Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Remaja

1.1 Pengertian Remaja

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence)

adalah mereka yang berusia 10-19 tahun sebagai suatu masa dimana

individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya (pubertas) sampai saat ia mencapai kematangan

seksual. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan anak

muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam

terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun

(WHO, 2013). Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis

dalam kehidupan setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari

masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial. Santrock (2003) membagi masa remaja

menjadi dua fase yaitu yang disebut masa remaja awal atau pre

adolence yang berkisar antara 12-15 tahun dan masa remaja akhir atau

late adolensence antara usia 15-18 tahun (Kusmiran, 2011). Menurut

Gunarsa (2001), defenisi remaja dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu:

1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12

tahun sampai 20-21 tahun

2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan penampilan fisik dan

fungsi fisiolis terutama yang terkait dengan kelenjar seksual

Universitas Sumatera Utara


8

3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami

perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa

kanak-kanak menuju masa dewasa.

Remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa atau

usia belasan tahun, atau seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu

seperti susah diatur mudah terangsang perasaan. Batasan usianya adalah

10-19 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2007). Masa remaja merupakan

masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari masa kanak-

kanak menuju dewasa, kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik,

usia dimana individu mulai berhubungan dengan masyarakat, dan telah

mengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan

menjadi lebih mandiri. Masa remaja adalah masa yang penting dalam

perjalanan kehidupan manusia (Kusmiran, 2011).Dalam tumbuh

kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan

seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :

a. Masa remaja awal/dini (Early adolescence) : umur 11-13 tahun

b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) : umur 14-16 tahun

c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) : umur 17-20 tahun

1.2 Ciri-ciri Pertumbuhan Somatik Remaja

Pertumbuhan somatik pada masa remaja mempunyai ciri-ciri

tersendiri yaitu

1. Perubahan adalah ciri utama dari proses bilogis pubertas

Universitas Sumatera Utara


9

2. Perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan

berakhirnya, kecepatan dan sifatnya, tergantung pada masing-

masing individu

3. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya

perubahan-perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja

mengikuti sikuen yang sama dalam pertumbuhan somatiknya

4. Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi

somatik dari aktifitas gonad

5. Terdapat kecenderungan sekular yang disebabkan oleh adanya

perbaikan gizi dan lingkungan. Tetapi pada 30 tahun terakhir

kecenderungan ini telah mencapai plateau

Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja,

yaitu peningkatan masa tulang, otot, massa lemak, kenaikkan berat

badan, perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik

laki-laki maupun perempuan walaupun polanya berbeda. Salain itu

terdapat kekhususan (sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada

remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-

laki.

1.3 Pertumbuhan pada remaja perempuan

a. Pertumbuhan tinggi badan, tulang dan gigi

Sebelum mulai pacu tumbuh, remaja perempuan tumbuh dengan

kecepatan 5,5 cm/tahun (4-7,5 cm). Sekitar 2 tahun mulainya pacu

tumbuh, remaja perempuan mencapai puncak kecepatan tinggi badan

Universitas Sumatera Utara


10

(peak height velocity/PHV) dengan kecepatan sekitar 8 cm/tahun (6-

10,5 cm). Kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum menarche

dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa bulan. Kemudian

kecepatan pertumbuhan linier mengalami deselerasi untuk 2 tahun

berikutnya atau lebih, keadaan ini sesuai dengan TKS 4.

Gambaran yang paling dini dan terpenting dari pertumbuhan tulang

pada remaja perempuan adalah pertumbuhan pada lebar panggul selama

pubertas. Pertumbuhan pelvis dan panggul (diukur pada diameter bi-

iliacal) secara kuantitatif hampir sama dengan remaja laki-laki. Tetapi,

karena pertumbuhan remaja perempuan lebih kecil pada berbagai

dimensi tubuhnya, maka lebar panggul tampak tidak proposional

(tampak lebih besar) daripada laki-laki.

b. Pertumbuhan berat badan

Memasuki masa pubertas, remaja perempuan telah mencapai kira-

kira 60% berat dewasa. Dalam masa 3-6 bulan sebelum pacu tumbuh

tinggi badannya, kenaikkan berat badan remaja perempuan hanya

sekitar 2 kg/ tahun (masa prasekolah), kemudian terjadi akselerasi dan

akhirnya mencapai puncak kecepatan berat badan (peak weight

velocity/ PWV) sekitar 8 kg/ tahun. Sekitar 95% remaja normal

kecepatan kenaikan berat badannya berkisar antara 5,5-10,5 kg/ tahun.

Pacu tumbuh otot (muscle spurt) tertinggal 3-6 bulan dari pacu tumbuh

berat badan.

Universitas Sumatera Utara


11

c. Pertumbuhan organ reproduksi

Pada remaja perempuan tanda pubertas pertama pada umumnya

adalah pertumbuhan payudara stadium 2 atau disebut dengan breast

bud yaitu terdiri dari penonjolan putting disertai pembesaran daerah

areola seikat 8-12 tahun. Haid pertama (menacrche) terjadi pada

stadium lanjut pubertas dan sangat bervariasi pada umur berapa

masing-masing individu mengalaminya, rata-rata pada umur 10,5-15,5

tahun.

d. Perubahan Psikososial Selama Pubertas

Karakteristik periode remaja awal(Early adolescence)ditandai

oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti :

a. Krisis identitas,

b. berpakaian.

c. Jiwa yang labil,

d. Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,

e. Pentingnya teman dekat/sahabat,

f. Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua,

g. kadang-kadang berlaku kasar,

h. Menunjukkan kesalahan orangtua,

i. Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua,

j. Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan

k. Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group)terhadap hobi dan

cara berpakaian.

Universitas Sumatera Utara


12

Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan

sekarang, bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul

rasa malu, ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain

berkelompok dan mulai bereksperimen dengan tubuh seperti

masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak juga mulai

melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran

peer groupsangat dominan, mereka berusaha membentuk kelompok,

bertingkah laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan

kode atau isyarat yang sama.

Periode selanjutnya adalah (middle adolescence) yang ditandai

dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut,

a. Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya,

b. Sangat memperhatikan penampilan,

c. Berusaha untuk mendapat teman baru,

d. Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua,

e. Sering sedih/moody

f. Mulai menulis buku harian,

g. Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan

kompetitif, dan

h. Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua.

Pada periode middle adolescentmulai tertarik akan

intelektualitas dan karir. Secara seksual sangat memperhatikan

penampilan, mulai mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat

Universitas Sumatera Utara


13

perhatian terhadap lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role

modeldan mulai konsisten terhadap cita-cita.

Periode (late adolescence) ditandai oleh tercapainya maturitas

fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara Lain :

a. Identitas diri menjadi lebih kuat,

b. Mampu memikirkan ide,

c. Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata,

d. Lebih menghargai orang lain,

e. Lebih konsisten terhadap minatnya,

f. Bangga dengan hasil yang dicapai,

g. Selera humor lebih berkembang, dan

h. Emosi lebih stabil

Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan,

termasuk peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam

berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan

kebiasaan lingkungan

2. Menarche

2.1 Pengertian Menarche

Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam

rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa

pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.

Universitas Sumatera Utara


14

Menarche merupakan suatu tanda awal adanya perubahan

lainseperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis,

dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah pinggul.

Menstruasi pertama (menarche) merupakan menstrusi awal yang

biasa terjadi pada rentang usia sepuluh tahun sampai enam belas tahun,

atau pada masa awal remaja dan sebelum memasuki masa reproduksi.

Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa terpenting yang

terjadi pada masa remaja (Llewellyn-jones, 2005).

Menarche salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami

perubahan didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan

perubahan - perubahan baik fisik, biologi, psikologik maupun sosial, harus

dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting

karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa (Moersintawati, 2008).

2.2 Pengertian Menstruasi

Menstrusi adalah perdarahan peridik dan siklik dari uterus disertai

dengan pengelupasan (deskuamasi) endoometrium (Proverawati &

Misaroh, 2009).

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan.

Menstruasi merupkan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda

bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Siklus menstruasi normal

terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2-7 hari.

Universitas Sumatera Utara


15

2.3 Usia terjadi Menstruasi

Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi

sangat bervariasi. Terdapat kecendrungan bahwa saat anak mendapat

menstruasi yang pertama kali pada usia lebih muda. Ada yang berusia 12

tahun saat ia mendapat menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang 8 tahun

sudah memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru mendapat menstruasi

pun dapat terjadi disebut amenore skunder. Umumnya, remaja yang

mengalami menarche pada umur 12-16 tahun (Proverawati & Misaroh,

2009).

