Anda di halaman 1dari 35

VI.

KEMASAN KAYU

A. LATAR BELAKANG

Areal hutan meliputi sepertiga dari total permukaan tanah di bumi. Oleh karena
itu tidak diragukan lagi bahwa kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui
oleh manusia. Pengambilan kayu dari hutan bertambah di bawah satu persen per tahun,
sedangkan hampir di semua negara berkembang, pengambilan kayu bertambah sekitar
empat persen per tahun. Industri-industri produk kayu termasuk industri pengemas
kayu, mengkonsumsi kurang lebih setengah dari persediaan kayu di bumi, selebihnya
yaitu 59 % biasanya digunakan sebagai bahan bakar. Sekitar setengah dari penduduk
dunia tergantung pada sumber energi kayu tersebut.

Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia, dan secara
tradisional digunakan untuk mengemas berbagai macam produk pangan padat dan cair
seperti buah-buahan dan sayuran, teh, anggur, bir dan minuman keras. Kayu adalah
bahan baku dalam pembuatan palet, peti atau kotak kayu di negara-negara yang
mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah banyak. Tetapi saat ini penyediaan kayu
untuk pembuatan kemasan juga banyak menimbulkan masalah karena makin langkanya
hutan penghasil kayu.
Penggunaan kemasan kayu baik berupa peti, tong kayu atau palet sangat umum
di dalam transportasi berbagai komoditas dalam perdagangan intrenasional.
Pengiriman botol gelas di dalam peti kayu dapat melindungi botol dari resiko pecah.
Kemasan kayu umumnya digunakan sebagai kemasan tersier untuk melindungi
kemasan lain yang ada di dalamnya.
Kelebihan kemasan kayu adalah memberikan perlindungan mekanis yang baik
terhadap bahan yang dikemas, karakteristik tumpukan yang baik dan mempunyai rasio
kompresi daya tarik terhadap berat yang tinggi.
Kayu yang digunakan dalam pembuatan palet, peti dan kotak kayu merupakan
bahan baku terpenting di negara berkembang, terutama negara yang mempunyai
sumber kayu alam dalam jumlah banyak. Dalam perdagangan antara negara-negara
berkembang, pengemas kayu tetap memegang peran penting di masa-masa mendatang,
meskipun masalah-masalah lingkungan dan pembuangan makin meningkat sehubungan
dengan penggunaan kemasan kayu dalam pengangkutan ke negara-negara industri.
Palet kayu, kotak dan peti kayu sangat sulit di daur ulang, padahal volume

82
ketiga jenis kemasan kayu tersebut cukup besar dalam sistem pembuangan sampah.
Meskipun demikian, kemasan kayu tetap digunakan pada industri-industri berat alat
dan mesin. Peti berkawat (wirebound box) dan kemasan kayu berat-ringan (light-
weight wooden packages) tetap merupakan salah satu alternatif untuk pengangkutan
dan penyebaran buah segar, sayur mayur dan ikan. Kenyataannya, saat ini penggunaan
dan produksi palet kayu selalu bertambah, baik di industri Barat (negara-negara
industri) maupun di negara berkembang.
Permasalahan penting yang dihadapi oleh negara pengekspor kemasan kayu
adalah keharusan tersedianya peraturan berupa sertifikat yang menyatakan bahwa kayu
yang digunakan untuk mengemas telah mendapat perlakuan khusus, sebagai penjagaan
terhadap penyebaran penyakit kayu atau serangga. Peraturan dari negara pengimpor ini
sangat keras, terutama di negara Australia. Peraturan-peraturan mengenai fumigasi
atau perlakuan kimia lainnya, dibuat agar kemasan kayu tersebut dapat memenuhi
target pasaran ekspor dan dapat diharapkan penyebaran yang lebih luas. Adanya
peraturan tersebut pada prakteknya menimbulkan masalah yang cukup pelik, terutama
untuk para eksportir kecil.
Masalah lain sehubungan dengan efesiensi dan sifat ekonomi penggunaan kayu
sebagai bahan kemasan transport (angkutan) adalah ketidakcukupan pengetahuan
teknologi dasar. Pengetahuan dasar ini antara lain mengenai struktur kayu, metoda
perakitan dan sebagainya. Konstruksi atau rancang bangun dan perakitan dari kotak
dan peti kayu dilakukan secara tradisional dengan tingkat kualifikasi tenaga kerja yang
rendah. Rekomendasi seperti kandungan air dari kayu yang digunakan, jarang
diobservasi, rancang bangun atau disain yang efesien sangat jarang dilakukan dengan
tidak menggunakan jenis pengikat dan ukuran yang benar. Semua itu dapat
mengakibatkan kerugian pada kekuatan maupun keekonomisan pengemas kayu,
terutama dalam rangka persaingan yang semakin meningkat dengan bahan pengemas
lainnya.
Kesempatan baik untuk kayu di masa mendatang akan tetap ada, terutama pada
aplikasi macam kemasan, khususnya yang berhubungan dengan beban unit dan palet.
Kayu akan tetap penting sebagaibahan pengemas yang digunakan secara lokal di
negara berkembang. Kayu juga sebagai salah satu alternatif yang ekonomis disamping
pengemas kertas atau bentuk plastik lentur. Penggunaan kayu sebagai papan partikel,
standboard atau bentuk lain dari papan keras (hardboard) untuk tujuan pengemasan,
harus dipelajari lebih jauh terutama dalam hubungannya dengan pengembangan bahan-
bahan asli/khas dari negara berkembang.

83
Studi lebih lanjut juga perlu dilakukan terhadap bahan pengemas kayu berat-
ringan seperti peti berkawat, terutama dengan memperhatikan penerimaan pasarnya
dimasa mendatang. Peti berkawat mempunyai prospek bagus di beberapa bidang
seperti untuk buah, sayur dan ikan. Prospek kemasan kayu juga ditunjang oleh bahan
kayu yang sesuai tersedia di negara-negara berkembang. Di samping bahan baku ,
tenaga kerja juga cukup banyak tersedia dan murah. Keuntungan lain adalah kebutuhan
akan peralatan khusus terlalu banyak.

B. JENIS-JENIS KAYU UNTUK KEMASAN

Terdapat berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan


spesies kayu yang cocok untuk pengemasan. Faktor-faktor tersebut antara lain densitas,
kemudahan pemakuan, ketersediaan, jenis produk yang akan dikemas, kekuatan,
kekakuan dan tersedianya bagian-bagian serta panjang yang memadai.
Beberapa spesies kayu yang telah berbentuk kayu gergajian sebenarnya tidak
baik untuk membuat kotak dan peti. Tetapi jika diproses menjadi kayu lapis yang terdiri
dari sejumlah lembaran-lembaran tipis, dimana dilekatkan masing-masing lembaran
dengan lembaran lainnya dengan bahan perekat tahan air, maka selanjutnya kayu lapis
tersebut akan menjadi bahan yang ideal bagi industri kotak kayu atau peti kayu.

Semua jenis kayu selama perubahan dari bentuk kayu log/gelondongan akan
menghasilkan tingkatan dan kualitas yang bervariasi. Biasanya tingkatan yang tertinggi
akan dijual untuk keperluan perabot rumah tangga (furniture), tingkatan terbaik
berikutnya untuk bahan bangunan dan tingkatan ketiga untuk pengemasan. Kebanyakan
negara yang mempunyai sumber kayu harus dikembangkan, akan mempunyai suatu
sistem tingkat mutu, tetapi sistem tersebut jarang diakui secara internasional.
Jenis kayu yang cocok untuk pengemas umumnya adalah jenis kayu lunak
(softwood) seperti Pinus sp. atau Agathis sp. dengan densitas antara 270-700 kg/m3.
Beberapa jenis kayu keras dapat juga dipakai sebagai bahan pengemas, yaitu kayu keras
yang densitasnya mendekati densitas kayu lunak. Sampai saat ini diketahui terdapat 400
spesies kayu lunak dan 1000 spesies kayu keras.
Untuk keperluan bahan pengemas, biasanya kayu digolongkan menjadi 4 bagian
atas dasar massa jenis dan kekuatannya menahan paku, yaitu :

84
Grup I. :
- tidak mudah retak ketika dipaku
- kapasitas menahan paku cukup baik
- cukup kuat
- cukup tahan terhadap getaran
- ringan, lunak, mudah dibentuk, mudah
kering. Contohnya : kayu pinus dan cemara
Grup II. :
Memiliki kekuatan menahan paku > Grup I
Contoh : kayu jenjing (Albazia)
Grup III :
- memiliki massa jenis > Grup II
- kekuatan menahan paku sama dengan Grup 2, tetapi paku akan menancap lebih baik
(tidak tergelincir)
Contoh : Kayu Damar
Grup IV :
- kayunya keras baik untuk peti kemas
- massa jenisnya paling tinggi
- sulit dipaku
- tahan terhadap getaran
Contoh : Kayu Besi, Oaks, Hickory, dsb.

C. PERENCANAAN DISAIN KEMASAN


Tolok ukur untuk perencanaan disain kemasan, dapat dilihat berdasarkan faktor-
faktor ekonomis, pengguna akhir dan kebutuhan perjalanan (transit) serta hubungan
kayu dengan faktor teknis.
1. Faktor-faktor Ekonomis
Meskipun sejumlah bahan dikembangkan berkompetisi dengan kayu dalam hal
mengemas dan melindungi barang-barang/produk, kayu tetap berperan besar dalam
pembuatan kemasan bentuk palet, kotak dan peti. Fakta tersebut telah diterapkan di
negara maju dengan mengembangkan berbagai alternatif proses dan bahan-bahan
teknik. Diperoleh kesimpulan bahwa dalam menerapkan kayu sebagai bahan pengemas
dibutuhkan metoda pembiayaan yang sangat efektif.

85
Keahlian dalam pengemasan dengan bahan kayu adalah keahlian dalam
menghasilkan bentuk kemasan (container) yang dapat memberikan perlindungan cukup
bagi produk yang dikemas dan dengan kemudahan penanganan yang maksimal. Dalam
hal ini juga dibutuhkan pengetahuan dasar mengenai kayu, struktur kayu, metoda
perakitan seperti metoda penanganan selama perjalanan serta pengamanan lingkungan.
Kotak kayu merupakan bentuk kemasan yang paling murah untuk satu jenis
produk, untuk produk lain pada ukuran dan berat yang sama, nilai dan kerapuhan dari
produk akan menentukan jenis atau bentuk kemasannya. Jenis kemasan yang mungkin
untuk produk tersebut adalah peti (case) dengan perlengkapan yang lebih baik seperti
tali pengencang, di dalamnya dilapisi dengan lembaran tahan air dan bahan pengering
(desicant) yang dapat menyerap air pada saat kelembaban tinggi.

2. Pemakai Akhir dan Kebutuhan Perjalanan (Transit)


Terdapat sepuluh faktor yang berpengaruh pada perencanaan bentuk (disain)
kemasan atau palet yang digunakan untuk industri atau produk-produk pertanian. Tidak
semua faktor bisa diterapkan pada kemasan lokal, tetapi untuk keperluan eksport semua
faktor harus dipertimbangkan dengan cermat. Kesepuluh faktor tersebut adalah : a. Sifat
dan berat produk
b. Corak/model dari kemasan atau palet
c. Bahan-bahan konstruksi/pembangun dan kekuatan penggabungan
d. Dimensi kemasan
e. tare weight (keseimbangan berat)
f. Metoda dan kekuatan penanganan selama perjalanan
g. Limit kejatuhan yang diminta oleh negara-negara pengimport (misalnya : syarat-
syarat penanganan khusus, larangan beberapa bahan pengawet kayu, pemeriksaan
pembukaan oleh pabean)
h. Keadaan mendesak dari suatu kiriman
i. Kekuatan penyimpanan kemasan yang dapat digunakan kembali.

3. Hubungan antara Kayu dan Faktor-faktor Teknis

Pada prinsipnya, tidak ada spesifikasi khusus untuk jenis kayu yang bagaimana
yang harus digunakan pada jenis kemasan tertentu. Pilihan jenis kayu ditentukan
berdasarkan jumlah yang tersedia dan harganya. Bagaimanapun karakteristik kekuatan

86
aktual dari kemasan sangat berhubungan erat dengan jenis kayu, kualitas, ketebalan
serta disain peti dan keahlian tenaga kerja dalam mengkonstruksikan dan merakit
kemasan. Dalam hal ini, perbedaan tipe kayu sering mengakibatkan perbedaan sifat
yang luas, seperti :
a. Kemudahan dari pengerjaan (sifat pengerjaan kayu)
b. Densitas atau berat unit (dinyatakan dalam kg/m3)
c. Kekuatan lengkung (N/mm2)
d. Kekuatan pembengkokan (bending stiffness dalam N/mm2)
e. Kekuatan tekan (N/mm2)

f. Daya pelekatan/pemasangan kayu (N/mm kedalaman paku pada kayu)

g. Ketahanan terhadap perobekan (N/mm lebar)
h. Ketahanan terhadap kikisan
i. Ketahanan terhadap kebusukan/kerusakan.

a. Sifat Pengerjaan Kayu


Setiap spesies kayu mempunyai kualitas pengerjaan masing-masing, oleh sebab
itu orang yang mengerjakan spesies kayu tertentu akan segera tahu hal pemakuannya,
mesin yang digunakan atau karakteristik debu hasil iritasi. Di beberapa negara hal-hal
tersebut di atas telah dibahas secara ilmiah dan setiap spesies dikategorikan berdasarkan
karakteristik baik dan buruknya. Uji kekerasan dari setiap spesies meliputi pengukuran :

- sudut pemotongan ideal untuk kekuatan/daya pisau


- penumpulan, menggunakan silika atau pengasah lain

- kemudahan pemakuan (paku tipis dimasukkan bengkok/patah)
- kecenderungan robek (selama pemakuan atau selama pengeringan)
- pengeleman (beberapa kayu keras menimbulkan masalah dalam hal pengeleman)
Banyak jenis kayu Indonesia yang belum laku di pasaran, baik sebagai bahan
bangunan maupun sebagai bahan baku industri, karena belum diketahui sifat
pengerjaannya dan kegunaannya.
Kualitas suatu industri pengerjaan kayu ditentukan oleh bahan baku dan hasil
pengerjaannya. Memilih bahan baku yang tepat untuk suatu produk yang diinginkan
buka merupakan pekerjaan yang mudah, karena banyaknya jenis kayu yang dimiliki
belum diketahui sifat pengerjaannya.

87
Sifat pengerjaan perlu diketahui adalam penilaian jenis kayu yang akan dipakai
untuk industri tertentu, disamping data mengenai sifat fisik dan mekaniknya. Kehalusan
permukaan kayu dan mudah atau tidaknya dikerjakan, dapat berpengaruh terhadap
pembiayaan produksi industri tertentu. Oleh karena itu setiap jenis kayu perlu diketahui
sifat pengerjaannya, agar jenis kayu tersebut dapat digunakan untuk suatu produk
tertentu sesuai dengan sifat pengerjaannya.
Secara umum proses pengerjaan kayu meliputi pekerjaan memotong, membelah,
mengetam, membentuk, membubut, membuat lubang persegi, membor dan
mengampelas. Hasil pengerjaan dengan mesin diamati secara okuler dengan loupe yang
mempunyai pembesaran 10 X. Pengamatan dilakukan terhadap cacat yang meliputi :

- serat terangkat (raised grain)


- serat berbulu halus (fuzzy grain)
- serat tersobek (torn grain)
- cacat bekas serpih ( chip mark)
setiap contoh uji mengandung salah satu dari keempat cacat pengerjaan tersebut di atas
dianggap cacat.

b. Densitas Kayu
Densitas kayu adalah karakteristik yang sangat penting, sebab densitas yang
tinggi menunjukkan bahwa kayu tersebut mempunyai kekuatan dan ketahanan yang
baik pada saat pemakuan (daya cengkram paku). Hal yang sebaliknya terjadi pada kayu
yang berdensitas rendah. Kayu dengan densitas di atas 650 kg/m3 setelah pengeringan
udara, tidak baik digunakan sebagai pengemas. Sebaiknya kayu dengan densitas lebih
kecil dari 350 kg/m3 tidak dipakai karena kayu tersebut tidak mempunyai kekuatan
mekanis yang cukup.
Meskipun sangat keras dan tahan terhadap tekanan, kayu dengan densitas di atas
650 kg/m3 tidak akan dapat dipaku dengan baik. Oleh karena itu kayu dengan densitas
tinggi biasanya diabaikan penggunaannya sebagai bahan pengemas.
Penggunaan kayu dengan densitas tinggi (600-700 kg/m3) adalah sebagai tepi
papan dan balok untuk palet serta bagian-bagian bantalan poros dengan beban tinggi.
Kayu dengan densitas rendah (350-450 kg/m3) dapat digunakan untuk
komponen-komponen pengemas yang tidak terlalu rentan terhadap tekanan seperti :

88
- bilah-bilah kemasan kayu ringan dan kemasan berkawat
- bahan pelapis ujung-ujung kotak/peti
- palet yang langsung dibuang (sekali pakai)
- bagian dari kotak kayu menurut panjangnya.
Densitas relatif atau spesific gravity merupakan rasio berat bahan dengan
volume air. Densitas adalah berat per unit volume dan biasanya diekspresikan dalam
satuan kg/m3. Bagaimanapun, berat dari kayu per unit volume berubah karena proses
penyusutan dan pembengkakan yang disebabkan oleh perubahan kandungan uap
lembab, oleh karena itu tingkat spesific gravity yang digunakan oleh para peneliti
merupakan unit yang tidak tertentu. Pada prakteknya digunakan spesific gravity
nominal berdasarkan volume kayu pada saat pengujian.

c. Kandungan air dalam kayu

Proporsi air dalam kayu basah (serat kayu) lebih besar dari 30 %,merupakan
ikatan kimiawi dalam derajat yang bervariasi. Pohon yang masih hidup dan kayu dari
pohon yang baru ditebang dapat mengandung lebih banyak air, yang dapat mencapai
200 % (bk) air bebas. Kadar air dapat mencapai lebih dari 100 %, karena berat air
dinyatakan sebagai persentase dari berat kering (bk) kayu.
Berat kayu basah berat kayu kering
Persen Kadar air = x 100 %
Beratkayu yang telah dikeringkan

Jadi jika satu gelondong kayu basah dikeringkan sampai kadar airnya mencapai
setengah darikadar air mula-mula maka kandungan air kayu tersebut adalah 100 %.
Kadar air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content) terjadi saat
kayu dikeringkan atau selama kayu dalam penanganan. Kayu bersifat higroskopis oleh
karena itu airnya akan berubah pada tingkat suhu dan kelembaban udara sekitarnya.
Nilai kadar air keseimbangan adalah kadar air dari kayu yang akan dicapai bila kayu
tersebut dibiarkan di udara terbuka dalam jangka waktu yang lama pada kelembaban
relatif (RH) dan suhu yang teliti (dalam hal ini suhu mempunyai efek yang lebih kecil.).
Pada umumnya kayu untuk pengemasan ditangani dengan mesin dan dirakit
pada kandungan air yang tinggi, biasanya pada kadar air 30-40 %. Penanganan kayu
pada kadar air tinggi ini akan memudahkan kerja mesin dan pemakuan, tetapi

89
penyusutan akan lebih mudah terjadi pada kondisi ini daripada bila kayu tersebut dirakit
pada kadar air yang lebih normal yaitu 20%.
Kelebihan air di atas tingkat 25 30 % akan mengisi bagian rongga-rongga serat
kayu. Air tersebut akan dikeluarkan selama pengeringan kayu basah, yang berkurang
pada proses ini hanya berat dari kayu bukan dimensinya. Kayu dinyatakan berada pada
saat titik jenuh serat (fsp = fibre saturation point) jika rongga-rongga sel tidak
mengandung air tetapi dinding-dindingnya tetap menampung air pada kapasitas
maksimum. Fsp untuk kebanyakan jenis kayu umumnya terjadi saat kadar air 25 dan 30
%. Selanjutnya, pengeringan di bawah fsp akan menghasilkan penyusutan seperti
kontraksi dinding serat. Proses ini terjadi kebalikannnya (akan meresap air), bila kayu
yang dikeringkan dimasukkan pada lingkungan basah.
Sebelum kayu digunakan pada pembuatan peti dan palet, biasanya porsi air yang
dikandungnya, dihilangkan terlebih dahulu. Terdapat dua sebab mengapa pengeringan
kayu sangat dibutuhkan :
1). Kayu dari berbagai spesies akan busuk/rusak bila disimpan pada kadar air tinggi
untuk periode waktu yang panjang, demikian pula untuk jangka waktu yang
pendek, kayu yang rentanakan terkenapenyakit jamur danpenodaan (stainning).
Sebagai contoh pada jeniskayu apel, akantimbul noda biru atau sap strain. Kayu
dengan kadar air di bawah 20 % umumnya cukup kering untuk mengalami
kerusakan atau perubahan warna.
2). Pengeringan kayu dilakukan terlebih dahulu sebelum penanganan dengan mesin,
diikuti dengan pengontrolan/pengendalian perubahan dimensional, untuk
menghasilkan komponen-komponen dengan bentuk dan ukuran yang lebih akurat.
Disamping itu pengeringan kayu juga dilakukan untuk memudahkan pengangkutan,
penyediaan fasilitas penanganan dengan mesin untuk beberapa jenis kayu, untuk
mendapatkan daya ikat lem yang kuat dan untuk meningkatkan sifat-sifat kekuatan.
Idealnya, kemasan dan palet dari kayu gergajian dibuat dari kayu dengan kadar air
keseimbangan di bawah atau sama dengan 20 %,dan mendekati 15 % untuk negara-
negara panas kering. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai petunjuk praktis
penggunaan kemasan kayu bila dihubungkan dengan faktor kadar airnya adalah
sebagai berikut :
a). Penyusutan dimulai pada saat pengeringan kayu mencapai kadar air < 30 %
b). Kayu tidak susut atau bergelombang sepanjang serat
c). Penyusutan terjadi duakali yaitu pada arah tangensial dan radial

90
3). Penyusutan arah tangensial atau penggelombangan dapat dihitung ber-dasarkan 1
mm per 100 mm untuk setiap perubahan kadar air sebesar 3 % di bawah 30 %,
penyusutan radial = dari penyusutan tangensial. Pada Tabel 6.1 diperlihatkan
perkiraan hubungan antara kelembaban relatif (RH) dan kadar air kesetimbangan
(EMC) dari kayu gergajian pada suhu 20o C.

Tabel 6.1. Hubungan antara RH dan EMC kayu gergajian pada suhu 20o C

Kelembaban Relatif (RH) Kadar Air Kesetimbangan (%)


80 18
70 15
60 13
50 11
40 9
30 7,5

d. Kadar Air dalam Kayu Lapis


Di negara berkembang kemasan kayu tergantung pada kayu keras dan kayu
lunak gergajian, tetapi dibeberapa negara industri, kayu yang banyak digunakan untuk
kemasan adalah kayu lapis. Jika kayu lapis menggunakan spesies yang sama dengan
kayu gergajian, makakonstruksi kayu lapis yang telah dilaminasi menyediakan stabilitas
dimensional yang cukup tinggi. Penggelombangan dan penyusutan kayu sepanjang serat
dengan perubahan dalam kadar air cukup kecil yaitu hanya 1 %. Pada kayu lapis
kecenderungan tiaplpisan (veneer) untuk menggelombang atau menyusut secara silang
sangat dibatasi oleh stabilitas longitudinal relatif veneer. Hubungan antara kadar air dan
kelembaban relatif dari kayu lapis dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Hubungan antara RH dan EMC kayu lapis pada suhu 20o C

Kelembaban Relatif (RH) Kadar Air Kesetimbangan (%)


80 16
70 13
60 11
50 9
40 7
30 6

Kondisi RH dan kadar air dari kayu pengemas yang akan dirakit bervariasi
antara 30 80 % untuk RH dan 6 16 % untuk kadar air. Pada panel standard yang
berukuran 1200 x 2400 mm2 dengan kondisi-kondisi tersebut di atas, panel akan

91
mengalami perubahan total dimensi sekitar 1mm sepanjang lebar dan 2mm perubahan
dimensi panjangnya.

e. Pengukuran Kadar Air


Terdapat dua metoda pengukuran kadar air yang biasa digunakan. Yang paling
umum adalah penggunaan moisture meter. Metoda ini merupakan suatu uji yang
bersifat non destruktif dengan berdasarkan pada sifat-sifat listrik kayu yang bervariasi,
tergantung pada kandungan airnya. Bersifat tepat guna untuk kerja pengemasan dimana
keakuratan yang tinggi tidak dibutuhkan. Pengguna terlatih dari alat ini dapat mencapai
hasil dengan tingkat kesalahan sekitar 2 % dari kadar air sebenarnya.
Metoda lainnya adalah metoda pengeringan dengan oven (oven dry methods)
yang bersifat destruktif. Dilakukan dengan cara menimbang contoh (untuk
mendapatkan berat kayu + air), kemudian dikeringkan sambil berat tetap ditimbang
untuk mendapat berat kering, setelah itu digunakan rumus :
Berat kayu basah berat kayu kering
Kadar air (bk) =
Berat kayu kering
Metoda ini lebih tepat, tetapi biasanya hanya dilakukan untuk penelitian
pengemasan kayu.

f. Penyimpangan dan Penyusutan

Terdapat dua masalah yang saling berkaitan bila kayu berada dalam kondisi
kadar air lebih tinggi dari kadar air kesetimbangan akhirnya (EMC),yaitu penyusutan
dan penyimpangan (distorsi). Bila kayu dengan kadar air 25 % dikeringkan menjadi
13% EMC (60 % RH) maka dapat diharapkan terjadi susut sekitar 3 % untuk arah
tangensial dan susut arah radial sebesar 1,5 % atau rata-rata 2,25 %. Gambar 6.1
memperlihatkan penyimpangan dalam pengeringan dan penyusutan.
Suatu peti kemas yang dirancang agar tidak terjadi penyusutan selama
pengiriman dan penyimpangan oleh pengguna harus memperhatikan faktor
pengurangan kadar air dari kayu secara umum, dan khusus untuk kayu lapis diusahakan
persentasekadar air di atas EMC yang diharapkan.

92
Gambar 6.1. Penyimpangan melalui pengeringan dan penyusutan

g. Pengeringan Kayu

Terdapat dua metoda yang secara profesional digunakan di negara maju yaitu :
1) Alat pengering dengan menggunakan panas dan kelembaban buatan, berlangsung
dalam beberapa hari;
2) Pengeringan udara pada suhu dan kelembaban ambivent, berlangsung dalam
beberapa minggu atau bulan.
Metoda lain yang bersifat konvensional, tetapi suatu waktu dapat bermanfaat
adalah dengan cara mengeringkan dipanas matahari. Metoda ini biasanya digunakan di
negara-negara berkembang dengan iklim hangat/panas. Alat pengering biasa digunakan
pada pembuatan pengemas kayu dari kayu lapis.

h. Pengkaratan dan Faktor-faktor Lingkungan

Kayu dapat menyebabkan pengakaratan paku baja yang tidak dilapisi dengan
bahan anti karat dan paku tersebut digunakan dalam merakit suatu pengemas. Hampir
semua jenis kayu bersifat asam, tetapi beberapa cukup menimbulkan persoalan. Tidak
hanya pengikat tapi juga produk yang dikemas dapat terkena oleh pancaran uap yang
bersifat korosif. Untuk melindungi baja dari serangan karat, di dalam kemasan dapat
ditambahkan bahan penyegar air (desicant) atau penghambat karat. Jika penampilan
kemasan merupakan hal yang penting, maka sebaiknya digunakan paku yang dilapisi
bahan anti karat.

93
Tabel berikut memperlihatkan beberapa spesies kayu dengan tingkat sifat
karatnya.
Tabel 6.3. Sifat pengkaratan pada beberapa jenis kayu
No Jenis Kayu Tingkat korosif
1 Oak Sangat korosif
2 Sweet chesnut Sangat korosif
3 European beech Sedang
4 Birch Sedang
5 Douglass fir Sedang
6 Gaboon Sedang
7 Teak Sedang
8 Western red cedar Sedang

Bahan alami berminyak yang dikemas dalam kotak dapat menjadi cacat/busuk
oleh bahan volatil yang dikeluarkan oleh kayu. Kecenderungan menjadi cacat
bertambah bersamaan lama waktu kontak dengan kayu lapis, dan adanya kandungan air
dalam kayu.
Idealnya produk segar dikemas dalam kayu berwarna terang yang biasanya
mengandung sedikit tanin dan kandungan ekstraktif lainnya, dibanding spesies
berwarna gelap.
Pencucian bahan kimia yang digunakan dalam perlakuan kimia anti noda juga
menimbulkan permasalahan. Bahan kimia yang biasa digunakan pada perlakuan anti
noda adalah pentachlorophenol.

D. KESALAHAN-KESALAHAN BAHAN KAYU DAN PERBAIKANNYA

1. Kesalahan Alami

Sebagai bahan alami, kayu menunjukkan perbedaan dalam karakteristik


alamiahnya. Berdasarkan karakteristik ini, kayu dikelompokkan ke dalam golongan
yang bisa digunakan untuk industri dan golongan yang tidak bisa digunakan di industri,
dalam hal ini misalnya industri pengemasan.
a. Knot dan Knot Cluster

Pada beberapa spesies seperti kayu lunak, bentuk kesalahan knot/knot cluster
merupakan fakta yang masih dapat diterima. Terdapat dua metoda pada pembagian

94
tingkat mutu (grading) dalam rangka membatasi meluasnya penyakit knot ini dan juga
untuk mendapatkan bagian kayu yang dapat diterima yaitu :
1). Pembagian tingkat mutu untuk penampakan (biasanya untuk furniture)
2). Pembagian tingkat mutu untuk kekuatan (penggunaan umum/struktural dan kemasan
Pembatasan ukuran dan distribusi knot dalam kayu kemasan merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam rangka mempertahankan kekuatan minimum. Ukuran knot yang
diijinkan tergantung pada dimensi lembaran-lembaran kayu yang telah dikelola.
Gambar 6.2 memperlihatkan pengkelasan knot seperti yang digunakan dalam grading
komponen-komponen pengikat beban pada kayu kemasan dan palet.

5
6
3 2 7
1 1

Keterangan :
1. knot melingkar 4. arris knot 7. Knot bercabang
2. knot bentuk oval 5. knot margin
3. knot cluster (kumpulan knot) 6. knot yang melebar (splay knot)

Gambar 6.2. Pengkelasan knot dalam kayu


b. Belahan dan Goncangan (Spits dan Shakes)
Jenis cacat ini kurang begitu penting dibanding knot dalam kayu pengemasan.
Kategorinya dapat dilihat pada Gambar 6.3.

3
1 2

Keterangan :
1. Getaran berbentuk cincin (ring shake)
2. Goncangan/getaran (shake)
3. Belahan (Split end)
Gambar 6.3. Cacat jenis Splits & Shake

95
c. Susut (Wane)
Susut adalah lingkaran di bawah permukaan kulit pohon yang kadang-kadang
masih terdapat pada kayu gergajian. Kayu yang ada cacat susutnya biasanya masih
dapat diterima dalam situasi domestik, tetapi untuk kemasan eksport banyak negara
yang tidak mengijikan kayu dengan jenis cacat ini. Gambar 6.4 memperlihatkan batas
maksimal yang diperbolehkan untuk cacat susut dalam kayu pengemasan.

Gambar 6.4. Cacat jenis susut


d. Sudut pada jaringan kayu
Pertumbuhan yang tidak seperti biasanya atau proses penggergajian yang tidak
sempurna dapat menghasilkan suatu situasi dimana serat-serat kayu tidak berjalan
searah (paralel) papan atau sisi pengikat seperti terlihat pada Gambar 6.5. Kesalahan ini
jika melampaui batas dapat menyebabkan kelemahan.

Gambar 6.5. Cacat jenis sudut serat


kayu e. Kecepatan Pertumbuhan
Kecepatan pertumbuhan diukur secara tradisional berdasarkan
jumlah pertumbuhan lingkaran cincin per ukuran inci. Dalam sistem metrik,
unit pengukuran di banyak negara berubah, sehingga kecepatan
pertumbuhan merupakan banyaknya lingkaran setiap 25 mm seperti terlihat
pada Gambar 6.6. Dalam melakukan pengukuran pusat dari pohon
dihilangkan dan biasanya daerah yang diukur adalah daerah luar dari kayu
yang cukup matang.

96
25 mm

Gambar 6.6. Pengukuran kecepatan pertumbuhan

f. Kebusukan dan Noda Berbentuk Parit


Kebusukan berpengaruh nyata pada faktor pembebanan secara
struktural. Kebusukan dengan jumlah yang terbatas masih bisa dipakai untuk
pengemasan tingkat domestik. Noda berbentuk parit atau noda biru tidak
berpengaruh nyata dan dapat diabaikan.
Noda parit atau noda biru adalah pewarnaan kayu yang disebabkan
oleh jamur dengan penetrasi mendalam, dimana penyebaran hifa jamur
memberikan warna gelap. Noda-noda ini warnanya bervariasi, tetapi
biasanya berwarna biru keabu-abuan. Jamur ini dapat mempengaruhi
lapisan-lapisan kayu dari berbagai spesies dengan kadar air yang lebih dari
20 %. Noda dapat merubah warna kayu tetapi tidak dapat merubah kekuatan
kayu.
g. Gangguan Serangga

Kerusakan karena beberapa jenis serangga secara struktural tidak


berarti, sebagaicontoh beberapa negara akan mengijinkan pemasukan kayu
dengan kerusakan karena serangga Ambrossia beetle (Pinhole borer).

2. Penjagaan dan Pencegahan

Cara terbaik untuk menjaga mutu kayu adalah dengan cara penghindaran
atau pencegahan terjadinya cacat kayu. Beberapa kesalahan kayu (seperti
kandungan air yang tinggi) dapat dicegah secara sempurna. Knot dan belahan

97
hanya dapat dihilangkan dengan pengkelasan mutu kayu pada pengguntingan
menyilang.
Pengetahuan tentang pengkelasan mutu kayu berdasarkan kekuatannya
berkembang cepat di beberapa negara seperti Swedia, Kanada, USA dan Inggris.
Begitu juga dengan metoda pengkelasan mutu kayu berdasarkan visual dan
tekanan mekanis sudah digunakan secara luas.
Sistem pengkelasan mutu kayu tidak bersifat internasional. Seringkali
kayu dengan kelas tertentu di suatu negara tidak diterima/diakui di negara lain.
Sistem grading ini juga terutama didisain untuk pekerjaan bangunan dan
konstruksional. Walaupun tidak terdapat sistem pengkelasan mutu yang dibuat
secara formal, ada beberapa aturan yang sangat berguna dan dapat diterapkan
secara universal antara lain :
a. Knot yang fatal atau sumur knot, lebarnya lebih besar dari 20 mm, dapat
menyebabkan kelemahan yang serius pada pengikat kotak atau papan palet.
Jika knot tersebut ada pada beberapa papan dalam palet yang sama,
menyebabkan palet tidak dapat dipakai lagi. Untuk itu harus dihindarkan
lebar knot yang lebih besar dari 1/3 lebar papan.
b. Susut mempunyai pengaruh terhadap kekuatan. Batas maksimal yang
diperbolehkan tidak boleh lebih dari setengah kali ketebalan, diperbolehkan
untuk panjang papan yang terbatas.
c. Kecepatan pertumbuhan merupakan bagian dari suatu persamaan yang
kompleks yang melibatkan densitas, spesies dan rasio kecepatan tumbuh
untuk kayu musim semi dan musim panas. Kecepatan tumbuh yang tinggi
sering mempunyai pengaruh pengurangan kekuatan yang kecil dan dapat
diabaikan.
d. Slop/sudut serat dengan kemiringan lebih dari 1/6 akan mempengaruhi
kekuatan pengikat atau menyebabkan menurunnya kekuatan papan. Gradien
maksimal untuk slop pada bagian-bagian dari basis kotak besar adalah 1 : 8.
e. Retakan dan getaran longitudinal yang tidak mempengaruhi pemancangan
paku pada saat penggabungan, dapat diabaikan.
f. Noda biru, jika hanya mempengaruhi penampakan kayu dan tidak
berpengaruh pada pandangan titik kekuatan kayu, dapat diabaikan.
g. Kebusukan dan perlawanan aktif dari serangga dapat melemahkan kotak,
krat atau palet dan dapat menyebar pada kayu yang sehat.

98
Perlakuan anti noda dilakukan pada kayu dengan kadar air tinggi dan
akan disimpan atau dikapalkan. Perlakuan kimiawi ini biasanya dikerjakan
segera setelah kayu diubah dalam bentuk log.
Jika kayu hasil penebangan diubah dalam bentuk log dengan cepat, dan
dikeringkan dengan cepat pula, maka kemungkinan tumbuhnya noda dapat
dikurangi. Kayu import yang dikapalkan dalam keadaan tidak kering biasanya
mendapat perlakuan kimiawi untuk penjagaan terhadap noda. Bahan kimia yang
biasa digunakan adalah larutan garam dengan konsentrasi rendah. Akhir-akhir
ini yang banyak digunakan adalah garam sodium dari pentachlorophenol (Na
PCP), harganya murah tetapi efektif.
Perlakuan anti noda hanya tahan untuk kayu yang akan dikapalkan,
sedangkan untuk kayu yang akan disimpan bertahun-tahun, perlakuan ini tidak
dapat menjamin keawetan kayu. Dengan pengertian lain perlakuan kimiawi
tidak dapat memberikan perlindungan lebih lanjut terhadap kebusukan (decay).
Terdapat kemungkinan bahwa noda pada tahap lanjut akan diikuti oleh
kebusukan tahap awal.

3. Peraturan Internasional

Untuk keamanan lingkungan, bahan kimia yang digunakan adalah PCP.


PCP digunakan di negara Skandinavia, USA, Asia Tenggara dan Jepang. Di
negara lain penggunaan bahan kimia untuk perlakuan anti noda adalah garam-
garam anorganik seperti garam borates dan copper atau komponen organik
ammonium. Di Inggris, PCP telah dipertimbangkan oleh badan kesehatan dan
keselamatan untuk digunakan secara bebas sebagai bahan pelindung kayu.
Saat ini banyak negara menetapkan peraturan yang ketat untuk mengurangi
resiko masuknya pestisida atau penyakit yang dapat merusak industri-industri
pertanian dan kehutanan di negara mereka. Negara-negara yang diketahui
terbaik peraturan karantinanya adalah Australia dan Selandia Baru. Peraturan
karantina ini juga diterapkan pada kayu dan kemasan yang masuk ke negara
tersebut. Demikian juga negara lain seperti Inggris, melakukan pemeriksaan
yang sangat ketat pada setiap kemasan, diikuti pemberian sertifikat untuk
memastikan bahwa pengeksport telah memenuhi peraturan kesehatan. Peraturan-
peraturan ini diterapkan pada kayu keras dan atau kayu lunak

99
tergantung pada negara dan aturan yang berlangsung di negara tersebut.
Sebagai contoh peraturan karantina yang berlaku di Australia adalah :
a. Fumigasi untuk kayu kemasan dengan methyl bromida sebanyak 2 kg
per100 m3 kayu, suhu ruang pada 21o C selama 24jam.
b. Atau selama 6 jam pada keadaan panas kering (74o C)
c. Atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air 14 %
d. Atau dilakukan penguapan pada suhu 82oC seama 4 jam sebelumnya
dilakukan perlakuan dingin terhadap borat.
e. Atau pencelupan dalam larutan boratpada suhu 93o c selama 3,5 jam.

E. KONVERSI KAYU

1. Kayu Gergajian
Setelah pembuangan kulit dari kayu log, perubahan bentuk panjang dan
lebar untuk digunakan di industri dilakukan dalam mesin penggergajian
(Sawmill). Untuk kayu pengemas biasanya dipotong dengan ukuran 50 x 150
mm atau 25 x 20 mm, bisa juga ukuran lain tergantung kebutuhan pengguna.
Sifat penggergajian kayu, besar relevansinya dengan mesin
penggergajian untuk kayu pengemas. Pada sifat pengerjaan kayu dengan mesin
terdapat pemotongan dan sudut jarak antara dua pemotongan (Clearance) yang
bersifat optimal. Untuk kayu lunak, khususnya pinus digunakan gergaji putar
dengan 45 gigi, dan 25 30o sudut pengait (hook), 20o sudut clearance serta 15o
sudut lereng atas. Sedangkan untuk kayu keras dengan densitas rendah sampai
sedang, sifat pengerjaan kayunya adalah 54 roda gigi dengan sudut pengait 25o,

sudut clearance 15o dan sudut lereng atas 15o.


2. Kayu Lapis
Pengerjaan laminasi veneer kayu pertama kali dilakukan di kerajaan
Mesir Kuno. Hasilnya adalah kayu lapis dalam bentuk kasar yang direkat
dengan perekat alami seperti perekat tulang dan albumin darah. Perubahan
beberapa teknik pengerjaan kayu terjadi pada akhir abad ke 19 dengan
datangnya mesin pengupas kulit putar yang mengupas kayu log (membentuk
lapisan veneer) dengan cara seperti kerja pengerut pinsil. Alat tersebut
bervariasi tergantung pada ukuran dan spesies kayu log, jenis kayu lapis yang
diproduksi dan skala operasi.

100
Bentuk log merupakan tahap pertama dalam proses pembuatan kayu
lapis. Log dipastikan mempunyai kadar air yang tinggi dan konsisten. Kemudian
mesin pengupas akan mengubah log tersebut menjadi ukuran-ukuran veneer
yang halus permukaannya dengan kecenderungan retak dan robek yang cukup
kecil. Proses pengerjaan juga meliputi perendaman dalam air dingin atau panas,
atau proses penguapan tergantung pada spesies kayu dan kandungan air dari log.

Pada Gambar 6.7 diperlihatkan bahwa bagian kayu log berputar


melawan pisau mesin bubut. Dengan mesin ini akan dihasilkan veneer dengan
ketebalan yang akurat dan konsisten.

Gambar 6.7. Proses pengupasan log kayu lapis

Lapisan veneer yang masih basah, dikeringkan dengan alat pengering


untuk mengurangi kandungan airnya 2 - 3 %. Cacat yang timbul pada kayu lapis
dapat diperbaiki dengan bahan penyumbat atau bahan pengisi. Tingkat
pengkelasan mutu dari kayu lapis secara normal biasanya ditunjukkan oleh
jumlah cacat yang terlihat akibat proses perekatan yang tidak sempurna.

a. Aplikasi Perekat

Perekat resin sintetis diterapkan dengan menggunakan mesin


penyebar yang dapat berputar, bisa juga dengan lat penyemprot atau pelapis.
Selanjutnya veneer digabungkan dengan sudut-sudut patokan 90o. Hasil
rakitan ini disebut lay-up. Kemudian dilakukan penekanan, pemanasan dan
pendinginan. Setelah itu dipotong dengan ukuran 2400 x 1200 mm.

101
Kayu lapis biasanya dibuat berdasarkan aturan standard nasional dari
negara setempat. Pada beberapa kasus standard seperti standard kayu lapis
Jerman bisa saja diterapkan di negara lain sebagai bantuan pada proses
produksi dan penanganan. Kayu lapis untuk kemasan mempunyai jumlah
lapisan 3, 4, 5 atau 7 lapis, kualitas lebih tinggi dengan jumlah lapisan yang
lebih banyak, selain itu peluang untuk melengkung karena perbedaan kadar
air juga kecil.
Kayu lapis adalah pengemas produk yang ideal, yang membatasi
penggunaannya adalah biaya yang relatif lebih tinggi dibanding kemasan
dari kayu gergajian. Kayu lapis juga mempunyai sifat kekuatan yang tinggi
dan bersifat ringan.
Berdasarkan perekat sintetis yang digunakan terdapat dua tipe
penting dari kayu lapis yaitu kayu lapis yang direkat oleh perekat urea
formaldehyde (UF) dan kayulapis yang direkat oleh perekat phenol
formaldehyde (PF). PF lebih banyak digunakan dibanding UF.
b. Perekat UF
Perekat ini digunakan pada kayu lapis yang tahan air atau kayu lapis
bagian dalam. Ketahanan kayu lapis terhadap air hanya untuk periode yang
terbatas bila kayu lapis tersebut dibiarkan di tempat terbuka. Kayu lapis
tersebut akan menahan air dingin untuk periode waktu yang panjang dan
menahan air panas untuk waktu yang terbatas, tetapi tidak tahan bila
ditempatkan di air mendidih (standard uji laboratorium). Perekatan di bagian
interior akan menjadi kuat dan tahan lama dalam kondisi kering dan juga
bersifat resisten terhadap air dingin.
c. Perekat PF
Tipe ini digunakan pada kayu lapis eksterior dan kayu lapis tahan air
didih serta tahan cuaca. Sifat lain dari perekat ini adalah tahan terhadap
mikroorganisme, air dingin dan air mendidih.
d. Perekat MUF (Melamin Urea Formaldehyde)
Tipe ketiga dari perekat sintetis adalah urea formaldehyde yang
difortifikasi dengan melamin, dikenal dengan nama MUF. Perekat ini
digunakan dalam beberap tipe kayu lapis yang dibuat di negara-negara Asia
Timur Jauh. Sifat perekat MUF adalah lebih tahan air dan cuaca dibanding
UF tetapi tidak setahan PF.

102
3. Papan Serat (Fibreboard)

Penggunaan limbah kayu sebagai bahan industri telah dikembangkan


secara ekonomis dan teknologis. Papan serat dari limbah kayu, pertama kali
diproduksi pada akhir abad ke-19. Bahan dasar dalam bentuk serpihan-serpihan
kayu sisa dibuat pulp terlebih dahulu, densitasnya relatif rendah. Selama tahun
1920 sampai awal tahun 1930 teknik-teknik berkembang lebih lanjut antara lain
teknik pemecahan kayu solid ke dalam bentuk serat dan kemudian teknik
pengepresan dengan panas dan teknik perekatan dengan mesin sintetis sehingga
dihasilkan suatu panel yang kuat dan tahan lama, disebut papan keras
(hardboard). Proses basah merupakan teknik yang umum digunakan pada
pembuatan hardboard, medium board, dan softboard.
Papan serat digunakan sebagai bahan pengemas, dimana bahan
pengemas tersebut tidak menempatkan faktor ketahanan terhadap air sebagai
faktor yang kritis.
Aplikasinya misal pada nampan-nampan untuk buah dan sayuran yang
diperkuat oleh pengikat. Hardboard dan medium board yang diproduksi dengan
ketebalan antara 3-12 mm, merupakan bahan pengemas yang sangat baik.
Kategori papan serat yang cocok untuk bahan pengemas adalah :
a. Hardboard standard dengan densitas 800 kg/m3, tebal 2-6 mm.
b. Hardboard tahan air dengan densitas 960 kg/m3, tebal 3-12 mm
c. Medium board dengan densitas tinggi 500-900 kg/m3, tebal 8-12 mm

4. Papan Partikel
Papan ini dibuat dari serpihan-serpihan kayu sisa yang ukurannya lebih
besar dari ukuran serpihan untuk papan serat dan direkat dengan perekat resin
sintetis. Jenis papan partikel yaitu :
a. Papan kayu chip (wood chipboard)
b. Papan kayu flake (flakeboard)
c. Papan kayu wafer (Waferboard) dan
d. Oriented strandboard
Papan kayu chip tidak begitu baik untuk industri pengemasan karena
rasio kekuatan dan beratnya rendah. Jenis ini juga biasanya menimbulkan
masalah dalam proses pemakuan disebabkan variasi densitas yang tinggi (500-

103
700 kg/m3) dan faktor ketebalan (12-20 mm). Papan yang tipis mudah
dikerjakan tetapi ketahanannya sangat rendah.
Papan kayu flake, wafer dan oriented strandboard lebih banyak
digunakan di industri kemasan karena jenis-jenis tersebut cenderung lebih
ringan dan lebih mudah dipaku.
Proses pembuatan jenis-jenis papan partikel ini berkembang dengan
terciptanya perekat sintetis yang tahan suhu tinggi. Proses produksi meliputi
penanganan kayu secara mekanis dan rekonstitusi proses menggunakan perekat,
semua dilakukan secara otomatis. Tahap akhir adalah siklus pemanasan dan
pengepresan. Papa kayu wafer dan oriented strandboard adalah papan partikel
yang telah dimodifikasi, dibuat dari kayu log yang dipotong-potong berbentuk
wafer atau strand, sifatnya mendekati kayu lapis.

F. PERAKITAN KEMASAN KAYU DAN METODA PENGIKAT

1. Bahan Perekat

Perekat atau pengikat pada semua jenis pengemas merupakan hal yang
patut diperhatikan, karena menyangkut batas keselamatan selama pengangkutan.
Pengikat baja adalah pengikat yang sifatnya tradisional, sedangkan yang
biasanya digunakan adalah paku atau kawat jepret (staples).
Untuk pengemasan kayu, bahan lem fleksibel yang sedang diteliti adalah
bahan perekat dari karet. Jenis perekat ini mempunyai kemampuan untuk
mengisap energi bila digunakan dalam ketebalan yang cukup. Bahan perekat
karet ini merupakan masih dalam tahap uji coba penerapannya belum begitu
luas.

2. Jenis Metoda Penggabungan/Pengikatan

Metoda-metoda pengikatan seperti : pengikatan dengan kawat jepret


(stapling), penggunaan tali pengikat (strapping), konstruksi sisi logam (metal
edge) dan ikatan kawat (wire bound) digunakan secara luas, merupakan metoda
yang kuat dan efesien untuk konstruksi kotak dan peti kayu. Pengikatan dengan
kawat jepret juga biasa digunakan untuk konstruksi palet khusus.

104
Stapler berbentuk laras semi otomatis, berisi sejumlah kawat jepret yang
letaknya berderet. Dalam keaadaan normal, stapler berisi udara/angin
(pneumatik).
Kawat jepret bervariasi ukuran panjangnya, mulai dari 15 mm sampai 50
mm dengan tekanan gauge 1,6 atau 2 mm. Yang biasa dijual dilapisi dengan
lapisan seng/timah agar tahan terhadap karat atau pelapisan dengan resin untuk
meningkatkan pertahanan.
Penggunaan tali pengikat secara tensional (tensional strapping)
diterapkan untuk mengemas secara semi otomatis atau otomatis penuh.
Pengikatan serta perekatan dilakukan di bawah tekanan. Dapat diaplikasikan
pada boks kayu, kotak dan palet. Dalam aplikasi pengemasan, tensional
strapping banyak digunakan karena :
a. Menguatkan kemasan
b. Melindungi bahan yang dikemas terhadap resiko selama pengangkutan
sampai tiba di tempat tujuan.
c. Murah, terutama untuk konstruksi kemasan dari bahan yang tipis
d. Dapat digunakan sebagai metoda penutupan peti disamping metoda lain,
yaitu menggunakan ulir dan paku.
Penentuan jumlah, ukuran dan jenis tali pengikat yang digunakan
tergantung pada bentuk, ukuran dan berat pengemas, bahan pengemas serta
penanganan. Kondisi penyimpanan dan pengangkutan juga merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan.
Terdapat tiga kelas tali pengikat yaitu :
a. Baja dengan bentuk datar, melingkar dan oval. Kekuatan tarik tipikalnya
adalah antara 300 1300 N/mm2. Permukaannya dapat dilapisi dengan seng,
tenbaga, wax, cat atau tanpa pelapisan (warna natural).
b. Weftless, terdiri dari lembaran-lembaran yang bersifat kontinyu dari lapisan
tekstil bertegangan tinggi, diterapkan secara paralel dengan sistem pelekatan
yang menggunakan bahan perekat. Lebarnya sekitar 6 25 mm.
c. Plastik suhu tinggi (thermoplastic) dengan lebar antara 5 25 mm,
diterapkan membentuk silang pada permukaan segi empat panjang.
Pada pengikatan dengan baja, uap air tidak berpengaruh buruk, tetapi
pengkaratan mungkin timbul selama proses pengangkutan yang cukup lama.
Pada pita kain berpori, kekuatan tarik akan menurun dalam kondisi basah,

105
kelembaban berpengaruh pada saat pengikatan tali ke sekeliling kemasan
(container). Penampakan dari pita plastik suhu tinggi dan pita poliester pada
keadaan normal, tidak dipengaruhi oleh uap air. Pada Tabel 6.5 dapat dilihat
sifat-sifat khusus pengikat non logam. Pengikat non logam pada keadaan normal
tidak dipengaruhi oleh suhu antara 40 dan 40o C.
Tabel 6.5. Sifat-sifat khusus pengikat non-logam

Bahan Kekuatan Tarik Elongasi pada saat


(N/mm2) putus (%)
Pengikat kain (Weftless viscose) 270 310 9 13
Pengikat poliester 450 500 12 14
Polipropilen terekstrusi 230 380 8 30
Poliamide terekstrusi 380 450 12 20
Poliester terekstrusi 350 620 5 20

Pengikat dalam keadaan normal diterapkan pada sudut kanan dari sisi-
sisi kemasan. Pengikatan dapat berfungsi dengan baik, bila diberikan kekuatan
ikat yang cukup. Bila pengikatan kurang kuat atau diletakkan pada posisi yang
salah, akan memecah kemasan atau merusak isinya.
Pengikat baja dapat diterapkan pada kotak dan peti kayu, terutama untuk
kayu dengan kandungan air tinggi. Kawat tidak boleh diletakkan di sepanjang
serat kayu tanpa pelindung sisi. Penggabungan di bawah tekanan, tergantung
pada bahan dan ketepatgunaan alat yang dipakai. Metoda penggabungan
meliputi pemotongan, pembentukan, pengelasan atau pemutaran mekanis. Pada
Tabel 6.6 dapat dilihat sifat kekuatan tarik dari pengikat baja. Tabel 6.6. Sifat
daya regang (tensile) pengikat baja

Bentuk Kekuatan Tarik (N/mm2)


Datar, putaran dingin 620 1250
Datar, putaran panas 450 900
Kawat, melingkar 340 590
Kawat, oval 740
Kawat, datar 620 1310

Metoda pengikatan yang lain adalah konstruksi sisi logam. Metoda ini
digunakan dalam merakit peti/kotak dari kayu lapis. Penyisian logam dilakukan
dengan ketebalan yang cukup untuk mendapatkan kemudahan dalam
pembengkokan dan daya lentur pada logam bentuk datar. Penyisian logam

106
biasanya digabungkan dengan paku, paku sumbat/keling yang bercabang dua
atau kawat jepret (staples).
Metoda pengikatan yang keempat adalah pengikatan dengan kawat
(wire-bound). Pada boks kayu, bagian-bagian samping, atas dan bawah
digabung dengan kawat yang ditekuk untuk mendapatkan bentuk kotak yang
kuat, pada kedua ujung kotak dikonstruksikan secara terpisah, penguncian kawat
dilakukan pada setiap sisi samping, atas dan bawah.
3. Pemakuan
Teknik-teknik pemakuan yang digunakan dalam perakitan dan
penutupan merupakan salah satu faktor penting untuk mendapatkan kemasan
dan palet kayu yang ekonomis, tetapi kuat. Jenis paku, ukurannya, pembuatan
spasi dan penempatan paku dalam hubungannya dengan posisi, ketabalan kayu
dan seratnya, berpengaruh besar pada daya tahan kemasan.
Jenis-jenis paku antara lain : paku kotak standard (umum), paku berlapis
resin, paku lapis seng, paku berputar, paku bergalur/bercincin, ulir kayu, paku
jepret dan paku jepret berlapis resin.
Pelapisan paku bertujuan untuk mencegah terjadinya korosi atau
pengkaratan. Jenis-jenis paku tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.8.

Gambar 6.8. Jenis-jenis paku

G. JENIS-JENIS KOTAK KAYU DAN PALET KAYU


1. Kotak Kayu Gergajian
Bentuk kotak kayu gergajian terdiri atas 11 disain kotak, dengan
pemuatan beban terandah sebesar 20- 50 kg sampai dengan pemuatan beban
tertinggi 800 kg yaitu :

107
a. Disain Dasar Kotak
Kapasitas beban 20 50 kg, ukuran dimensi 500 x 300 x 200 mm3 dengan
tebal kayu 8 atau 10 mm serta ketebalan kayu bagian dasar 15 mm.

b. Combed Tenon Box

Sisi-sisi kotak dilekatkan pada masing-masing ujungnya dengan combing


(tenons) dan direkat dengan perekat eksternal. Kapasitas beban 20 100 kg,
ukuran dimensi 600 x 400 x 300 mm3 dengan tebal kayu 15 20 mm.

c. Internally Battened Box


Model kotak ini merupakan modifikasi dari jenis kotak dasar, tetapi di
dalamnya dilengkapi dengan pengikat (battens) bentuk segitiga atau segi
empat yang dilekatkan pada sudut-sudut bagian dalam kotak. Kapasitas
beban 30 100 kg, ukuran dimensi 600 x 400 x 300 mm3 dengan tebal kayu
10 15 mm, dengan battens 35 x 35 mm2.
d. Battened End Box
Model kotak ini dilengkapi dengan dua pengikat vertikal pada tiap ujung,
tetapi tidak dilengkapi dengan pengikat yang mengelilingi kotak. Kapasitas

108
beban 30 50 kg, ukuran dimensi 1000 x 750 x 750 mm3 dengan tebal kayu
18 23 mm, dengan battens 20 x 60 mm2.
e. Paneled End Box
Model kotak ini dilengkapi dengan pengikat untuk bagian atas dan bawah.
Kapasitas beban 50 400 kg, ukuran dimensi 1000 x 750 x 750 mm3
dengan tebal kayu 18 23 mm, dengan battens 20 x 60 mm2.
f. Battened Top/Base Case
Model kotak ini dilengkapi dengan pengikat untuk pada penutup kotak dan
dasar kotak. Kapasitas beban 50 350 kg, ukuran dimensi 1500 x 1000 x
750 mm3 dengan tebal kayu 18 23 mm, dengan ketebalan.battens 90 mm.
g. Girth Battened Case
Model kotak ini dilengkapi dengan dua set pengikat keliling. Kapasitas
beban 100 400 kg, ukuran dimensi 2000 x 1000 x 1000 mm3 dengan tebal
kayu 18 23 mm, dengan ketebalan.battens 90 mm.
h. Girth Battened & Panelled Case
Model kotak ini dilengkapi dengan dua set pengikat keliling dan panel-panel
pada kedua ujung kotak. Kapasitas beban maksimum 500 kg, ukuran
dimensi 2000 x 1000 x 1000 mm3 dengan tebal kayu 18 23 mm, dengan
ketebalan.battens 90 mm.
i. Triple Battened & Panelled Case
Model kotak ini dilengkapi dengan tiga set pengikat keliling dan panel-panel
pada kedua ujung kotak. Kapasitas beban maksimum 700 kg, ukuran
dimensi 2500 x 1200 x 1200 mm3 dengan tebal kayu 21 32 mm, dengan
ketebalan.battens 80 mm.
j. Triple Battened with Recessed Panel Case
Model kotak ini dilengkapi dengan tiga set pengikat keliling dan panel-panel
pada kedua ujung kotak secara vertikal danhorizontal. Kapasitas beban
maksimum 800 kg, ukuran dimensi 2500 x 1200 x 1200 mm3 dengan tebal
kayu 21 32 mm, dengan ketebalan.battens 75 mm.
k. Girth Battened Single Braced Case
Model kotak ini dilengkapi dengan dua set pengikat keliling dan pengikat
diagonal. Kapasitas beban maksimum 450 kg, ukuran dimensi 2000 x 1000
x 1000 mm3 dengan tebal kayu 18 23 mm, dengan ketebalan.battens 90
mm.

109
2. Kotak Kayu Lapis
Penggunaan kotak kayu lapis dalam transportasi barang cukup luas. Ada
beberapa penyebab penting penggunaan kotak kayu lapis lebih luas dibanding
kotak kayu gergajian :
a. Kayu lapis dengan ukuran yang lebih tipis dapat memberikan kekuatan yang
sama dengan kayu gergajian;
b. Kotak lebih kecil (per unit volume) dan lebih ringan;
c. Panel-panel kayu lapis lebih seragam;
d. Daya tahan terhadap retak dari kayu lapis tinggi;
e. Pemakuan dapat dilakukan dengan mudah, tanpa pembengkokan;
f. Kemasan kayu lapis mampu memberikan perlindungan hawa lebih baik
dibanding kemasan kayu gergajian.
Kelemahan penggunaan kayu lapis antara lain, karena ukuran standard
dari setiap lembarnya 2440 x 1224 mm2 atau 2400 x 1200 mm2, maka
mengurangi tingkat fleksibilitas dan lebih banyak menghasilkan bahan sisa yang
tidak terpakai lagi sampai dengan 30 %. Perusahaan-perusahaan kayu yang
mempunyai mesin penyambung kayu lapis dapat mengurangi bahan sisa ini
sampai di bawah 10 %.
Kotak kayu lapis yang paling ringan lebih kuat dari kotak kayu gergajian
model basic box, sedangkan kotak kayu lapis yang terberat mempunyai kekuatan
yang sama dengan kotak kayu gergajian model girth battened case. Kekuatan
kayu lapis bervariasi tergantung pada tipe dan kualitas kayu lapis yang
digunakan, serta pembebanan yang lebih rendah atau lebih tinggi. Kotak bagian
luar biasanya di lem dengan menggunakan perekat tahan air (lem UF), jenis-
jenis kotak kayu lapis antara lain :
a. Basic Plywood Box (30 kg maksimal)
Semua disain mempunyai panel tepi dan sisi, ukuran standar adalah
maksimal 600 x 300 x 300 mm3, tebal kayu lapis 6 mm, pengikat 30 x 15
mm2.
b. Battened Top/Base Case (maksimal 40 kg)
Bila dibutuhkan, penguat dasar dapat ditambah tebalnya lebih besar
dari 80 mm untuk memudahkan pergeseran. Ukuran maksimal : 600 x 300 x
300 mm3, tebal kayu lapis 6 mm, dengan pengikat 35 x 8 mm2.

110
c. Panelled Plywood Case (maksimal 300 kg)
Penggunaan lembaran kayu yang lebih tebal pada kotak ini akan
meningkatkan kekuatan pemakuan di sekeliling kotak sehingga dapat
menampung beban berat 300 kg. Penguat bercabang dapat membantu
mengatasi kekakuan dasar kotak. Ukuran standar adalah maksimal 1200 x
500 x 500 mm3, tebal kayu lapis 6 atau 9 mm, dan pengikat 35 x 18 mm2.
d. Lock Corner Panelled (maksimal 400 kg)
Sudut pengunci memberikan tambahan kekuatan jika dipasangkan
dengan paku dan kayu lapis yang lebih tebal (kayu lapis dari kayu lunak
dengan tebal 9 mm atau kayu lapis dari kayu keras dengan tebal 6 atau 7
mm), sehingga dapat memuat beban sampai 400 kg. Ukuran standar
maksimal 1200 x 500 x 500 mm3, dengan pengikat 50 x 20 mm2.
e. Lock Corner/Compression Battened (maksimal 600 kg)
Penempatan pengikat yang merata dapat meningkatkan kekuatan dan
kekakuan pada pemuatan barang, juga meningkatkan ketahanan beban
terhadap sangkutan, pegangan atau pengayunan. Ukuran standar maksimal
1200 x 600 x 600 mm3, tebal 9 mm dengan pengikat 50 x 20 mm2.

3. Kotak Berbingkai (Large Frame Cases)


Metoda konstruksi kotak ini dipusatkan pada dasar yang dirancang secara
sangat kuat dan berat, dengan kapasitas beban sampai 750 kg. Terdapat dua tipe
basis dari dasar kotak kayu berbingkai yaitu tipe penyangga (skid type) dan tipe
jendela (sill type).

4. Peti Krat (Crates)


Krat kayu adalah rancangan bingkai yang digunakan sebagai pengemas
selama pengangkutan barang-barang. Rancangan bingkai tersebut tidak
membutuhkan suatu pelindung ketat seperti halnya box , case atau kotak berbingkai
besar. Krat kayu juga biasanya mempunyai penguat dengan bentuk diagonal
sebagai anti deformasi. Bagian atas dan dasar bisa secara penuh atau sebagian
dilapisi dengan papan.
Faktor-faktor penyebab penggunaan peti krat :
- faktor keselamatan kayu dan pengikat
- faktor keselamatan berat

111
- faktor keselamatan pekerja
- kemudahan pemeriksaan terhadap produk yang dikemas
- jika produk yang dikemas terlihat rapuh maka para pembawa akan secara otomatis
mengangkat peti krat tersebut dengan sangat hati-hati.
Pada peti krat kecil yang sebanding dengan katagori kotak kayu gergajian,
dapat diterapkan prinsip-prinsip penguncian sudut, pengikat keliling dan lain-
lainnya. Sistem krat dapat diterapkan pada kotak berbingkai besar, dilengkapi
dengan bagian-bagian yang tahan air dan kuat, sehingga kemasan menjadi lebih
tepat guna mempermudah pemeriksaan produk yang dikemas.
Aspek rasio dari peti krat dan case sangat penting, rasio ini dapat membantu
dalam keselamatan penumpukan dan kerja disain. Aspek rasio itu sendiri adalah
suatu rasio numeris antara tinggi kotak dibagi dengan panjangnya. Aspek rasio
untuk krat dengan barang berat adalah 1 : 2 (maksimum) terutama bila diinginkan
perlindungan dari barang dan kotak terhadap kerusakan lengkung/ bengkok.

5. Kotak Berkawat (Wirebound boxes and cases)


Kotak berkawat yaitu suatu peti kayu dimana lembaran sisi-sisi samping,
atas dan dasar digunakan oleh beberapa tali kawat dan diikat dalam suatu
rancangan kerja penguncian. Kedua ujung dari kotak dikonstruksikan secara
terpisah, lalu kedua ujung tersebut dikuatkan dengan cara penguncian sehingga
membentuk suatu unit boks yang lengkap.
Prinsip dasar dari disain kotak ini adalah penggunaan kawat, paku kayu dan
papan-papan yang relatif tipis dalam rangka mencapai kekuatan pemakuan dari
kotak kayu. Kekuatan kotak kayu ditentukan oleh ukuran paku dalam bingkai,
ketebalan papan dan jumlah, diameter serta metoda penguncian dari pengikat
kawat.
Terdapat dua tipe kotak berkawat ukuran kecil bila dihubungkan dengan
metoda pemasangan ujung-ujung kotak dan metoda pemasangan atau penyusunan
yaitu kotak kawat tipe I dengan ciri terdapat beberapa tali kawat penutup dan ujung
kotak serta kotak kawat tipe II dengan ciri terdapat penstepleran pada posisi ujung.
Keuntungan tipe I adalah kemudahan dalam perakitan dengan
menggunakan papan datar dan kemudahan dalam melipat dan membongkar setelah
penggunaan. Sedangkan tipe II adalah dilindungi khusus pada ujung bingkai

112
utamanya oleh kawat stepler, pengunci atau paku dan bersifat lebih kaku dibanding
tipe I.

Kotak berkawat dapat dipisahkan dalam empat klasifikasi, yaitu :


a. Kotak berkawat (Wirebround boxes dan cases)
b. Peti krat berkawat
c. Palet dasar kotak berkawat
d. Palet dasar peti berkawat
Untuk semua jenis klasifikasi berlaku ketentuan bahwa pengikat kawat
harus mempunyai jarak yang seragam dan setiap stepler harus menahan
sambung-an kawat dengan kuat sampai menembus papan kayu atau paku kayu.

6. Kotak Dengan Sisi Logam (Metal Edge Boxes and Cases)


Ciri dari kotak dengan sisi logam ini adalah penggunaan pemancang
logam pada sisi/pinggir kotak, disamping pemakuan pengikat kayu lunak untuk
membentuk suatu badan panel. Terdapat dua tipe kotak sisi logam yaitu :
a. kotak kaku yang dapat dirakit kembali dan yang tidak dapat dirakit kembali;
b. kotak lipat yang dapat dirakit kembali dan yang tidak dapat dirakit kembali.
Kotak yang dihasilkan dari papan datar yang mudah roboh atau mudah
dilipat mempunyai badan-badan panel yang digabungkan dengan sisi logam
fleksibel. Logam fleksibel tersebut dipancangkan pada panel dengan paku
bercabang dua. Pengikat kayu lunak dapat dipancangkan sepanjang sisi-sisi dan
ujung dari permukaan lembaran kayu lapis dan dasar. Kotak sisi logam tipe ini
dapat digambarkan seperti pada Gambar 6.9 di bawah ini.

Gambar 6.9. Konstruksi kotak sisi logam yang dilipat

113
Kotak rigid atau kotak kaku mempunyai badan-badan panel yang
digabungkan sepanjang seluruh sudut luarnya oleh sisi/pinggiran logam dan
dipancangkan dengan paku bercabang dua. Garis-garis logam pipih dapat
dipancangkan dalam cara yang sama sepanjang sisi atas dengan tujuan untuk
menerima dan menahan lembaran. Lembaran bisa juga dilengkapi dengan
pengikat yang dipancangkan sepanjang tiap sisi dan ujung (Gambar 6.10).

Gambar 6.10. Konstruksi kotak sisi logam yang rigid


Lembaran dan dasar akan membentuk badan kotak dengan menggunakan
stapler (manual maupun dengan mesin/pneumatic gun), dengan paku penguat
atau kait pada bingkai peregang (tenter hooks).
Model dasar kotak sama dengan variasi tutup kotak yang telah
diperlihatkan sebelumnya. Dapat dibentuk dengan tali pengencang dan
konstruksi model palet yang dilengkapi dengan mata garu untuk penanganan
mekanis.
Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk kotak sisi logam ini adalah
kayu lapis dari kayu keras (hard wood) dengan ketebalan antara 3 sampai 6 mm,
atau kayu lapis dari kayu lunak (softwood) yang tebalnya diatas 8 mm. Jenis
waferboards dan hardwood juga dapat digunakan. Bahan lainnya adalah
pengikat dari kayu lunak atau kayu keras.
Bahan sisi logam untuk tingkat komersial dan bermutu bagus adalah
lempengan besi berlapis timah (tinplate) dan dua sisi logam dilipat dengan
ketebalan lebih besar atau sama dengan 3 mm atau dibengkokkan. Engsel yang
digunakan harus tipis untuk memudahkan pelenturan kotak, kekosongan antara
2 benda (clearance) juga harus dipertimbangkan untuk pelipatan mendatar.
Pemancang yang dipakai adalah pemancang baja bercabang dengan
ukuran diameter 4 mm. Jenis ini biasa digunakan dan bermutu bagus, karena

114
bersifat tahan karat. Paku ini dipancangkan pada semua sudut dimana logam
dilekatkan atau digabungkan.

7. Palet Kayu
Palet kayu yang dilengkapi dengan alat pendorong (forklift truck) dan
dioperasikan oleh seorang pekerja, banyak ditemukan pada proses pergerakan
barang dari :
- satu departemen ke departemen lain dalam satu perusahaan
- dari pembuat/produsen ke konsumen final, biasanya sebagai unit beban
Secara umum palet dibagi dalam dua kelompok, yaitu palet yang bersifat
tidak dapat dipergunakan kembali atau palet untuk satu kali perjalanan
(Expendable pallets) seperti terlihat pada Gambar 6.11, dan palet yang bersifat
permanen atau palet untuk beberapa kali perjalanan.

Gambar 6.11. Palet sekali pakai ( Expendable pallets)

Kekuatan marjinal pada palet sekali pakai seringkali lemah dengan


resiko kehilangan dan bahaya bagi personal dalam penanganan yang cukup
tinggi, oleh karena itu jenis palet tersebut kurang begitu populer.
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa palet permanen bisa tahan
sampai 15 bulan. Tipe-tipe palet dapat dilihat pada Gambar 6.12, terminologi
yang digunakan berdasarkan ISO (International Standards Organization).

115
1
4

2
5

Keterangan :
1-4 : Palet datar dan tidak dapat dibalik 5 : Palet datar dan dapat dibalik
1. Dua jalan masuk bagi alat pendorong 4. Empat jalan masuk latar tunggal

2. Dua jalan masuk bagi alat pendorong 5. Dua jalan masuk bagi alat pendo-
latar ganda rong

3. Empat jalan masuk parsial (luas latar


dasar telah dimodifikasi)

Gambar 6.12. Beberapa tipe palet

116

Anda mungkin juga menyukai