MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi matakuliah K3l Laboratorium Dan Industri
Disusun Oleh:
Exwan Rahmawan (141910101010)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LABORATORIUM KIMIA
Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan perhatian khusus ,
karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang mengkawatirkan
yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian
di laboratorium.
Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan eksprimen
dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi
terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau
kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan
cara membina dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.
Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak berlebihan) dan
relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara
penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan
kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.
1
Gambar 1. Simbol-simbol bahaya
Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal hal sebagai berikut :
1. Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan.
2. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan kimia, alat
alat dan cara pemakaiannya.
3. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan pertolongan
saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium.
4. Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower, respirator dan alat
keselamatan kerja yang lain.
5. Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan darurat (P3K).
6. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan saja
2
7. Dilarang makan minum dan merokok di lab, bhal ini berlaku juga untuk laboran dan kepala
Laboratorium.
8. Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di laboratorium
9. Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain dari atas meja kerja.
Pekerja laboratorium harus mentaati etika berbusana di laboratorium. Busana yang dikenakan di
laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan sehari hari.
1. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia, sepatu safety yang terbuka, sepatu
licin, atau berhak tinggi. Harus menggunakan sepatu safety yang memenuhi standar. Bagi wanita
juga harus menggunakan sepatu safety khusus wanita.
2. Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang yang tidak terikat
dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut pada alat yang berputar.
Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada setiap kerjanya.
Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :
1. Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan
bahan misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat.
2. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan
3. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
4. Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk menghindari kontaminasi,
meskipun dalam hal ini kadang terasa boros Memindahkan Bahan Kimia Cair. Ada sedikit
perbedaan ketika seorang laboran memindahkan bahan kimia yang wujudnya cair.
3
Hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan dan sekaligus telapak tangan
memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa terkotori oleh kotoran yang ada diatas
meja.
3. Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk menghindari percikan.
4. Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume shg lebih mudah.
1. Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari logam.
2. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
3. Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu
4. sendok untuk bermacam macam keperluan.
Pemanasan tabung reaksi sering dilakukan dalam suatu percobaan di laboratorium. Ada banyak reaksi
yang harus dilakukan pemanasan untuk mempercepat proses reaksi.
Pemanasan yang dilakukan menggunakan gelas kimia ( bukan tabung reaksi) maka harus
memperhatikan aturan sebagai berikut :
4
3. Jika gelas kimia tersebut berfungsi sbg penagas air , isikan air seperempatnya saja supaya tidak
terjadi tumpahan.
Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja, oleh karena itu harus
diperhatikan hal hal sebagai berikut :
1. Botol reagen harus dipegang dengan cara pada bagian label ada pada telapak tangan .
2. Banyak peralatan terbuat dari gelas , hati hati kena pecahan kaca. Bila memasukkan gelas pada
prop-karet gunakan sarung tangan sebagai pelindung.
3. Ketika menggunakan pembakar spritus hati hati jangan sampai tumpah di meja
4. karena mudah terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan selang apakah masih baik atau tidak.
5. Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat, asam sulfatlah yang dituang
6. sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya
Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu perlu penanganan khusus :
Kecelakaan kerja biasa saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati hati.
Bila hal itu terjadi maka perhatikan hal hal sebagai berikut :
1. Jangan panik .
2. Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh karenanya dilarang bekerja sendirian di
laboratorium.
5
3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan tersegut, bila memungkinkan
bilas sampai bersih
4. Bila kena kulit, jangan digaruk , supaya tidak merata.
5. Bawaah keluar ruangan korban supaya banyak menghirup oksigen.
6. Bila mengkawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik secepatnya. Terjadi Kebakaran
Kebakaran bisa saja terjadi di laboratorium, karena di dalamnya banyak tersimpan bahan yang
mudah terbakar.
1. Jangan Panik
2. Segera bunyikan alarm tanda bahaya.
3. Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A;B atau C), padamkan dengan kelas pemadam yang sesuai
( Contoh kebakaran klas B bensin, minyak tanah dll tidak boleh disiram dengan air)
4. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung dengan sapu tangan.
5. Gunakan sepatu safety yang tahan minyak.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat.
7. Cari Bantuan Pemadam Kebakaran , oleh karenanya No Telpon Pemadam Kebakaran haru ada di
Lab.
Kombinasi bahan dibawah ini berpotensi terjadi kecelakaan kerja, oleh karenanya harus dihindari.
Ada beberapa gas yang berbahaya keberadaanya di laboratorium. Gas gas tersebut adalah :
1. Bersifat Iritasi gas HCl, HF, nitrat dan nitrit, klorin, sulfur dioksida ( cermati baunya yg nyegrak).
2. Karbon monoksida sangat mematikan, semua reaksi yang menghasilkan gas tersebut dihindari,
karena tidak berwarna, dan tidak berbau
6
3. Hidrogen sianida berbau seperti almond Hidrogen sulfida dikenali dari baunya Hidrogen selenida
(H2Se) gas yg sangat beracun.
