Anda di halaman 1dari 6

Tujuh puluh tahun sudah Indonesia merdeka, sudah cukup lama.

Jika diibaratkan
manusia, Indonesia sudah pasti tua dan rentan terserang penyakit mematikan yang mampu
menyebabkan kematian. Satu saja penyakit mematikan yang menyerang, maka Indonesia
harus mendapat pengobatan sesegera mungkin. Pengobatan yang mampu menumpas seluruh
bibit penyakit di dalam tubuh Indonesia.

Seperti manusia pada umumnya, saat baru lahir tidak langsung mampu berjalan, tetapi mulai
belajar dari merangkak. Namun roda kehidupan yang terus berputar pasti menghantarkan
manusia pada fase di mana akan kembali berjalan tertatih-tatih, menggunakan alat bantu
jalan, atau bahkan merangkak disebabkan fisik sudah mengalami diferensial fungsi.
Begitupula dengan manusia bernama Indonesia. Di usianya yang menginjak tujuh puluh
tahun, ternyata Indonesia mulai kembali merangkak. Hal ini agak lebih cepat daripada yang
diperkirakan. Namun satu hal yang paling disayangkan adalah penyebab Indonesia jatuh sakit
dan harus merangkak bukanlah serangan dari luar, tetapi karena ada begitu banyak persoalan
yang berkecamuk dari dalam tubuh Indonesia sendiri.

Memang benar apa kata Presiden Soekarno, perjuangannya lebih mudah daripada kita yang
lahir belakangan, sebab lawan kita adalah orang-orang dari bangsa kita sendiri. Kita hidup di
zaman di mana orang-orang hanya berjuang untuk kemerdekaannya masing-masing. Contoh
paling nyata adalah orang-orang berkedok wakil rakyat yang sering diagung-agungkan
sebagai Dewan Perwakilan Rakyat.

Ada begitu banyak polemik yang bermunculan apabila kita berbicara tentang tiga kata
terhormat ini. Salah satunya adalah, apakah mereka menjalankan tugasnya sebagai wakil
rakyat dengan baik? Kalau pertanyaan tersebut dilontarkan kepada saya, maka jawabannya
adalah, Oh, iya, tentu saja, mereka menjalankan tugasnya dengan baik. Saya ingin kaya
raya, mereka wakilkan. Saya ingin punya mobil mewah gratis, mereka wakilkan. Saya ingin
jalan-jalan keluar negeri gratis, mereka juga wakilkan.
Sampai di sini, saya masih ingin mencoba berpikir positif. Mungkin, kebanyakan anggota
DPR yang menjabat sekarang hanya tidak tahu persis tugas apa yang harusnya dia lakukan
hingga terjadi distori fungsi wakil rakyat. Namun semakin saya mencoba berpikir positif,
maka semakin banyak pula fakta kegagalan DPR dalam menjalankan tugas sebagai wakil
rakyat terkuak ke permukaan. Pikiran positif dan rasa percaya kepada DPR yang tadinya
Menggunung akhirnya berubah menjadi luapan kekecewaan manakala melihat keadaan
Indonesia sekarang. Berikut adalah daftar beberapa kegagalan dan penyimpangan DPR
dalam menjalankan fungsi serta haknya sehingga menimbulkan penyakit internal
pemerintahan.

1. Fungsi Legislasi

DPR menunjukan dengan sangat jelas adanya kegagalan dalam menjalankan fungsi
legislasi. Salah satu contohnya saat partai oposisi di DPR dengan tanpa tedeng aling-aling
menginginkan adanya UU pemilu kepala daerah lewat DPRD tidak lama setelah terpilihnya
Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia. Para anggota DPR asal partai oposisi ini
tanpa malu-malu menunjukkan bahwa mereka ingin mengamankan kekuasaannya dari partai
pemenang Pilpres melalui kepala daerah yang nantinya mereka pilih. Hal ini
mengindikasikan bahwa wewenang membentuk UU yang ada di DPR sekarang tidak lagi
memperhatikan keinginan rakyat, namun berdasar pada apa kebutuhan partai pendominasi
kursi di DPR.

Perdebatan panjang antaranggota DPR ini juga seringkali menyebabkan lamanya proses
pembentukan suatu UU disebabkan masing-masing anggota berusaha untuk mendahulukan
pesanan partai. Dampak dari hal ini adalah sampai dengan juli 2015 baru ada dua UU yang
disahkan oleh prolegnas dari target 160 UU di tahun 2014-2019. Jumlah ini jelas sangat
mengkhawatirkan apabila dibandingkan dengan DPR Korea Selatan yang telah
menghasilkan lebih dari 1.000 UU dalam satu periode.*

2. Fungsi Anggaran
Kedudukan DPR dalam fungsi anggaran yang sesungguhnya bertujuan untuk membahas
(termasuk mengubah) RAPBN dan menetapkan APBN agar tercapai tujuan bernegara
seringkali melebihi batas kewenangan, bahkan cenderung tidak masuk akal.

Sumber referensi: http://news.detik.com/berita/2961337/dpr-korsel-selesaikan-1000-uu-


satu-periode-dpr-ri-baru-selesaikan-2-uu

Penyimpangan pada fungsi ini sering terjadi karena adanya kongkalikong antara pejabat
negara agar meloloskan sejumlah anggaran yang tidak seharusnya ada untuk selanjutnya
dialirkan ke kantong-kantong maling berdasi.

Salah satu penyimpangan yang dewasa ini terjadi adalah kasus Dana Aspirasi Rakyat, di
mana DPR secara tidak langsung menyatakan bahwa mereka memiliki hak menggunakan
anggaran karena memiliki fungsi anggaran. Peristiwa ini membuat saya berpikir bahwa
Indonesia harus berhenti mengumandangkan kalimat Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk
Rakyat lalu menggantinya dengan Dari Rakyat, Oleh Negara, dan Untuk DPR.

3. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi antar lembaga negara (checks and balances system)
sebagai langkah penciptaan kontrol efektif pengelolaan negara seringkali diselewengkan oleh
partai oposisi di DPR untuk menyerang lembaga eksekutif.

Dalam menjalankan fungsinya, DPR memiliki hak angket, hak interpelasi, dan hak
menyatakan pendapat. Hak-hak inilah yang kemudian disalahgunakan oleh DPR sebagai alat
untuk kepentingan politik tertentu, seperti dimanfaatkan melawan lembaga eksekutif apabila
terjadi hal yang dianggap merugikan DPR. Dampak dari terjadinya hal ini akan menyebabkan
terganggunya stabilitas politik dan pemerintahan. Kinerja pemerintah akan terhalang sebab
selalu dirongrong oleh DPR hampir di setiap langkahnya. Padahal, masa jabatan aparatur
pemerintah masih baru berjalan dan kebijakan-kebijakan yang dibuat sedang dalam proses
pengerjaan.
Adanya fungsi pengawasan yang membuka peluang terhadap terjadinya berbagai
serangan kepada pemerintah ini juga seringkali membuat DPR lupa akan tugasnya sebagai
lembaga legislatif.

Jika ditinjau kembali, pendapat saya akan kinerja DPR yang ada sekarang bisa dikatakan
sebagai komentar kebencian. Namun, perlu digaris bawahi bahwa saya sebagai warga negara
Indonesia tentu tidak ingin membiarkan negara ini semakin sekarat. Apalagi penyebabnya
berasal dari dalam tubuh Indonesia itu sendiri. Dalam hal ini, penyebabnya tentu bukan hanya
kegagalan DPR, namun seluruh warga negara.

Kita dapat mengambil contoh peristiwa nilai tukar dollar ke rupiah yang terus melambung
tinggi. Hampir semua orang menyalahkan Joko Widodo tanpa mau tahu kenapa nilai tukar
rupiah melemah dan bagaimana cara mengatasinya. Sebagian rakyat hanya terus merengek
agar Joko Widodo segera memperbaiki masalah perekonomian nasional yang mencekik leher
tanpa ikut memberikan saran dan/atau memosisikan diri tentang betapa sulitnya menjadi
seorang Presiden dari negara yang sedang sekarat.

Bercermin dari persoalan tersebut, saya tidak ingin hanya menjadi warga negara yang terus-
terusan mengupas keburukan DPR dan membuat Indonesia semakin kuyu karena ditinggali
oleh orang-orang cuma mampu saling menyalahkan. Kegagalan DPR ini justru mencambuk
saya agar tidak hanya mengritik tetapi juga berusaha menemukan obat untuk menyembuhkan
Indonesia dengan menjadi anggota DPR yang selanjutnya.

Andai saya menjadi anggota DPR, saya tidak akan muluk-muluk menebar janji manis seperti
menghibahkan 60% gaji saya kepada masyarakat tidak mampu atau mengubah Indonesia
menjadi negara terkaya di dunia karena segala sesuatu di DPR tidak dapat dilakukan sendiri,
tetapi memerlukan persetujuan bersama. Lagipula, semakin banyak janji maka akan semakin
banyak pula yang diingkari. Satu hal pasti yang saya ingin perjuangkan jika menjadi anggota
DPR adalah membantu membangun DPR menuju parlemen modern dengan cara-cara
sebagai berikut:

1. Mengubah citra DPR dari penguasa menjadi pelayan rakyat


Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian rakyat Indonesia memang membenci DPR. Salah
satu penyebabnya adalah karena DPR itu sendiri. Para anggota DPR seringkali meminta
fasilitas mewah dengan alasan menunjang kinerja, salah satunya adalah uang muka mobil
pribadi. Namun, di saat yang bersamaan rakyat tidak merasakan dampak apapun dari
penggunaan mobil pribadi tersebut, kecuali macetnya jalanan akibat mobil dinas yang mau
lewat.

Untuk itu saya mengusulkan adanya penghapusan dana fasilitas pribadi anggota DPR
agar dialihkan kepada hal lain yang lebih krusial, misalnya untuk mengatasi ketidakmerataan
pembangunan dan pendidikan di Indonesia dengan maksud meningkatkan kualitas generasi
muda calon penerus bangsa.

Selain itu, saya juga tidak akan malu untuk berpergian menggunakan angkutan umum
seperti David Cameron, perdana menteri Inggris yang setiap harinya pergi ke kantor
menggunakan kereta. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghilangkan sekat kesenjangan
yang ada di antara DPR dan rakyat.

2. Memfungsikan DPR sebagai wakil rakyat yang benar-benar berbasis aspirasi rakyat

Dari kacamata saya, DPR yang menjabat sekarang belum benar-benar berperan sebagai
wakil rakyat. Permasalahannya bukan hanya pada anggota DPR yang selalu mementingkan
kelompok, namun juga karena rakyat Indonesia belum berkesadaran secara politik. Keadaan
ini seringkali menyebabkan terjadi kesalahpahaman antara DPR dan rakyat sehingga jurang
pemisah persatuan itu semakin menganga lebar.

Untuk itu saya akan mensosialisasikan segala peraturan perundang-undangan dan apa
saja fungsi serta wewenang DPR melalui berbagai media sosial termasuk internet. Hal ini
saya lakukan agar setiap warga negara Indonesia tidak buta hukum dan bisa membantu
memberikan pemikirannya untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi
Indonesia lewat media surat serta website. Akhirnya, negara pun tidak perlu mengelontorkan
dana triliunan untuk revitalisasi gedung kompleks parlemen seperti yang telah direncanakan
dalam progam DPR menuju parlemen modern sekarang. Selain tidak menguras anggaran
negara dan menutup peluang terjadinya penggelapan dana, program ini juga jauh lebih efisien
karena warga Indonesia telah melek teknologi serta program penyampaian aspirasi ini dapat
dilakukan oleh seluruh masyarakat. Berbeda apabila yang pilih adalah revitalisasi gedung
kompleks parlemen, maka penyamaian aspirasi hanya dapat dilakukan dengan datang ke
Jakarta. DPR pun pelan-pelan akan berhasil menuju parlemen modern dengan semakin
berfungsinya lembaga tersebut sesuai harapan dan tuntutan rakyat.

3. Mengusulkan perubahan UU tentang Pemilu Anggota DPR

Perubahan yang dimaksud di sini adalah untuk memperketat syarat-syarat pencalonan


diri seseorang sebagai anggota DPR sehingga senayan hanya dihuni orang-orang
berintegritas tinggi, berakhlak mulia, dan pro rakyat.

4. Mengusulkan DPR untuk lebih fokus menjalankan fungsinya sebagai lembaga legislatif
dan bukan mesin pencari kesalahan lembaga eksekutif semata.

Akhir kata, andai adalah andai. Sebuah mimpi yang sempurna pun tidak akan pernah
berakhir menjadi nyata apabila tidak perjuangkan. Untuk itu, mari bersama-sama kita
sembuhkan Indonesia dengan segenap usaha. DPR siap menuju parlemen modern!

Anda mungkin juga menyukai