Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan saluran cerna merupakan keluhan yang jarang dijumpai pada anak, akan tetapi keluhan
tersebut sangat mencemaskan orang tua dan memerlukan pertolongan segera. Tata laksana adekuat,
terutama bila perdarahan yang terjadi mengancam jiwa, diperlukan agar mengurangi komplikasi
ataupun terjadinya perdarahan berulang.1

Perdarahan saluran cerna akut pada anak baik berupa muntah darah atau darah segar dari rektrum
merupakan suatu keadaan yang menakutkan anak dan orang tuanya meskipun jumlahnya sedikit.1
Perdarahan saluran cerna merupakan 10-15% kasus yang dirujuk ke Gastroenterologi Anak.2

Perdarahan saluran cerna pada anak dapat bermanifestasi berupa muntah darah (hematemesis),
keluarnya darah bewarna hitam dari rectum (melena), tinja yang berdarah atau keluarnya darah segar
melalui rectum (hematochezia/enterorrhagia) dan darah samar di feses. Hematemesis merupakan
perdarahan yang berasal dari saluran cerna atas dengan batas di atas ligamentum Treitz. Melena lebih
kurang 90% berasal dari saluran cerna atas terutama usus halus dan kolon proksimal, hematochezia
yang merupakan perdarahan saluran cerna yang berasal dari kolon, rektum atau anus/saluran cerna
bawah atau bisa juga dari saluran cerna atas dengan perdarahan yang banyak dengan waktu singgah
usus yang cepat, sedangkan darah samar feses merupakan kehilangan darah melalui feses yang secara
makroskopis tidak terlihat umumnya perdarahaan berasal usus halus atau saluran cerna atas. 1,3

Dalam mencari penyebab perdarahan saluran cerna pada anak ada lima informasi penting yang harus
diketahui oleh para klinisi yaitu : umur si anak, asal perdarahan, warna darahdan beratnya perdarahan,
atau tidaknya nyeri perut dan terdapatnya diare.2,3 Umumnya sumber perdarahan ditentukan dalam
dua golongan besar yaitu :
1. Perdarahan gastrointestinal atas meliputi dari mulut hingga ligamentum treitz
2. Perdarahan gastrointestinal bawah yang berasal dari daerah di bawah ligamnetum treitz

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perdarahan saluran cerna dapat bermanifestasi sebagai perdarahan yang akut akibat hilangnya
sejumlah darah dan kadang dapat menyebabkan gangguanhemodinamik. Kehilangan darah yang
cukup banyak dan terjadi intermiten didefinisikan sebagai perdarahan akut-berulang/rekuren.
Kehilangan darah yang tersembunyi (occult) akibat kehilangan darah yang kronik pada umumnya
secara kebetulan terdeteksi saat pemeriksaan darah samar atau terbukti anemia defisiensi besi.1

Hematemesis adalah muntah atau regurgitasi sejumlah darah yang berwarna merah segar
ataupun berwarna seperti kopi; dengan sumber perdarahan di antara esofagus dan ligamentum Treitz.
Sumber perdarahan dapat berasal dari varises dan non-varises. Hematemesis harus dibedakan dengan
hemoptisis, yang jarang terjadi pada anak dan selalu didahului dengan batuk, ataupun sumber

1
perdarahan yang berasal dari nasofarings. Muntahan yang berwarna seperti kopi seringkali akibat
minuman cola atau kopi, yang sering disalahartikan sebagai darah oleh orang tua.1,2

Melena adalah tinja yang ke luar berupa cairan berwarna hitam seperti aspal serta berbau
amis; dan merupakan manifestasi perdarahan saluran cerna atas. Hematoskezia adalah ke luar darah
segar per-anum; dan biasanyamerupakan manifestasi perdarahan saluran cerna bawah. Perdarahan
saluran cerna atas terdiri atas varises dan non-varises.2,3

2.2 Etiologi

2.3. EPIDEMIOLOGI
Perdarahan saluran cerna pada anak walaupun jarang terjadi tetapi berpotensi serius.
Prevalensi perdarahan saluran cerna atas berkisar antara 10% dari keseluruhan penyebab perdarahan
pada anak, sedangkan prevalensi perdarahan saluran cerna bawah lima kali lebih rendah. 4-6 Etiologi
keduanya tergantung dari usia. Pada umumnya kondisi anak cukup baik, kecuali pada kondisi tertentu
seperti bayi baru lahir (periode perinatal), pasien sakit berat yang dirawat di ruang intensif (ICU)
dengan atau tanpa penggunaan ventilator dan kondisi gagal organ majemuk, serta anak dengan
hipertensi portal dangagal hati stadium akhir.7,8 Bila prevalensi perdarahan saluran cerna pada PICU
berkisar antara 10%, maka risiko tersebut lebih tinggi di NICU yaitu sekitar 53%.9,10

2.4. TANDADAN GEJALA


2.5. DIAGNOSIS

2
BAB III
KESIMPULAN

1. Post partum haemorrhage adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih, sesudah
anak lahir. Perdarahan pasca persalinan terbagi menjadi 2, yaitu ppp dini dan masa
nifas
2. Perdarahan pasca persalinan Perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih yang terjadi
segera setelah bayi lahir sampai 24 jam kemudian.Perdarahan masa nifas adalah
Perdarahan yang terjadi pada masa nifas 500 ml atau lebih setelah 24 jam bayi dan
plasenta lahir.
3. Berdasarkan etiologinya, perdarahan post partum dapat disebabkan oleh Atonia uteri,
Robekan (laserasi, luka) jalan lahir., retensio plasenta dan sisa plasenta, Gangguan
pembekuan darah (koagulopati).
4. Gejala klinis yang ditemui adalah Perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah
bayi lahir., Pucat, mungkin ada tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat dan halus, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain.
5. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis, Palpasi uterus ,Inspekulo,
Laboratorium.
6. Prinsip penanganan adalah menghentikan perdarahan, cegah/ atasi syok., dan ganti
darah yang hilang

3
DAFTAR PUSTAKA

1. Cadranel S, Scaillon M. Approach to gastrointestinal bleeding. Dalam: Guandalini


S, penyunting. Textbook of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. Edisi ke-1.
Andover, Hampshire: Thomson PS; 2004.h.639-54.

2. Gilger MA. Gastrointestinal bleeding. Upper Gastrointestinal Bleeding. Dalam:


Walker WA, Goulet O, Kleinman RE, penyunting. Pediatric Gastrointestinal
Disease. Edisi ke-4. Hamilton, Ontario: BC Decker; 2004.h.258-65.

3. Turck D, Michaud L. Lower gastrointestinal bleeding. Dalam: Walker WA,


Goulet O, Kleinman RE, penyunting. Pediatric Gastrointestinal Disease. Edisi
ke-4. Hamilton, Ontario: BC Decker; 2004.h.266-80.

4. Stevenson RJ. Gastrointestinal bleeding in children. Sur Clin North Am.


1985;65:1455-80.

5. Longstreth GF. Epidemiology of hospitalization for acute gastrointestinal


hemorrage: a population based study. Am J Gastroenterol. 1995;90:206-10.

6. Ameh EA. Duodenal ulcer in childhood in developing countries. Indian Pediatr.


2003;40:272.

7. Chaibou M, Tucci M, Dugas MA, Farrell CA, Proulx F, Lacroix J. Clinically


significant upper GI bleeding in a pediatric intensive unit. Pediatrics.
1998;102:933-8.

8. Deerojanawong J, Peongsujarit D, Vivatvakin B, Prapphal N. Incidence and risk


factors of upper gastrointestinal bleeding in mechanically ventilated children.
Pediatr Crit Care Med. 2009;10:91-5.

9. Chaibou M., Tucci M, Duggas MA, Farrell CA, Proulx F, Lacroix J. Clinically
significant upper gastrointestinal bleeding acquired in a pediatric intensive care
unit: a prospective study. Pediatrics. 1998;102:933-8.

10. Kuusela AL, Maki M, Ruuska T, Laippala P. Stress-induced gastric findings in


critically ill newborn infants: frequency and risk factors. Intensive Care Med.
2000;26:1501-6.

11. Gilbert DA, Saunders DR. Iced saline lavage does not slow bleeding from
experimental canine gastric ulcers. Dig Dis Sci. 1981;26:1065-8.