2.4 Fisiologi Menstruasi

a. Stadium Menstruasi

Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat itu,

endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul

perdarahan. Hormon-hormon ovarium berada pada kadar paling

rendah.

b. Stadium Proliferasi

Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari. Dimulai sejak

berhentinya darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah

mentruasi berakhir, dimulailah fase poliferasi di mana terjadi

pertumbuhan dari desidua fungsionalis yang mempersiapkan

rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium

Universitas Sumatera Utara


16

tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi

pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).

c. Stadium Sekresi

Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa

sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progresteron dikeluarkan

dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat

kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).

d. Stadium Premenstruasi

Stadium yang berlangsung selama 3 hari. Ada infiltrasi sel-sel

darah putih, bisa sel bulat. Stroma mengalami disintegrasi

dengan hilangnya cairan dan sekret sehingga akan terjadi kolaps

dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasikontriksi,

kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah

(Kusmiran, 2011).

2.5 Faktor-faktor Terjadinya Menstruasi

a. Faktor Hormon

Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada

seorang wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang

dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang dihasilkan oleh

ovarium, Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh

hipofisis, serta progesterone yang dihasilkan oleh ovarium.

Universitas Sumatera Utara


17

b. Faktor Enzim

Enzim hidrolik yang terdapat dalam endometrium merusak sel

yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu

metabolism sehingga mengakibatkan regresi dan endometrium

dan perdarahan.

c. Faktor Vaskular

Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan system vaskularisasi

daalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan

endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena, dan

hubungan di antara keduanya. Dengan regresi endometrium,

timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang

menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis

dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri

maupun vena.

d. Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan

adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan

menyebutkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk

membatasi perdarahan pada haid (Kusmiran, 2011).

2.6 Perubahan-perubahan Psikologis pada Menstruasi

Adapun perubahan-perubahan psikologis yang umum terjadi pada saat

wanita menstruasi yaitu :

Universitas Sumatera Utara


18

a. Anoreksia Nervosa

Anoreksia berarti hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang

bersifat patologis. Jadi anoreksia nervosa adalah hilangnya

nafsu makan (rasa lapar) yang disebabkan oleh faktor

penyimpangan emosional. Keadaan ini menjadi serius bila tidak

ditangani, karena bisa menyebabkan kematian akibat kelaparan.

b. Bulimia

Bulimia merupakan salah satu kelainn emosional yang

ditandai pola makan yang berlebihan dan berbahaya. Keadaan

ini sering terjadi pada remaja atau orang dewasa. Gejala-gejala

bulimia yaitu kekhawatiran yang luar biasa terhadap berat

badan, sehingga siklus makannya tidak terkontrol dan apabila

selesai makan dia selalu memuntahkan sehingga dia akan makan

lagi dalam sikluas yang tak terkontrol juga.

c. Cemas

Cemas merupakan hal yang normal dan wajar ketika

menghadapi suatu tekanan masalah. Namun rasa cemas menjadi

tak wajar apabila cemas terhadap hal-hal yng sebenarnya bukan

objek perhatian khusus, ketidakmampuan untuk menyelesaikan

masalah dan selalu menganggap masalahnya tidak realistis.

Universitas Sumatera Utara


19

d. Depresi

Depresi merupaakan salah satu bagian ganggan emosi yang

sering terjadi pada wanita. Depresi ditandai dengan adanya

perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan fokus

perhatian, tidak mampu dalam konsentrasi, ingin bunuh diri,

sulit tidur, cemas, nafsu makan kurang, berat badan menurun,

merasa lelah dan kesepian, tidak berharga, rasa bersalah, tak

mau bicara dengan orang lain, dan menutup diri.

e. Stres

Stres merupakan keadaan yang membuat tubuh untuk

memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi mempertahan

diri. Stres adalah keadaan tertekan, namun stres ringan dapat

berfungsi mendorong orang berfikir dan berusaha lebih cepat

sehingga bisa menjawab tantangan sehari-hari. Namun apabila

stresnya dalam kategori beran dapat menimbulkan gangguan

kesehatan fisik dan mental.

f. Disleksia (Kesulitan Membaca)