7
BAB 2 VIBRASI DAN NOISE
8
gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan
waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.
Jika dilihat di sekitar kita sumber bising sangatlah banyak. Sumber bising ialah sumber
bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak
maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah
tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Mesin merupakan kebisingan yang berasal dari mesin.
2. Vibrasi, Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan,
benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila,
batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan Udara, Gas dan Cairan Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas,
dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet
pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain
2.3 Jenis-jenis Kebisingan
Perbedaan frekuensi dan intensitas menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan yang
memiliki karakteristik yang berbeda. Jenis-jenis kebisingan dapat dibedakan menjadi 4 bagian
yaitu:
1. Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi sempit, misalnya suara mesin gergaji sirkuler
2. Kebisingan terputus-putus (intermittent) misalnya lalu lintas, suara pesawat terbang dibandara.
3. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise) misalnya tembakan meriam, ledakan.
4. Kembisingan implusif berulang misalnya suara mesin tempa.
Tipe kebisingan lingkungan yang tertuang dalam KMNLH (1996) dapat dilihat pada Tabel
2.1
Tabel 2.1
Tipe Kebisingan Lingkungan yang tertuang dakam KMNLH (1996)
TIPE URAIAN
Kebisingan Spesifik Kebisingan di antara jumlah kebisingan yang
dapat dengan jelas dibedakan untuk alasan-
alasan akustik. Seringkali sumber kebisingan
dapat di identifikasikan.
Kebisingan Residual Kebisingan yang tertinggal sesudah
penghapusan seluruh kebisingan spesifik dari
9
jumlah kebisingan di suatu tempat tertentu
dalam suatu waktu tertentu.
Kebisingan Latar Belakangan Semua kebisingan lainnya ketika
memusatkan perhatian pada suatu kebisingan
tertentu.
2.4 Pengukuran Kebisingan
Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita berteriak suara
kita lebih kuat dari pada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki energi lebih besar untuk
mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel (dB).
Skala desibel merupakan skala yang bersifat logaritmik. Penambahan tingkat desibel berarti
kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika bunyi bertambah 3 dB, volume
suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat.
Kebisingan dapat menggangu karena frekuensi dan volumenya. Sebagai contoh, suara
berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk menentukan
tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring dengan bantuan alat: Noise
Level Meter dan Noise Analyzer, untuk mengidentifikasi paparan; Peralatan audiometric,
untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk menganalisis dampak paparan pada
pekerja.
Ada tiga cara atau metode yang digunakan dalam pengukuran akibat kebisingan
dilingkungan kerja.
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi batas hanya pada satu atau
beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk dapat mengevaluasi
kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana misalnya kompresor/generator.
Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan missalnya 3 meter dari jetinggian 1 meter.
Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat ukur yang digunakan.
2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dala mengukur kebisingan,
karena peta tersebut dapat menetukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area.
Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai
dengan pengukurannya yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambar
keadaan kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan
diatas 90dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85-90 dBA.
10
3. Pengukuran dengan gird
Untuk mengukur dengan gird adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi
yang diinginkan. Titik-titik sampling harus dibuat dengan jarak interfal yang sama diseluruh
lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberapa kotak yang berukuran dan jarak
yang sama, misalnya: 10 x 10 M. kotak tersebut ditandai dengan batis dan kolom untuk
memudahkan identitas.
Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter,
sound level meter, octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk
permasalahan bising kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup
banyak memberikan informasi.
a. Sound Level Meter (SLM)
SLM (gambar 2.5) adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran
kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator,3
jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi
sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam
pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara bermacam-macam sesuai
dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun
tinggi pada intensitas yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon
manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi untuk
mengkompensasi perbedaan respon manusia.
b. Octave Band Analyzer (OBA)
Bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang berbeda-beda, oktaf yang
berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja
tidak representatif. Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan frekuensi, maka alat
yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf dengan satu OBA.
Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar
yang ada adalah 37,5 75, 75-150, 300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600
Hz.
2.5 Nilai ambang batas kebisingan dan Standar Kebisingan
Nilai batas amabang kebisingan adalah 85 dB yang ditanggap aman untuk sebagaian besar
tenega kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai ambang batas untuk kebisingan
ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima
tenega kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu teus menerus
11
tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Berikut ini table waktu maksimum
untuk bekerja.
Table 2.2
Waktu maksimum untuk bekerja adalah sebagai
TINGKAT KEBISINGAN
No PEMAPARAN HARIAN
(dBA)
1. 85 8 Jam
2. 88 4 Jam
3. 91 2 Jam
4. 94 1 Jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit
Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah kebisingan
tersebut dapat diterima oleh telinga. Berikut ini standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan
oleh berbagai pihak berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.718/Men/Kes/Per/XI/1987,tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan.
2 B 45 55
3 C 50 60
4 D 60 70
12
Zona C diperuntukan untuk perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya serta
Zona D industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.
13
seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang
pendengaran atau saraf sensoris pendengaran (Prabu,Putra, 2009).
1. kuantitas hasil kerja sama, kualitas berbeda bila dalam keadaan bising
2. kerja yang banyak menggunakan pemikiran lebih banyak terganggu dibanding dengan kerja
manual.
14
Selain sisi negative berupa gangguan fisiologis dan psikologis bising juga memberikan sisi
negataif salah satunya adalah menambah produktifitas music.
15
BAB 3 BIORITMIK
Analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau
dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis
beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab
atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas.
Analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk
merampungkan suatu pekerjaan dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang dapat
dilimpahkan kepada seorang pegawai, atau dapat pula dikemukakan bahwa analisis beban kerja adalah
proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk
merampungkan beban kerja dalam waktu tertentu.
Dengan cara membagi isi pekerjaan yang mesti diselesaikan oleh hasil kerja rata-rata satu orang,
maka akan memperoleh waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan pekerjaan tersebut. Atau akan
memperoleh jumlah pegawai yang dibutuhkan melalui jumlah jam kerja setiap pegawai tersebut.
Dalam manajemen kepegawaian, kegiatan penerimaaan dan penempatan pegawai mutlak harus
dilakukan didalam satu unit organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Kegiatan
manajemen kepegawaian adalah kegiatan untuk mendapatkan landasan guna penerimaan dan
penempatan pegawai yang pada awalnya dilakukan terlebih dahulu melalui analisis jabatan (job
analysis), yang berarti suatu kegiatan untuk memberikan gambaran tentang syarat-syarat jabatan (job
specification) yang diperlukan bagi setiap pegawai yang akan diterima dalam menduduki suatu jabatan
didalam suatu organisasi.
Perencanaan kebutuhan pegawai suatu instansi mutlak diperlukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pegawai yang tepat baik jumlah dan waktu, maupun kualitas. Melalui studi analisis beban
kerja yang dilakukan akan dapat memberikan gambaran pegawai yang dibutuhkan baik kuantitatif
maupun kualitatif yang dirinci menurut jabatan dan unit kerja.
Dalam rangka mendapatkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan ini dilakukan dengan 3
pendekatan yaitu :
1. Pendekatan Organisasi
Organisasi dipahami sebagai wadah dan sistem kerja sama dari jabatan-jabatan. Melalui pendekatan
organisasi sebagai informasi, akan diperoleh informasi tentang : nama jabatan, struktur organisasi, tugas
pokok, fungsi dan tanggung jawab, kondisi kerja, tolok ukur tiap pekerjaan, proses pekerjaan, hubungan
kerja, serta persyaratan-persyaratan seperti : fisik, mental, pendidikan, ketrampilan, kemampuan, dan
pengalaman.
Berdasarkan pendekatan organisasi ini dapat dibuatkan prosedur kerja dalam pelaksanaan kerja
yang menggambarkan kerja sama dan koordinasi yang baik. Kegiatan dan hubungan antar unit
organisasi perlu dibuatkan secara tertulis, sehingga setiap pegawai tahu akan tugasnya bagaimana cara
melakukannya serta dengan siapa pegawai itu harus mengadakan hubungan kerja.
16
Selanjutnya tugas dan fungsi setiap satuan kerja dihitung beban tugasnya. Hambatannya karena
belum adanya ukuran beban tugas, hal ini perlu kesepakatan tiap satuan kerja yang sejenis. Dengan
demikian ukuran beban tidak hanya satu, tetapi bisa dua, tiga atau lebih.
Jabatan yang dimaksud tidak terbatas pada jabatan struktural dan fungsional, akan tetapi lebih
diarahkan pada jabatan-jabatan non struktural yang bersifat umum dan bersifat teknis (ingat kriteria
jabatan baik aspek material maupun formal). Melalui pendekatan ini dapat diperoleh berbagai jenis
informasi jabatan yang meliputi identitas jabatan, hasil kerja, dan beban kerja serta rincian tugas.
Selanjutnya informasi hasil kerja dan rincian tugas dimanfaatkan sebagai bahan pengkajian beban kerja.
Beban kerja organisasi sesuai prinsip organisasi akan terbagi habis pada sub unit-sub unit dan sub
unit terbagi habis dalam jabatan-jabatan. Melalui pendekatan analisis jabatan ini akan diperoleh suatu
landasan untuk penerimaan, penempatan dan penentuan jumlah kualitas pegawai yang dibutuhkan
dalam periode waktu tertentu antara lain :
3. Pendekatan Administratif
Melalui pendekatan ini akan diperoleh berbagai informasi yang mencakup berbagai kebijakan
dalam organisasi maupun yang erat kaitannya dengan sistem administrasi kepegawaian.
Analisis beban kerja dilakukan dengan membandingkan bobot/beban kerja dengan norma waktu
dan volume kerja. Target beban kerja ditentukan berdasarkan rencana kerja atau sasaran yang harus
dicapai oleh setiap jabatan, misalnya mingguan atau bulanan. Volume kerja datanya terdapat pada setiap
unit kerja, sedangkan norma waktu hingga kini belum banyak diperoleh sehingga dapat dijadikan suatu
faktor tetap yang sangat menentukan dalam analisis beban kerja.
Teknik perhitungan yang digunakan adalah teknik perhitungan yang bersifat praktis empiris, yaitu
perhitungan yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman basis pelaksanaan kerja masa lalu, sesuai
judgement disana-sini dalam pengukuran kerja dilakukan berdasarkan sifat beban kerja pada masing-
masing jabatan, mencakup :
Untuk mengukur beban kerja abstrak diperlukan beberapa informasi antara lain :
17
Untuk mengukur beban kerja konkret diperlukan beberapa informasi antara lain :
Berkaitan dengan alat ukur dan oleh karena instansi pemerintah merupakan instansi non profit, hal
yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur adalah jam kerja yang harus di isi dengan kerja untuk
menghasilkan berbagai produk baik bersifat konkret maupun abstrak (benda atau jasa).
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil, ditetapkan jam kerja efektif terdiri dari
jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja seperti melepas
lelah, istirahat makan dan sebagainya. Dalam menghitung jam kerja efektif digunakan ukuran sebagai
berikut :
Setiap unit kerja mempunyai hasil kerja yang berbeda satu sama lain baik jenis maupun satuannya,
sehingga agar dapat diukur dengan alat ukur jam kerja efektif, semua produk/hasil kerja tersebut harus
dikonfirmasikan sehingga memiliki satu kesatuan.
Untuk dapat menjadikan hal tersebut, setiap volume kerja yang berbeda antara unit kerja adalah
merupakan variabeltidak tetap dalam pelaksanaan analisis beban kerja dalam arti volume kerja setiap
waktu dapat berubah, sedangkan waktu yang dipergunakan untuk menghasilkan/menyelesaikan produk
tersebut (yang selanjutnya akan disebut norma waktu) relatif tetap, dan selanjutnya akan menjadi
variabel tetap dalam pelaksanaan analisis beban kerja.
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan dimuka, disebutkan bahwa beban/bobot kerja merupakan
hasil kali volumekerja dengan norma waktu.Volume kerja setiap unit kerja dapat diketahui berdasarkan
dokumentasi hasil kerja yang ada, sedangkan norma waktu perlu ditetapkan dalam standar norma waktu
baku, yang akan dijadikan faktor tetap dalam setiap melakukan analisis beban kerja, dengan asumsi-
asumsi tidak terdapat perubahan yang menyebabkan norma waktu tersebut berubah.
18
BAB 4 ANALISIS DAN PENYELESAIAN BIORITMIK
Pertanyaan berapakah jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk merampungkan suatu tugas,
merupakan pertanyaan yang amat kritis. Untuk menjawab pertanyaan penting itu orang harus
memahami 3 (tiga) buah konsep sebagai latar belakang yaitu meliputi target volume pekerjaan, tingkat
pelaksanaan standar dan waktu yang ditetapkan untuk merampungkan tugas dengan tepat.
1. Beban Tugas (target volume kerja), merupakan volume pekerjaan yang mesti dirampungkan dalam
batas tempo tertentu. Target volume kerja dapat dinyatakan dalam berbagai satuan seperti : meter,
meter kubik, kilogram, lembar, berkas, laporan, desa, kecamatan dan satuan lazim lainnya.
2. Standar Kerja Rata-rata (tingkat pelaksanaan standar), merupakan volume pekerjaan yang dapat
dirampungkan oleh seorang atau sejumlah pegawai dalam satu satuan waktu dengan standar
kualitas tertentu.
3. Waktu Kerja Efektif, yakni waktu kerja yang telah ditetapkan secara formal setelah dikurangi waktu
luang (allowance).
Pengukuran beban kerja dimulai dengan pengukuran dan perumusan Norma waktu setiap
proses/tahapan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan uraian, dan prosedur kerja yang berlaku. Dalam
melakukan pengukuran dan perumusan norma waktu, dilakukan secara cermat dan seksama dengan
memperhatikan tingkat kewajaran penggunaan waktu kerja bagi pegawai/pemangku jabatan terkait dan
terhadap kebenaran uraian proses/tahapan kerja untuk menghasilkan produk, sehingga dapat diperoleh
hasil pengukuran beban kerja yang memadai.
19