Anda di halaman 1dari 36

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang HIV/AIDS


1. Definisi
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lenti

virus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan

DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan di kenali selama

periode inkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya

menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan

beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal tersebut

terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit (Kurniawati,

2007).
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah

sekumpulan gejala atau penyakit yang di sebabkan oleh menurunnya

kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus ) yang termasuk family retroviradae. AIDS

merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Nurarif, amin H dan Kusuma

hardi, 2013).
Seseorang yang terinfeksi HIV akan membawa dan menularkan

virus tersebut seumur hidup. AIDS tidak lagi dianggap penyakit yang

menyerang kelompok tertentu di masyarakat beberapa negara, tetapi

justru telah merupakan pandemi. AIDS bukan hanya masalah medis,

tetapi memberikan dampak sosial, ekonomi, budaya, politik dan

pertahanan keamanan (Amiruddin, 2011 dalam Hardiansyah, 2014)


2. Etiologi 6
7

Penyebab penyakit AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus

(HIV) yakni sejenis virus RNA yang tergolong retrovirus. Virus ini

memiliki materi genetik berupa sepasang asam ribonukleat rantai

tunggal yang identik dan suatu enzim yang disebut reverse

transcriptase. Virion HIV terdiri dari tiga bagian utama yaitu envelope

yang merupakan lapisan terluar, capsid yang meliputi isi virion dan

core yang merupakan isi virion. Envelope adalah lapisan lemak ganda

yang terbentuk dari sel penjamu dan mengandung protein penjamu.

Pada lapisan ini tertanam glikoprotein virus yang disebut gp41,

(Selano, Maria K, 2015)

Infeksi HIV diperlukan reseptor spesifik pada sel host yaitu

molekul CD4. Molekul CD4 ini mempunyai afinitas yang sangat besar

terhadap HIV, terutama terhadap molekul glikoprotein (gp120) dari

selubung virus. Diantara sel tubuh yang memiliki molekul CD4 paling

banyak adalah sel limfosit T. Setelah penempelan terjadi

diskontinuitas dari membran sel limfosit T terjadi fase kedua

membrane (HIV dan limfosit) sehingga seluruh komponen virus masuk

ke dalam sitoplasma sel limfosit T kecuali selubungnya. Selanjutnya

RNA dari virus mengalami transkripsi menjadi seuntai DNA dengan

bantuan enzim reverse transcriptase, (Selano, Maria K, 2015).

3. Patofisiologi
Secara struktur dan bentuk HIV terdiri atas sebuah slinder yang di

kelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat

lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang


8

merupakan komponen fungsional dan struktural. Tiga gen tersebut

yaitu gag, pol dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili

polimerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope .(Kurniawati

dan Nursalam, 2007).


Gen gag mengkode protein inti. Gen pol mengkode enzim reverse

transcriptase, protase, dan integrase. Gen env mengode komponen

struktural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada

dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu: rev, nev, vif, dan vpr. Sel

penjamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat

pendek, hal ini berarti HIV secara terus menerus menggunakan sel

penjamu baru untuk mereplikasi diri. (Kurniawati dan Nursalam,

2007).
Sebanyak 10 meliar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan

pertama HIV akan tertangkap oleh sel denrit pada membran mukosa

dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi

tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang

kepembuluh darah perifer selama 5 hari setelah paparan, dimana

replikasi virus menjadi semakin cepat. Siklus hidup HIV dapat di bagi

menjadi lima fase; Masuk dan Mengikat, Reverse Transkriptase,

Replikasi, Budding, Maturasi, (Kurniawati dan Nursalam, 2007)


4. Manifestasi klinik
Adapun gambaran menurut WHO 2006 :
a. Tanpa gejala : fase klinik 1
Limfadenopati (gangguan kelenjar/pembuluh limfa) menetap dan

menyeluruh ( Nurarif, Amin H dan Kusuma Hardi, 2013)


b. Ringan : fase klinik 2
9

Penurunan berat badan (<10%) tanpa sebab. Terjadi infeksi saluran

pernapasan bagian atas (sinusitis, tonsilitis, otitis media,

pharingytis) yang berulang. Herpes zoster, infeksi sudut bibir,

ulkus mulut berulang, popular pruritic eruptions, seborrhoic

dermatitis, infeksi jamur pada kuku, ( Nurarif, Amin H dan

Kusuma Hardi, 2013).


c. Lanjut : fase klinik 3
Penurunan berat badan (>10%) tanpa sebab, diare kronik tanpa

sebab sampai >1 bulan. Demam menetap (intermiten atau tetap >1

bulan). Kandidiasis oral menetap. TB pulmonal (baru), plak putih

pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya: pnemonia, empiyema

(nanah di rongga tubuh terutama pleura, abses pada otot skleta,

infeksi sendi atau tulang), meningitis, ulcerative stomatitis,

gingivitis atau periodontitis, anemia yang penyebabnya tidak di

ketahui (<8 g/dl), neutopenia (<0,5 x 109/l) dan atau

trombositopenia kronik (<50 x 109/l). ( Nurarif, Amin H dan

Kusuma Hardi, 2013)


d. Parah : fase klinik 4
Berat badan turun drastis (badan kurus atau HIV wasting

syndrome) pneumocytis pneumonia (pneumonia karena

pneumocytis carini), pneumonia bakteri berulang, infeksi herpez

simplekx kronik (orolabial, genital atau anorektal >1 bulan)

esophageal candidiasis, TBC ekstrapumonal, cytomegalovirus,

toksoplasma di SSP, HIV encepalopaty, meningitis, infektion,


10

progreive multivokal leukoencephalopathy, lympoma, invasive

servikal carsinoma (Nurarif, Amin H dan Kusuma Hardi, 2013).

5. Tes diagnostik

Tes skrining yang digunakan untuk mendiagnosis HIV adalah

ELISA. Untuk mengidentifikasi anti bodi terhadap HIV, tes ELISA

sangat sensintif, tapi tidak selalu spesifik, karena panyakit lain bisa

juga menunjukan hasil positif. Beberapa penyakit yang bisa

menyebabkan false positif, antara lain adalah penyakit autoimun,

infeksi, virus, atau keganasan hematologi. Kehamilan juga bisa

menyebabkan false positif. Tes yang lain biasanya di gunakan untuk

mengkofirmasi hasil ELISA, antara lain westren blot (WB), indirect

immunofluoresence assay (IFA) ataupun radio-immono-precipitation

assay (RIPA), (Kurniawati, 2007).


Pada daerah-daerah dimana perfalensi HIV sangat tinggi, dua kali

hasil ELISA positif ditambah gejala klinis bisa digunakan untuk

mendiagnosis HIV. Bila metode ini dipilih, maka akan lebih baik jika

dipilih dua tipe tes ELISA yang berbeda. (Kurniawati, 2007).


Westren blot (WB) merupakan elektorforesis gel poliakrilamid

yang di gunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik

terhadap DNA. Jika tidak ada rantai protein yang ditemukan, berarti

hasil tes negatif. Sedangkan bila hampir atau semua rantai peotein

ditemukan, berarti westren blot positif. Tes westren blot mungkin juga

tidak bisa menyimpulkan sesorang menderita HIV atau tidak. Oleh

karena itu, tes harus diulangi lagi setelah dua minggu dengan sampel
11

yang sama. Jika tes westren blot tetap tidak bisa disimpulkan, maka tes

westren blot harus diulangi lagi setelah 6 bulan. Jika tes tetap negatif

maka pasien dianggap HIV negatif, (Kurniawati, 2007).


Begitu pasien didiagnosis HIV maka tingkat kerusakan kekebalan

tubuh yang dialami perlu ditentukan. Limfosit CD4 (sel T-Helper)

Merupakan salah satu cara untuk mengetahui kuantitas fungsi

imonologi pasien. CD4 juga berguna untuk menentukan stadium klinis

HIV. Tetapi bila pemeriksaan CD4 tidak tersedia, total hitung limfosit

bisa sangat berguna. WHO mengembangkan kriteria stadium klinis

berdasarkan total limfosit, (Kurniawati, 2007)

B. Tinjauan Tentang Kualitas Hidup


1. Definisi
Kualitas hidup adalah kondisi penderita tetap merasa baik

meskipun ada penyakit yang diderita [ CITATION Har14 \l 1057 ].

Kualitas hidup pasien HIV/AIDS adalah berfungsinya keadaan fisik,

psikologis, sosial dan spiritual pasien sehingga pasien dapat hidup

produktif seperti orang sehat dalam menjalankan kehidupannya

[ CITATION Moh14 \l 1057 ]. Ada tiga cara yang dapat digunakan

untuk mengoperasionalisasikan konsep dari kualitas hidup yaitu

melihat kualitas hidup sebagai kesehatan, sebagai kesejahteraan dan

sebagai konstruk yang bersifat global (superordinate construct). Dalam

penelitian mengenai kesehatan, kualitas hidup sering dianggap sama

dengan kesehatan (health). Beberapa peneliti kemudian menggunakan

istilah yang lebih sempit yaitu health related quality of life atau
12

health status. Health related quality of life dilihat sebagai bagian

dari konsep kualitas hidup secara keseluruhan (termasuk bagian dari

kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan individu), (Post

dkk dalam Sekarwiri, 2008 dalam hardiansyah, 2014).


Cara yang kedua adalah melihat kualitas hidup sebagai

kesejahteraan (well-being). Kualitas hidup yang dipandang sebagai

kesejahteraan memiliki dua pandangan. Pandangan yang pertama

memfokuskan pada well-being sebagai judgement keseluruhan dari

kehidupan seseorang sedangkan pandangan yang kedua melihat well-

being sebagai evaluasi subjektif dari fungsi seseorang dalam satu atau

lebih bagian (domain) kehidupan. Pandangan yang pertama ini melihat

kualitas hidup sebagai evaluasi dari kepuasan secara keseluruhan dari

kehidupan seseorang. Dalam hal ini, istilah kualitas hidup sama

dengan konsep kesejahteraan umum (global well-being), subjective

well-being dan kebahagiaan (happiness). Sedangkan pandangan yang

kedua melihat bahwa kepuasan seseorang dilihat melalui beberapa

bagian atau aspek dari kehidupan mereka, bukan secara keseluruhan.

Sedangkan cara yang ketiga adalah melihat kualitas hidup sebagai

konstruk yang global (superordinate construct), (Hardiansyh, 2014).


Pendekatan kualitas hidup yang ketiga ini melihat bahwa

kesehatan dan well-being termasuk dalam definisi kualitas hidup

dimana kualitas hidup dideskripsikan sebagai gabungan dari keadaan

lingkungan sekitar dan perasaan seseorang mengenai lingkungannya.

Cara ini juga digunakan oleh WHO dalam mendefinisikan kualitas


13

hidup dan membuat alat ukur yang dapat digunakan secara lintas

budaya (cross cultural). WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai

Individuals perception of their position in life in the context of the

culture and value systems in which they live and in relation to their

goals, expectations, standards and concerns. "Persepsi Individu 'dari

posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks sistem budaya dan nilai

di mana mereka hidup dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan,

standar dan keprihatinan mereka. (Hardiansyh, 2014).

2. Komponen Kualitas Hidup

Menurut Kristinawati (2011) dalam Makkau (2014), kualitas

hidup di kembangkan dalam hal ini untuk memberikan suatu

pengukuran komponen dan determinan kesehatan dan kesejahteraan.

Pengukuran kualtas hidup ini sangat penting berhubungan dengan

prioritas kesehatan selama hidup tidak hanya membutuhkan

pengobatan tetapi juga kualitas dari kelangsungan hidup.

Menurut Kristinawati (2011) dalam Makkau (2014), kualitas

hidup dalam hal ini dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yang

berpusat pada suatu aspek hidup yang baik, yaitu :

a. Kualitas hidup subjektif, yaitu bagaimana suatu hidup yang baik

dirasakan oleh masingmasing individu yang memilikinya.

Masingmasing individu secara personal mengevaluasi

bagaimana mereka menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka.


14

b. Kualitas hidup eksistensial, yaitu seberapa baik seseorang

merupakan level yang dalam hal ini mengasumsikan bahwa

individu memiliki suatu sifat yang lebih dalam yang berhak untuk

dihormati dan dimana individu dapat hidup dalam keharmonisan.

c. Kualitas hidup objektif, yaitu bagaimana hidup seseorang

dirasakan oleh dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan

dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada nilai nilai

budaya dan mengatakan tentang kehidupannya.

Secara umum, uraian variabel yang berpengaruh terhadap kualitas

hidup ODHA adalah terapi antiretroviral, dukungan sosial, kepatuhan

pengobatan serta dukungan keluarga [ CITATION Adi14 \l 1057 ].

Konseptualisasi kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan

menegaskan efek penyakit pada fisik, peran sosial, psikologi atau

emosional dan fungsi kognitif. Gejalagejala persepsi kesehatan dan

keseluruhan kualitas hidup sering tercakup dalam konsep kualitas

hidup berhubungan dengan kesehatan, (Kristinawati, 2011, dalam

Makkau, 2014).

3. Ruang Lingkup Kualitas Hidup

World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) membagi

kualitas hidup dalam enam domain utama yang meliputi fisik,

psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, lingkungan dan

spiritual, WHO 1998 dalam [ CITATION Mak14 \l 1057 ] :

a. Domain I Fisik
15

WHOQOL membagi domain fisik menjadi tiga bagian, yaitu :

1) Nyeri dan ketidaknyamanan

Aspek ini mengesplor sensasi fisik yang tidak

menyenangkan yang dialami individu dan selanjutnya berubah

menjadi sensasi yang menyedihkan dan mempengaruhi hidup

individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi

kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan

penyakit gatal yang termasuk nyeri, bila individu mengatakan

nyeri, walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikannya.

2) Tenaga dan lelah

Aspek ini mengesplor tenaga, antusiasme dan keinginan

individu untuk selalu dapat melakukan aktivitas lain seperti

rekreasi. Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai

kekuatan dengan cukup untuk merasakan hidup yang

sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal

seperti sakit, depresi atau pekerjaan yang terlalu berat.

3) Tidur dan istrahat

Aspek fokus ini pada seberapa banyak tidur dan istrahat.

Masalah tidur termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun

tengah malam bangun dipagi hari, dan tidak dapat kembali

tidur dan kurang segar saat bangun dipagi hari.

b. Domain II Psikologis
16

WHOQOL membagi domain psikologis menjadi lima bagian,

yaitu :

1) Perasaan positif

Aspek ini menguji beberapa banyak pengalaman perassaan

positif individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian,

kegembiraan, harapan, kesenangan, dan menikmati dari hal

hal baik dalam hidup. Pandangan individu dan perasaan pada

masa depan merupakan bagian penting dari segi ini.

2) Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap

pemikiran, pembelajaran ingatan, konsentrasi, dan

kemampuannya dalam membuat keputusan. Hal ini juga

termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan

gagasan.

3) Harga diri

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri

mereka sendiri. Hal ini memilik jarak dari perasaan positif

sampai perasaan yang ekstrim negatif diri mereka sendiri.

Perasaan seseorang dari harga diri sebagai individu di eksplor.

Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari

kekuatan diri dan kendali diri.


17

4) Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan indivdu dengan tubuhnya.

Apakah penampilan tubuh kelihatan positif dan negatif. Fokus

pada kepuasan individu dengan penampilan dan akibat yang

dimilkinya pada konsep diri. Hal ini termasuk perluasan

apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa di koreksi

misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ

buatan dan sebagainya.

5) Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman

perasaan individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa

kesedihan, keputusan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang

bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk pertimbangan dari

seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada

fungsi keseharian individu.

c. Domain III Tingkat Kemandirian

WHOQOL membagi domain tingkat kemandirian pada empat

bagian :

1) Pergerakan

Aspek ini menguji pandangan individu terhadap

kemampuannya untuk berpindah dari atau tempat ke tempat


18

lain, bergerak di sekitar tempat kerja atau ke pelayanan

transportasi.