Seseorang yang menderita disleksia merupakan orang yang

mengalami kesulitan belajar membaca. Kelainan ini diakibatkan

ketidakmampuan menghubungkan antara lisan dan tulisan.

g. Ketidakmatangan Emosi

Ketidakmatangan emosi ini sering kali dipengaruhi oleh

faktor hormonal dan situasional misalnya saat datang haid,

Universitas Sumatera Utara


20

dimana wanita cenderung menjadi pemarah, mudah tersinggung,

atau cepat merasa lelah.

h. Ambivalen dan Insomnia

Kondisi ambivalen sering terjadi pada wanita, dimana dia

selalu kesulitan untuk mengambil sikap atau setiap perubahan

yang terjadi pada dirinya. Adapun pada insomnia ialah

kesulitan memejamkan mata, kesulitan tidur dan selalu terjaga

malam hari dan sering dialami wanita hamil dan menopouse.

2.7 Larangan Bagi Wanita yang Sedang Haid

Kondisi seorang wanita sedang mendapat haid telah disepakati para

ulama sebagai kondisi hadas besar yang mewajibkan mandi setelah

sucinya dari haid dan kepadanya berlaku beberapa hukum

laranganuntuk melakukan beberapa perbuatan yang didasari oleh dalil-

dalil syar'i. Di antara hal-hal yang terlarang dilakukan oleh seorang

yang sedang haid adalah:

a. Shalat.

Dasar Hukum :

Diharamkan bagi wanita yang sedang haid mengerjakan

salat, baik fardhu maupun sunnah, dan jika ternyata

mengerjakan salat, maka salatnya tidak sah. Tidak wajib

baginya mengqada salatnya kecuali jika ia mendapatkan

Universitas Sumatera Utara


21

sebagian dari waktunya yang cukup untuk mengerjakan satu

rakaat sempurna, baik pada awal atau akhir waktunya.

Contoh pada awal waktu, seorang wanita haid setelah

matahari terbenam tetapi ia sempat mendapatkan waktu

sebanyak satu rakaat dari waktunya. Maka wajib baginya

mengqada salat magribtersebut setelah suci, karena ia telah

mendapatkan sebagian dari waktunya yang cukup untuk satu

rakaat sebelum datangnya haid.

Adapun contoh pada akhir waktu: seorang wanita suci dari

haid sebelum matahari terbit dan masih sempat mendapatkan

satu rakaat dari waktunya. Maka wajib baginya mengqada salat

subuh tersebut setelah bersuci, karena ia masih sempat

mendapatkan sebagian dari waktunya yang cukup untuk satu

rakaat. Namun jika wanita yang haid mendapatkan sabagian

dariwaktu salat yang tidak cukup untuk satu rakaat sempurna;

seperti kedatangan haid.

Pada contoh pertama sesaat setelah matahari terbenam, atau

suci dari haid. Pada contoh kedua sesaat sebelum matahari

terbit, maka shalat tersebut tidak wajib baginya.Pengertiannya,

siapa yang mendapatkan kurang dari saturakaat berarti tidak

mendapatkan salat tersebut. Jika seorang wanita haid

mendapatkan satu rakaat dari waktu asar, maka wajib baginya

mengerjakan shalat zuhur bersama asar, atau mendapatkan satu

Universitas Sumatera Utara


22

rakaat dari waktu Isya apakah wajib baginya mengerjakan

shalat Magrib bersama Isya. Terdapat perbedaan pendapat di

antarapara ulama dalam masalah ini dan yang benar, bahwa

tidak wajib baginya kecuali shalat yang didapatkan sebagian

waktunya saja yaitu shalat Asar dan shalat Isya.

b. Puasa

Dasar Hukum :

Diharamkan bagi wanitayang sedang haid berpuasa, baik

puasa wajib maupun sunnah, dan tidak sah puasa yang

dilakukannya. Akan tetapi ia berkewajiban mengqada puasa yang

wajib. Jikaseorang wanita kedatangan haid ketika berpuasa maka

batallah puasanya, sekalipun hal ituterjadi sesaat menjelang

Magrib, dan wajib baginya mengqada puasahari itu, jika puasa

tersebutpuasa wajib. Namun jika ia merasakan tanda-tanda akan

datangnya haidsebelumnya, tetapi darah baru keluar setelah

Magrib, makamenurut pendapat yang sahih bahwa puasanya itu

sempurna dan tidak batal, alasannya, darah yang masih dalam

rahim belum ada hukumnya. Demikian pula masalah haid, tidak

berlaku hukum-hukumnya kecuali dengan melihatadanya darah

keluar, bukan dengan tanda-tanda akan keluarnya.

