Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ranti Janatul adhni 31114152

Rizka Pratma 31114158


Yusep Yazid Syarifudin 31114170
Kelas : Farmasi 4C

KONTAMINASI BAHAN KIMIA PADA MAKANAN

Pencemaran makanan dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia atau juga


disebabkan oleh factor biologis yang menjadikan makanan tersebut menjadi mediator
masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Makanan yang telah dihinggapi
mikroorganisme tersebut mengalami penguraian sehingga dapat mengurangi nilai gizi
dan kelezatannya bahkan dapat menyebabkan sakit dan kematian bagi yang
mengkonsumsinya. Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan dipengaruhi oleh
faktor intrinsik, ekstrinsik, implisit dan pengolahan.

Makanan terkontaminasi oleh bahan- bahan kimia


Kontaminasi karena bahan kimia sering terjadi karena kelalaian atau
kecelakaan , seperti meleltakkan pestisida dengan bahan makanan, kelalaian dalam
pencucian sayuran atau buah-buahan sehingga sayur atau buah-buahan tersebut masih
mengandung sisa pestisida dan kelalaian memasukkan bahan kimia yang seyogyanya
dipakai untuk kemasan dimasukkan ke dalam makanan. Bahan kimia yang terdapat
dalam bahan makanan dengan kadar yang berlebih akan bersifat toksik bagi manusia.
Beberapa zat yang sering menimbulkan keracunan manusia adalah :
1. Zinc (Zn)
Zn terdapat pada perlatan dapur akan mengalami reduksi bila kontak
dengan bahan makan yang bersifat asam, juga terdapat pada berbagai jenis
bahan makanan, khususnya makanan sumber protein. Oister mengandung Zn
lebih besar dibandingkan makanan lainnya, seperti daging sapi, ayam, buncis,
kacang-kacangan, ikan laut, biji-bijian, telur, kerrang dan sayuran.
Kelebihan seng (Zn) mempengaruhi metabolisme kolestreol, mengubah
nilai lipoprotein dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterokloresis.
Dosis konsumsi seng (Zn) sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan
muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia dan gangguan
reproduksi.

2. Insektisida
Keracunan ini terjadi karena mengkonsumsi makanan yang masih
mengandung residu pestisida, seperti pada sayuran dan buah-buahan yang
sebenarnya pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas
hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian.

3. Antimonium
Antimonium berasal dari perlatan dapur yang dilapisi dengan email kelabu
kemurahan

4. Boraks
Boraks atau formalin sering kali digunakan sebagai pengawet untuk mie,
bakso, tahu, saus tomat, ikan segar, ikan asin, dana yam potong. Dalam tubuh
manusia, kadar formalin yang tinggi akan bereaksi dengan hamper semua zat
dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan mengakibatkan kematian sel
bahkan boraks merupakan contoh bahan toksik yang dapat menyebabkan
kanker.

5. Pewarna kuning nomor 5


Pewarna kuning nomor 5 merupakan bahan toksik penyebab alergi,
terutama bagi orang-orang yang peka terhadap aspirin. Dalam Permenkes RI
Nomor: 722/MenKes/ Per/IX/88 yang telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1168/ MenKes/Per/X/ 1999 disebutkan ada 10 bahan
yang dinayatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang penggunaannya
dalam makanan. Di antara bahan-bahan tersebut adalah asam borat dan
senyawa-senyawanya. Dalam Permenkes RI Nomor: 239/ MenKes/ Per/V/85
disebutkan ada 30 macam zat pewarna yang dinyatakan sebagai bahan
berbahaya dan dilarang digunakan dalam makanan 21. Di antaranya adalah
Rhodamin B dan Methanil Yellow.

6. Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna terlarang yang sering ditemukan pada
makanan, terutama makanan jajanan. Rhodamin B, yaitu zat pewarna berupa
serbuk kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah
larut dalam larutan warna merah terang berfluoresan sebagai bahan pewarna
tekstil atau pakaian. Penggunaan Rhodamin B pada makanan dalam waktu
yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker.
Namun demikian, bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam
waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B.

7. Arsen
Arsen merupakan salah satu elemen yang paling toksik dan merupakan
racun akumulatif. Arsen anorganik bersifat lebih toksik dibandingkkan
dengan arsen organic. Manusia terpapar melalui makanan, air dan
udara.Tanaman lebih mudah menyerap arsen, sehingga memungkinkan arsen
berada dalam pangan pada konsentrasi tinggi dalam bentuk organic dan
anorganik. Arsen anorganik biasanya ditemukan dalam rumput laut dan
pangan lain yang berasal dari laut. Ikan dan seafood mampu mengakumulasi
sejumlah arsen organic yang berasal dari lingkungannya Kandungan arsen
dalam tanaman biasanya ditentukan melalui kandungan arsen dalam tanah, air,
udara dan fertiliser. batas maksimum cemaran arsen dalam produk pangan
adalah 0,25 mg/kg.
Konsentrasi arsen triorganik lebih dari 60.000 g/kg dalam makanan atau
minuman dapat menyebabkan kematian. Konsentrasi arsen anorganik 300
g/kg - 30.000 g/kg dalam makanan atau minuman menyebabkan iritasi
perut dan usus disertai dengan gejala mual, muntah dan diare. Tertelan arsen
menyebabkan penurunan produksi sel darah merah (eritrosit) dan sel darah
putih (leukosit). Konsentrasi 0,010 mg/l dalam air minum dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan sistem sirkulasi serta dapat meningkatkan risiko kanker.

8. Timah (Sn)
Pada makanan yang tidak diolah kandungannya amat sangat rendah.
Ditemukan pada produk makanan kaleng (buah dan sayur, ikan herring), pasta
gigi, timah logam ditemukan pada debu atau asap polusi industri. Makanan
berlemak lebih mudah menyerap timah. Timah dalam pangan diserap oleh
usus halus kurang dari 5 %, sebagian dibuang melalui urin dan keringat.
Timah disebut sebagai mildly toxic mineral. Timah menurunkan absorpsi
kalsium, seng dan menurunkan aktivitas enzim alkalin fosfatase.
Konsumsi timah dalam pangan yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi
saluran pencernaan yang ditandai dengan gejala muntah, diare, kelelahan dan
sakit kepala. Pada dosis akut dapat menyebabkan anoreksia, ataxia dan
kelemahan otot, serta pembengkakan usus halus hingga kematian. Konsentrasi
timah antara 150 g/g - 250 g/g di dalam makanan kalengan dapat
mengakibatkan perlukaan lambung secara akut. Batas maksimum cemaran
timah :
a. 250 mg/kg untuk produk pangan yang diolah dengan proses panas dan
dikemas dalam kaleng.
b. 40 mg/kg untuk produk pangan selain yang dimaksud 4.6.5

Anda mungkin juga menyukai