12. Rana S. Gastric lavage in upper GI hemorrhage: should iced saline solution be
used? J assoc Phys India. 1990;38:377.

13. Cremer M, Rodesch P. Cadranel S. Fiberendoscopy of the GI tract in children.


Experience with newly designed fiberscopes. Endoscopy. 1974;6:18-9.

14. Cadranel S, Rodesch P, Peeters JP, Cremer M. Fiberendoscopy of gastrointestinal


tract in children. A series of 100 examinations. Am J Dis Child. 1977;131:41-5.

15. Guo SB, Gong AX, Leng J, Ma J, Ge LM. Application of endoscopic hemoclips for
nonvariceal bleeding in the upper gastrointestinal tract. World J Gastroenterol.
2009;15:4322-6.

16. Mougenot JF, Duche M. Hemorrhagies digestives. Dalam: Navarro J, Schmitz


J, penyunting. Gastroenterologie Pediatrique. Edisi ke-2. Paris: Flammarion;
2000.h.164-78.

4
17. Thomson M, Venkatesh K, Elmalik K, van der Veer W, Jaacobs M. Double balloon
enteroscopy in children: Diagnosis, treatment, and safety. World J Gastroenterol.
2010;16: 56-62.

18. Yang JG, Yin CH, Li CL, Zou LF. Meckels diverticulum and intestinal duplication
detected by Tc-99m pertechnetate scintigraphy. Clin Nucl Med. 2010;35:275-6.

19. Smith R, Copely DJ, Bolen FH. 99m Tc RBC scintigraphy: correlation of
gastrointestinal bleeding rates with scintigraphic findings. Am J Roentgenol.
1987;148;869-74.

20. Solana MJ, Lpez-Herce J. Pharmacokinetics of intravenous omeprazole in


critically ill paediatric. Eur J Clin Pharmacol. 2010;66:323-30.

21. Ludovic R, Rafael GL, Angela C, Lina Y, Paola Andrea Psi M. Stress ulcer,
gastritis, and gastrointestinal bleeding prophylaxis in critical ill pediatric patients:
A systematic review. Pediatr Crit Care Med. 2010;11:124-32.

22. Lionetti E, Francavilla R, Ruggieri M, Di Stevano P, Principi MB, Pavone L.


Recurrent peptic ulcer disease in a pediatric patient with type 1 neurofibromatosis
and primary ciliary dyskinesia. Minerva Pediatr. 2009;61:557-9.

23. Wongsawasdi L, Ukarapol N, Chotinaruemoi S. Severe upper gastrointestinal


hemorrhage in the newborn. J Med assoc Thai. 2002;85:114-9.

24. Cash BD. Evidence-based medicine as it applies to acid suppression in the


hospitalized patients. Crit Care Med. 2002;30:S373-8.

25. Park CH, Joo YE, Kim HS, Choi SK, Rew JS, Kim SJ. A prospective, randomized
trial comparing mechanical methods of hemostasis plus epinephrine injection
to epinephrine injection alone for bleeding peptic ulcer. Gastrointest Endosc.
2004; 60: 173-9.

26. Park CH, Joo YE, Kim HS, Choi SK, Rew JS, Kim SJ. A prospective, randomized
trial of endoscopic band ligation versus endoscopic hemoclip placement for
bleeding gastric Dieulafoys lesions. Endoscopy. 2004; 36: 677-81

27. Huang SP, Wang HP, Lee YC, Lin CC, Yang CS, Wu MS, dkk. Endoscopic
hemoclip placement and epinephrine injection for Mallory-Weiss syndrome with
active bleeding. Gastrointest Endosc. 2002; 55: 842-6.

28. Sobrino-Faya M, Martnez S, Gmez Balado M, Lorenzo A, Iglesias-Garca J,


Iglesias-Canle J, Domnquez Muoz JE. Clips for the prevention and treatment
of postpolypectomy bleeding (hemoclips in polypectomy). Rev Esp Enferm Dig.
2002; 94: 457-62.

29. Siafakas C, Fox VL, Nurko S. Use of octreotide for the treatment of severe
gastrointestinal bleeding in children. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1998;26:356-9.

Anda mungkin juga menyukai