Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET DAN PENGOBATAN HIPERTENSI PADA LANSIA

YANG MENGALAMI HIPERTENSI PADA PASIEN PUSKESMAS WISATA DAU MALANG

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau
optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit ini
dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi
dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung,
gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo2009).
Data Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia
mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar 60% penderita
hipertensi berakhir pada stroke dan penyakit ini hampir diderita sekitar 25%
penduduk dunia dewasa (Adrogue&Madias 2007).Sisanya mengakibatkan penyakit jantung,
gagal ginjal, dan kebutaan. Data Rikesdas (2007) menyebutkan hipertensi sebagai
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8%
dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Yoga 2009). Fenomena
inidisebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat secara global, seperti semakin
mudahnya mendapatkan makanan siap saji membuat konsumsi sayuran segar dan serat
berkurang, kemudian konsumsi garam, lemak, gula,dan kalori yang terus meningkat
sehingga berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi (Agrina 2011).
Lansia (lanjut usia) adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Statistik
Indonesia 2010). Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit-
penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, diabetes
mellitus, gout (reumatik), dan kanker. Salah satu penyakit yang diderita oleh
lansia yaitu hipertensi.
Pada populasi usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak lagi,
dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia di atas 60 tahun dengan
tekanan darah di atas 140 atau 90 mmHg. Prevalensi hipertensi diprediksi meningkat
pada tahun 2025, diperkirakan penderita tekanan darah tinggi hampir mencapai 1,6
miliar orang di dunia (Palmer 2007). Pada lansia akan meningkat yaitu sekitar 1,2
miliar jiwa (Bandiyah 2009). Hal ini merupakan faktor resiko dari penyakit
kardiovaskuler dan bertanggung jawab terhadap kebanyakan kematian di dunia (Adrogue
& Madias 2007).
WHO Community Study of the Elderly Central Java menemukan bahwa hipertensi dan
kardiovaskuler disease merupakan penyakit kedua terbanyak yang diderita lansia
setelah atritis yaitu sebesar 15,2% dari 1203 sampel. Sekitar 60% dari semua
kematian premature diakibatkan karena pasien menderita hipertensi ringan (Fisher &
Gordon 2005). Menkokesra tahun 2008, mengatakan jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas sekitar 7,18% dan di Pulau Jawa dan Bali sebanyak 7% (Megarani 2007).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007,jumlah lansia di
Jawa Tengah sekitar 6,86%.
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini,
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun
melalui pengalaman (Notoatmodjo 2003). Direntang umur lansia yang semakin menua
kemungkinan intelegensi dan kemampuan penerimaan atau mengingat akan mengalami
penurunan. Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu
salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dengan bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-
umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang
(Agoes. dkk 2013).
Hasil penelitian Domas (2010), yang berjudul pengaruh pendidikan tentang
hipertensi terhadap perubahan pengetahaun dan sikap lansia di Desa Makamhaji
Kartasura Sukoharjo menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan tentang
hipertensi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap lansia di Desa Makamhaji
Kartasura Sukoharjo. Dalam penelitian tersebut ada perubahan sikap setelah
diberikan pendidikan tentang hipertensi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pemberian
informasi dari petugas kesehatan yang bisa meningkatkan pengetahuan lansia itu
sendiri sehingga lansia tersebut bisa merubah sikapnya dalam menjalankan diet
hipertensi.
Hasil penelitian Agrina (2006), yang berjudul kepatuhan lansia penderita
hipertensi dalam pemenuhan diet hipertensi menyatakan bahwa pada umumnya
responden tidak patuh untuk melakukan diet hipertensi. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh pengetahuan atau sikap penderita hipertensi itu sendiri. Pengetahuan yang
kurang dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh oleh penderita, baik dari
petugas kesehatan maupun media cetak atau elektronik. Faktor sikap negatif yang
sering muncul dikarenakan kejenuhan serta tidak terbiasanya penderita hipertensi
untuk menjalankan diet hipertensi, yang disebabkan oleh budaya responden itu
sendiri yang sudah melekat sejak lahir sehingga sulit untuk dihilangkan.
Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi pada lansia. Faktor
makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada
penderita hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet
hipertensi agar dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita
hipertensi harus tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari dengan ada atau
tidaknya sakit dan gejala yang timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan
darah penderita hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit
hipertensi dan komplikasinya (Agrina 2011).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 November 2013 di Panti Wredha
Dharma Bakti Kasih Surakarta, menunjukkan bahwa dari 52 lansia yang berada dipanti
tersebut ada 35 lansia yang mengalami hipertensi. Dari wawancara yang dilakukan
kepada petugas panti, banyak lansia yang tidak patuh terhadap diet hipertensi.
Mereka lebih suka makan asin. Terkadang mereka juga suka meminta garam di dapur.
Petugas panti juga mengatakan pengetahuan lansia dipanti tersebut tentang
hipertensi sudah banyak yang tahu tetapi hanya sekilas saja, mereka cenderung acuh
tak acuh terhadap penyakitnya dan menganggapnya tidak berbahaya.
Latar belakang di atas mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami
Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta .

Rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, yaitu : Adakah
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet dan Pengobatan Hipertensi pada Lansia
yang Mengalami Hipertensi pada Puskesmas Wisata Dau ?

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan
descriptif corelational yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui jenis
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahantambahan,
atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian cross sectional yaitu penelitian observasional analitik yang
dilakukan dan diamati dalam satu waktu (Nasehudin & Nanang 2012).

Alat penelitian yang digunakan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah


sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010)
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).
1. Kuesioner A (Kuesioner Pengetahuan tentang Hipertensi).

Kuesioner ini berisi 25 pertanyaan dengan penjelasan pengertian, penyebab, tanda


dan gejala, komplikasi, pencegahan, dan diet. Kuesioner ini menjelaskan tiga
kategori yaitu baik, cukup, kurang. Dikatakan baik apabila responden bisa menjawab
pertanyaan 3350 atau 76100%. Dikatakan cukup apabila responden bisa menjawab
pertanyaan 17-32 atau 56 75%. Dikatakan kurang apabila responden bisa menjawab <
16 atau < 56% (Wawan & Dewi 2011).
2. Kuesioner B (Kuesioner tentang Kepatuhan Diet Hipertensi) Kuesioner ini
berisi 22 pertanyaan dengan jawaban sangat sering, sering, kadang-kadang, tidak
pernah. Apabila responden bisa menjawab 110 dari pertanyaan bisa dikategorikan
tidak patuh dan apabila responden bisa menjawab 1120 bisa dikategorikan patuh.
3. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen (Arikunto 2010). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang seharusnya

hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment
:
rxy = N. SXY SX. SY
J{N SX2 (SX)2} {NSY2 (SY)2}

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan y : Skor total


xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung>rtabel (0,05) (Hidayat 2007).


Validitas dalam penelitian ini dilakukan di dua Panti yang berbeda yaitu di Panti
Aisiyah Surakarta dengan mengambil 10 orang responden yang menderita hipertensi
pada tanggal 16 April 2014 dan di Panti Griya Sehat Bahagia dengan mengambil 20
responden yang menderita hipertensi pada tanggal 22 Mei 2014.
Hasil analisis uji coba validitas butir pertanyaan pengetahuan diperoleh kesimpulan
bahwa dari 30 butir pertanyaan yang diujicobakan, ada 25 pertanyaan yang valid dan
5 butir pertanyaan yang tidak valid yaitu 12, 17, 18, 23, dan 28. Ke-5 pertanyaan
tersebut tidak valid karena nilai r hitungnya

lebih kecil dari nilai r tabelnya yaitu 0.361. Ke 25 pertanyaan yang valid tersebut
digunakan untuk pertanyaan penelitian .
Hasil analisis uji coba validitas butir pertanyaan kepatuhan diperoleh kesimpulan
bahwa dari 30 butir pertanyaan yang diujicobakan, ada 20 pertanyaan yang valid dan
10 butir pertanyaan yang tidak valid yaitu 1, 2, 10, 16, 19, 21, 22, 24, 25, dan
26. Ke-10 pertanyaan tersebut tidak valid karena nilai r hitungnya lebih kecil dari
nilai r tabelnya yaitu 0.361. Ke 20 pertanyaan yang valid tersebut digunakan untuk
pertanyaan penelitian .
4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan yang dapat diukur
atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam 2008). Penelitian
ini menggunakan uji reliabilitas dengan rumus alpha cronbach:

r11 = [ k

] [1

Ssb2
2 ]

k 1 s t

Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Ssb2 = Jumlah varian butir


s2t = Varians total

Hasil uji instrumen didapatkan nilai alpha cronbach 's> rkriteria (0,60)
Hasil uji reliabilitas angket pengetahuan yang dihitung dengan rumus koefisen alpha
cronbach dihasilkan nilai r-hitung = 0.891. Suatu angket dikatakan reliabel jika
nilai r-hitung>r- tabel. Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai r-
hitung = 0.891>0.6. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat disimpulkan angket
pertanyaan dinyatakan reliabel.
Hasil uji reliabilitas angket kepatuhan yang dihitung dengan rumus koefisenalpha
cronbach dihasilkan nilai r-hitung = 0.905. Suatu angket dikatakan reliabel jika
nilai r-hitung>r- tabel. Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai r-
hitung = 0.905> 0.6. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat disimpulkan angket
pertanyaan dinyatakan reliabel.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden penelitian
(Riwidikdo 2006). Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian
kuesioner tentang pengetahuan hipertensi dan kepatuhan diet hipertensi yang diisi
oleh lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai