Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAHAN DALAM NEGERI Vol. VI, No.

02/II/P3DI/Januari/2014

Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini

PILKADA SERENTAK DALAM RUU PILKADA


Indra Pahlevi*)

Abstrak
RUU Pilkada masih dibahas oleh Komisi II DPR RI dan Pemerintah dan Pimpinan
Komisi II DPR RI bertekad untuk menyelesaikannya pada Masa Persidangan ini.
Penuntasan RUU ini merupakan momentum yang tepat apalagi adanya Putusan
Mahkamah Konstitusi terhadap Pemilu Serentak yang akan dimulai 2019 mendatang.
Sejalan dengan itu beberapa isu krusial yang ada pada pembahasan RUU Pilkada
ini dapat bisa seiring dengan Putusan MK tersebut dan dihadirkan gagasan pilkada
serentak secara nasional sehingga dalam kurun waktu 5 tahun, Indonesia hanya
menyelenggarakan 2 kali pemilihan, yaitu Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD,
dan DPRD serta pemilihan untuk memilih kepala daerah baik gubernur maupun
bupati/walikota

Pendahuluan selain hasil dari beberapa kali lobby antar-fraksi


Sudah setahun lebih RUU tentang dan Pemerintah juga karena mengingat dampak
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dilakukan yang ditimbulkan oleh kedua jenis pemilihan
pembahasannya oleh Komisi II DPR RI bersama dari kedua tingkatan kepala daerah tersebut.
Pemerintah. Namun hingga awal tahun 2014 ini Dengan jumlah lebih dari 500 kabupaten/
belum juga terselesaikan. Hal itu disebabkan kota saat ini, maka potensi terjadinya gesekan
karena masih ada beberaoa isu krusial yang baik yang bersifat horisontal maupun vertikal
menjadi perdebatan antar-fraksi serta antara akan dapat dikurangi serta dapat menghemat
fraksi dan Pemerintah. Beberapa isu tersebut anggaran atau biaya penyelenggaraannya. Selain
terutama terkait dengan mekanisme pemilihan itu, terdapat alasan agar posisi gubernur dapat
kepala daerah baik gubernur maupun bupati/ lebih kuat daripada bupati/walikota yang
walikota. Meskipun pada akhirnya, Pemerintah selama ini selalu muncul pembangkangan
mengubah posisinya dari semula pemilihan kepada gubernur karena merasa sama-sama
gubernur dilakukan oleh DPRD dan pemilihan legitimate dan memiliki wilayah dengan
bupati/walikota dilakukan secara langsung, otonomi yang berada di kabupaten/kota.
berubah posisi menjadi pemilihan gubernur Isu krusial lainnya terkait dengan
secara langsung dan pemilihan bupati/walikota persoalan paket atau tidak satu paket kepala
dilakukan oleh DPRD. daerah dan wakil kepala daerah. Hal tersebut
Alasan utama perubahan posisi tersebut, sangat terkait dengan alasan pemerintah

*) Peneliti Madya bidang Bidang Politik dan Pemerintahan pada Tim Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan
Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: indra.pahlevi@dpr.go.id

Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 17 -
tentang efektivitas pemerintahan yang selama Tabel
ini dinilai berdasarkan data bahwa terjadi 7 Kluster Isu RUU Pilkada
ketidakharmonisan antara kepala daerah dan
No Isu/Materi Keterangan
wakil kepala daerah sesaat setelah terpilih
dalam pilkada. Apalagi kondisi tersebut 1. Mekanisme secara umum sudah
diperparah dengan sumber partai politik dari Pemilihan disepakati untuk
kedua pemimpin daerah tersebut yang berbeda. pemilihan gubernur
Oleh karena itu Pemerintah mengusulkan agar secara langsung, namun
wakil kepala daerah diusulkan oleh kepala pemilihan bupati/
daerah terpilih, sementara sebagian besar walikota masih terdapat
fraksi di Komisi II DPR RI tetap mengharapkan dua opsi, yaitu secara
langsung dan oleh
agar pasangan kepala daerah dan wakil kepala
DPRD
daerah tetap dalam satu paket.
Atas beberapa hal krusial tersebut, 2. Paket/Tidak Pemerintah
maka pembahasan menjadi berlarut-larut. Satu Paket menginginkan wakil
Namun demikian Pimpinan Komisi II DPR kepala daerah tidak
RI merencanakan akan menyelesaikan RUU satu paket dan hanya
Pilkada ini pada awal tahun 2014 dan sudah diusulkan oleh kepala
dimulai pembahasan di tingkat Panitia daerah terpilih dan
Kerja pada minggu ketiga Januari 2014 dan dapat berasal dari PNS
selanjutnya akan dibahas secara maraton. atau Non-PNS yang
didukung beberapa
Sebenarnya apa saja yang menjadi faktor
fraksi seperti Fraksi PD.
terhambatnya pembahasan RUU Pilkada ini
Sementara sebagian
serta bagaimana proses politik yang berlangsung
besar fraksi lainnya
di Komisi II? Dapat kita bahas pada bagian
menginginkan satu
berikut.
paket antara calon
kepala daerah dan wakil
Pembahasan RUU Pilkada kepala daerah
RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah
3. Syarat ikatan Sebagian besar fraksi
(RUU Pilkada) masuk ke DPR RI pada akhir
perkawainan/ setuju dengan usulan
tahun 2011. Secara formal RUU Pilkada masuk
darah Kepala pemerintah bahwa
ke DPR RI sesuai dengan Surat Presiden Nomor
Dearah perlu diatur terhadap
R-65/Pres/12/2011 tanggal 15 Desember 2011,
syarat bagi calon yang
perihal penunjukan wakil untuk membahas memiliki ikatan darah
RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah. atau perkawinan
Pemerintah menugaskan Menteri Dalam Negeri, dengan petahana
dan Menteri Hukum dan HAM baik secara (incumbent). Tetapi
sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk harus diformulasikan
mewakili dalam membahas RUU tersebut. dengan ketentuan yang
Sesuai dengan Keputusan Rapat Bamus tidak melanggar hak
DPR RI tanggal 12 Januari 2012 dan Surat asasi manusia untuk
Pimpinan DPR RI Nomor TU.04/00311/ ikut dalam pencalonan.
DPR RI/I/2012 tanggal 12 Januari 2012,
4. Tugas dan Dilimpahkan kepada
memutuskan/menyetujui Penanganan RUU Wewenang RUU tentang
tentang Pemilihan Kepala Daerah diserahkan Pemerintahan Daerah
kepada Komisi II DPR RI. Dengan demikian
hingga Januari 2014 ini, proses pembahasan
sudah berlangsung selama 2 (dua) tahun yang
juga belum berhasil untuk disetujui dan apalagi
disahkan menjadi undang-undang.
Dalam pembahasan RUU Pilkada hingga
awal Januari 2014, masih terdapat setidak-
tidaknya 7 (tujuh) kluster isu atau materi
yang belum sepenuhnya tuntas memperoleh
kesepakatan semua fraksi dan Pemerintah.
Adapun ketujuh kluster isu atau materi tersebut
adalah:

- 18 -
5. Penyelesaian Masih terdapat penyelesaian sengketa meskipun masih terdapat
Sengketa beberapa pilihan beberapa pilihan, namun sesungguhnya isu
Hasil yaitu diselesaikan tersebut tidak menjadi sesuatu yang sulit ntuk
oleh MK untuk kedua diputuskan dengan mengingat kebutuhan
jenis pemilihan atau akan penyelesaian hasil yang terbaik. Berbagai
diselesaikan oleh MK kejadian menjadi pelajaran penting bagi Komisi
hanya untuk gubernur II dan Pemerintah seperti kasus mantan Ketua
sedangkan sengketa MK Akil Mochtar serta Putusan MK tentang
hasil pilbup/walikota Pemilu Serentak. Yang paling utama adalah
oleh MA atau sebaliknya hadirnya penyelesaian sengketa hasil yang adil
atau keduanya oleh MA. dan transparan.
Perkembangan terakhir Yang paling mengganjal adalah terkait
akan disesuaikan paket atau tidak satu paket bagi wakil kepala
dengan usulan pilkada daerah. Hal ini sangat penting bagi partai
serentak. politik. Sementara Pemerintah berpandangan
6. Pilkada Seluruh fraksi sepakat bahwa efektivitas pemerintahan sangat
Serentak dengan usulan plkada penting dan salah satu sebabnya adalah tidak
serentak termasuk harmonisnya antara kepala daerah dan wakil
Pemerintah. Apalagi kepala daerah. Terhadap isu ini perlu kiranya
adanya Putusan MK dilakukan pendekatan asas manfaat sekaligus
terhadap Pemilu tidak menghilangkan akomodasi kepentingan
Serentak 2019. Namun secara terbatas dan terukur. Kepala daerah tetap
demikian masih dicari memiliki kendali tetapi sumbernya tidak harus
format yang tepat agar dari satu sumber dan dubuka seluas-luasnya bagi
tidak terjadi gejolak yang memiliki kompetensi.
politik yang tinggi Terakhir terhadap mekanisme pemilihan
serta sejalan dengan khususnya bagi bupati/walikota, seharusnya
tujuan menciptakan keika disepakati adanya pilkada serentak, maka
HIHNWLWDV GDQ HVLHQVL pemilihan langsung menjadi satu pilihan terbaik
penyelenggaraan agar kompatibel dengan gagasan pemilihan yang
pilkada. legitimate, sederhana, mudah, sekaligus murah.
7. Dana Sebagian besar fraksi Sebab, belum ada jaminan pemilihan oleh DPRD
sepakat dianggarkan MXJDOHELKPXUDKGDQWLGDNKDGLUQ\DNRQLNEDLN
oleh APBD dengan horisontal maupun vertikal.
standarisasi dan
mekanisme jelas. Pilkada Serentak
Namun mengikuti Pascalahirnya Putusan MK No. 14/
perkembangan Putusan PUU-XI/2013 tentang Pengujian UU No. 42
MK tentang Pemilu Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan
Serentak, maka perlu Wakil Presiden terhadap UUD Negara RI Tahun
dipikirkan bahwa 1945 yang mengabulkan sebagian, yaitu dengan
penganggaran pilkada
putusan bahwa Pasal 3 ayat (5), Pasal 12 ayat
dibebankan kepada
(1) dan ayat (2), Pasal 14 ayat (2), dan Pasal 112
APBN.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Sumber: Hasil Lobby dan Pembahasan Rapat Panja
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
RUU Pilkada 23-26 Januari 2014 (diolah) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara
Berdasarkan matriks di atas terlihat Republik Indonesia Nomor 4924) bertentangan
bahwa beberapa isu sudah dapat disepakati dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
seperti syarat ikatan darah atau perkawinan Indonesia Tahun 1945. Putusan tersebut berlaku
dengan catatan agar tidak dinilai sebagai pada tahun 2019. Artinya bahwa ketentuan
bentuk pelanggaran hak politik seseorang untuk UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan
menjadi calon kepala daerah. Juga terhadap Presiden dan Wakil Presiden yang menyebutkan
pilkada serentak yang secara substansial dapat bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden
disetujui oleh semua fraksi dengan beberapa diselenggarakan setelah pemilihan umum untuk
format dan apalagi setelah adanya Putusan memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD dianggap
Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap pemilu MK bertentangan dengan konstitusi, sehingga
serentak tahun 2019. Begitu juga terhadap pada pemilu 2019 harus diselenggarakan

- 19 -
serentak atau bersamaan dengan pemilihan berhak mengaturnya dengan tetap mengingat
untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD. asas proporsionalitas, keadilan, serta dampak
Selanjutnya, putusan Mahkamah politisnya.
Konstitusi di atas akan memiliki pengaruh pada Pada akhirnya rakyat hanya akan
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah yang dihadapkan kepada 2 kali pemilihan dalam
juga memiliki wacana untuk diselenggarakan kurun waktu dua tahun yaitu pemilu serentak
secara serentak guna mengurangi biaya politik untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD
(political cost) serta biaya ekonomi (economical serta pemilihan presiden dan wakil presiden,
cost) yang selama ini menjadi senjata serta pemilihan serentak untuk memilih kepala
Pemerintah untuk mengembalikannya kepada daerah satu tahun berikutnya. Sisa waktu dapat
DPRD. Setidaknya data yang dirilis Indonesia difokuskan untuk membangun baik tingkat
Corruption Watch (ICW) memperlihatkan nasional maupun daerah.
biaya penyelengaraan pilkada di Indonesia
2010 mencapai Rp 3,6 triliun. Sementara, dana Penutup
yang dikeluarkan para kandidat di 244 Pilkada Sebagai penutup dapat disampaikan
pada tahun tersebut diperkirakan mencapai bahwa saat inilah momentum untuk
Rp 10,9 trilun. Namun demikian tingginya menyelesaikan pembahasan RUU tentang
biaya tersebut tidak otomatis menjadi alasan Pilkada. Hal ini sangat penting dengan
untuk kemudian mengubah pilkada dlakukan mengingat berbagai faktor yaitu, pertama,
oleh DPRD kembali. Alasannya, belum ada faktor menjelang berakhirnya masa jabatan
jaminan pemilihan oleh DPRD akan mengubah keanggotaan DPR RI periode 2009 2014
VHFDUD VLJQLNDQ RQJNRV \DQJ GLNHOXDUNDQ yang notabene masih memiliki kewajiban
untuk penyelenggaraan pilkada. Belum lagi untuk menyelesaikan RUU ini, kedua, seiring
bila dikaitkan dengan soal kualitas dan dengan momentum putusan MK tentang
legitimasinya. 3HPLOX VHUHQWDN  JXQD OHELK PHQJHVLHQ
Dengan adanya Putusan MK di atas, dan mengefektifkan penyelenggaraan pemilu,
maka perlu dikembangkan wacana tentang dan ketiga, momentum untuk memperbaiki
diselenggarakannya pilkada serentak apapun format penyelenggaraan pilkada yang sejalan
modelnya guna lebih sinkron lagi dengan dengan penataan pemilu secara keseluruhan
penyelenggaraan pemilu serentak. Artinya, tanpa mengurangi nilai demokrasi yang sudah
gagasan pilada serentak ini dapat mencapai berkembang baik di Indonesia.
tujuan hadirnya proses pemilihan yang efektif Komisi II DPR RI dan Pemerintah
GDQ HVLHQ EDLN GDUL VLVL SROLWLN PDXSXQ serta DPD harus memiliki komitmen untuk
ekonominya. Apalagi rakyat kita saat ini menyelesaikannya tanpa melihat secara
cenderung jenuh yang ditandai menurunnya pragmatis kepentingan setiap fraksi dan/atau
partisipasi pemilih dalam setiap pilkada di partai politik. Kepentingan yang harus muncul
daerah-daerah bahkan hingga di bawah 50% adalah kepentingan bangsa dan negara guna
dari daftar pemilih. mensejahterakan rakyat.
Lalu bagaimana gagasan pilkada
serentak ini dapat terwujud? Salah satunya
melalui pengaturannya dalam RUU Pilkada
Rujukan
1. Hasil Pembahasan Panitia Kerja RUU Pilkada
yang masih dibahas oleh Komisi II DPR RI dan
tanggal 23 26 Januari 2014.
Pemerintah saat ini. secara normatif, diatur
2. Matriks Hasil Lobby RUU Pilkada per tanggal
bahwa penyelenggaraan pilkada dilaksanakan
1 Oktober 2013.
secara bersamaan baik untuk memilih gubernur 3. Draft RUU Pilkada dari Pemerintah.
maupun bupati/walikota. Selanjutnya diatur 4. RUU Pilkada Masih Belum Jelas, dalam
dalam ketentuan peralihan terhadap berbagai
Harian Republika, tanggal 3 Oktober 2013.
pilkada yang akan dilaksanakan dalam kurun
waktu setelah pemilu 2014 dan selanjutnya akan
diselenggarakan pilkada serentak pada tahun
2020 atau setahun setelah pemilu serentak. Hal
ini menjadi kewenangan pembentuk undang-
undang karena UUD Negara RI Tahun 1945
tidak mengatur periodisasi kepala daerah
sehingga ketika ada periode kepala daerah
yang terpotong tidak sampai 5 tahun, maka UU

- 20 -

Anda mungkin juga menyukai