Anda di halaman 1dari 10

SOAL

1. A Jelaskan cara menyetel tegangan belt pada sistem pendingin

B Jelaskan fungsi dari aftercooler

2. Jelaskan cara menguji kebocoran pada tutup radiator dan radiator

3. Jelaskan fungsi thermostat tipe wax dan bellows

4. Jelaskan fungsi thermostat tipe sleeve dan Butterfly

5. Jelaskan prinsip kerja mesin yang mempunyai susunan silinder inline,v-type,v-shape

6. Sebutkan keuntungan dan kerugian menggunakan silijnder inline,v-type,v-shape

7. Jelaskan prinsip kerjanya timing belt,timing chain,timing gear

8. Sebutkan 5 keuntungan dan kerugian menggunakan sistem timing belt,timing chain,timing


gear

9. Bagaimana langkah langkah nya mengecek oval / tidaknya silinder liner

10. Jelaskan dan sebutkan bagian bagian dari ring piston dan piston

JAWABAN

1. A setel tegangan V belt dengan menekan dengan kekuatan 10 kg, standar defleksi untuk
belt lama = 7-10mm dan untuk belt baru = 5-7 mm.

B. aftercooler berfungsi untuk mendinginkan udara yang akan masuk ke dalam ruang
bakar.

2. Cara mengetahui kebocoran dari tutup radiator , adalah :


Hubungkan hose dengan adapter.
Kemudian hubungkan adapter dengan join pada radiator unit (dengan terlebih
dahulu mengadjust/memutar kekanan dan kekiri karet yang ada pada adapter
sehingga dapat terpasang dengan tepat ke joinnya).
Setelah itu hubungkan ujung hose yang satunya ke nipple radiator cap tester.
Pasang penjapit/socket ke batrei 12V
Setelah semua rangkaian terpasang, aktikan switch ke arah ON.
Tarik sedikit dan putar switch preasure ke arah kanan untuk menaikan preasure
pada radiator cap tester, sampai jarum preasure gauge menunjukan angka 0,07 Mpa.
Setelah itu, matikan radiator cap tester dengan menekan swicht ke arah OFF.
Tunggu selama 30 detik, jika terjadi kebocoran pada system pendingin maka
jjarum pointer preasure gauge akan turun secara cepat dengan sendirinya.

Cara mengetahui kebocoran pada radiator :


Langkah 1
Siapkan SST (Special Service Tools) untuk memeriksa kebocoran sistem pendinginan
air yang umumnya sering disebut Universal Radiator Pressure Cooling System Leak
Tester seperti gambar dibawah ini.
Langkah 2
Buka tutup radiator (radiator cap)

Langkah 3
Pasang adapter yang sesuai dengan mulut tutup radiator

Langkah 4
Pasang pompa tangan (hand pump) kemudian pompakan perlahan. Perhatikan Pressure
Gauge pada handpump, jangan sampai tekanan yang diberikan melebihi tekanan standar
yaitu berkisar 15 PSI atau 1.1 Bar.
Langkah 5
Perhatikan saluran aliran air pendingin, terutama pada sambungan-sambungan antara
radiator dengan radiator hose, antara pompa dengan radiator hose dan beberapa bagian
saluran air pendingin.

Jika ditemukan kebocoran pada radiator hose maka perlu dilakukan penggantian, dan
atau jika kebocoran terjadi pada sekitar sambungan maka perlu dikencangkan klem-
klem penguncinya.

3. Thermostat tipe Wax Pellet


Menggunakan semacam lilin yang dapat mengembang pada saat panas dan akan
menyusut pada waktu dingin.