2) Aktivitas sehari-hari

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk

melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan

diri dan perhatian yang tepat pada kepemilikan. Tingkat

individu tergantung pada yang lain untuk membantu dalam

aktifitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas hidupnya.

3) Ketergantungan pada pengobatan dan perawatan

Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis

atau pengobatan alternatif (seperti akupuntur dan obat herbal)

untuk mendukung fisik dan kesejahteraan psikologisnya.

Pengobatan pada beberapa kasus dapat berakibat negatif pada

kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi)

di saat yang ada pada kasus lain menambah kualitas hidup

individu (seperti pasien kanker yang menggunakan pembunuh

nyeri).

4) Kapasitas pekerjaan

Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk

bekerja. Bekerja di definisikan sebagai aktifitas besar dimana

individu disibukan dengan aktivitas besar termasuk pekerjaan


19

dengan upah, pekerjaan sukarela untuk masyarakat, belajar

dengan waktu penuh, merawat anak dengan tugas rumah

tangga.

d. Domain IV Hubungan Sosial

WHOQOL membagi domain dukungan sosial pada tiga bagian

yaitu :

1) Hubungan perorangan

Aspek ini menguji tingkat perasaan individu pada

persahabatan, cinta dan dukungan dari hubungan yang dekat

dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan

kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan

orang lain secara emosional dan fisik. Tingkatan diaman

individu merasa mereka biasa berbagi pengalaman baik senang

maupun sedih dengan orang lain yang dicintai.

2) Dukungan sosial

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tanggung

jawab, dukungan dan tersedianya bantuan dari keluarga dan

teman. Aspek ini fokus pada seberapa banyak yang individu

rasakan pada dukungan keluarga dan teman. Sulit faktanya pada

tingkatan mana individu tergantung pada dukungan disaat sulit.

3) Asktifitas seksual
20

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks dan

tingkatan dimana individu dapat mengekspresiakan dan senang

dengan hasrat seksual yang tepat.

e. Domain V Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian,

yaitu :

1) Keamanan fisik dan lingkungan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari

kejahatan fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari

sumber seperti tekanan dari orang lain atau politik. Aspek ini

langsung dengan perasaan kebebasan individu.

2) Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting di mana individu

tinggal (tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Sebuah

kualitas dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman

individu untuk tinggal.

3) Sumber penghasilan

Aspek ini mengekspos pandangan individu pada sumber

penghasilan (dan penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada

apakah individu itu dapat menghasilkan atau tidak ada di mana

berakibat pada kualitas hidup.

4) Kesehatan dan perhatian sosial


21

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan

perhatian sosial di sekitar yang berarti berapa lama waktu yang

diperlukan untuk mendapat bantuan.

5) Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan

keterampilan

Aspek ini menguji pada kesempatan individu dan keinginan

untuk mempelajari keterampilan baru, mendapat pengetahuan

baru, dan peka terhadap apa yang terjadi. Termasuk program

pendidikan formal atau pembelajaran orang dewasa.

6) Partisipasi dalam kesempatan bereaksi dan waktu luang.

Aspek ini mengekspor kemampuan individu, kesempatan

dan keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan

dan rekreasi

7) Lingkungan fisik

Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungan.

Hal ini mencangkup kebisingan, polusi, iklim dan estetika

lingkungan di mana pelayanan ini dapat meningkatkan atau

memperburuk kualitas hidup.

8) Transportasi
22

Aspek ini menguji pada pandangan seberapa mudah untuk

menemukan dan meggunakan pelayanan transportasi.

f. Domain VI Spiritual

Menurut WHOQOL, aspek spiritual merupakan aspek pada

kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada kualitas hidup.

Hal ini bisa membantu individu untuk melakukan mekanisme koping

kesulitan hidupnya, memberi kekuatan. Aspek ini ditujukan pada

individu berbeda agama (Islam, Kristen, Budha, dan Hindu) dan

menghindari kepercayaan yang tidak sesuai dengan orientasi agama.

C. Tinjauan Tentang Dukungan Keluarga


1. Dukungan keluarga
Kuntjoro (2002), membagi sumber dukungan menjadi dua (2)

yaitu dukungan natural dan dukungan artificial. Dukungan natural

merupakan dukungan yang diperoleh dari orang terdekat termasuk

keluarga seperti orang tua paman, dan pasangan serta teman dekat,

sedangkan sumber dukungan artificial merupakan sumber dukungan

yang dengan sengaja dibentuk untuk memberikan bantuan seperti

dukungan kelompok, konselor, dan tenaga kesehatan,[ CITATION

Set12 \l 1057 ].
Dukungan merupakan keterlibatan yang diberikan oleh keluarga

kepada klien untuk mengatur dan merawat diri sendiri (Indana, 2010

dalam Widyanto, Faisalado C, 2014). Dukungan diberikan agar

individu mengetahui bahwa orang lain juga memperhatikan,

menghargai, dan mencintainya, Dukungan dapat berupa verbal maupun

non verbal atau suatu bantuan nyata (tangible) yang erat dan memiliki
23

manfaat emosional dan atau perilaku bagi penerima bantuan dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan holistik yang meliputi fisik,

psikologi, dan sosial. Dukungan verbal dapat berupa penyampaian

informasi, saran, nasihat, serta penghargaan. Sedangkan dukungan non

verbal dapat berupa sikap mendengar, memperhatikan, serta mengerti

perasaan seseorang (Widyanto, Faisalado C, 2014). Menrut friedemen

(1998 : 198) dukungan keluarga ada empat (4) jenis ( Handayani Dwi,

at al, 2012). yaitu:


a) Dukungan emosional (emotional support)
Bentuk dukungan emosional yang dapat diberikan seperti

ekspresi empati dan perhatian terhadap individu. Dukungan

tersebut dapat memberikan rasa nyaman, aman, dan dicintai agar

individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini

sangat penting diberikan pada individu dalam menghadapi keadaan

yang dianggap tidak dapat dikontrol. Sumber terdekat emosional

adalah keluarga. Dukungan tersebut memiliki arti yang signifikan

dalam kehidupan seseorang.