c. Tawaf

Diharamkan bagi wanita yang sedang haid melakukan tawaf

di Kabah, baik yang wajib maupun sunnah, dan tidak sah

Universitas Sumatera Utara


23

tawafnya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam

kepada Aisyah:

Adapun kewajiban lainnya seperti sai antara Safa dan Marwah,

wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah dan Mina, melempar

jumrah dan amalan haji dan umrah, selain itu tidak diharamkan.

Atas dasar ini, jika seorang wanita melakukan tawaf dalam

keadaan suci, kemudian keluar darah haid langsung setelah tawaf

atau di tengah tengah melakukan sai, maka tidakapa-apa

hukumnya.

d. Membaca al-Quran

Bagi para wanita yang mentruasi dilarang menbaca al-Quran

karena itu dianggap merusak pengagungan terhadap Allah SWT.

Adapun berdzikir al-quran dan yang lainnya seperti nasehat-

nasehat bukan tujuan membaca al-Quran seperti naik kendaraan.

Hal ini diperbolehkan dengan catatan tidak dengan tujuan

membaca al-Quran. Ada pendapat lainyang menyatakan bahwa

perempuan yang sedang menstruasi tidak membaca al-Quran

secara terucap kalau untuk kepentingan tertentu seperti untuk

belajar. Apabila pembacaan dilakukan di dalam hati maka boleh

saja.

e. Berdiam dalam masjid

Dalam hal ini, terjadi pula perbedaan-pendapat yang tajam di

antara para ulama sebagaimana pada masalah-masalah yang

Universitas Sumatera Utara


24

disebutkan sebelumnya. Sangat tidak mungkin pada bahasan ini

untuk menyebutkan dalil masing-masing mazhab. Bagi orang-

orang yang melihat secara jeli dalil-dalil dalam masalah ini, dia

akan mendapatkan sebuah dalil yang sahih dan gamblang bahwa

tidak ada alasan sahih bagi orang yang mengatakan boleh berdiam

didalam masjid bagi wanita yang haid.

f. Jima ( senggama)

Diharamkan bagi suami melakukan jima dengan istrinya

yang sedang haid, dan diharamkan bagi istri memberi kesempatan

kepadasuaminya melakukan hal tersebut. Dalilnya firman Allah

subhanahu wa ta'ala:

Yang dimaksud dengan "dalam ayat di atas adalah

waktu haid atau tempat keluarnya darah haid, yaitu: farji (vagina),

dan sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam:

Umat Islam juga telah sepakat bahwa jima di dalam farji

istri pada masa haid adalah hal yang dilarang. Oleh sebab itu, tidak

halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian

melakukan perbuatan ini, yang telah dilarang oleh al-Quran,

Sunnah, dan ijma (kesepakatan) umat Islam. Maka barang siapa

yang melanggar larangan ini, berarti ia telah memusuhi Allah dan

Rasul-Nya serta mengikuti jalan selain orang-orang yang beriman.

an-Nawawi dalam kitabnya Al Majmu Syarh al -Muhadzadzab,

Universitas Sumatera Utara


25

mengatakan: Imam Syafi'i berpendapat bahwa orang yang

melakukan hal itu telah berbuat dosa besar. dan menurutpara

sahabat kami dan yang lainnya, orang yang melakukan senggama

dengan istri yang sedang haid hukumnya kafir. Untuk

menyalurkan sahwatnya, suami diperbolehkan melakukan selain

jima (senggama), seperti berciuman, berpelukan dan bersebadan

pada selain daerah farji (vagina). Namun sebaiknya, jangan

bersebadan pada daerah antara pusar dan lutut kecuali jika sang

istri mengenakan kain penutup.

g. Talak

Diharamkan bagi seorang suami mentalak istrinya yang

sedang haid, berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta'ala:

Maksudnya, Istri-istri itu ditalak dalam keadaan dapat menghadapi

iddah yang jelas. Berarti mereka tidak ditalak kecuali dalam

keadaan hamil atau suci sebelum digauli. Sebab jika seorang istri

ditalak dalam keadaan haid, ia tidak dapat menghadapi iddahnya

karena haid yang sedang dialami pada saat jatuhnya talak itu tidak

dihitung termasuk iddah. Sedangkan jika ditalak dalam keadaan

suci setelah digauli, berarti iddah yang dihadapinya tidak jelas

karena tidak dapat diketahui apakah ia hamil karena digauli

tersebut apakah tidak hamil, jika ia hamil, maka iddahnya dengan

kehamilan, dan jika tidak hamil makaiddahnya dengan haid.

Karena belum dapat dipastikan jenis iddahnya, maka diharamkan

Universitas Sumatera Utara


26

bagi suami mentalak istrinya sehingga jelas permasalahan tersebut.

Jadi mentalak istri yang sedang haid haram hukumnya.

Dengan demikian, berdosalah seorang suami andaikata

mentala istrinya yang sedang haid. Ia harus bertaubat kepada Allah

SWT dan merujuk Istrinya untuk kemudian mentalaknya secara

syari sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Yakni,

setelah merujuk istrinya hendaklah ia membiarkannya sampai suci

dari haid yang dialaminya ketika ditalak, kemudian haid lagi,

setelah itu jika ia menghendaki dapat mempertahankannya atau

mentalaknya sebelum digauli (Wahid, 2009).

3. Keluarga

3.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-

ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri

mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Keluarga menjadi tempat untuk berbagi, tradisi, keyakinan dan

pengetahuan. Keluarga merupakan tempat memulai belajar dari cara

makan, berbicara, sosial, politik, dan budaya. Keluarga juga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya, pemberi

perawatan fisik, dan perhatian emosional, serta seiring dengan itu, keluarga

juga memberi pengarahan perkembangan kepribadian. Sistem keluarga

merupakan konteks belajar yang utama bagi suatu perilaku, pikiran dan

perasaan dari seseorang individu.

Universitas Sumatera Utara


27

3.2 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut friedman (2010) terdapat empat fungsi

keluarga meliputi :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif adalah fungsi upaya pemenuhan kebutuhan akan

kasih, sayang, pengertian, dan menentukan kebahagiaan keluarga.

Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul

karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi. Fungsi afektif

berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan

basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif

tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga yang dapat mempertahankan makna yang positif.

Mempelajari dan mengembangkan fungsi afektif melalui interaksi serta

hubungan dalam keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah

untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga

memiliki tanggung jawab utama dalam mengubah seorang bayi dalam

hitungan tahun menjadi makhluk sosial yang mampu berpartisipasi

penuh dalam masyarakat. Selain itu, sosialisasi seharusnya tidak

sekedar dianggap berhubungan dengan pola perawatan bayi dan anak,

Universitas Sumatera Utara


28

tetapi lebih kepada proses seumur hidup yang meliputi internalisasi

sekumpulan nilai dan norma yang tepat agar dapat menjadi seorang

remaja, suami/istri, orangtua, seorang pegawai yang baru kerja,

kakek/nenek, mahasiswa, dan pensiunan.

c. Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi

dan menjaga kelangsungan keluarga. Menjamin kontinuitas antar

generasi keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru

untuk masyarakat Leslie & Korman (1989 dalam Friendman, 2010).

Pernikahan dan keluarga dirancang untuk mengatur dan mengendalikan

perilaku seksual serta reproduksi. Sekarang, fungsi reproduksi telah

dipisahkan dari keluarga. Keluarga pasca modern, keluarga

didefinisikan dalam konteks pilihan dapat memilih dengan siapa saja

Dunphy (2001 dalam Friendman, 2010).

d. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi. Fungsi fisik keluarga dipengaruhi oleh

orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal,

perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan

dan praktik kesehatan (yang mempengaruhi status kesehatan anggota

keluarga secara individual) merupakan fungsi keluarga yang paling

relevan (Friendman ,2010).

Universitas Sumatera Utara


29

3.3 Dukungan Keluarga

3.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Menurut Sarwono (2008), dukungan adalah upaya yang diberikan

kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang

tersebut dalam melaksanakan kegiatan.

Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2007) menyatakan bahwa

keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga,

melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta

menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Keluarga juga dapat

diartikan suatu kelompok yang terdiri dan dua orang atau lebih yang direkat

oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan

terhadap tiap-tiap anggota keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika dibutuhkan (Friedman, 2010)

House dan Kahn dalam Friedman (2010) menerangkan bahwa

keluarga memiliki empat fungsi dukungan diantaranya:

1. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari

dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Universitas Sumatera Utara


30

Dukungan emosional keluarga merupakan bentuk atau jenis dukungan yang

diberikan keluarga berupa perhatian, kasih sayang dan empati. Menurut

Friedman (1998) dukungan emosional merupakan fungsi afektif keluarga

yang mengalami halusinasi. Fungsi afektif keluarga merupakan fungsi

internal keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga

dengan saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan dan saling mendukung

dan menghargai antar anggota keluarga.

2. Dukungan Informasi

Keluarga berfungsi sebagai sebuah pengumpul dan penyebar

informasi. Menjelaskan tentang pemberian saran dan sugesti, informasi

yang dapat digunakan untuk mengungkapkan tentang suatu masalah.

Manfaat daridukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor

karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang

khusus pada individu. Aspek aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,

usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan informasi

merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga

dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan

memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan oleh

remaja putri.

3. dukungan instrumental

Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau

bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga,

dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan

Universitas Sumatera Utara


31

mendengarkan klien halusinasi dalam menyampaikan perasaannya. Serta

dukungan instrumental keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit

(Friedman, 1998)

4.Dukungan Penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan

balik,membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat

ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sebagai sumber dan validator

identitas anggota keluarga. Dukungan keluarga memainkan peran penting

dalam mengintensifkan perasaan sejahtera, orang yang hidup dalam

lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada mereka

yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan

interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat

membantu ketikakeluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah

orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya

(Friedman, 1998).

3.3.2 Komponen-komponen Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga dapat diterima dari lingkungan keluarganya

yang dirasakan efektif bagi individu yang membutuhkannya. Aspek

yang perlu diketahui dan dipahami, sehingga seseorang akan mengerti

dukungan dari siapa yang paling dibutuhkannya sesuai dengan situasi

dan kebutuhannya. Komponen-komponen dukungan keluarga menurut

Cohen & Mc Kay (1984 dalam Niven, 2000) adalah :

Universitas Sumatera Utara


32

a. Dukungan nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah

seperti pelayanan, bantuan finansial, dan material berupa dukungan

nyata (instrumental Support/Material Support). Suatu kondisi benda

atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di

dalamnya seperti seseorang yang akan mengalami menstruasi pertama

(menarche), menyediakan pembalut, menyiapkan nutrisi dan

menyiapkan obat untuk menghilangkan nyeri anak. Dukungan nyata

keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan

nyata. Dukungan nyata akan lebih efektif bila dihargai oleh penerima

dengan tepat.

b. Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa

dorongan dan motivasi yang diberikan keluarga kepada individu.

Dukungan ini merupakan dukungan yang terjadi apabila ada ekspresi

penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai

seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi

melalui ekspresi penghargaan positif individu kepada individu lain,

penyemangat, dan persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan

seseorang. Dalam dukungan pengharapan kelompok dukungan dapat

mempengaruhi persepsi individu akan ancaman dan juga dapat

menyangga orang-orang untuk melawan stres dengan membantu

mengidentifikasi bahwa situasi tersebut sebagaiancaman kecil.

Universitas Sumatera Utara


33

Dukungan pengharapan dapat menjadi koping yang baik pada individu

dalam mengahadapi suatu masalah. Jenis Dukungan ini membuat

individu mampu membangun harga diri, percaya diri, kompetensi dan

bernilai atau berharga.

c. Dukungan emosional

Dukungan emosional merupakan bentuk atau jenis dukungan

yang diberikan keluarga berupa perhatian, memberi rasa aman, kasih

sayang, dan empati. Jika stres dapat mengurangi perasaan seseorang

akan hal dimiliki dan dicintai, dukungan emosional dapat

menggantikannya atau menguatkan perasaan ini. Dukungan emosional

memberikan individu merasa dicintai meskipun saat mengalami suatu

masalah, bantuan dalam bentuk semangat, rasa percaya, perhatian

sehingga individu yang menerimanya merasa nyaman. Perasaan yang

tidak terkontrol seperti stres dan penurunan motivasi dapat berakibat

pada hilangnya harga diri. Jika hal ini terjadi, jaringan pendukung

memainkan peran yang berartimeningkatkan pendapat yang rendah

terhadap diri sendiri. Kejadian-kejadian yang berakibat seseorang

merasakan hilang perasaan memiliki dapat diperbaiki dengan bentuk

dukungan yang mengembangkan hubungan personal yang relatif intim

seperti membangun dan menciptakanrasa nyaman, cinta serta saling

menghargai.

