Anda di halaman 1dari 19

KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA NY.

Z DENGAN
MASALAH HIPERTENSI DI RUANGANAN KEBIDANAN
RSUD PARIAMAN 2016

Dosen Pembimbing

dr. H. Mutiara Islam. Sp.OG (K)

Oleh

MIRANIE SAFARINGGA
1520332028

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN


PROGRAM PASCSASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian ibu memang menjadi perhatian dunia internasional. Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO, 2005) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap

tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menitada satu perempuan yang meninggal. Di

Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka

Kematian Ibu ( AKI ) masih cukup tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap

jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Penyebab

kematian ibu 90% disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama

dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang

sebenarnya dapat dicegah, sedangkan 10% disebabkan oleh komplikasi persalinan lain (Depkes RI, 2005).

Upaya pembangunan di bidang kesehatan yang sedang dilakukan secara bertahap dan

berkesinambungan selama ini pada dasarnya untuk mempercepat tercapainya tingkat

kesejahteraan. Salah satu program yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu

(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih merupakan kendala besar di negara

berkembang seperti Indonesia (Doenges, 2001).

Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui sayatan pada

dinding uterus yang masih utuh (intact). Istilah dalam sectio caesarea adalah primer,

sekunder, ulang, histerektomi. Penyebab dilakukan sectio caesarea diantaranya faktor janin,

faktor ibu, riwayat persalinan sebelum dioperasi, faktor hambatan jalan lahir, kelainan

kontraksi rahim, ketuban pecah dini, rasa takut persalinan. Indikasi sectio caesarea antara lain

adalah disproporsi kepala panggul (CPD), disfungsi uterus, distosia, janin besar, gawat janin,
kelainan letak, eklampsia, hipertensi pernah sectio caesarea sebelumnya, persalinan lama,

ruptura uteri iminens, perdarahan antepartum (Sarwono, 2006).

Menurut Belizan dkk (1999) di Amerika Serikat telah merekomendasikan dua patokan

pada tahun 2010, angka sectio caesarea sebesar 15,5% pada wanita nulipara dengan usia

kehamilan 37 minggu atau lebih dengan janin tunggal presentasi kepala, angka kelahiran

pervaginam dengan riwayat sectio caesarea sebesar 37% pada wanita dengan usia

kehamilan 37 minggu atau lebih dengan janin tunggal presentasi kepala dan riwayat satu kali

sectio caesarea (Cunningham, dkk., 2006).

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran.

Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.

Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas

ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya

sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi (Cunningham,

2010).

Masa nifas merupakan masa yang rawan kerena ada beberapa resiko yang mungkin

terjadi pada masa nifas yaitu anemia, perdarahan postpartum, depresi masa nifas dan infeksi

masa nifas. Diantara keduanya dua yang paling beresiko sehingga terjadi angka kematian pada

ibu nifas yakni infeksi dan perdarahan. Berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia

(SDKI) 2002/2003 menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia 307 per 100.000

kelahiran hidup dan target MDGS AKI menurun dari 228 per 100.000 kelahiran hidup 2010

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015.

Perawatan yang dapat dilakukan pada masa nifas adalah mobilisasi, istirahat, miksi dan

defekasi, selain itu perawatan payudara dilakukan sejak hamil agar puting susu tidak lemas,
keras dan kering untuk persiapan laktasi. Bagi puting susu ibu yang terbenam diusahan agar tetap

memberikan ASI agar tidak terjadi bendungan ASI/ Mastitis (Mochtar, 1998)

Pada ibu nifas banyak masalah yang sering ditemui, salah satunya adalah masalah menyusui

yang dapat.????????????????????????????????????????????????????????????//

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan kajian asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC dengan Hipertensi
2. Tujuan Khusus
Melakukan kajian asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC P3A0H3 hari ke 2

dengan masalah Hipertensi di ruang nifas RSUD Pariaman.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nifas
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung

kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2005).

Periode postpartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan

akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak

hamil (Varney, 2008).

Periode masa nifas (Mochtar, 2002) :

1. Puerperium Dini/ Early Puerperium

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap bersih

dan boleh bekerja ( setelah 40 hari ).

2. Puerperium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil

atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (bisa berminggu-minggu, bulanan,

tahunan).

Perubahan-perubahan yang normal terjadi pada masa nifas adalah:

1. Involusi
Perubahan sebagai proses kembalinya alat kandungan dan jalan lahir setelah bayi

dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.

Tabel 1. TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri Lahir 2 jari bawah pusat 750 gram


1 Minggu Pertengahan pusat Symphisis 500 gram

Tidak teraba atas symphisis

2 Minggu Bertambah kecil 350 gram

Sebesar normal

6 Minggu 50 gram

8 Minggu 30 gram

2. Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas

(Mochtar, 1998 ):
a. Lochea Rubra ( Cruenta )
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks

kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.


b. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah, coklat kekuningan berisi darah dan lendir,hari 3-7 pasca

persalinan.
c. Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Locheaostasis
Lochea tidak lancar keluar.
3. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi

perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu (Mochtar, 1998) :

a. Proliferasi jaringan pada kelenjar kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
b. Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning

putih susu.
c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena vena

berdilatasi sehingga tampak jelas.


d. Setelah persalinan, pengaruh estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul penraruh

hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Di samping

itu pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga

air susu keluar. Produksi ASI akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan. Bila

bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara

reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hypofise. Produksi ASI akan

lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna.

Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya,

menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan

anaknya.

Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan

bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan

ilmu dan kiat kebidanan ( Kemenkes RI, 2007).

Standar kompetensi bidan menjelaskan bahwa bidan memberikan asuhan pada ibu nifas

dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Asuhan masa

nifas difokuskan pada upaya pencegahan infeksi dan menuntut bidan untuk memberikan

asuhan kebidanan tingkat tinggi (Varney, 2007).

Asuhan yang diberikan kepada ibu bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi


b. Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu
c. Merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu

melaksanakan perannya dalam situasi keluarga


e. Imunisasi ibu terhadap tetanus
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta

peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak


Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas, antara lain :

a. Teman terdekat sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapai saat-saat kritis masa

nifas
b. Pendidikan dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga
c. Pelaksana asuhan kepada kepada pasien dalam hal tindakan perawatan, pemantauan,

penanganan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi masa nifas ( Sulistyawati A,

2009).

Pada asuhan masa nifas secara spesifik bidan mempunyai tanggung jawab sebagai

berikut (Varney, 2007):

a. Melakukan evaluasi kontinu dan penatalaksanaan perawatan kesejahteraan wanita


b. Memberikan bantuan pemulihan dari ketidaknyamanan fisik
c. Memberikan bantuan dalam menyusui
d. Memfasilitasi pelaksanaan peran sebagai orang tua
e. Melakukan pengkajian bayi selama kunjungan rumah
f. Memberikan pedoman antisipasi dan instruksi
g. Melakukan penapisan kontinu untuk komplikasi puerperium.

B. Seksio Caesarea

Pelahiran Caesar didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi pada dinding

abdomen (laporotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak mencakup

pengangkatan janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uterus atau pada kasus kehamilan

abdominal. Pada beberapa kasus, dan paling sering karena komplikasi darurat seperti

perdarahan yang tidak terkendali merupakan indikasi histerektomi perabdominal setelah

pelahiran. Jika dilakukan pada saat pelahiran caesar, operasinya disebut histerektomi caesar.

Apabila dilakukan segera setelah pelahiran per vagina, maka disebut histerektomi

pascapartum (Cunningham, 2010).

Indikasi SC:
1. Plasenta previa
2. Panggul sempit
3. Dispropporsi cephalopelvik
4. Ruptur uteri mengancam
5. Partus lama
6. Distosia servik
7. Preeklamsi dan hipertensi
8. Kelainan letak (sungsang, lintang)

Perawatan setelah operasi (Manuaba,1999):

1. Kesadaran penderita
2. Pengukuran dan memeriksa TTV
3. Pemeriksaan
a. Perdarahan lokal pada luka operasi
b. Kontraksi rahim yang menutupi pembuluh darah
c. Perdarahan pervaginam adalah: evaluasi pengeluaran lochea, adanya atonia uteri yang

meningkatkan perdarahan berkepanjangan


d. Profilaksis antibiotika

Pertimbangan pemberian antibiotika yaitu profilaksis, bersifat terapi karena sudah

terjadi infeksi,berpedoman pada hasil tes sensitifitas,kualitas antibiotik yang akan

diberikan.

4. Mobilisasi penderita
a. Mobilisasi fisik

Setelah sadar pasien boleh miring, berikutnya duduk,bahkan jalan dengan infus,

infus dan kateter dibuka pada hari kedua ketiga

b. Mobilisasi usus

Setelah hari pertama dan keadaan pasien baik, penderita boleh minum diikuti

makan bubur saring dan pada hari kedua ketiga makan bubur, hari kempat kelima nasi

biasa dan boleh pulang.

2.2 Hipertensi Postpartum


Hipertensi post partum adalah peningkatan tekanan darah dalam 24 jam pertama dari

nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hipertensi akan berangsur angsur hilang

dalam waktu 10 hari.

Hipertensi post partum disebut juga dengan transient hypertension dengan tekanan darah

140/90 mmHg.

2.2.1 Macam-Macam Hipertensi

1) Hipertensi Essentialis ( Hipertensi Primer )

Adalah penyakit hipertensi yang kronis dan disebabkan oleh arteriosclerosis. Penyakit

hipertensi essentialis pada post partum merupakan kelanjutan dari hipertensi yang terjadi

pada kehamilan minggu ke 20 dan hipertensi tetap pada sebuah persalinan. Hipertensi ini

sering menimbulkan dan menyebabkan kelainan pada jantung ( membesar ), pada ginjal,

otak dan retina.

Untuk mendiagnosa hipertensi essentialis, yaitu :

a) Tensi 140/90 mmHg

b) Terjadi dalam 24 jam post partum

Gejala hipertensi essentialis post partum, yaitu :

a) Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.

b) Proteinuria yang hebat

c) Timbulnya odema

Tanda tanda hipertensi essentialis post partum, adalah :

a) Pembesaran jantung

b) Faal yang kurang


c) Kelainan pada retina ( haemorhagi atau exudat )

d) Tensi pemulaan 200 sistolik dan 120 diastolik

e) Jika pada kehamilan yang lampau pernah diberati dengan eklamsi, maka akan

berpengaruh pada hipertensi post partum

2) Hipertensi chronic / renal ( hipertensi sekunder )

Adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan darah segera (tidak selalu

diturunkan dalam batas normal) untuk mencegah dan membatasi kerusakan pada organ.

Yang menyebabkan hipertensi renal pada post partum ini, juga ibu post partum

mempunyai riwayat yang berhubungan dengan kehamilannya, misalnya; Pre eklamsi atau

eklamsi. Dalam hal ini hipertensi pada ibu post partum juga bisa disebabkan karena

adanya penyakit ginjal pada ibu hamil yang disertai dengan hipertensi.

2.2.2 Etiologi

Penyebab postpartum hipertensi belum diketahui pasti. Namun, beberapa ahli menduga

sejumlah faktor pemicu, antara lain penurunan volume cairan intravaskuler, faktor genetik,

pola makan kurang baik, defisiensi vitamin, misalnya vitamin A, dan penolakan sistem imun

dari plasenta oleh tubuh ibu. Meski faktor penyebab pasti belum diketahui, tetapi standar cara

penanganan yang dilakukan di seluruh dunia relatif hampir sama. Yaitu, dengan memberikan

obat yang sama dengan penanganan pada pre-eklampsia maupun eklampsia pada kehamilan.

2.2.3 Patofisiologi
Menurut Bobak IM, et al (2004) patofisiologi preeklamsia-eklampsia setidaknya

berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan

meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vascular

sistemik (systemic vascular resistence [SVR]), peningkatan curah jantung, dan penurunan

tekanan osmotic koloid. Pada preeklamsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga

terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematocrit maternal. Perubahan ini membuat

perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin uteroplasenta. Vasopasme

siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah,

sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasospasme merupakan sebagian mekanisme

dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklamsia. Vasospasme merupakan akibat

peningkatan sensivitas terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan

kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2.

Selain kerusakan endothelial, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan

permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume

intravascular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklamsia mudah menderita edema

paru.

2.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi Post Partum

Tanda dan gejala Hipertensi Post Partum, yaitu :

a) Peninggian tekanan darah

b) Telinga berdenging

c) Pusing

d) Mata berkunang kunang


e) Sukar tidur

f) Emosi meningkat ( mudah marah )

g) Adanya proteinurin

h) Odema

2.2.5 Manifestasi Klinis

a) Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.

b) Proteinuria yang hebat

c) Timbulnya odema

d) Pembesaran jantung

e) Faal yang kurang

f) Kelainan pada retina ( haemorhagi atau exudat )

g) Tensi pemulaan 200 sistolik dan 120 diastolik

2.2.6 Klasifikasi Hipertensi Post Partum

Klasifikasi Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg)


Normotensi < 140 mmHg < 90 mmHg
Hipertensi ringan 140 130 mmHg 90 105 mmHg
Hipertensi perbatasan 140 160 mmHg 90 95 mmHg
Hipertensi sedang dan > 180 mmHg > 105

berat
Hipertensi sistolik > 140 mmHg <90 mmHg

terisolasi
Hipertensi sistolik 140 160 mmHg < 90 mmHg

perbatasan

2.2.7 Komplikasi
Komplikasi terjadi pada :

1. Bagi ibu

a) Perdarahan

b) Payah jantung

c) Uremia

2. Bagi bayi

a) Prematur

b) Dismatur

c) BBLR

2.2.8 Pencegahan

1) Periksa tekanan darah secara rutin selama masa hamil dan setelah bersalin.

2) Patuhi saran dokter kandungan. Jika ada hal-hal yang ingin diketahui di masa kehamilan

dan pasca melahirkan, buat daftar pertanyaan dan tanyakan pada dokter saat periksa.

3) Jaga kenaikan berat badan selama kehamilan.

4) Terapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang, sehingga semua kebutuhan vitamin dan

mineral terpenuhi.

2.2.9 Penatalaksanaan

1) Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan ( IMT 27 ).

2) Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na / 2,4 gr, Na / 6 gr Nacl / hari).

3) Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.


4) Berhenti merokok (apabila ibu post partum selama dan sebelum hamil ketergantungan

rokok) dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.

5) Dianjurkan untuk memakai kontrasepsi bila jumlah anak belum cukup selama beberapa

tahun.

6) Bila jumlah anak sudah cukup, dianjurakan untuk segera melakukan tubektomi.

7) Terapi sedative misal fenoarbital 30 mg ( dapat diberikan jika dianggap perlu ) obat

obatan anti hipertensi seperti reserpin dan metal dopa untuk mengendalikan hipertensi.

8) Istirahat cukup pada tidur malam, sekurang kurangnya 8 jam dan tidur siang kurang

lebih 2 jam.Pekerjaan rumah tangga dikurangi.

9) Obat penenag ( solution charcot, diazepam ( valium ), prometazin / obat tidur dalam dosis

rendah.

10) Pendekatan secara psikologis.

11) Diet tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak dan rendah garam.

12) Yang perlu dibatasi dan dihindari adalah jenis makanan seperti :

a. Semua gula/karbohidrat yang diproses., termasuk produk olahannya (gula-gula,

softdrink,puding, roti, biskuit, dsb) dan gula sintetis, seperti aspartam dan sakarin.

b. Alkohol

c. Daging merah, terutama yang digoreng atau diproses menjadi daging asap, kornet,

sosis, dan bakso

d. Susu ternak, terutama sapi, dan produk olahannya kecuali yogurt

e. Ayam dan telur ayam negeri

f. Semua pengawet dan kimia (makanan industri termasuk kalengan dan instan)

g. Makanan tinggi lemah jenuh /trans (gorengan, margarin, dan santan)


h. MSG

12) Penderita hipertensi dan kolesterol/trigliserid tinggi umumnya defisiensi kalsium,

magnesium, besi dan kromium mineral yang banyak terdapat pada makanan pembentuk

basa.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pola makan sebaiknya 60-70% terdiri dari

makanan pembentuk basa (buah dan sayuran segar). Pilihlah:

a. Buah-buahan dan sayuran yang mengandung karbohidrat (berfungsi mempercepat

pembakaran kalori) dan antioksidan (membantu pembuangan racun dari dalam

tubuh), misalnya jeruk, brokoli, kembang kol, mentimun, selada, dan terong.

b. Bawang-bawangan seperti seledri, bawang putih, atau bawang bombay karena

mengandung zat yang dapat mengurangi kepekatan darah.

13) Protein diperoleh dari:

a. Biji-bijian atau polong-polongan seperti kedelai (susu, tahu, dan tempe).

b. Yogurt dan kefir, susu yang diasamkan oleh bakteri L. Acidophilus atau sejenisnya.

c. Ayam dan telur organik (dipelihara alami, tidak disuntik antibiotik dan hormon

sintesis).

d. Ikan berlemak dari laut dingin seperti sarden, salmon, tuna, atau gindara (kaya akan

omega-3).
KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU PI A0 H1 POST SC HARI KE 2 PADA NY E
DI RUANGAN NIFAS RSUD PARIAMAN

Hari/Tanggal :Selasa,16 Juli 2013 Pukul : 09.00 WIB

I. PENGUMPULAN DATA.
A. Identitas Diri/Biodata.
ISTRI. SUAMI.

Nama : NY E Nama : Tn R
Umur : 28 tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/kebangsaan : Indonesia Suku/kebangsaan : Indonesia
Pendidikan/pekerjaan : SMA/IRT Pendidikan/pekerjaan : SMA/SWASTA
Alamat rumah : Sei Sirah Alamat rumah : Sei Sirah
Telp :- Telp :-
Alamat tempat kerja : - Alamat tempat kerja : -

B. Anamnesa (Data Subjektif)


1. Keluhan Utama : Nyeri luka bekas operasi pada hari ke 2

2. Riwayat kehamilan,persalinan,dan nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Komplikasi Bayi Nifas


No Umur Penolong
. anak/ usia (mg)
TglLahir Jenis Tempat Ibu Bayi BB PB Jenis Keadaan Laktasi Keadaan

1. ini

-
C. Data Objektif
1) Keadaan Umum : Kompos mentis
2) Keadaan emosional : Baik
3) Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 78 x/i
S : 37 0C
P : 20 0C

4) Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : Luka operasi masih basah
b. Payudara.
- Pengeluaran : ASI ADA
- Puting susu : Menonjol
c. Uterus
- TFU : 1 jari dibawah pusat
- Konsistensi : Keras
- Kontraksi : ada
d. Pengeluaran lokea
- Jenis : Rubra
e. Kandung Kemih : kosong
f. Ekstremitas atas
- Odema : ada
- Sianosis : tidak ada
g. Ekstremitas bawah
- Reflek patella ka/ki : +/+
- Varises : tidak ada
D. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
HB : 11,9 gr%

II. ASSESMENT

Diagnosa

IBU P1A0H1 POST SC HARI KE 2 DENGAN NYERI LUKA OPERASI.

III. PLANNING
1. Observasi TTV ibu
2. Mengajarkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini

Anda mungkin juga menyukai