b) Dukungan penghargaan (esteem support)
Bentuk dukungan penghargaan dapat diberikan melalui

dorongan atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu

lain. Dukungan penghargaan ini dapat membantu individu dalam

meningkatkan harga diri, serta membangun harga diri dan

kompetisi
c) Dukungan instrumental (instrumental support)
Menurut Jacobson (dalam oxford, 1992 dalam Styoadi dan

Triyanto 2012) dukungan instrumental berupa benda-benda dan


24

layanan dimaksudkan untuk memberikan pemecahan masalah

secara praktis. Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama

dalam mengatsi maslah dimasah sulit atau kesusahan[ CITATION

Set12 \l 1057 ]. Dukungan instrumental merupakan bentuk

dukungan langsung dan nyata. Dukungan yang diberikan dapat

berupa penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan

langsung seperti pinjaman uang, barang, makanan serta pelayanan.

Dukungan dapat langsung digunakan untuk memecahkan masalah

yang berhubungan dengan materi, (Ardiansyah, 2014).


d) Dukungan informasi (informational support)
Bentuk dukungan informasional adalah pemberian informasi

terkait dengan hal yang dibutuhkan individu. Sebagai mahluk

sosial, manusia tidak bisa menghindar dari hubungan dengan orang

lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, manusia mengikuti

sistem komunikasi dan informasi yang ada. Sistem dukungan

informasi mencakup pemberian nasihat, saran serta umpan balik

mengenai keadaan individu. Jenis informasi yang dapat diberikan

seperti menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah

yang sedang dihadapi seperti informasi tentang tanda dan gejala

HIV/AIDS, perilaku yang berisiko terjadinya penularan, cara

perawatan dan pengobatan, kapan harus kontrol dan cek

laboraturium, dan pelatihan keterampilan cara merawat anggota

keluarga yang sakit. Dukungan informasi ini penting sebagai

antisipasi bagi ODHA untuk mencegah terjadinya depresi akibat


25

sering munculnya keluhan kesakitan yang silih berganti disebabkan

menurunya kekebalan tubuh (Taylor, 2006 dalam Styoadi dan

Triyanto 2012).
2. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari dua

orang atau lebih yang di hubungkan karena hubungan darah, hubungan

perkawinan hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan

satu budaya tertentu, (Depkes, 2010 dalam Widyanto, Faisalado C,

2014).

Dalam Undang-Undang No.52 tahun 2009 tentang perkembangan

kependudukan akan pembangunan keluarga, merupakan unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri

anaknya atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (widyanto

2014).

Menurut Duval, keluarga adalah sekumpulan orang yang di

hubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahakan budaya yang umum; meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota,

(Mubarak, Wahit I, dkk, 2012).

Menurut WHO (1996), keluarga adalah anggota rumah tangga

yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau

perkawinan (wahit iqbal dkk, 2012) sedangkan Menurut Bergess


26

(1981) dalam Wahit dkk (2012), keluarga terdiri atas sekelompok

orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan

sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal dalam satu rumah, anggota

berintraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai

kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai

keunikan tersendiri.

Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manusia

yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten

dan hubungan yang erat. Sedangkan menurut Salvicion G, Bailon dan

Arcelis Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih dari dua

individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan

perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam satu rumah

tanggah, berintraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-

masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan, dan menurut

departemen kesehatan RI (1989), keluarga adalah unit terkecil dari

suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang

yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan. (Mubarak, Wahit I, dkk, 2012)

3. Struktur Keluarga .
a. Macam-Macam Struktur Keluarga.
Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, di antaranya

adalah:
27

1) Patrilineal dalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan

itu disusun melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tingal bersama

keluarga sedarah istri.


4) Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami.


5) Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi keluarga

karena adanya hubungan dengan suami istri, (Mubarak, Wahit

I, dkk, 2012)
b. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
1) Terorganisasi
Keluarga merupakan cerminan organisasi di mana setiap

anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-

masing untuk mencapai tujuan keluarga dalam menjalankan

peran, dalam menjalankan peran dan fungsinya, anggota

keluarga saling berhubungan dan saling bergantungan antara

yang satu dengan yang lainnya.


28

2) Keterbatasan, di mana setiap anggoata memiliki kebebasan

tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam

menjalankan fungsi dan kekuasaan masing-masing


3) Perbedaan dan kekuasaan, yaitu setiap anggota keluarga

memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Peran dan

fungsinya cenderung berbeda dan khas, yang menunjukan

adanya ciri perbedaan dan kekhususan, misalnya ayah sebagai

pencari nafkah dan ibu bertugas merawat anak-anak,

(Widyanto, Faisalado I, 2014)


c. Dimensi dasar stuktur keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga

melakukan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan

Caplan (1965) yang di adopsi Friedman dalam supratjito (2004)

meyebutkan bahwa dimensi dasar struktur keluarga di atas struktur

peran, nilai atau norma keluarga, pola komunikasi keluarga, dan

struktur kekuatan keluarga, (Widyanto, Faisalado I, 2014).