B. Thermostat tipe Bellows


Menggunakan udara untuk mengoperasikan katup aliran udara
4. Thermostat tipe Sleeve

Sleeve pada posisi penuh pada saat dingin dan memblokir aliran fluida antara bodi silindris
bagian dalam dan flens atas.Ketika suhu operasi telah tercapai sleeve mulai terbuka dan
bergerak ke bawah bersama dengan badan silinder untuk memblokir port bypass

Thermostat tipe butterfly

5. Mesin Inline

semua pistonnya terletak secara vertikal dan semua silindernya sejajar antara yang satu
dengan lainnya. mampu dengan mudah menampung jumlah silinder yang berjumlah ganjil
seperti silinder atau pistonya dalam satu mesin terdapat lima silinder atau tiga silinder.
Mesin V Type

mesin tipe V ini memiliki sudut sudut yang berbeda. Saat ini umumnya sudut mesin V antara
45, 60 dan 90 derajat. dalam silinder pada mesin ini tertata di beberapa bidang yang
membentuk sebuah sudut. Pada mesin tipe V, pemasangan piston dari masing-masing bak
silinder biasanya terbagi satu crank pin pada crankshaft

6.Keuntungan Mesin Inline

-mesin ini memberikan keseimbangan secara alami. Artinya, mesin inline memiliki getaran
yang lebih sedikit dan beban yang lebih rendah pada bearing di bandingkan tipe v.
-lebih mudah untuk dirawat dan lebih murah.
-Mesin tipe ini adalah pilihan yang lebih disukai untuk kebutuhan torsi tinggi. Sebab, mesin
ini memiliki langkah yang panjang dan lebih banyak massa rotasi.

Kekurangan Mesin Inline

-dimensi
atau ukuran mesin lebih panjang dan memakan banyak tempat. Hal itu mungkin
mempengaruhi aerodinamika, bahkan daya kuda yang lebih kecil.
-mesin ini juga mempunyai bobot yang lebih berat. Karena mesin inline memerlukan blok
yang keras dan lebih kuat sehingga ini akan berpengaruh terhadap berat dari kendaraan itu
sendiri.

Keuntungan Mesin V type

-mesin ini memiliki piston yang lebih banyak dan mesin dimensi mesin lebih pendek.

-Mesin tipe ini mempunyai torsi atau tenaga yang lebih besar dan crankshaft yang lebih
kecil.

-Mesin tipe V memiliki power to weight ratio yang jauh lebih baik dan tarikan lebih
responsif

Kekurangan Mesin V type

- memiliki komponen yang lebih banyak,


-lebih berat dan lebih komplek,
- mesin tipe V juga lebih mahal.

7. Timing Belt : Cara kerja timing belt adalah timing belt menghubungkan antara
kruk as dan noken as,atau lebih tepatnya timing belt ini berfungsi
untuk menggerakan noken as. Sehingga dengan berputarnya noken
as,maka katup hisap dan katup buang ikut bergerak (bekerja) dan
terjadi proses pembakaran. Jadi jelas jika timing belt ini putus,maka
proses pembakaran tidak dapat terjadi dan akibatnya mobil tidak bisa
dihidupkan

Timing Chain : Cara kerja timing chain adalah timing chain menghubungkan antara
kruk as dan noken as,atau lebih tepatnya timing chain ini berfungsi
untuk menggerakan noken as. Sehingga dengan berputarnya noken
as,maka katup hisap dan katup buang ikut bergerak (bekerja) dan
terjadi proses pembakaran.

Timing Gear : Cara kerja timing gear adalah timing gear menggerakkan Noken As
(Camshaft) yang menggunakan Susunan Gear yang menghubungkan
antara Kruk-As serta Noken As.

8. Timing Belt

Kelebihan Timing Belt :


Lebih Murah Lantaran Tak menggunakan Bahan Logam

Lebih Senyap (Tidak Berisik Layaknya Timing Chain, Apalagi Timing Gear)

Lebih Mudah dalam penggantian

Minim Vibrasi (Getaran Mesin)

Fleksibel & Bisa Diposisikan sesuai Keinginan Engineer

Lebih Ringan (Bila Dibandingkan Timing Chain ataupun Timing Gear)

Kekurangan Timing Belt :

Sulit Diajak Berkitir di RPM Tinggi

Mudah Rusak bila Terkena Panas Berlebih

Mudah Slip dan Respon Putaran Kruk As ke Noken As nya Sangat Inferior bila
Dibandingkan dengan 2 Penggerak Lainnya (Banyak Loss Power)

