A. PENGERTIAN
Karsinoma prostat adalah suatu kanker ganas yang tumbuh di dalam kelenjar
urogenitalia pada pria. Tumor ini menyerang pasien yangberumur di atas 50 tahun,
diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usialebih dari 80
Kanker prostate adalah kanker yang paling umum pada pria (selain kanker kulit
nonmelanoma) dan merupakan penyebab kedua kematian yang paling umum akibat
insidennya hampir dua kali lipat dari populasi umum dan angka kematian sekitar tiga
B. ETIOLOGI
pria yang keluarga dekatnya (first-degree elatives) mengidap penyakit ini, pada pria
Amerika keturunan Afrika dan pada pria yang terpajan ke toksin-toksin okupasional
dengan kadar testoteron yang menetap seumur hidup. Kanker prostate bersifat
Kanker prostate pada tahap awalnya jarang menimbulkan gejala. Gejala yang
terjadi akibat obstruksi urinarius terjadi saat penyakit berada pada tahap lanjut. Jika
neoplasma cukup besar untuk menyumbat kolum kandung kemih, maka gejala dan
tanda obstruksi urinarius terjadi, seperti kesulitan dan sering berkemih, retensi urin,
dan penurunan ukuran serta kekuatan aliran urin. Gejala-gejala yang berhubungan
dengan metastasis mencakup sakit pinggang, nyeri panggul, rasa tidak nyaman pada
perineal dan rektal, anemia, penurunan berat badan, kelemahan, mual dan oliguria
(penurunan keluaran urin). Hematuria dapat terjadi akibat kanker yang menyerang
uretra atau kandung kemih atau keduanya. Sayangnya, hal ini mungkin menjadi
2. Buang air kecil lebih sering ,terutama kalau pada malam hari.
7. Jika disertai infeksi timbul keluhan nyeri waktu buang air kecil,atau waktu
13. Keluhan nyeri pada pangkal paha dan daerah tulang pinggul.
14. Mungkin air seni berdarah.
D. GAMBARAN KLINIK
a. asimptomatic
b. peningkatan PSA
c. pancaran lemah
e. frekunsi
f. urgensi
a. Hematuri
b. Disuri
d. Impotence
e. Incontinence
g. haemospermia.
b. paraplegi
c. pembesaran limfonodi
d. anuri
e. letargi (anemia,uremia)
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan hipotesis yang disuga
hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses
diferensiasidan proliferasi sel. Difsreniasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker,
penyebab lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta
meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan
Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urin,. Keadaan ini menybabkan penekanan intraavesikal, untuk dapat
mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu.
hipertrofi detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symptom (LUTS) yang dahulu
dikenal dengan gejal-gejal prostatismus, dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot
detrusor masuk ke dalam fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk
berkontraksisehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin tinggi akan
diteruskan ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter. Keadaan
uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat dapat juga menyebar
melalui jalur hematogen yaitu tulang tulang pelvis vertebra lumbalis, femur dan kosta.
Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin diantara
otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu terdapat degenerasi sel
syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal,
maka terjadi peningkatan residu urin yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi
F. DETEKSI DINI
tinggi. Setiap pria yang berusia di atas 40 tahun harus menjalani pemeriksaan rectal
digital (DRE) sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan tahunannya. Palpasi rectal
berulang yang rutin pada kelenjar prostate (lebih baik oleh pemeriksa yang sama)
adalah penting karena kanker dini mungkin teraba sebagai nodul di dalam substansi
kelenjar atau sebagai suatu pengemusan yang meluas dalam lobus posterior. Lesi yang
lebih lanjut adalah sekeras batu dan terikat. Pemeriksaan rectal digital juga
memberikan informasi klinik yang penting tentang rectum, sfingter ani dan kualitas
feses.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan diagnostik
a. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli-buli
penuh / kosong )
kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan
Ballottement.
2. Colok dubur.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa
rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan
melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat
jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas
3. Laboratorium.
(buli-buli nerogen).
c. Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan
d. Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi
4. Flowmetri :
Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik.
Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan
sesudah terapi.
Penilaian :
5. Radiologi.
a. Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran
ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat
menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda
b. Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis,
dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula
) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect
divesikula.
6. Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal
pemeriksaan USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan
keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur
besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat
Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih
atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu
radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi
besarprostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan
8. Kateterisasi: Mengukur rest urine Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi
sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap
sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi prostat .
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pemberian terapi baik dengan menggunakan
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. pengumpulan data
yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
diagnosis keperawatan.
Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi prostektomi dan
Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi :
a. Identitas klien
pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.
Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi,
retensio urine.
(Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita.
Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita
e. Riwayat psikososial
1) Intra personal
Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang
sakitnya.
2) Inter personal
Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat.
yang adekuat
minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang
mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola
i. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes
netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan
system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi
miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal
atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi
kesulitan tidur.
k. Pola aktifitas.
kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit.
perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien
Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa
tidak berdaya.
n. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari
klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan
waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.
tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang,
masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi )
2. Pemeriksaan fisik
b. Kulit
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau
d. Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya,
e. Mata
Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva
terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak.
f. Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya,
h. Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip,
Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus.
j. Leher
k. Thoraks
bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi ,
m. Jantung
getarannya.
n. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada
penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya
bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat
rectal touch. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter,
Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid.
Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari jari tremor apa tidak. Apakah ada
infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda tanda infeksi
seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana.
3. Pemeriksaan diagnostik
Keluhan pada klien berbeda beda antara klien yang satu dengan yang lain.
Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi prostektomi adalah
keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya
bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan
b. Keadaan umum
c. Sistem respirasi
Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu
dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau
tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut.
d. Sistem sirkulasi
Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu tubuh, monitor
jantung ( EKG ).
e. Sistem gastrointestinal
Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi, bagaimana
dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah.
f. Sistem neurology
Hal yang dikaji : keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.
g. Sistem muskuloskleletal
kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta keadaan
Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada
gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda tanda perdarahan, infeksi.
Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi
Infus yang terpasang, obat obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung
kemih.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi berhubungan dengan obstruksi
terhadap pelebaran
a. Nyeri berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada
prostatektomi
eliminasi urine: eliminasi normal . tentang perubahan dari pengetahuan klien sehingga
retensi, nokturia tidak teraba distensi jam dan bila dirasakan berlebihan pada kandung
dengan obstruksi
Klien dapat toleransi jantung bila ginjal dan kandung kemih
maka jadwalkan
program kateterisasi
intermiten.
bisa.
4. Observasi tanda
tanda vital.
dan istirahat tidur dan istirahat dan keluarga pengetahuan klien sehingga
berhubungan berkurang atau tentang gejala dini gajala dini spasmus kandung
menunjukkan kemih.
TUR-P.
6. Ajarkan penggunaan
6. Menurunkan tegangan
pada selang.
8. Observasi tanda
tanda vital.
spasmodik )
eliminasi urine urine normal dan kandung kemih yang saat dini.
pembedahan, mengalami infeksi. cairan yang cukup ( urine sehingga resiko terjadi
dan demam.
5. Observasi urine: 5. Mengidentifikasi adanya
pengobatan. penuh .
Klien akan
mengatakan
pemahaman pada
pantangan kegiatan
dan kebutuhan
berobat lanjutan .
mengungkapan mengurangi
penyebab gangguan
tidur.
dapat mengurangi
nyeri ( analgesik ).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran, EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, edisi 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.
Lap / UPF Ilmu Bedah. 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Airlangga.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Price, S. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat, R (et.al). 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.
Smelzer, C Susanne. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; alih bahasa, Agung
Waluyo; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. edisi VIII, Volume 3, Jakarta: EGC, 2002.