MAKALAH
Oleh :
LAURENCUS BUTSI SIAGIAN
NIP. 19750323 200604 1 004
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah
digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang
gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok
masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional (Depkes,
Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare
atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup
baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya
baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga
dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga
untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi
lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan
anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan
keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta
Upaya pelayanan gizi di puskesmas merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan dasar tingkat puskesmas yang perlu selalu ditingkatkan kualitasnya. Sebab
kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Upaya ini bertujuan mendorong
masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatannya dan menyadari pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Masyarakat akan membutuhkan
pelayanan kesehatan dan informasi tentang masalah kesehatan dan gizi yang dihadapinya
masyarakat, serta melakukan koordinasi terhadap semua upaya dan sarana pelayanan
kesehatan yang ada di wilayahnya sesuai dengan kewenangannya. Program-program
kesehatan, terutama yang terkait dengan gizi perlu selalu disosialisasikan secara terus
menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah laku kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam
bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium,
Sejalan dengan hal tersebut, perlu diambil langkah-langkah terobosan dalam upaya
peningkatan pelayanan gizi di puskesmas. Salah satu terobosan yang ditempuh sejak awal
Repelita VI adalah pengembangan Pojok Gizi (POZI) di puskesmas yang merupakan upaya
Pentingnya pelayanan gizi di puskesmas sudah lama disadari, mengingat masalah gizi
dan pengaturan makanan / diet merupakan komponen penting masalah gizi dan penyakit yang
berkaitan dengan gizi. Sampai saat ini pelayanan gizi di puskesmas masih belum optimal
yang tentunya akan berdampak negatif terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan
masalah gizi dan berbagai penyakit penyertanya, yang dapat mengakibatkan tingginya case
fatality penyakit yang berkaitan dengan gizi seperti Diabetes Melitus (DM), Hipertensi dan
1. Pengertian Puskesmas
secara menyeluruh dan bertingkat serta berintegrasi kepada masyarakat, di wilayah kerja
baik teknis maupun administrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Daerah tingkat II.
Sesuai dengan sistem kesehatan nasional, puskesmas berkedudukan pada suatu tingkat
a. Melaksanakan upaya pembinaan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas, dilakukan
Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar sampai dengan
bulan Maret tahun 2009 mencapai 26.076 KK dan 6.303 jiwa dengan jumlah balita sebanyak
6. Mata Pencaharian
Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Kenali Besar sebagian besar kepala keluarga
bermata pencaharian utama sebagai berikut :
- Petani 10,5 %
- Buruh 25 %
- Wiraswasta 9,2 %
- PNS 10,3 %
- Lain-lain 45 %
7. Kesehatan
Hal-hal yang mencakup kesehatan secara umum dibina secara periodik melalui
penyuluhan kesehatan dari Puskesmas Kenali Besar. Kesadaran masyarakat secara umum
sudah cukup baik dengan adanya sarana jamban keluarga, tempat pembuangan sampah umum
8. Keluarga Berencana
Masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar telah memiliki tingkat
kesadaran yang cukup tinggi tentang arti keluarga berencana. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
aseptor KB dengan menggunakan metode IUD, suntik, pil, kondom dan implant
Jumlah kelurahan dalam wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar berjumlah 2 (dua) kelurahan
antara lain :
b. Fasilitas Kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar antara lain :
Jumlah posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar pada tahun 2010
posyandu lannya dengan strata purnama, dimana jumlah kader masing-masing posyandu
Sebagian posyandu di wilayah Puskesmas Kenali Besar telah memiliki tempat sendiri
(terpisah dari rumah penduduk) dan sebagian masih dilakukan di rumah penduduk. Lokasi
posyandu tersebar merata di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar dengan luas
wilayah mencapai 2850 hektar yang terdiri dari tanah pemukiman penduduk dan lahan
a. Status Gizi
Grafik. 1
Situasi Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Periode Tahun 2007-2009
Situasi satus gizi pada periode tahun 2007 s/d 2009 dilihat pada grafik diatas dapat dilihat
dimana kasus gizi buruk dan kurang (berdasarkan BB/U) masih ditemukan diwilayah kerja
b. Balok SKDN
Grafik. 2
Balok SKDN di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Periode Tahun 2007-2009
Tingkat partisipasi masyarakat dalam hal pemamfaatan posyandu yang berasal dari dan untuk
masyarakat dapat dilihat pada balok SKDN diatas, selain itu perkembangan posyandu pada
periode 2007 s/d 2009 dapat dilihat pada grafik diatas karena pada dasarnya perkembangan
masing-masing posyandu tidak akan sama hal ini berkaitan dengan bagaimana tingkat
c. Tingkatan Posyandu
Grafik. 3
Tingkatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar
Periode Tahun 2007-2009
Pada grafik diatas dapat dilihat tingkatan posyandu yang ada di wilayah Puskesmas Kenali
Besar mengalami perubahan secara kuantitas dan kualitas, hal ini dapat dilihat dari jumlah
Grafik. 4
Kejadian Anemia, KEK, ASI Ekslusif, dan Kunjungan POZI
di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Periode Tahun 2007-2009
Pada grafik diatas dapat dilihat kejadian anemia, Kurang Energi Kronis pada ibu hamil,
cakupan Asi Eksklusif dan kunjungan pojok gizi yang bergerak secara dinamis pada periode
e. Vitamin A
Grafik. 5
Cakupan Vitamin A di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar
Periode Tahun 2007-2009
Data cakupan Vitamin A bayi, balita dan ibu nifas yang merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi penyakit akibat kekurangan vitamin A dapat dilihat pada grafik diatas.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan tentang inovasi dan
intervensi terpadu untuk mengatasi masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar
guna peningkatan pengetahuan melalui sistem dan sarana yang ada dipuskesmas serta upaya
membuat pelayanan pojok gizi dan pojok menyusui serta pembuatan sampel UPGK dan
inovasi lain seperti kartu antrian plus yang diharapkan dapat menambah tingkat pengetahuan
tentang gizi sebagai upaya promotif dan preventif pada bidang gizi di Puskesmas Kenali
Besar berkaitan dengan penilaian tenaga pelaksana gizi puskesmas tahun 2010.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH DAN LANGKAH
PEMECAHAN MASALAH
A. Identifikasi Masalah Program Gizi Puskesmas Kenali Besar
Masalah gizi yang ada di Puskesmas Kenali Besar sangat kompleks dan bervariasi
kasusnya hal ini dapat dilihat dari kasus-kasus gizi seperti : masih ditemukannya gizi kurang,
gizi buruk, anemia pada ibu hamil serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asupan
nutrisi yang tidak tepat, kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor yang
1. Penyebab langsung yaitu makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita . Penyebab
gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.
Sebagai contoh Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau
demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik
maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik
2. Penyebab tidak langsung disebabkan oleh faktor-faktor sangat terkait dengan tingkat
pendidikan, pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, dan ketrampilan keluarga, ketahanan
pangan yang berkaitan dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga.
Makalah ini menyajikan beberapa upaya terpadu dan inovasi yang telah dilakukan di
mengenai masalah kesehatan khususnya bidang gizi serta pelaksanaan progam yang telah
ditetapkan.
puskesmas oleh tenaga gizi terdidik atau terlatih kepada setiap pengunjung puskesmas yang
- Status gizi yang meliputi pengukuran antropometri (BB, TB, Lingkar Lengan Atas / LiLA)
- Pengkajian klinis, mengkaji dan meliputi tanda-tanda klinis atau kelainan fisik.
- Pengkajian laboratorium, mengkaji hasil pemeriksaan kadar gula darah, kadar Hb, urine,
- Pengkajian kebiasaan makan dengan cara food recall atau anamnesis yang merupakan
b. Konseling Gizi, memberikan informasi tentang gizi dan dietetik yang erat kaitan dengan
TIDAK
JENIS ADA
ADA
1. Media penyuluhan atau konseling gizi
a. Prosedur tetap
b. Brosur / leaflet diet
c. Pedoman pemanfaatan ASI
d. Pedoman MPASI
e. Pedoman makan ibu hamil dan menyusui
f. Pedoman makanan usia lanjut
g. Kartu Menuju Sehat (KMS)
h. Poster grafik index massa tubuh (IMT)
i. Buku pedoman IMT
j. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
k. Pedoman penanggulangan kelainan gizi (Vit. A, Anemia, GAKY, KEP)
l. Angka Kecukupan Gizi
m. Daftar Bahan Penukar
n. Food Model
o. Daftar Komposisi Bahan Makanan
p. Kartu Status / Formulir Registrasi
q. Formulir Rekapitulasi
2. Bahan paket pertolongan gizi
a. Kapsul yodium -
b. Kapsul Vit. A -
c. Tablet atau sirop Fe -
d. Obat cacing -
e. Oralit -
f. Layanan Dietetik (makanan khusus untuk rawat inap) -
3. Alat-alat
a. Hb meter
b. Tensi meter
c. Timbangan
d. Mikrotoice
e. Pita LiLA (fibreglas)
f. Alat / reagen reduksi urine
g. Alat tes reagen gula darah
h. Mocroscop
i. Filing Cabinet
Tenaga Kesehatan
Secara spesifik tenaga yang sangat berperan dalam kegiatan POZI adalah tenaga
kesehatan yang merujuk ke POZI dan tenaga pelaksana gizi puskesmas. Ahli gizi adalah
seseorang profesional yang mempunyai kualifikasi untuk memikul tanggung jawab terhadap
upaya peningkatan status gizi melalui pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta
puskesmas maka diperlukan tenaga gizi terdidik D3 atau D1 gizi. Tugas dari tenaga gizi
puskesmas antara lain merencanakan kegiatan POZI, melaksanakan pelayanan gizi POZI,
melakukan pencatatan dan pelaporan serta membuat visualisasi cakupan POZI dan jenis
pelayanan gizi yang diberikan. Dalam melaksanakan pelayanan gizi antara lain pengkajian
gizi, tenaga gizi menterjemahkan bentuk diet yang diberikan dokter ke dalam bentuk
makanan.
Puskesmas Kenali Besar memiliki tenaga gizi hanya 2 orang dengan pendidikan D3
Gizi 1 Orang dan SPAG (saat ini ditempatkan dibagian Karcis). Agar POZI yang merupakan
usaha promotif dan preventif kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
jadwal kerja di Puskesmas Kenali Besar maka dibutuhkan penambahan tenaga gizi untuk
kegiatan tersebut. Karena beban kerja tenaga gizi di puskesmas yang besar untuk turun ke
lapangan serta kegiatan POZI ini dan tidak bisa dilaksanakan oleh 1 orang tenaga gizi saja.
Seperti halnya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Novelasari, SKM dkk (1998) bahwa
Peran petugas kesehatan yang merujuk sangatlah penting, dalam hal ini berdasarkan
rujukan petugas kesehatan pada unit BKIA, Balai Pengobatan (BP) dan unit lain, dari dokter
ataupun datang langsung ke POZI untuk kunjungan ulang sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
MEKANISME LAYANAN POZI
2. Pojok Laktasi
kepedulian berkaitan dengan pemberian ASI Ekslusif yang sesuai dengan kaidah kesehatan,
Salah satu inovasi baru yang dikembangkan di Posyandu dan kemudian dilaksanakan
di Puskesmas Kenali Besar adalah melalui sistem antrian pasien yang datang ke puskesmas
Gambar 3. Kartu
Antrian Plus
Kartu Antrian yang
dikembangkan di Posyandu
pengunjung yang datang ke posyandu maupun yang datang ke puskesmas. Penulis menyadari
bahwa inovasi ini tidak serta merta menjadi media yang paling tepat, untuk itu penulis tetap
menjalankan sistem-sistem yang telah ada seperti penyuluhan di dalam dan di luar gedung.
Dengan kata lain inovasi tersebut merupakan salah satu media yang diharapkan dapat
membuat nilai tambah guna penyampaian informasi kesehatan dan bidang gizi khususnya.
Penulis berharap suatu saat metode ini dapat dikembangkan secara luas di posyandu,
klinik atau bahkan pihak-pihak swasta yang melayani konsumen agar dapat ikut serta dalam
usaha alih informasi ini sehingga percepatan penyebaran informasi dapat berjalan dengan
optimal.
kesehatan yang pada akhirnya dapat menekan angka permasalahan pada bidang gizi, dan hal
ini sangat mungkin dapat diterapkan di Puskesmas, media ini selain sebagai media informasi
ketersediaan pangan dalam rumah tangga. Melalui media ini penulis mengharapkan
pengunjung dapat melihat contoh yang ada di puskesmas untuk diterapkan di rumah tangga
masing-masing, dengan kata lain lahan sempit, tenaga, modal bukanlah hal yang menghambat
hal mudah dan membutuhkan waktu, berdasarkan pemikiran itulah penulis berusaha
membuat contoh yang mungkin dapat dilakukan dirumah tangga, hal ini sejalan dengan
kegiatan-kegiatan penyuluhan didalam gedung dengan kata lain penulis dapat menunjukkan
Media ini diharapkan dapat menjadi contoh dan dapat membantu upaya penyuluhan
baik yang dilakukan pada pojok gizi maupun penyuluhan di dalam gedung tentang bagaimana
Puskesmas Kenali Besar angka kejadian anemia cukup besar. Melihat kasus ini penulis
berusaha melakukan FGD khususnya pada pasien-pasien yang menderita anemia dengan
bekerja sama dengan poliklinik umum, laboratorium, KIA. Melalui FGD diharapkan pasien
dapat bertukar informasi kepada sesama pasien tentang penyebab anemi dan pada proses ini
peran petugas gizi dan kesehatan yang lain dapat memberikan informasi yang benar sehingga
pasien anemia dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah anemi yang mereka
alami.
a. Pemberian Vitamin A
dan balita dilaksanakan secara baik dan benar dan pendistribusiannya juga merata sehingga
jumlah cakupan yang diperoleh dapat optimal. Untuk mencapai hal tersebut kegiatan yang
dilakukan adalah:
Untuk mendapatkan jumlah sasaran yang tepat petugas gizi sebelum pelaksanaan
bulan Vitamin A petugas gizi telah meminta jumlah sasaran yang ada di posyandu, TK, TPA
dengan demikian hal ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai jumlah Vitamin A
2. Distribusi Vitamin A
memberikan keleluasaan waktu dalam hal pemberian vitamin A dengan hasil akhir yang
3. Ketenagaan
Untuk memberikan vitamin A petugas gizi dapat memberdayakan sumber daya yang
ada seperti petugas kesehatan, Bidan desa, kader posyandu, guru TK yang sebelumnya telah
diberikan penjelasan tentang apa dan mengapa harus diberikan Vitamin A, kondisi ini dapat
karena pada proses ini telah terjadi alih informasi yang benar.
Vitamin A tidak hanya diperuntukkan untuk bayi dan balita tetapi ibu nifas juga perlu
diberikan Vitamin A dengan waktu dan dosis yang tepat. Kerja sama yang telah dilakukan
oleh petugas gizi pada hal ini adalah dengan bekerja sama dengan bidan-bidan praktek
swasta, kader posyandu dalam hal mendistribusikan vitamin A ibu nifas kepada sasaran.
Hasil akhir dari kerja sama ini diharapkan semua ibu nifas mendapatkan Vitamin A yang
bermanfaat bagi ibu dan bayinya serta menggalakkan program ASI Ekslusif.
c. Pemeriksaan Garam Beryodium
Kekurangan yodium merupakan masalah gizi yang harus ditangani dengan baik,
upaya yang dilakukan pemerintah seperti fortifikasi yodium telah dilakukan dan menyerap
dana yang cukup besar, untuk itu perlu pengawasan yang ketat terhadap produk-produk yang
menclaim telah menambahkan zat yodium pada produk daganganya. Hal yang dilakukan oleh
petugas gizi adalah dengan jalan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan uji zat
yodium pada garam. Sebelum melaksanakan uji tersebut hal-hal yang saya lakukan adalah
memberikan penyuluhan kepada para murid SD tentang kegunaan yodium serta bahan
makanan yang mengandung zat yodium serta akibat-akibat yang dapat merugikan akibat
Uji yang dilakukan di sekolah dirasakan penulis masih jauh dari sempurna untuk itu
penulis juga mensosialisasikan hal ini sampai keposyandu dengan uji sederhana dengan
masyarakat untuk ikut peduli dengan pentingnya yodium dan bagaimana cara menguji zat
Gambar 7. Kegiatan
informasi mengenai gizi serta memberdayakan sumber daya yang ada karena penulis
menyadari sepenuhnya bahwa permasalahan gizi tidak akan selesai tanpa melibatkan seluruh
komponen masyarakat yang ada, serta program kesehatan yang lain yang juga akan
berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha ini, selain itu juga petugas gizi sebaiknya
Gambar 8.
informasi mengenai kesehatan khususnya dalam bidang gizi tetap bisa berkesinambungan,
pembinaaan yang serius pada akhirnya tentu saja akan berdampak positif guna mendorong
peran serta masyarakat, hasil lansung dari upaya ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi
pelayanan kesehatan. Hasil lain yang diperoleh dari pembinaan ini dengan diterimanya
penghargaan oleh salah satu posyandu yang ada diwilayah kerja Puskemas Kenali Besar yaitu
yang dilakukan yang pada akhirnya dapat memotivasi seluruh posyandu yang ada untuk
dapat mencontoh hasil positif ini sehingga proses alih informasi dapat dilakukan secara cepat
dan tepat.
Penyebab langsung terjadinya gizi buruk pada anak adalah infeksi dan penyebab tidak
langsung seperti perilaku, tingkat pengetahuan dan ketahanan pangan. Tugas dan tanggung
jawab petugas gizi dalam hal ini adalah memberikan intervensi yang tepat dan terpadu tidak
1. Pelacakan kasus
Dalam hal ini penemuan kasus dapat dilakukan dengan jalan melakukan pelacakan
kasus ataupun laporan dari posyandu, bidan praktek serta pasien yang datang berobat ke
Puskesmas.
Petugas gizi melakukan pengecekan antropometri, gejala klinis secara baik dan benar
Selanjutnya melakukan laporan ke kepala puskesmas dan dinas kesehatan serta instansi
terkait.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menunjang hasil pemeriksaan perlu dilakukan pemeriksaan darah pada pasien,
hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar Hb, dan infeksi yang diderita pasien.
4. Terapi Obat
Setelah diketahui jumlah Hb, infeksi, Pasien diarahkan untuk melakukan konsultasi
dengan dokter yang ada di puskesmas guna mendapatkan pengobatan serta penyembuhan
5. Lintas Program
Kerja sama lintas program perlu dilakukan agar faktor-faktor yang mengakibatkan
kasus ini dapat diselesaikan dengan seksama. Sebuah gambaran kegiatan dibawah ini yang
Pasien X yang ada pada gambar ini mengalami kondisi gizi buruk berdasarkan BB/U,
setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium Hb pasien kurang dari normal dan mengalami
pemberian PMT serta penyuluhan bersama dengan program yang lain dengan hasil akhir
yang diperoleh kasus dapat diatasi dengan baik dan tidak akan terulang kembali.
Penyelesaian kasus gizi buruk dan kurang tidak akan selesai dengan pemberian PMT
saja, hal terbesar yang perlu dilakukan dengan serius adalah dengan mengidentifikasi
penyebab dan meyatukan semua program yang ada serta kerja sama lintas program yang ada.
Melalui upaya pendampingan kelurga yang rawan gizi buruk agar pada akhirnya mereka
Kunjungan Rumah Pasien Gizi Buruk Pemeriksaan Antropometri dan Pemeriksaan Laboratorium
Gejala klinis Pasien Gizi Buruk Pasien Gizi Buruk
Tgl. 4 Maret 2007
Kunjungan Rumah Pasien Gizi Buruk Kunjungan Rumah Pasien Gizi Buruk
5. Kegiatan Tambahan
Kegiatan tambahan yang merupakan alternatif lain penyebaran informasi gizi ialah
melalui kegiatan-kegiatan lomba seperti Lomba LBSI pada tingkat Puskesmas yang memiliki
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
2. Sebagai wadah forum komunikasi antar posyandu di wilayah Puskesmas Kenali Besar.
3. Sebagai wadah pengembangan kegiatan keilmuan, ketrampilan dalam bidang kesehatan dan
khususnya bidang gizi untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
4. Meningkatkan pengetahuan Ibu Bayi dan Balita serta kader posyandu dalam bidang kualitas
5. Mempererat tali persaudaraan antar warga masyarakat diwilayah kerja puskesmas kenali
besar.
Selain itu kondisi ini pada akhirnya juga sebagai faktor penunjang pelaksanaan
program-program gizi, dari kegiatan yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa minat
warga masyarakat sangat besar pada kegiatan ini, hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta
maupun para donatur yang berperan dalam hal pendanaan acara tersebut. Dari wawancara
yang penulis lakukan terhadap beberapa kader posyandu diwilayah kerja puskesmas kenali
besar mereka menyatakan kegiatan ini perlu terus dilaksanakan untuk menghilangkan
kejenuhan dalam hal melaksanakan tugas-tugas sebagai kader dan secara tidak langsung telah
membawa suasana kompetitif yang membangun antar posyandu. Bertitik tolak dari hal ini
pada tanggal 15 Mei 2010 telah diadakan Lomba LBSI tingkat puskesmas kenali besar yang
A. Kesimpulan
1. Upaya intervensi permasalahan gizi perlu dikembangkan dan dilaksanakan secara terarah dan
terpadu.
2. Dibutuhkan media yang inovatif yang murah dan praktis guna menyebarluaskan informasi
gizi.
3. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral sangat perlu dikembangkan untuk mengatasi
masalah gizi.
dioptimalkan seperti pojok gizi, pojok laktasi guna penyampaian pesan-pesan gizi.
5. Fungsi petugas gizi di puskesmas tidak hanya sekedar melakukan upaya rehabilitatif pada
pasien-pasien gizi tetapi yang paling utama adalah melakukan upaya promotif kepada
masyarakat.
B. Saran
1. Penulis sangat mengharapkan bantuan agar inovasi ini dapat disebarluaskan sehingga dapat
petugas gizi sebagai stimulus untuk meningkatkan kemampuan dalam hal pengembangan
3. Perlunya pembinaan dilakukan oleh pimpinan puskesmas atau jajaran diatasnya sehingga
dapat memotivasi petugas kesehatan dalam hal kerja sama lintas program dan lintas sektoral
Pada tahap lanjut kegiatan ini dapat melibatkan sektor pendidikan seperti PAUD, TK, SD,
guna penyebarluasan informasi Gizi sejak usia dini karena seperti kita ketahui masa proses
penyerapan informasi yang paling ba
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah
digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang
gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok
masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional (Depkes,
Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare
atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup
baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya
baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga
dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga
untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi
lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan
anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan
keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta
Upaya pelayanan gizi di puskesmas merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan dasar tingkat puskesmas yang perlu selalu ditingkatkan kualitasnya. Sebab
kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Upaya ini bertujuan mendorong
masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatannya dan menyadari pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Masyarakat akan membutuhkan
pelayanan kesehatan dan informasi tentang masalah kesehatan dan gizi yang dihadapinya
masyarakat, serta melakukan koordinasi terhadap semua upaya dan sarana pelayanan
kesehatan, terutama yang terkait dengan gizi perlu selalu disosialisasikan secara terus
menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah laku kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam
bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium,
Sejalan dengan hal tersebut, perlu diambil langkah-langkah terobosan dalam upaya
peningkatan pelayanan gizi di puskesmas. Salah satu terobosan yang ditempuh sejak awal
Repelita VI adalah pengembangan Pojok Gizi (POZI) di puskesmas yang merupakan upaya
Pentingnya pelayanan gizi di puskesmas sudah lama disadari, mengingat masalah gizi
dan pengaturan makanan / diet merupakan komponen penting masalah gizi dan penyakit yang
berkaitan dengan gizi. Sampai saat ini pelayanan gizi di puskesmas masih belum optimal
yang tentunya akan berdampak negatif terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan
masalah gizi dan berbagai penyakit penyertanya, yang dapat mengakibatkan tingginya case
fatality penyakit yang berkaitan dengan gizi seperti Diabetes Melitus (DM), Hipertensi dan
1. Pengertian Puskesmas
secara menyeluruh dan bertingkat serta berintegrasi kepada masyarakat, di wilayah kerja
Puskesmas Kenali Besar didirikan pada tahun anggaran 1991 - 1992 dan mulai
baik teknis maupun administrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Daerah tingkat II.
Sesuai dengan sistem kesehatan nasional, puskesmas berkedudukan pada suatu tingkat
a. Melaksanakan upaya pembinaan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas, dilakukan
5. Pendudukan
Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar sampai dengan
bulan Maret tahun 2009 mencapai 26.076 KK dan 6.303 jiwa dengan jumlah balita sebanyak
6. Mata Pencaharian
Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Kenali Besar sebagian besar kepala keluarga
bermata pencaharian utama sebagai berikut :
- Petani 10,5 %
- Buruh 25 %
- Wiraswasta 9,2 %
- PNS 10,3 %
- Lain-lain 45 %
7. Kesehatan
Hal-hal yang mencakup kesehatan secara umum dibina secara periodik melalui
penyuluhan kesehatan dari Puskesmas Kenali Besar. Kesadaran masyarakat secara umum
sudah cukup baik dengan adanya sarana jamban keluarga, tempat pembuangan sampah umum
8. Keluarga Berencana
Masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar telah memiliki tingkat
kesadaran yang cukup tinggi tentang arti keluarga berencana. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
aseptor KB dengan menggunakan metode IUD, suntik, pil, kondom dan implant
Jumlah kelurahan dalam wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar berjumlah 2 (dua) kelurahan
antara lain :
b. Fasilitas Kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar antara lain :
Jumlah posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar pada tahun 2010
posyandu lannya dengan strata purnama, dimana jumlah kader masing-masing posyandu
Sebagian posyandu di wilayah Puskesmas Kenali Besar telah memiliki tempat sendiri
(terpisah dari rumah penduduk) dan sebagian masih dilakukan di rumah penduduk. Lokasi
posyandu tersebar merata di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar dengan luas
wilayah mencapai 2850 hektar yang terdiri dari tanah pemukiman penduduk dan lahan
a. Status Gizi
Grafik. 1
Situasi Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Periode Tahun 2007-2009
Situasi satus gizi pada periode tahun 2007 s/d 2009 dilihat pada grafik diatas dapat dilihat
dimana kasus gizi buruk dan kurang (berdasarkan BB/U) masih ditemukan diwilayah kerja
b. Balok SKDN
Grafik. 2
Balok SKDN di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Periode Tahun 2007-2009
Tingkat partisipasi masyarakat dalam hal pemamfaatan posyandu yang berasal dari dan untuk
masyarakat dapat dilihat pada balok SKDN diatas, selain itu perkembangan posyandu pada
periode 2007 s/d 2009 dapat dilihat pada grafik diatas karena pada dasarnya perkembangan
masing-masing posyandu tidak akan sama hal ini berkaitan dengan bagaimana tingkat
Grafik. 3
Tingkatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar
Periode Tahun 2007-2009
Pada grafik diatas dapat dilihat tingkatan posyandu yang ada di wilayah Puskesmas Kenali
Besar mengalami perubahan secara kuantitas dan kualitas, hal ini dapat dilihat dari jumlah
Grafik. 4
Kejadian Anemia, KEK, ASI Ekslusif, dan Kunjungan POZI
di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Periode Tahun 2007-2009
Pada grafik diatas dapat dilihat kejadian anemia, Kurang Energi Kronis pada ibu hamil,
cakupan Asi Eksklusif dan kunjungan pojok gizi yang bergerak secara dinamis pada periode
e. Vitamin A
Grafik. 5
Cakupan Vitamin A di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar
Periode Tahun 2007-2009
Data cakupan Vitamin A bayi, balita dan ibu nifas yang merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi penyakit akibat kekurangan vitamin A dapat dilihat pada grafik diatas.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan tentang inovasi dan
intervensi terpadu untuk mengatasi masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar
guna peningkatan pengetahuan melalui sistem dan sarana yang ada dipuskesmas serta upaya
membuat pelayanan pojok gizi dan pojok menyusui serta pembuatan sampel UPGK dan
inovasi lain seperti kartu antrian plus yang diharapkan dapat menambah tingkat pengetahuan
tentang gizi sebagai upaya promotif dan preventif pada bidang gizi di Puskesmas Kenali
Besar berkaitan dengan penilaian tenaga pelaksana gizi puskesmas tahun 2010.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH DAN LANGKAH
PEMECAHAN MASALAH
Masalah gizi yang ada di Puskesmas Kenali Besar sangat kompleks dan bervariasi
kasusnya hal ini dapat dilihat dari kasus-kasus gizi seperti : masih ditemukannya gizi kurang,
gizi buruk, anemia pada ibu hamil serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asupan
nutrisi yang tidak tepat, kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor yang
1. Penyebab langsung yaitu makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita . Penyebab
gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.
Sebagai contoh Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau
demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik
maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik
2. Penyebab tidak langsung disebabkan oleh faktor-faktor sangat terkait dengan tingkat
pendidikan, pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, dan ketrampilan keluarga, ketahanan
pangan yang berkaitan dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga.
Makalah ini menyajikan beberapa upaya terpadu dan inovasi yang telah dilakukan di
mengenai masalah kesehatan khususnya bidang gizi serta pelaksanaan progam yang telah
ditetapkan.
B. Langkah Pemecahan dan Intervensi Terhadap Masalah dan Inovasi
Sebagai Pelaksanaan Kebijakan dan Program
Pojok Gizi (POZI) adalah pelayanan gizi yang profesional yang diberikan di
puskesmas oleh tenaga gizi terdidik atau terlatih kepada setiap pengunjung puskesmas yang
- Status gizi yang meliputi pengukuran antropometri (BB, TB, Lingkar Lengan Atas / LiLA)
- Pengkajian klinis, mengkaji dan meliputi tanda-tanda klinis atau kelainan fisik.
- Pengkajian laboratorium, mengkaji hasil pemeriksaan kadar gula darah, kadar Hb, urine,
- Pengkajian kebiasaan makan dengan cara food recall atau anamnesis yang merupakan
b. Konseling Gizi, memberikan informasi tentang gizi dan dietetik yang erat kaitan dengan
TIDAK
JENIS ADA
ADA
1. Media penyuluhan atau konseling gizi
a. Prosedur tetap
b. Brosur / leaflet diet
c. Pedoman pemanfaatan ASI
d. Pedoman MPASI
e. Pedoman makan ibu hamil dan menyusui
f. Pedoman makanan usia lanjut
g. Kartu Menuju Sehat (KMS)
h. Poster grafik index massa tubuh (IMT)
i. Buku pedoman IMT
j. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
k. Pedoman penanggulangan kelainan gizi (Vit. A, Anemia, GAKY, KEP)
l. Angka Kecukupan Gizi
m. Daftar Bahan Penukar
n. Food Model
o. Daftar Komposisi Bahan Makanan
p. Kartu Status / Formulir Registrasi
q. Formulir Rekapitulasi
2. Bahan paket pertolongan gizi
a. Kapsul yodium -
b. Kapsul Vit. A -
c. Tablet atau sirop Fe -
d. Obat cacing -
e. Oralit -
f. Layanan Dietetik (makanan khusus untuk rawat inap) -
3. Alat-alat
a. Hb meter
b. Tensi meter
c. Timbangan
d. Mikrotoice
e. Pita LiLA (fibreglas)
f. Alat / reagen reduksi urine
g. Alat tes reagen gula darah
h. Mocroscop
i. Filing Cabinet
Tenaga Kesehatan
Secara spesifik tenaga yang sangat berperan dalam kegiatan POZI adalah tenaga
kesehatan yang merujuk ke POZI dan tenaga pelaksana gizi puskesmas. Ahli gizi adalah
seseorang profesional yang mempunyai kualifikasi untuk memikul tanggung jawab terhadap
upaya peningkatan status gizi melalui pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta
puskesmas maka diperlukan tenaga gizi terdidik D3 atau D1 gizi. Tugas dari tenaga gizi
puskesmas antara lain merencanakan kegiatan POZI, melaksanakan pelayanan gizi POZI,
melakukan pencatatan dan pelaporan serta membuat visualisasi cakupan POZI dan jenis
pelayanan gizi yang diberikan. Dalam melaksanakan pelayanan gizi antara lain pengkajian
gizi, tenaga gizi menterjemahkan bentuk diet yang diberikan dokter ke dalam bentuk
makanan.
Puskesmas Kenali Besar memiliki tenaga gizi hanya 2 orang dengan pendidikan D3
Gizi 1 Orang dan SPAG (saat ini ditempatkan dibagian Karcis). Agar POZI yang merupakan
usaha promotif dan preventif kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
jadwal kerja di Puskesmas Kenali Besar maka dibutuhkan penambahan tenaga gizi untuk
kegiatan tersebut. Karena beban kerja tenaga gizi di puskesmas yang besar untuk turun ke
lapangan serta kegiatan POZI ini dan tidak bisa dilaksanakan oleh 1 orang tenaga gizi saja.
Seperti halnya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Novelasari, SKM dkk (1998) bahwa
rujukan petugas kesehatan pada unit BKIA, Balai Pengobatan (BP) dan unit lain, dari dokter
ataupun datang langsung ke POZI untuk kunjungan ulang sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
2. Pojok Laktasi
Upaya yang dilakukan guna mensosialisasikan ASI Ekslusif adalah melalui
kepedulian berkaitan dengan pemberian ASI Ekslusif yang sesuai dengan kaidah kesehatan,
Salah satu inovasi baru yang dikembangkan di Posyandu dan kemudian dilaksanakan
di Puskesmas Kenali Besar adalah melalui sistem antrian pasien yang datang ke puskesmas
Gambar 3. Kartu
Antrian Plus
Kartu Antrian yang
dikembangkan di Posyandu
pengunjung yang datang ke posyandu maupun yang datang ke puskesmas. Penulis menyadari
bahwa inovasi ini tidak serta merta menjadi media yang paling tepat, untuk itu penulis tetap
menjalankan sistem-sistem yang telah ada seperti penyuluhan di dalam dan di luar gedung.
Dengan kata lain inovasi tersebut merupakan salah satu media yang diharapkan dapat
membuat nilai tambah guna penyampaian informasi kesehatan dan bidang gizi khususnya.
Penulis berharap suatu saat metode ini dapat dikembangkan secara luas di posyandu,
klinik atau bahkan pihak-pihak swasta yang melayani konsumen agar dapat ikut serta dalam
usaha alih informasi ini sehingga percepatan penyebaran informasi dapat berjalan dengan
optimal.
Seperti halnya dengan kartu antrian dinding puskesmas dapat digunakan sebagai
kesehatan yang pada akhirnya dapat menekan angka permasalahan pada bidang gizi, dan hal
ini sangat mungkin dapat diterapkan di Puskesmas, media ini selain sebagai media informasi
ketersediaan pangan dalam rumah tangga. Melalui media ini penulis mengharapkan
pengunjung dapat melihat contoh yang ada di puskesmas untuk diterapkan di rumah tangga
masing-masing, dengan kata lain lahan sempit, tenaga, modal bukanlah hal yang menghambat
hal mudah dan membutuhkan waktu, berdasarkan pemikiran itulah penulis berusaha
membuat contoh yang mungkin dapat dilakukan dirumah tangga, hal ini sejalan dengan
kegiatan-kegiatan penyuluhan didalam gedung dengan kata lain penulis dapat menunjukkan
baik yang dilakukan pada pojok gizi maupun penyuluhan di dalam gedung tentang bagaimana
Dalam 4 masalah gizi utama salah satunya adalah masalah anemi Gizi besi. Di
Puskesmas Kenali Besar angka kejadian anemia cukup besar. Melihat kasus ini penulis
berusaha melakukan FGD khususnya pada pasien-pasien yang menderita anemia dengan
bekerja sama dengan poliklinik umum, laboratorium, KIA. Melalui FGD diharapkan pasien
dapat bertukar informasi kepada sesama pasien tentang penyebab anemi dan pada proses ini
peran petugas gizi dan kesehatan yang lain dapat memberikan informasi yang benar sehingga
pasien anemia dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah anemi yang mereka
alami.
a. Pemberian Vitamin A
dan balita dilaksanakan secara baik dan benar dan pendistribusiannya juga merata sehingga
jumlah cakupan yang diperoleh dapat optimal. Untuk mencapai hal tersebut kegiatan yang
dilakukan adalah:
Untuk mendapatkan jumlah sasaran yang tepat petugas gizi sebelum pelaksanaan
bulan Vitamin A petugas gizi telah meminta jumlah sasaran yang ada di posyandu, TK, TPA
dengan demikian hal ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai jumlah Vitamin A
2. Distribusi Vitamin A
Pendistribusian vitamin A dilakukan pada awal bulan vitaminA yang bertujuan
memberikan keleluasaan waktu dalam hal pemberian vitamin A dengan hasil akhir yang
3. Ketenagaan
Untuk memberikan vitamin A petugas gizi dapat memberdayakan sumber daya yang
ada seperti petugas kesehatan, Bidan desa, kader posyandu, guru TK yang sebelumnya telah
diberikan penjelasan tentang apa dan mengapa harus diberikan Vitamin A, kondisi ini dapat
karena pada proses ini telah terjadi alih informasi yang benar.
Vitamin A tidak hanya diperuntukkan untuk bayi dan balita tetapi ibu nifas juga perlu
diberikan Vitamin A dengan waktu dan dosis yang tepat. Kerja sama yang telah dilakukan
oleh petugas gizi pada hal ini adalah dengan bekerja sama dengan bidan-bidan praktek
swasta, kader posyandu dalam hal mendistribusikan vitamin A ibu nifas kepada sasaran.
Hasil akhir dari kerja sama ini diharapkan semua ibu nifas mendapatkan Vitamin A yang
bermanfaat bagi ibu dan bayinya serta menggalakkan program ASI Ekslusif.
Kekurangan yodium merupakan masalah gizi yang harus ditangani dengan baik,
upaya yang dilakukan pemerintah seperti fortifikasi yodium telah dilakukan dan menyerap
dana yang cukup besar, untuk itu perlu pengawasan yang ketat terhadap produk-produk yang
menclaim telah menambahkan zat yodium pada produk daganganya. Hal yang dilakukan oleh
petugas gizi adalah dengan jalan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan uji zat
yodium pada garam. Sebelum melaksanakan uji tersebut hal-hal yang saya lakukan adalah
memberikan penyuluhan kepada para murid SD tentang kegunaan yodium serta bahan
makanan yang mengandung zat yodium serta akibat-akibat yang dapat merugikan akibat
Uji yang dilakukan di sekolah dirasakan penulis masih jauh dari sempurna untuk itu
penulis juga mensosialisasikan hal ini sampai keposyandu dengan uji sederhana dengan
masyarakat untuk ikut peduli dengan pentingnya yodium dan bagaimana cara menguji zat
Gambar 7. Kegiatan
informasi mengenai gizi serta memberdayakan sumber daya yang ada karena penulis
menyadari sepenuhnya bahwa permasalahan gizi tidak akan selesai tanpa melibatkan seluruh
komponen masyarakat yang ada, serta program kesehatan yang lain yang juga akan
berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha ini, selain itu juga petugas gizi sebaiknya
Gambar 8.
informasi mengenai kesehatan khususnya dalam bidang gizi tetap bisa berkesinambungan,
pembinaaan yang serius pada akhirnya tentu saja akan berdampak positif guna mendorong
peran serta masyarakat, hasil lansung dari upaya ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi
pelayanan kesehatan. Hasil lain yang diperoleh dari pembinaan ini dengan diterimanya
penghargaan oleh salah satu posyandu yang ada diwilayah kerja Puskemas Kenali Besar yaitu
yang dilakukan yang pada akhirnya dapat memotivasi seluruh posyandu yang ada untuk
dapat mencontoh hasil positif ini sehingga proses alih informasi dapat dilakukan secara cepat
dan tepat.
Gambar 8. b. Kegiatan Penyuluhan di Luar Gedung
Penyebab langsung terjadinya gizi buruk pada anak adalah infeksi dan penyebab tidak
langsung seperti perilaku, tingkat pengetahuan dan ketahanan pangan. Tugas dan tanggung
jawab petugas gizi dalam hal ini adalah memberikan intervensi yang tepat dan terpadu tidak
1. Pelacakan kasus
Dalam hal ini penemuan kasus dapat dilakukan dengan jalan melakukan pelacakan
kasus ataupun laporan dari posyandu, bidan praktek serta pasien yang datang berobat ke
Puskesmas.
Petugas gizi melakukan pengecekan antropometri, gejala klinis secara baik dan benar
Selanjutnya melakukan laporan ke kepala puskesmas dan dinas kesehatan serta instansi
terkait.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menunjang hasil pemeriksaan perlu dilakukan pemeriksaan darah pada pasien,
hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar Hb, dan infeksi yang diderita pasien.
4. Terapi Obat
Setelah diketahui jumlah Hb, infeksi, Pasien diarahkan untuk melakukan konsultasi
dengan dokter yang ada di puskesmas guna mendapatkan pengobatan serta penyembuhan
5. Lintas Program
Kerja sama lintas program perlu dilakukan agar faktor-faktor yang mengakibatkan
kasus ini dapat diselesaikan dengan seksama. Sebuah gambaran kegiatan dibawah ini yang
Pasien X yang ada pada gambar ini mengalami kondisi gizi buruk berdasarkan BB/U,
setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium Hb pasien kurang dari normal dan mengalami
pemberian PMT serta penyuluhan bersama dengan program yang lain dengan hasil akhir
yang diperoleh kasus dapat diatasi dengan baik dan tidak akan terulang kembali.
Penyelesaian kasus gizi buruk dan kurang tidak akan selesai dengan pemberian PMT
saja, hal terbesar yang perlu dilakukan dengan serius adalah dengan mengidentifikasi
penyebab dan meyatukan semua program yang ada serta kerja sama lintas program yang ada.
Melalui upaya pendampingan kelurga yang rawan gizi buruk agar pada akhirnya mereka
Kunjungan Rumah Pasien Gizi Buruk Pemeriksaan Antropometri dan Pemeriksaan Laboratorium
Gejala klinis Pasien Gizi Buruk Pasien Gizi Buruk
Tgl. 4 Maret 2007
Kunjungan Rumah Pasien Gizi Buruk Kunjungan Rumah Pasien Gizi Buruk
Kegiatan tambahan yang merupakan alternatif lain penyebaran informasi gizi ialah
melalui kegiatan-kegiatan lomba seperti Lomba LBSI pada tingkat Puskesmas yang memiliki
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
2. Sebagai wadah forum komunikasi antar posyandu di wilayah Puskesmas Kenali Besar.
3. Sebagai wadah pengembangan kegiatan keilmuan, ketrampilan dalam bidang kesehatan dan
khususnya bidang gizi untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
4. Meningkatkan pengetahuan Ibu Bayi dan Balita serta kader posyandu dalam bidang kualitas
5. Mempererat tali persaudaraan antar warga masyarakat diwilayah kerja puskesmas kenali
besar.
Selain itu kondisi ini pada akhirnya juga sebagai faktor penunjang pelaksanaan
program-program gizi, dari kegiatan yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa minat
warga masyarakat sangat besar pada kegiatan ini, hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta
maupun para donatur yang berperan dalam hal pendanaan acara tersebut. Dari wawancara
yang penulis lakukan terhadap beberapa kader posyandu diwilayah kerja puskesmas kenali
besar mereka menyatakan kegiatan ini perlu terus dilaksanakan untuk menghilangkan
kejenuhan dalam hal melaksanakan tugas-tugas sebagai kader dan secara tidak langsung telah
membawa suasana kompetitif yang membangun antar posyandu. Bertitik tolak dari hal ini
pada tanggal 15 Mei 2010 telah diadakan Lomba LBSI tingkat puskesmas kenali besar yang
A. Kesimpulan
1. Upaya intervensi permasalahan gizi perlu dikembangkan dan dilaksanakan secara terarah dan
terpadu.
2. Dibutuhkan media yang inovatif yang murah dan praktis guna menyebarluaskan informasi
gizi.
3. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral sangat perlu dikembangkan untuk mengatasi
masalah gizi.
dioptimalkan seperti pojok gizi, pojok laktasi guna penyampaian pesan-pesan gizi.
5. Fungsi petugas gizi di puskesmas tidak hanya sekedar melakukan upaya rehabilitatif pada
pasien-pasien gizi tetapi yang paling utama adalah melakukan upaya promotif kepada
masyarakat.
B. Saran
1. Penulis sangat mengharapkan bantuan agar inovasi ini dapat disebarluaskan sehingga dapat
petugas gizi sebagai stimulus untuk meningkatkan kemampuan dalam hal pengembangan
3. Perlunya pembinaan dilakukan oleh pimpinan puskesmas atau jajaran diatasnya sehingga
dapat memotivasi petugas kesehatan dalam hal kerja sama lintas program dan lintas sektoral
Pada tahap lanjut kegiatan ini dapat melibatkan sektor pendidikan seperti PAUD, TK, SD,
guna penyebarluasan informasi Gizi sejak usia dini karena seperti kita ketahui masa proses
penyerapan informasi yang paling baru.
Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
2011 (1)
o Agustus (1)
INOVASI DAN INTERVENSI TERPADU UNTUK MENGATASI
MAS...
Mengenai Saya
LAURENCUS BUTSI SIAGIAN
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.