Kajian Nifas
Kajian Nifas
Z DENGAN
MASALAH HIPERTENSI DI RUANGANAN KEBIDANAN
RSUD PARIAMAN 2016
Dosen Pembimbing
Oleh
MIRANIE SAFARINGGA
1520332028
PENDAHULUAN
Dunia (WHO, 2005) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap
tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menitada satu perempuan yang meninggal. Di
Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka
Kematian Ibu ( AKI ) masih cukup tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap
jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Penyebab
kematian ibu 90% disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama
dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang
sebenarnya dapat dicegah, sedangkan 10% disebabkan oleh komplikasi persalinan lain (Depkes RI, 2005).
Upaya pembangunan di bidang kesehatan yang sedang dilakukan secara bertahap dan
kesejahteraan. Salah satu program yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih merupakan kendala besar di negara
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh (intact). Istilah dalam sectio caesarea adalah primer,
sekunder, ulang, histerektomi. Penyebab dilakukan sectio caesarea diantaranya faktor janin,
faktor ibu, riwayat persalinan sebelum dioperasi, faktor hambatan jalan lahir, kelainan
kontraksi rahim, ketuban pecah dini, rasa takut persalinan. Indikasi sectio caesarea antara lain
adalah disproporsi kepala panggul (CPD), disfungsi uterus, distosia, janin besar, gawat janin,
kelainan letak, eklampsia, hipertensi pernah sectio caesarea sebelumnya, persalinan lama,
Menurut Belizan dkk (1999) di Amerika Serikat telah merekomendasikan dua patokan
pada tahun 2010, angka sectio caesarea sebesar 15,5% pada wanita nulipara dengan usia
kehamilan 37 minggu atau lebih dengan janin tunggal presentasi kepala, angka kelahiran
pervaginam dengan riwayat sectio caesarea sebesar 37% pada wanita dengan usia
kehamilan 37 minggu atau lebih dengan janin tunggal presentasi kepala dan riwayat satu kali
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran.
Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.
Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya
sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi (Cunningham,
2010).
Masa nifas merupakan masa yang rawan kerena ada beberapa resiko yang mungkin
terjadi pada masa nifas yaitu anemia, perdarahan postpartum, depresi masa nifas dan infeksi
masa nifas. Diantara keduanya dua yang paling beresiko sehingga terjadi angka kematian pada
ibu nifas yakni infeksi dan perdarahan. Berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia
(SDKI) 2002/2003 menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia 307 per 100.000
kelahiran hidup dan target MDGS AKI menurun dari 228 per 100.000 kelahiran hidup 2010
Perawatan yang dapat dilakukan pada masa nifas adalah mobilisasi, istirahat, miksi dan
defekasi, selain itu perawatan payudara dilakukan sejak hamil agar puting susu tidak lemas,
keras dan kering untuk persiapan laktasi. Bagi puting susu ibu yang terbenam diusahan agar tetap
memberikan ASI agar tidak terjadi bendungan ASI/ Mastitis (Mochtar, 1998)
Pada ibu nifas banyak masalah yang sering ditemui, salah satunya adalah masalah menyusui
yang dapat.????????????????????????????????????????????????????????????//
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan kajian asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC dengan Hipertensi
2. Tujuan Khusus
Melakukan kajian asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC P3A0H3 hari ke 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nifas
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
Periode postpartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan
akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap bersih
2. Puerperium Intermedial
3. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil
tahunan).
1. Involusi
Perubahan sebagai proses kembalinya alat kandungan dan jalan lahir setelah bayi
Sebesar normal
6 Minggu 50 gram
8 Minggu 30 gram
2. Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
(Mochtar, 1998 ):
a. Lochea Rubra ( Cruenta )
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks
persalinan.
c. Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Locheaostasis
Lochea tidak lancar keluar.
3. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi
a. Proliferasi jaringan pada kelenjar kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
b. Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning
putih susu.
c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena vena
hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Di samping
air susu keluar. Produksi ASI akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan. Bila
bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara
lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna.
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya,
menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan
anaknya.
Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan
Standar kompetensi bidan menjelaskan bahwa bidan memberikan asuhan pada ibu nifas
dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Asuhan masa
nifas difokuskan pada upaya pencegahan infeksi dan menuntut bidan untuk memberikan
a. Teman terdekat sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapai saat-saat kritis masa
nifas
b. Pendidikan dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga
c. Pelaksana asuhan kepada kepada pasien dalam hal tindakan perawatan, pemantauan,
penanganan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi masa nifas ( Sulistyawati A,
2009).
Pada asuhan masa nifas secara spesifik bidan mempunyai tanggung jawab sebagai
B. Seksio Caesarea
Pelahiran Caesar didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi pada dinding
abdomen (laporotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak mencakup
pengangkatan janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uterus atau pada kasus kehamilan
abdominal. Pada beberapa kasus, dan paling sering karena komplikasi darurat seperti
pelahiran. Jika dilakukan pada saat pelahiran caesar, operasinya disebut histerektomi caesar.
Apabila dilakukan segera setelah pelahiran per vagina, maka disebut histerektomi
Indikasi SC:
1. Plasenta previa
2. Panggul sempit
3. Dispropporsi cephalopelvik
4. Ruptur uteri mengancam
5. Partus lama
6. Distosia servik
7. Preeklamsi dan hipertensi
8. Kelainan letak (sungsang, lintang)
1. Kesadaran penderita
2. Pengukuran dan memeriksa TTV
3. Pemeriksaan
a. Perdarahan lokal pada luka operasi
b. Kontraksi rahim yang menutupi pembuluh darah
c. Perdarahan pervaginam adalah: evaluasi pengeluaran lochea, adanya atonia uteri yang
diberikan.
4. Mobilisasi penderita
a. Mobilisasi fisik
Setelah sadar pasien boleh miring, berikutnya duduk,bahkan jalan dengan infus,
b. Mobilisasi usus
Setelah hari pertama dan keadaan pasien baik, penderita boleh minum diikuti
makan bubur saring dan pada hari kedua ketiga makan bubur, hari kempat kelima nasi
nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hipertensi akan berangsur angsur hilang
Hipertensi post partum disebut juga dengan transient hypertension dengan tekanan darah
140/90 mmHg.
Adalah penyakit hipertensi yang kronis dan disebabkan oleh arteriosclerosis. Penyakit
hipertensi essentialis pada post partum merupakan kelanjutan dari hipertensi yang terjadi
pada kehamilan minggu ke 20 dan hipertensi tetap pada sebuah persalinan. Hipertensi ini
sering menimbulkan dan menyebabkan kelainan pada jantung ( membesar ), pada ginjal,
a) Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.
c) Timbulnya odema
a) Pembesaran jantung
e) Jika pada kehamilan yang lampau pernah diberati dengan eklamsi, maka akan
Adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan darah segera (tidak selalu
diturunkan dalam batas normal) untuk mencegah dan membatasi kerusakan pada organ.
Yang menyebabkan hipertensi renal pada post partum ini, juga ibu post partum
mempunyai riwayat yang berhubungan dengan kehamilannya, misalnya; Pre eklamsi atau
eklamsi. Dalam hal ini hipertensi pada ibu post partum juga bisa disebabkan karena
adanya penyakit ginjal pada ibu hamil yang disertai dengan hipertensi.
2.2.2 Etiologi
Penyebab postpartum hipertensi belum diketahui pasti. Namun, beberapa ahli menduga
sejumlah faktor pemicu, antara lain penurunan volume cairan intravaskuler, faktor genetik,
pola makan kurang baik, defisiensi vitamin, misalnya vitamin A, dan penolakan sistem imun
dari plasenta oleh tubuh ibu. Meski faktor penyebab pasti belum diketahui, tetapi standar cara
penanganan yang dilakukan di seluruh dunia relatif hampir sama. Yaitu, dengan memberikan
obat yang sama dengan penanganan pada pre-eklampsia maupun eklampsia pada kehamilan.
2.2.3 Patofisiologi
Menurut Bobak IM, et al (2004) patofisiologi preeklamsia-eklampsia setidaknya
berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan
sistemik (systemic vascular resistence [SVR]), peningkatan curah jantung, dan penurunan
tekanan osmotic koloid. Pada preeklamsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga
perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin uteroplasenta. Vasopasme
siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah,
dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklamsia. Vasospasme merupakan akibat
permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume
paru.
b) Telinga berdenging
c) Pusing
g) Adanya proteinurin
h) Odema
a) Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.
c) Timbulnya odema
d) Pembesaran jantung
berat
Hipertensi sistolik > 140 mmHg <90 mmHg
terisolasi
Hipertensi sistolik 140 160 mmHg < 90 mmHg
perbatasan
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi terjadi pada :
1. Bagi ibu
a) Perdarahan
b) Payah jantung
c) Uremia
2. Bagi bayi
a) Prematur
b) Dismatur
c) BBLR
2.2.8 Pencegahan
1) Periksa tekanan darah secara rutin selama masa hamil dan setelah bersalin.
2) Patuhi saran dokter kandungan. Jika ada hal-hal yang ingin diketahui di masa kehamilan
dan pasca melahirkan, buat daftar pertanyaan dan tanyakan pada dokter saat periksa.
4) Terapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang, sehingga semua kebutuhan vitamin dan
mineral terpenuhi.
2.2.9 Penatalaksanaan
2) Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na / 2,4 gr, Na / 6 gr Nacl / hari).
rokok) dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
5) Dianjurkan untuk memakai kontrasepsi bila jumlah anak belum cukup selama beberapa
tahun.
6) Bila jumlah anak sudah cukup, dianjurakan untuk segera melakukan tubektomi.
7) Terapi sedative misal fenoarbital 30 mg ( dapat diberikan jika dianggap perlu ) obat
obatan anti hipertensi seperti reserpin dan metal dopa untuk mengendalikan hipertensi.
8) Istirahat cukup pada tidur malam, sekurang kurangnya 8 jam dan tidur siang kurang
9) Obat penenag ( solution charcot, diazepam ( valium ), prometazin / obat tidur dalam dosis
rendah.
11) Diet tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak dan rendah garam.
12) Yang perlu dibatasi dan dihindari adalah jenis makanan seperti :
softdrink,puding, roti, biskuit, dsb) dan gula sintetis, seperti aspartam dan sakarin.
b. Alkohol
c. Daging merah, terutama yang digoreng atau diproses menjadi daging asap, kornet,
f. Semua pengawet dan kimia (makanan industri termasuk kalengan dan instan)
magnesium, besi dan kromium mineral yang banyak terdapat pada makanan pembentuk
basa.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pola makan sebaiknya 60-70% terdiri dari
tubuh), misalnya jeruk, brokoli, kembang kol, mentimun, selada, dan terong.
b. Yogurt dan kefir, susu yang diasamkan oleh bakteri L. Acidophilus atau sejenisnya.
c. Ayam dan telur organik (dipelihara alami, tidak disuntik antibiotik dan hormon
sintesis).
d. Ikan berlemak dari laut dingin seperti sarden, salmon, tuna, atau gindara (kaya akan
omega-3).
KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU PI A0 H1 POST SC HARI KE 2 PADA NY E
DI RUANGAN NIFAS RSUD PARIAMAN
I. PENGUMPULAN DATA.
A. Identitas Diri/Biodata.
ISTRI. SUAMI.
Nama : NY E Nama : Tn R
Umur : 28 tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/kebangsaan : Indonesia Suku/kebangsaan : Indonesia
Pendidikan/pekerjaan : SMA/IRT Pendidikan/pekerjaan : SMA/SWASTA
Alamat rumah : Sei Sirah Alamat rumah : Sei Sirah
Telp :- Telp :-
Alamat tempat kerja : - Alamat tempat kerja : -
1. ini
-
C. Data Objektif
1) Keadaan Umum : Kompos mentis
2) Keadaan emosional : Baik
3) Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 78 x/i
S : 37 0C
P : 20 0C
4) Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : Luka operasi masih basah
b. Payudara.
- Pengeluaran : ASI ADA
- Puting susu : Menonjol
c. Uterus
- TFU : 1 jari dibawah pusat
- Konsistensi : Keras
- Kontraksi : ada
d. Pengeluaran lokea
- Jenis : Rubra
e. Kandung Kemih : kosong
f. Ekstremitas atas
- Odema : ada
- Sianosis : tidak ada
g. Ekstremitas bawah
- Reflek patella ka/ki : +/+
- Varises : tidak ada
D. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
HB : 11,9 gr%
II. ASSESMENT
Diagnosa
III. PLANNING
1. Observasi TTV ibu
2. Mengajarkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini