narkotika pada akhirnya akan bermuara pada persoalan bagaimana hakim dalam
sangat menentukan apakah putusan seorang hakim dianggap adil atau menentukan
sebagai bahan analisis tentang orientasi yang dimiliki hakim dalam menjatuhkan
putusan juga sangat penting untuk melihat bagaimana putusan yang dijatuhkan itu
relevan dengan tujuan pemidanaan yang telah ditentukan. Secara umum dapat
44
Kusno Adi, Op. Cit., hlm. 90.
dikatakan, bahwa putusan hakim yang tidak didasarkan pada orientasi yang benar,
dalam arti tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan yang telah ditentukan, justru akan
berdampak negatif terhadap proses penanggulangan kejahatan itu sendiri dan tidak
pengamatan dari 5 (Lima) putusan yang berasal dari Pengadilan Negeri Medan,
hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana narkotika cenderung
yudiris.
1. Pertimbangan yuridis
didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh undang-
undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan.
b. Tuntutan pidana.
c. Keterangan saksi.
d. Keterangan terdakwa.
e. Barang-barang bukti.
45
Ibid.
46
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4748/1/09E01948.pdf, diakses Rabu, 12
September 2012.
f. Pasal-pasal dalam Undang-Undang Narkotika.
Dakwaan adalah surat atau akte yang memuat rumusan tindak pidana yang
didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemerikasaan
penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan
KUHAP). Dalam menyusun sebuah surat dakwaan, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah syarat-syarat formil dan materilnya. 48 Dakwaan berisi identitas terdakwa juga
memuat uraian tindak pidana serta waktu dilakukannya tindak pidana dan memuat
pasal yang dilanggar (Pasal 143 ayat (2) KUHAP). Perumusan dakwaan didasarkan
47
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 65.
48
Syarat Formil telah diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yang diantaranya terdiri dari:
a. Nama lengkap, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan tersangka.
b. Uraian secara cermat jelas dan lengkap mengenai Tindak Pidana yang didakwakan
dengan waktu dan tempat Tindak Pidana dilakukan.
Sedangkan untuk syarat materil diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, yang menyebutkan surat dakwaan agar:
a. Disusun secara cermat didasarkan kepada ketentuan pidana terkait, tanpa adanya
kekurangan / kekeliruan yang menyebabkan surat dakwaan batal demi hukum atau
dapat dibatalkan / dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijk verklaard).
b. Jelas, didasarkan pada uraian yang jelas dan mudah dimengerti dengan cara
menyusun redaksi yang mempertemukan fakta-fakta perbuatan terdakwa dengan
unsur tindak pidana yang didakwakan.
c. Disusun secara lengkap, berdasarkan uraian yang bulat dan utuh yang mampu
menggambarkan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan beserta waktu dan
tempat tindak pidana itu dilakukan, diantaranya:
1. Merumuskan lebih dahulu unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan yang
kemudian disusul dengan uraian-uraian fakta-fakta perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana tersebut.
2. Dirumuskan unsur-unsur tindak pidana dan fakta-fakta perbuatan secara langsung
dan bertautan satu sama lain sehingga tergambar bahwa semua unsur tindak
pidana tersebut terpenuhi oleh fakta perbuatan terdakwa.
dari hasil pemeriksaan pendahuluan yang dapat disusun tunggal, kumulatif, alternatif
maupun subsidair. 49 Dakwaan disusun secara tunggal apabila seseorang atau lebih
mungkin melakukan satu perbuatan saja, misalnya hanya sebagai pemakai. Namun,
kalau lebih dari satu perbuatan misalnya ketika tertangkap memakai narkotika
ditemukan pula senjata api dalam hal ini dakwaan disusun secara kumulatif. Oleh
karena itu dalam penyusunan dakwaan ini disusun sebagai dakwaan kesatu, kedua,
umum ragu untuk menentukan peraturan hukum pidana yang akan diterapkan atas
suatu perbuatan yang menurut pertimbangannya telah terbukti, surat dakwaan yang
pidana. Biasanya dalam surat dakwaan ada kata atau. 50 Surat dakwaan subsideritas
ialah surat dakwaan yang terdiri atas atau beberapa pasal dakwaan atau berjenjang-
jenjang berurutan mulai dari ancaman hukuman terberat sampai kepada tindak pidana
pengganti (Whit the alternative of) dengan maksud dakwaan subsidair menggantikan
yang primair itu tidak terbukti dipersidangan pengadilan. Jadi, jika dalam suatu
49
Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), hal. 125.
50
http://anggara.org/2007/12/24/beragam-bentuk-surat-dakwaan/, diakses Rabu, 12 September
2012.
dakwaan terdapat hanya 2 (dua) saja pasal yang didakwakan, maka yang pertama
Lima Putusan Pengadilan Negeri Medan yang diteliti dalam penulisan tesis
jenis-jenis tindakan yang dituntut oleh jaksa penuntut umum untuk dijatuhkan oleh
tindak pidana yang mana, jaksa penuntut umum telah mengajukan tuntutan pidana
tersebut di atas. 52
persidangan, yang disesuaikan pula dengan bentuk dakwaan yang digunakan oleh
jaksa penuntut umum. 53 sebelum sampai pada tuntutannya didalam requisitoir itu
biasanya penuntut umum menjelaskan satu demi satu tentang unsur-unsur tindak
51
Nikolas Simanjuntak, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, (Ghalia, Jakarta,2009),
hal. 142.
52
Tambah Sembiring, Proses Pemeriksaan Perkara Pidana Di Pengadilan Negeri, (Medan:
USU Press, 1993), hlm. 59.
53
elib.unikom.ac.id/download.php?id=142865, diakses Selasa, 16 Oktober 2012.
pidana yang ia dakwakan kepada terdakwa, dengan memberikan alasan tentang
anggapannya tersebut. 54
keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
merupakan keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu. 55 Keterangan saksi merupakan alat bukti seperti yang diatur
dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP huruf a. Sepanjang keterangan itu mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri ia lihat sendiri dan alami sendiri, dan harus
yang disampaikan di muka sidang pengadilan yang merupakan hasil pemikiran saja
atau hasil rekaan yang diperoleh dari kesaksian orang lain tidak dapat dinilai sebagai
alat bukti yang sah. Kesaksian semacam ini dalam hukum acara pidana disebut
terjadi di persidangan. Oleh karena itu hakim harus cermat jangan sampai kesaksian
demikian itu menjadi pertimbangan dalam putusannya. Untuk itu sedini mungkin
saksi bahwa apakah yang dia terangkan itu merupakan suatu peristiwa pidana yang
dia dengar, dia lihat dan dia alami sendiri. Apabila ternyata yang diterangkan itu
54
Tambah sembiring, Op. Cit., hlm. 60.
55
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoretis, Praktik, Dan Permasalahannya,
(Bandung: PT. Alumni, 2007), hlm. 169.
56
SM. Amin, Hukum acara pengadilan negeri : pelajaran untuk mahasiswa pedoman untuk
pengacara dan hakim, (Jakarta: Pradnya Paramita,1976), hal. 75.
suatu peristiwa pidana yang tidak dia lihat, tidak dia dengar, dan tidak di alaminya
dipertimbangkan hakim dalam putusannya. Dari lima putusan hakim yang diteliti
digolongkan sebagai alat bukti. Keterangan terdakwa adalah apa yang dinyatakan
terdakwa di sidang tentang perbuatan yang dia lakukan atau yang dia ketahui sendiri
atau yang dia alami sendiri, ini diatur dalam Pasal 189 KUHAP. 57 Dalam praktek
keterangan terdakwa sering dinyatakan dalam bentuk pengakuan dan penolakan, baik
yang disampaikan oleh para saksi. Keterangan terdakwa juga merupakan jawaban
atas pertanyaan baik yang diajukan oleh penuntut umum, hakim maupun penasehat
hukum. Keterangan terdakwa dapat meliputi keterangan yang berupa penolakan dan
keterangan yang berupa pengakuan atas semua yang didakwakan kepadanya. Dengan
57
Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, (Malang: UMM Press, 2008), hlm. 25.
58
Agustina Wati Nainggolan, Op. Cit., hlm. 78.
Ad.e. Barang-barang Bukti
melakukan suatu tindak pidana atau barang sebagai hasil dari suatu tindak pidana. 59
barang-barang ini disita oleh penyidik untuk dijadikan sebagai bukti dalam sidang
pengadilan. Barang yang digunakan sebagai bukti yang diajukan dalam sidang
dapat dikenakan penyitaan dan yang diajukan oleh penuntut umum di persidangan
yang meliputi: 61
1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
atau diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.
2. Benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkan tindak pidana.
3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.
4. Benda khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana.
5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana.
Barang-barang bukti yang dimaksud di atas tidak termasuk dalam alat bukti
karena menurut KUHAP menetapkan hanya lima macam alat bukti yaitu keterangan
saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Walaupun barang
bukti bukan sebagai alat bukti namun penuntut umum menyebutkan barang bukti itu
pemeriksaan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi bahkan bila perlu hakim
59
Ansori Sabuan, dkk, Hukum Acara Pidana, (Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 182.
60
Jur Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 20.
61
Lihat Pasal 39 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
membuktikannya dengan membacakannya atau memperlihatkan surat atau berita
acara kepada terdakwa atau saksi dan selanjutnya minta keterangan seperlunya
keyakinan hakim dalam menilai benar tidaknya perbuatan yang didakwakan kepada
terdakwa dan sudah barang tentu hakim akan lebih yakin apabila barang bukti itu
untuk menjatuhkan pidana kepada terdakwa. Pasal-pasal ini bermula dan terlihat
dalam surat dakwaan yang diformulasikan oleh penuntut umum sebagai ketentuan
terdakwa. 63Penuntut umum dan hakim berusaha untuk membuktikan dan memeriksa
melalui alat-alat bukti tentang apakah perbuatan terdakwa telah atau tidak memenuhi
ternyata perbuatan terdakwa memenuhi unsur-unsur dari setiap pasal yang dilanggar,
62
Lihat Pasal 181 ayat (13) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
63
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4748/1/09E01948.pdf, diakses Rabu, 12
September 2012.
64
Ibid.
Menurut Pasal 197 huruf e KUHAP salah satu yang harus dimuat dalam
dasar pemidanaan. Pasal-pasal yang didakwakan oleh penuntut umum menjadi dasar
diteliti dalam penulisan tesis ini, memuat pertimbangan tentang pasal-pasal dalam
undang-undang narkotika yang dilanggar oleh terdakwa. Tidak ada satu putusanpun
yang mengabaikannya. Hal ini dikarenakan pada setiap dakwaan penuntut umum,
pasti menyebutkan pasal-pasal yang dilanggar oleh terdakwa, yang berarti fakta
putusan membuat pertimbangan yang bersifat non yuridis. Pertimbangan yuridis saja
tidaklah cukup untuk menentukan nilai keadilan dalam pemidanaan anak dibawah
umur, tanpa ditopang dengan pertimbangan non yuridis yang bersifat sosiologis,
dibutuhkan oleh karena itu, masalah tanggung jawab hukum yang dilakukan oleh
anak dibawah umur tidaklah cukup kalau hanya didasarkan pada segi normatif, visi
kerugiannya saja, tetapi faktor intern dan ekstern anak yang melatarbelakangi anak
dalam melakukan kenakalan atau kejahatan juga harus ikut dipertimbangkan secara
arif oleh hakim yang mengadili anak. Aspek sosiologis berguna untuk mengkaji latar
65
Bunadi Hidayat, Pemidanaan Anak Di Bawah Umur, (Bandung: PT. Alumni, 2009), hlm.
93.
belakang social mengapa seorang anak melakukan suatu tindak pidana, aspek
psikologis berguna untuk mengkaji kondisi psikologis anak pada saat anak
melakukan suatu tindak pidana dan setelah menjalani pidana sedangkan aspek
pidana dan bagaimana sikap serta prilaku anak yang melakukan tindak pidana,
dengan demikian hakim diharapkan dapat memberikan putusan yang adil sesuai
diukur secara eksak dan diselesaikan secara zakelijk. Untuk itu, sebagai profil hukum
pidana anak yang arif harus mampu mengadakan pendekatan sosial (sosiological
approach) yang sesuai terhadap anak yang telah melakukan tindak pidana untuk
masyarakat. Langkah ini perlu diambil agar hakim dapat membuat keputusan yang
sesuai, tidak merugikan perkembangan jiwa dan masa depan anak. 67 Jika hakim
menyebabkan kerugian terhadap kehidupan anak, 68 tetapi juga tindakan hakim itu
66
http://aweygaul.wordpress.com/2012/06/10/efektifitas-pidana-penjara-bagi-pelaku-tindak-
pidana-anak/, diakses Sabtu, 30 Juni 2012.
67
Bunadi Hidayat, Op.Cit., hlm. 94.
68
Hakim dalam memberikan pertimbangan terhadap anak, berupa pertimbangan yuridis saja
berarti hakim hanya memandang dari segi normatif saja. Satjipto Rahardjo dalam sebuah diskusi
mengemukakan bahwa, hakim tidak boleh hanya berlindung di belakang undang-undang, ia harus
tampil dalam totalitas termasuk dengan nurani. Hukum, undang-undang hanya kertas dengan tulisan
umum dan abstrak. Di tangan para hakim, ia menjadi keadilan yang hidup. Pemidanaan terhadap anak
dapat disebut sebagai stigmatic maker's decision for children (pembuat stigma
pidananya dan menjalani putusan tersebut, anak harus didampingi oleh petugas sosial
yang membuat Case Study tentang anak dalam sidang. Pembuatan laporan sosial yang
dilakukan oleh sosial worker ini merupakan yang terpenting dalam sidang anak, yang
sudah berjalan ialah pembuatan Case Study oleh petugas Bimbingan Kemasyarakatan
bertugas:
perkara anak nakal, baik didalam maupun di luar siding anak dengan
denda diserahkan kepada Negara dan harus mengikuti latihan kerja atau
tidak cukup didasarkan pada pertimbangan yuridis, tetapi lebih bijaksana apabila didasarkan pada
pertimbangan non yuridis, seperti pertumbuhan fisik, mental dan spiritual anak.
69
Op.Cit.
70
Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), hlm.45.
Adapun yang tercantum dalam case study ialah gambaran keadaan si anak,
berupa: 71
a. Masalah sosialnya;
b. Kepribadiannya;
c. Latar belakang kehidupannya, misalnya:
1) Riwayat sejak kecil;
2) Pergaulannya diluar dan di dalam rumah;
3) Keadaan rumah tangga si anak;
4) Hubungan antara bapak, ibu dan si anak;
5) Latar belakang saat dilakukannya tindak pidana tersebut.
pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara anak. Dalam Pasal 59 ayat (2)
tersebut karena dalam menetukan sanksi yang akan dijatuhkan kepada anak nakal,
hakim mempunyai pilihan antara lain menjatuhkan sanksi (Pasal 23) atau mengambil
kepada anak adalah untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk anak. Anak yang
berkonflik dengan hukum secara sosiologis tidak dapat dinyatakan salah sendiri
71
Ibid, hlm. 46.
karena ia belum menyadari akibat dari tindakannya dan belum dapat memilih mana
tindakan yang baik dan mana tindakan yang tidak baik bagi dirinya maupun bagi
orang lain. 72
dan lemahnya pengendalian sosial terhadap anak. Oleh karena itu keputusan hakim
dalam perkara anak harus mempertimbangkan keadaan anak yang sesungguhnya atau
realitas sosial anak tersebut, bukan hanya melihat aspek pidananya saja. 73
pada laporan penelitian tersebut, hanya merupakan bahan pertimbangan bagi Hakim
dalam mengambil keputusan lebih terfokus pada hasil pemeriksaan di depan sidang
pengadilan. Akan tetapi, pada Pasal 60 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak menjelaskan bahwa hakim wajib
72
http://bangopick.wordpress.com/2008/02/09/peranan-bapas-dalam-perkara-anak/, diakses
Sabtu, 11 Agustus 2012.
73
Ibid.
kemasyarakatan tidak dipertimbangan dalam putusan hakim, putusan batal demi
hukum. 74
tindakan yang tidak memisahkan anak dari orangtuanya, atas pertimbangan bahwa
rumah yang jelek lebih baik dari Lembaga Pemasyarakatan Anak yang baik (a bad
dan mengetahui segala latar belakang anak sebelum sidang dilakukan. Dalam
penderitaan batin seumur hidup atau dendam pada anak, atas kesadaran bahwa
di Pengadilan Negeri Medan yang dilakukan oleh hakim memuat hal-hal yang
memberatkan dan meringankan. Hal ini memang sudah ditentukan dalam Pasal 197
ayat (1) KUHAP yang menyebutkan putusan pemidanaan memuat keadaan yang
74
Lihat Pasal 60 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak.
75
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak
di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm.120.
KUHP hanya mengatur hal-hal yang dijadikan alasan memberatkan pidana,
yaitu sedang memangku suatu jabatan (Pasal 52 KUHP), recidive atau pengulangan,
1) Jabatan
tindakan pidana, melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya atau pada waktu
pada keadaan jabatan dari kualitas si pembuat (pejabat atau pegawai negeri)
2) Pengulangan (Recidive)
Pengulangan tindak pidana dalam KUHP tidak diatur secara umum dalam
Aturan Umum Buku I, tetapi diatur secara khusus untuk sekelompok tindak pidana
tertentu baik yang berupa kejahatan didalam Buku II maupun yang berupa
pelanggaran didalam Buku III. Disamping itu KUHP juga mensyaratkan tenggang
perbuatan-perbuatannya itu telah dijatuhi pidana bahkan telah sering dijatuhi pidana
disebut recidivist. Istilah residive itu menunjuk kepada orang yang melakukan
77
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26173/3/Chapter%20II.pdf, diakses 24
Februari 2012.
78
http://www.blogger.com/feeds/5318635580496833874/posts/default, diakses 24 Februari
2012.
Menurut doktrin yang menganut ajaran recidive dilihat dari sudut sifat
3) Penggabungan (Concursus)
atau samenloop. Samenloop adalah satu orang melakukan satu perbuatan pidana. satu
satu orang melakukan beberapa perbuatan kejahatan dan atau pelanggaran dan
bbeberapa delik itu belum dijatuhi hukuman dan keputusan hakim dan beberapa delik
itu akan diadili sekaligus. Titel 6 Buku I mengatur tentang gabungan atau samenloop
atau keebalikan dari deelneming (turut serta). gabungan (samenloop) adalah orang
menjatuhkan pidana dari lima putusan yang diteliti dalam penulisan tesis ini.
79
Marlina, Op.Cit., hlm. 150.
80
E. Utrecht, Hukum Pidana II, (Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1994), hlm. 137.
1) Meresahkan mayarakat
1 (satu) dari 5 (lima) putusan yang diteliti dalam penulisan tesis ini memuat hal
1.101/Pid.B/2011.
81
J. E. Sahetapy, Ancaman Pidana Mati Terhadap Pembunuhan Berencana, (Malang: Setara
Press, 2009), hlm. 302.
4) Terdakwa tidak terbukti ikut usaha percobaan beberapa oknum yang akan
dengan kekerasan melarikan diri dari penjara.
5) Terdakwa belum pernah dihukum tersangkut perkara kriminal.
Pada 5 (lima) putusan hakim terhadap anak pelaku tindak pidana pengguna
2) Menyesali perbuatannya.
3) Mengakui perbuatannya.
4) Usia Muda.
1. Putusan Pengadilan
III Alin Mukdin Mekis terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
diri sendiri secara bersama-sama melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a
dan Terdakwa III Alin Mukdin Mekis dengan pidana penjara masing-
dalam tahanan.
daun biji dan batang diduga ganja dan 1 (satu) batang puntungan rokok
Ten Mild berlapis kertas tiktak diduga bercampur ganja seberat 1,10
dan Terdakwa III Alin Mukdin Mekis membayar biaya perkara sebesar
a) Zulkarnain.
b) Roto Agustono.
c) Roky Sirait.
pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita Acara yang dibuat oleh
Penyidik;
dari Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
putusan ini.
10) Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan oleh Jaksa
11) Menimbang, bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka
memberantas narkotika.
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 ayat (1) huruf
surat dakwaan tanggal 14 Juli 2010 No. Reg. Perkara : PDM: 1124/
a) Suherman.
b) Heryadi.
pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita Acara yang dibuat oleh
Penyidik;
atas perbuatan yang dilakukan, karena itu terdakwa harus dijatuhi pidana;
9) Menimbang, bahwa karena terdakwa berada dalam tahanan, maka masa
10) Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan oleh Jaksa
11) Menimbang bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka
menyesalinya.
a) F. Sitanggang.
b) M. Yahya.
c) Azmi Kurnia.
d) A. Butar-Butar.
pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita Acara yang dibuat oleh
Penyidik;
dari Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
atas perbuatan yang dilakukan, karena itu terdakwa harus dijatuhi pidana;
10) Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan oleh Jaksa
11) Menimbang bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka
mempersulit persidangan.
13) Menimbang, bahwa dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang
KUHP.
tahun.
dimusnahkan.
pokoknya memohon:
dakwaan Penuntut Umum pada tanggal 23 Maret 2011 No. Reg. Perkara :
KESATU:
didalam tahun 2011 bertempat dijalan Mesjid Taufik Medan atau setidak-
narkotika sebagaimana dimaksud dalam Padal 111 dan tanpa hak atau
Pada hari jumat tanggal 11 Februari 2011 sekira pukul 13.00 Wib
Bandar kecil ganja) lalu membeli ganja sebanyak 2 amp atau bungkus
kecil dengan seharga Rp.13.000,- (tiga belas ribu rupiah) di Jl. Mesjid
lalu 3 orang lelaki petugas polisi berpakaian preman turun dari mobil
terdiri dari daun, batang dan biji seberat 1,92 (satu koma Sembilan dua),
kemudian ketiga petugas piolisi tersebut menangkap terdakwa-terdakwa
dengan berat bruto 1,92 (satu koma Sembilan dua) gram, kemudian
menerangkan bahwa barang bukti ganja dengan berat 1,92 (satu koma
melanggar Pasal 111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang.
ATAU
KEDUA:
didalam tahun 2011 bertempat dijalan Mesjid Taufik Medan atau setidak-
Sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar Pasal 127 ayat (1)
sebagai berikut:
a) Saksi Sudarso
pukul 15.00 Wib, tepat hari jumat di Jalan Taufik, Gang Saudara.
(5)Bahwa terdakwa membeli ganja itu untuk diisap, dan uang Rudi
bungkus.
6) Menimbang bahwa terdakwa memberikan keterangan pada pokonya:
13.000,-.
menghisap ganja.
b) Agung Prabowo
2011, sekitar pukul 15.00 Wib, bertempat di Jalan Mesjid Taufik, Kec.
Nainggolan,
ganja.
berupa:
Cannabinoid.
c) 2 (dua) bungkus kecil ganja dengan berat 1,4 (satu koma empat) gram.
8) Menimbang, bahwa selanjutnya akan mempertimbangkan mengenai fakta
alternatif, pertama melanggar 111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-
terdakwa memenuhi unsur dakwaan alternatif kedua oleh karena itu akan
tersebut.
11) Menimbang bahwa unsur-unsur Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-
Bahwa yang dimaksud dengan unsur setiap penyalah guna adalah orang
kemampuan mempunyai fisik dan psikis yang sehat, tidak terbukti adanya
narkotika jenis ganja 2 (dua) linting seberat 1,92 (satu koma Sembilan
puluh dua) seharga Rp.13.000,- (tiga belas ribu rupiah). Bahwa tujuannya
Toner Siahaan dan Hv. Nababan yang merupakan petugas polisi dari
15) Menimbang, bahwa tidak ada maksud hakim untuk mengadili dan
anak-anak i.c para terdakwa, oleh karena itu hakim sangat apresiatif
kehidupan bermasyarakat.
17) Menimbang bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka
mengulanginya.
Menginagat
c) Menyatakan Barang bukti berupa 1 (satu) buah plastik obat kecil yang
berisi shabu-shabu dengan berat 0,2 (nol koma dua) dan 1 (satu) buah
dimusnahkan.
tersebut;
hendak dijatuhkan.
majelis berpendapat:
pidana dan tidak ada alasan pembenar atau pemaaf, maka berdasarkan
10) Menimbang bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa pada lima kasus dalam
penelitian tesis ini disusun secara alternatif. Surat dakwaan alternatif ialah surat
sehubungan dengan tindak pidana. Biasanya dalam surat dakwaan ada kata atau.
Dalam menyusun sebuah surat dakwaan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah
Jaksa Penuntut umum dalam kasus tindak pidana narkotika yang dilakukan
oleh terdakwa pada lima kasus yang diteliti ini memenuhi persyaratan, dimana
rumusan syarat formil telah terpenuhi dan rumusan syarat materil juga telah disusun
dan menguraikan secara cermat dan jelas tentang uraian peristiwa pidana yang telah
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a undang-undang Nomor 35
1. Barang siapa
(tidak termasuk kategori pasal 44 KUHP), yakni barang siapa mengerjakan suatu
kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal tidak boleh dihukum.
Terdakwa pada 5 (lima) kasus yang menjadi penelitian dalam penulisan tesis ini
(ganja) dan bukan tanaman (shabu-shabu). Hal ini dikuatkan dengan keterangan saksi
dan keterangan terdakwa sendiri, serta ditempat kejadian ditemukan barang bukti
unsur tanpa hak atau melawan hukum, yang akan diawali dengan pembahasan
mengenai pengertian tanpa hak dan melawan hukum. Dalam ajaran ilmu hukum
Tanpa hak pada umumnya merupakan bagian dari melawan hukum yaitu
atau asas-asas hukum umum dari hukum tidak tertulis. Lebih khusus yang dimaksud
dengan tanpa hak dalam kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika adalah tanpa izin dan atau persetujuan dari pihak yang berwenang
untuk itu, yaitu Menteri atas rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
Walaupun tanpa hak pada umumnya merupakan bagian dari melawan hukum
namun sebagaimana simpulan di atas yang dimaksud tanpa hak dalam kaitannya
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 adalah tanpa izin dan atau
persetujuan dari Menteri yang berarti elemen tanpa hak dalam unsur ini bersifat
melawan hukum formil sedangkan elemen melawan hukum dapat berarti melawan
saksi-saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti maka unsur Secara tanpa hak dan
82
http://catatansangpengadil.blogspot.com/2010/06/kerangka-pikir-pembuktian-unsur
tanpa.html, diakses 11 Agustus 2012.
83
Ibid.
terpenuhi. Terdakwa pada lima kasus yang menjadi penelitian dalam penulisan tesis
ini tertangkap tangan menggunakan narkotika golongan I baik yang berupa tanaman
(ganja) dan bukan tanaman (shabu-shabu). Hal ini dikuatkan dengan keterangan saksi
dan keterangan terdakwa sendiri, serta ditempat kejadian ditemukan barang bukti
dalam sistem penegakan hukum pidana melalui criminal justice system saat ini belum
ditempatkan secara adil bahkan cenderung terlupakan, hal ini dapat dilihat dari
beberapa vonis hakim yang menjatuhkan pemidanaan kepada korban peredaran gelap
narkotika dimana vonis yang diperintahkan bukan merehabilitasi akan tetapi lebih
menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana pengguna narkotika lebih
mengurai mengenai pertimbangan non yuridis, hal ini dapat dilihat dari hasil
pengguna narkotika. Para pihak terkait antara lain jaksa penuntut umum dan hakim
melalui alat bukti yang cenderung berfokuskan pada pembuktian atas tuduhan jaksa
penuntut umum terhadap terdakwa. Proses peradilan lebih berkutat pada perbuatan
terdakwa memenuhi rumusan pasal hukum pidana yang dilanggar atau tidak. Dalam
proses seperti ini menunjukkan hukum acara pidana sebagai landasan beracara
dengan tujuan untuk mencari kebenaran materiil sebagai kebenaran yang selengkap-
beberapa syarat yang tercantum dalam SEMA Nomor 4 Tahun 2010, walaupun
terdakwa telah menunjukkan Surat Keterangan dan saksi ahli yang menerangkan
surat yang menyatakan bahwa terdakwa adalah seorang pencandu narkotika dalam
harus direhabilitasi.
pidana jika dalam proses persidangan walaupun dia dapat menunjukkan alat bukti
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan hakim sesuai dengan apa yang
disyaratkan oleh SEMA Nomor 4 Tahun 2010, maka dapat dikatakan bahwa
penghukuman pada penyalahgunaan ini masih sesuai dengan teori tujuan pemidanaan
tindakan yang menyebabkan derita bagi si terpidana hanya dianggap sah apabila
terbukti bahwa dijatuhkannya pidana penderitaan itu menimbulkan akibat lebih baik
dari pada tidak dijatuhkannya pidana, khususnya dalam rangka menimbulkan efek
narkotika. Jika terdakwa secara nyata (de facto) adalah seorang pengguna/pecandu
dan dalam persidangan dia dapat memenuhi syarat yang diamanatkan dalam SEMA
Nomor 4 Tahun 2010 tersebut kemudian tetap dijatuhi sanksi pidana, oleh karena itu
tidak akan menyelesaikan masalah. Karena seperti di ketahui bahwa kecanduan tidak
yang sakit maka dia harus di obati. Seharusnya pemerintah bersama penegak hukum
harus lebih arif untuk mengeluarkan sebuah aturan yang jelas dan tegas sehingga
Pada kasus ini yang menjadi terdakwa adalah anak yang masih berada
dibawah umur dimana mereka merupakan korban dari maraknya peredaran narkotika,
84
Marlina, Hkukum Penitensier, Op.Cit., hlm.78
85
M. Sholehuddin, Op.Cit., hlm. 41
dimana seharusnya terdakwa selaku korban dari penyalahgunaan narkotika,
hukuman penjara. Sebagai pemula tindakan rehabilitasi sejak dini akan sangat
mendapat rehabilitasi.