Universitas Sumatera Utara


34

d. Dukungan informasi

Dukungan informasi merupakan jaringan komunikasi

dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan

solusi dari masalah, memberi nasehat, pengarahan, usulan, saran,

petunjuk, pemberian informasi, dan umpan balik tentang apa yang

dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dan

memberikan saran dalam mengatasi masalah serta tindakan spesifik

bagi individu untuk melawan stresor. Dukungan informasi ini keluarga

sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

3.3.3 Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang

dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan

untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial

keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan

dan suami/istri atau dukungan dan saudara kandung atau dukungan sosial

keluarga eksternal (Friedman 1998).

Caplan (1974 dalam Friedman, 2010) terdapat tiga sumber

dukungan sosial umum. Sumber ini terdiri atas jaringan informal yang

spontan, dukungan terorganisasi, dan upaya terorganisasi. Upaya jaringan

sosial informal (didefenisikan di atas sebagai jaringan informal keluarga)

Universitas Sumatera Utara


35

dipandang sebagai kelompok yang memberikan jumlah bantuan terbanyak

selama masa yang dibutuhkan.

3.3.4 Tujuan dukungan keluarga

Orang yang hidup dalam keluarga dengan dukungan keluarga

umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan orang

tanpa dukungan keluarga. Dukungan keluarga dianggap khusus karna

mengurangi atau menyangga efek stres serta memotivasi dalam menjalani

stuatu aktivitas dan masalah yang dialami secara langsung. Dukungan

keluarga adalah strategi koping penting yang harus ada dalam masa stress

bagi keluarga. Dukungan keluarga juga dapat berfungsi sebagai strategi

pencegahan guna mengurangi stres dan akibat negatifnya (Roth, 1996

dalam Friedman, 2010).

Caplan (1976 dalam Friedman, 2010) menjelaskan bahwa keluarga

memiliki beberapa fungsi dukungan meliputi dukungan sosial (keluarga

berfungsi sebagai pencarian dan penyebar informasi), dukungan penilaian

(keluarga bertindak sebagai sistem pembimbing umpan balik,

membimbing dan membantu dalam menyelesaian masalah), dukungan

tambahan (keluarga adalah sumber bantuan praktis dan konkret), dan

dukungan emosional (keluarga berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan emosional) serta meningkatkan

moral keluarga.

Universitas Sumatera Utara


36

3.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Feiring dan Lewis (1984 dalam Friedman, 2010) menyatakan bahwa

ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar

dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-

pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil

lebih menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga

yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orang tua (khususnya ibu)

juga di pengaruhi oleh usia. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial

ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan, pekerjaan orang tua, dan

tingkat pendidikan.

Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah

kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat

pendapatan, pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga

kelas menengah, suatu hubungan yang lebih adil mungkin ada, sementara

dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau

otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai

tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang

tua dengan kelas sosial rendah (Akhmadi, 2010).

Universitas Sumatera Utara


37

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah:

1. Faktor internal

a. Pendidikan dan tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuknya oleh

variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang

pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk

memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan.

b. Faktor emosi

Seseorang yang mempunyai respon stres dalam setiap perubahan

hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin

dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut

dapat mengancam nyawanya.

c. Spiritual

Aspek spiritual dapat dilihat bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan

hubungan antar keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan

dan arti hidup.

2. Faktor eksternal

a. Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi remaja dalam menjaga kesehatannya. Misalnya orang

Universitas Sumatera Utara


38

tua yang sering mengajak anaknya memeriksakan kesehatan rutin,

maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.

b. Faktor sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, dia akan tanggap terhadap

terhadap gejala penyakit yang dirasakannya, sehingga akan segera

mencari pengobatan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

c. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya seseorang memengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan

kesehatan pribadi (Hady, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai