Crombleholme, W.R., eds. Handbook of Gynecology & Obstetrics.
Stamford: Appleton & Lange

Siregar RS. Penyakit Kelamin. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi
Kedua. Jakarta: EGC; 2005.h.299-309.

Swartz MH. 2007. Textbook of Physical Diagnosis: History and Examination.


Amsterdam: Elsevier. 5th ed. p.565

Vorvick L. Vaginal Discharge. Baltimore: University of Maryland. 2009.[diakses


2017 Oktober 24]. diakses dari: http://www.umm.edu/ency/article/003158.htm

50

Anda mungkin juga menyukai