Peran di artikan sebagai serangkaian perilaku yang di harapkan

sesuai dengan posisi sosial yang di berikan. Struktur peran tersebut

menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam

keluarganya sendiri dan juga perannya dilingkungan masyarakat

atau disebut peran formal dan informal. Peran tersebut seperti

halnya peran sebagai suami, istri atau anak. Lebih jelasnya di

contohkan seorang suami bagi istri dan ayah bagi anak berperan

sebagai pencari nafkah, pemberi rasa aman, sebagai kepala


29

keluarga, dan juga sebagai anggota dari kelompok sosial yang ada

di masyarakat, (Widyanto, Faisalado I, 2014).


Nilai atau norma keluarga menggambarkan nilai dan norma

yang di pelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang

berhubungan dengan kesehatan. Misalnya aturan dalam keluarga

dimana sebelum tidur harus gosok gigi terlebih dahulu, menutup

mulut jika bersin, (Widyanto, Faisalado I, 2014)


Pola komunikasi keluarga menggambarkan bagaimana cara

dan pola komunikasi antara suami istri (orang tua), orang tua

dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain pada

keluarga besar dengan keluarga inti. Pola interaksi keluarga yang

memberikan dampak positif adalah pola komunikasi yang bersifat

terbuka sehingga komunikasi selalu dapat menyelesaikan konflik

keluarga. Setiap anggota keluarga berpikir positif serta tidak

mengulang isu dan pendapatnya sendiri saat berkomunikasi,

(Widyanto, Faisalado I, 2014)


Kekuatan diartikan sebagai kemampuan baik potensial maupun

aktual dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi

guna merubah perilaku orang lain kearah lebih positif. Struktur

kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota keluarga

untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain kearah lebih

positif. Struktur kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan

anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang

lain untuk mengubah perilaku yang mendukung kesehatan,

(Widyanto, Faisalado I, 2014)


30

4. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari

berbagai macam pola kehidupan, Sesuai dengan perkembangan sosial,

maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat

mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat

kesehatan, beberapa tipe keluarga:


a. Traditional noclear. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan

anak yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi

legal dalam suatu ikatan perkawinan. Satu atau keduanya dapat

bekerja di luar rumah.


b. The extended family (keluarga besar). Adalah keluarga inti di

tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kake, keponakan,

saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.


c. Reconstituted nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui

perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu

rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan

lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat

bekerja di luar rumah.


d. Middle age/aging couple. Suami sebagai pencari uang, istri di

rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak

meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan atau meniti karir.


e. Single parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau

kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah

atau di luar rumah.


f. Dual carrier. Suami istri atau keduanya berkarir dan tanpa anak.
g. Commuter married. Suami istri atau keduanya orang karir dan

tinggal terpisah pada jarak tertentu.


31

h. Single adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan

tidak adanya keinginan untuk menikah.


i. Three generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu

rumah.
j. Cumunal. Satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang

mengayomi dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas
k. Grroup merriage. Satu perumahan terdiri atas orang tua dan

keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu

adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari

anak-anak.
l. Unmaried parent and child. Ibu dan anak di mana perkawinan

tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.


m. Cohibing cauple. Dua orang atau satu pasangan yang tinggal

bersama tanpa pernikahan, (Mubarak Wahit I, dkk, 2012).

Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di negara

indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional

dan tipe keluarga nontradisional. Termasuk tipe keluarga tradisonal

adalah keluarga inti, extended family, single parent, keluarga lansia,

dan single edult. Sedangkan yang termasuk dalam tipe keluarga

extended family adalah commune family, yaitu lebih dari satu keluarga

tampa pertalian darah hidup serumah, orang tua atau ayah ibu yang

tidak ada ikatan yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam

dalam satu rumah tangga, (Mubarak Wahit I, dkk, 2012)..

5. Fungsi keluarga
32

Fungsi keluarga secara umum didefinisikan sebagai hasil akhir

atau akibat dari struktur keluarga, adapun sebuah keluarga mempunyai

fungsi antara lain :


a. Fungsi afektif (the affective function)
Fungsi ini berkaitan dengan internal keluarga yang merupakan

yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga. Keluarga harus

memenuhi kebutuhan kasih sayang satu anggota keluarganya

karena respon kasih sayang satu anggota keluarga keanggota

keluarga yang lainnya memberikan dasar penghargaan terhadap

kehidupan keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif

terlihat pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga. Dengan demikian setiap anggota keluarga dapat saling

mempertahankan iklim atau kondisinya positif.


b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialisation and

social placemen function)


Sosialisasi merupakan suatu proses perkembangan dan

perubahan yang di lalui individu yang menghasilkan interaksi

sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi

merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang di berikan

dalam keluarga. Fungsi sosialisasi dapat ditunjukan dengan

membina sosialisasi dapat di tunjukan dengan membina sosialisasi

pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan

tingkat perkembangan anak, membentuk norma-norma tingkah

laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta meneruskan


33

nilai-nilai budaya keluarga. Keluarga mengajarkan anggotanya

untuk bersosialisasi baik secara internal maupun eksternal

keluarga.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia dengan memelihara dan

membesarkan anak, keluarga berfungsi menjamin kontiniutas antar

generasi keluarga dengan menyediakan anggota baru untuk

masyarakat. Fungsi ini di batasi oleh adanya program KB, dimana

setiap rumah tangga dianjurkan untuk memiliki dua (2) orang anak

d. Fungsi ekonomi (the economic function).


Fungsi ekonomi keluarga dengan mencari sumber-sumber

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga,

seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal, pakaian dan

sebagainya. Fungsi ini juga termasuk pengaturan pengguna

penghasilan keluarga serta menabung untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan keluarga di masa yang akan datang. Keluarga dengan

kriteria di bawah keluarga sejahtera seperti keluarga pra sejahtera,

keluarga miskin atau keluarga miskin sekali sulit untuk memenuhi

fungsi ekonomi.
e. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function).
Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan

melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu keluarga mempunyai

tugas untuk memelihara kesehatan anggota keluarganya agar tetap

memiliki produktifitas dalam menjalankan peranya masing-masing.


34

Fungsi perawatan kesehatan ini dikembangkan menjadi tugas

keluarga dibidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga

menurut friedman (2010):


1) Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang perlu

mendapatkan perhatian. Orang tua perlu mengenal keadaan

kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarganya

terutama yang berkaitan dengan kesehatan. Alasannya adalah

ketika terjadi perubahan sekecil apapun yang di alami keluarga,

maka secara tidak langsung akan menjadi perhatian orang tua

atau keluarga. Sehingga segala kekuatan sumber daya, pikiran,

waktu, tenaga, dan bahkan harta keluarga akan di gunakan untuk

mengatasi permasalahan kesehatan tersebut.


2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi

keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari bantuan yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan

yang menimpah keluarga. Suara sumber daya internal keluarga

yang dianggap mampu memutuskan akan menentukan tindakan

keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami. Jika

secara internal keluarga memiliki keterbatasan sumber daya,

maka keluarga akan mencari bantuan dari luar.


3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Tugas merawat anggota keluarga yang sakit keluarga sering

kali harus di lakukan keluaga untuk memberikan perawatan

lanjutan setelah memperoleh pelayanan kesehatan diinstansi


35

pelayanan kesehatan. Tidak menutup kemungkinan juga ketika

keluarga memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan

pertolongan pertama, maka anggota keluarga sendiri.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga.
Tugas ini merupakan upaya untuk mendayagunakan potensi

internal yang ada di lingkungan rumah untuk mempertahankan

kesehatan atau membantu proses perawatan anggota keluarga

yang sakit. Tindakan memodifikasi lingkungan memiliki

cakupan yang luas sesuai dengan pengetahuan keluarga

mengenai kesehatan.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan.
Tugas ini merupakan bentuk upaya keluarga untuk

mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya dengan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.


6. Peran Keluarga
a. Peran-Peran Formal Keluarga
Setiap posisi formal dalam keluaraga adalah peran-peran yang

terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat

homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para

anggotanya, seperti cara masyarakat membagi peran-perannya

menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu

system. Ada peran yang membutuhkan keterampilan dan

kemampuan tertentu, ada juga peran yang tidak terlalu kompleks,

sehingga dapat didelegasikan kepada mereka yang kurang terampil


36

atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan, (Mubarak

Wahit I, dkk, 2012)..


Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari

nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaikan rumah, sopir,

pengasuh anak, manajer keuangan, dan tukang masak). jika dalam

keluarga hanya dapat sedikit orang yang memenuhi peran ini, maka

akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota keluarga

untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda. jika

sesorang keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya ia tidak

memenuhi suatu peran, maka anggota lain akan mengambil alih

kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi,

(Mubarak Wahit I, dkk, 2012)..


Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami ayah

dan istri ibu antara lain sebagai berikut:


1) Peran sebagai profider atau penyedia
2) Sebagai pengatur rumah tangga
3) Perawatan anak, baik yang sehat maupun yang sakit.
4) Sosialisasi anak.
5) Rekreasi
6) Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga

paternal dan maternal.


7) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan)
8) Peran seksual.
b. Peran Informasi Keluarga
Peran-peran informal bersifat implicit, biasanya tidak tampak,

dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

emosional individu dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam

keluarga. peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak

terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan


37

lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian

anggota keluarga individual. Beberapa contoh peran informal yang

bersifat adaptif dan merusak kesejahteraan keluarga diantaranya

sebagai berikut, (Mubarak Wahit I, dkk, 2012):


1) Peran adaptif antara lain:
a) Pendorong. memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi

kegiatan mendorong, memuji, setuju, dan menerima

kontribusi dari orang lain. akibatnya ia dapat merangkul

orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran

mereka penting dan bernilai untuk didengarkan.


b) Pengharmonis, yaitu berperan menengahi perbedaan yang

terdapat diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan

kembali perbedaan pendapat.


c) Inisiator contributor. Mengemukakan dan mengajukkan ide-

ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau

tujuan-tujan kelompok.
d) Pendamai. pendamai berarti jika terjadi konflik dalam

keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan

musyawarah atau damai.


e) Pencari nafkah. pencari nafkah yaitu peran yag dijalankan

oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material

maupun nonmaterial anggota keluarganya.


f) Perawatan keluarga. Yaitu peran yang di jalankan terkait

merawat anggota keluarga jika ada yang sakit.


g) Penghubung keluarga. Perantara keluarga adalah

penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitor

komunikasi dalam keluarga.


38

h) Pionir keluarga. Yaitu membawa keluarga pindah kesuatu

wilayah asing dan mendapatkan pengalaman baru.


i) Sehabat. Penghibur dan coordinator. Coordinator keluarga

berarti mengorganisasi dan merencenakan kegiatan-kegiatan

keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan

memerangi kepedihan.
j) Pengikut dan saksi. Saksi sama dengan pengikut, kecuali

dalam beberapa hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya

mengamati dan tidak melibatkan dirinya,

2) Peran yang merusak antara lain sebagai berikut.

a) Penghalang
b) Dominator. Adalah kecenderungan memaksakan kekuasaan atau

superioritas dengan memanipulasi anggoata kelompok tertentu,

membanggakan kekuasaan, bertindak seakan-akan ia

mengetahui segala-galanya, dan tampil sempurna.


c) Penyalah (suka menyalahkan orang lain).
d) Martir. Yaitu tidak mengingkan apa-apa untuk dirinya, iya hanya

berkorban untuk anggota keluarganya


e) Keras hati.
f) Kambing hitam keluarga. Masalah anggota yang telah

diidentifikasi dalam keluarga sebagai korban atau tempat

pelampiasan ketegangan dan rasa bermusuhan, baik secara jelas

maupun tidak. Kambing hitam berfungsi sebagai tempat

penyaluran.
39

g) Distraktor dan orang yang tidak relevan. Bersifat tidak relevan

dengan menunjukan perilaku yang menarik perhatian, iya

membantu keluarga menghindari atau melupakan persoalan-

persoalan yang menyendihkan dan persoalan-persoalan yang

sulit.
E. Hubugan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
Pasien infeksi HIV menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak sehingga

masalah utama yang dialami oleh ODHA adalah penurunan daya tahan tubuh

yang berdampak pada timbulnya penyakit dan penurunan kualitas hidup

ODHA (Rozi, rahdatu f, 2016).


HIV dan AIDS tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan fisik seorang

individu tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan mereka yang terinfeksi.

Kualitas hidup merupakan komponen penting dalam evaluasi kesejahteraan

dan kehidupan ODHA. Kualitas hidup tidak boleh dikacaukan dengan konsep

standar hidup terutama didasarkan pada pendapatan sebaliknya indikator

standar kualitas hidup tidak hanya mencakup kekayaan dan lapangan

pekerjaan tetapi juga membangun lingkungan, kesehatan fisik dan mental,

pendidikan, rekreasi, waktu senggang, dan milik sosial, (Hardiansyh, 2014).


Keluarga akan menjadi tempat untuk bernaung, untuk mendapatkan

perawatan, untuk mendapat kasih sayang bagi penderita dan anak-anak yang

ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang direnggut oleh keganasan

HIV/AIDS. Dukungan keluarga terutama dalam perawatan ODHA dirumah

biasanya akan menghabiskan biaya lebih murah, lebih menyenangkan, lebih

akrab, dan membuat ODHA sendiri bisa lebih mengatur hidupnya.

Sebenarnya penyakit yang berhubungan dengan ODHA biasanya akan cepat


40

membaik, dengan kenyamanan di rumah, dengan dukungan dari teman

terutama keluarga, (Siboro, Henny K, 2013).


Orang dengan HIV/AIDS adalah orang yang terinfeksi virus HIV dalam

tubuhnya, umumnya orang yang terkena HIV/AIDS lebih mudah

terdiskriminasi dan terstigma pada masyarakat. Sehingga Orang dengan

HIV/AIDS memiliki masalah bukan hanya pada fisik melainkan psikis juga,

maka dibutuhkanlah penanganan pemulihan kesehatan dan mental. Pada

pemulihan mental atau jiwa dukungan keluarga merupakan hal yang sangat

penting dibutuhkan oleh orang dengan HIV/AIDS.


Dalam penelitian mengatakan bahwa responden memiliki skor quality of

life (QOL) signifikan lebih tinggi dalam hubungan sosial dan domain

lingkungan dibandingkan mereka yang tanpa dukungan keluarga (Odili,

2016). Dan hasil penelitian yang telah dilakukan di Klinik VCT RSU

Bethesda GMIM Tomohon pada tanggal 23 Desember 2014 sampai dengan

tanggal 12 Januari 2015, Didapatkan hasil responden yang memiliki kualitas

hidup baik lebih tinggi karena mendapatkan dukungan dari keluarga. (Simboh

& Lolong, 2015) dan dalam penelitian juga mengatakan untuk mencegah

permasalahan psikospiritual perlu adanya dukungan dari keluarga,

( Armiyati , Yunie, 2015).


Dalam penelitian juga mengatakan bagi ODHA yang sudah diketahui

statusnya oleh keluarga dan keluarganya dapat menerima kondisi mereka,

maka dukungan keluarga menjadi faktor utama ODHA dalam minum anti

retro viral (ARV). Biasanya orang tua, suami/istri, anak menjadi orang-orang

terdekat yang mengingatkan untuk minum obat. Keluarga dalam hal ini bisa
41

berfungsi menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ODHA. ( Yuniar,

Yuyun, dkk, 2012)

Anda mungkin juga menyukai