Lebih Rentan Putus Sehingga Mengakibatkan Tabrakan Valve (Klep) & Piston

Masa Pakainya Paling Rendah bila Dibandingkan 2 Penggerak Lainnya

Masa Pakai sangat Bergantung Pada Material Pembuat & Perawatannya

Timing Chain

Kelebihan Timing Chain :

Masa Pakainya Lebih Lama Ketimbang Timing Belt

Lebih Kuat dalam Penggunaan Sehari hari

Mampu dipasang Pada Mesin yang Mempunyai Karakter Powerfull dan Mid-High RPM

Lebih Minim Loss Power Ketimbang Timing Belt

Minim Perawatan Berkala (Kecuali dalam Kondisi Tertentu)

Kekurangan Timing Chain :

Lebih Berat Ketimbang Timing Belt

Masih sering ditemui Gejala Slip, Sehingga Power tak Tersalur Merata

Lebih Mahal dibandingkan Timing Belt, Meski Tak Semahal Timing Gear

Kaku, Sehingga Rata-rata Konfigurasinya Sama

Lebih Sulit Dalam Hal Penggantian karena Terletak Dalam Mesin


Vibrasi (Getaran) di Mesin Lebih Tinggi

Timing Gear

Kelebihan Timing Gear :

Masa Pakai (Lifespan) Paling Tahan Lama

Paling Kuat

Paling Minim Loss Power antara Putaran Kruk As & Noken As

Mampu Dipakai di Mesin Berperforma Tinggi yang juga memiliki Putaran Mesin (RPM)
Tinggi

Sangat Minim Perawatan

Tidak Mudah Slip

Tingkat Vibrasi Rendah Meskipun Menggunakan Logam

Kekurangan Timing Gear :

Paling Mahal diantara 2 Penggerak Noken As lainnya (Termasuk Cost Produksinya)

Paling Kompleks & Rumit dalam Hal Pembuatannya

Penggantiannya Sangat Rumit

Membutuhkan Tingkat Presisi & Akurasi yang Tinggi

Hanya Bisa Digunakan Pada Mesin yang Memiliki Langkah Piston (Stroke) Pendek

Lebih Berisik

9. Cara menentukan ke ovalan silinder :

Mula mula tentukan sumbu X dan sumbu Y dari silinder.

Lalu bagi silinder menjadi 3 bagian yaitu bagian atas (TOP), bagian tengah
(CENTER), dan bagian bawah (DEEP).

setelah itu ukur sumbu X dan Y dari masing-masing bagian.

Misalnya diperoleh hasil pengukuran bagian atas (TOP) cylinder sumbu X = 80.75
mm dan sumbu Y = 80.73 mm, maka keovalannya cylinder bagian atas adalah 80.75
80.73 mm = 0.02 mm.
Lanjutkan pengukuran pada bagian tengah (CENTER) dan bagian Bawah (DEEP).

10. Ring Piston

Compression ring dengan tanda angka 1, atau disebut juga dengan ring kompresi
yang berfungsi untuk menyekat pada bagian bawah ruang pembakaran dengan cara untuk
mencegah agar tidak terdapat gas bocor dengan melalui piston.
Oil ring dengan tanda angka 2, atau disebut dengan ring oli yang berfungsi untuk
mengatur oil film yang terdapat pada dinding cylinder ketika piston bergerak naik turun,
sehingga meminimalkan keausan yang terdapat pada liner, piston dan ring. Sedangkan
untuk oil control ring terdapat beberapa expander spring yang berfungsi untuk membantu
serta mengatur oil film.

Piston

- Crown terdiri dari combustion chamber


- Ring-Groove meningkatkan kompresi serta menahan piston ring
- Gudgeon pin bore dan Pin yang menghubungkan piston ke connecting rod
- Retaining ring menjaga piston pin di dalam pin bore
- Thrust Skirt menahan beban samping

Anda mungkin juga menyukai