Anda di halaman 1dari 7

GAMBAR HEWAN KURBAN DAN AKIKAH

Syarat-Syarat Kurban

Beberapa syarat ibadah kurban yang harus diketahui oleh seorang mudhahhi adalah syarat-
syaratnya. Apa yang harus dipenuhi oleh pengorban dari ibadah qurbannya:

1. hewan sembelihan qurban merupakan hewan ternak berupa unta, sapi, kambing dan
domba. Hal ini berdasarkan sabda firman Allah Taala :

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada
mereka. (QS. Al-Hajj: 34)

2. usia hewan qurban sudah mencapai umur minimal yang ditentukan syariat. Yakni sudah
musinnah, kecuali bagi domba boleh jadzaahnya. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW :

Janganlah kalian menyembelih kecuali Musinnah (kambing yg telah berusia dua tahun),
kecuali jika kalian kesulitan mendapatkannya, maka sembelihlah domba jadzaah. (HR.
Muslim dari sahabat Jabir bin Abdillah RA)

3. Hewan qurban terbebas dari aib atau cacat. Di dalam nash hadits ada ada empat cacat
yang, disebutkan:

1. Aur Bayyin (buta sebelah yang jelas)


2. Araj Bayyin (kepincangan yang jelas)
3. Maradh Bayyin (sakit yang jelas)
4. Huzal (kekurusan yang membuat sungsum hilang).

Jika hewan qurban terkena salah satu atau lebih dari empat macam aib ini, maka hewan
tersebut tidak sah dijadikan sebagai hewan qurban. Dari Al-Bara bin Azib berkata:
Rasulullah SAW ditanya, Apa yang harus dijauhi untuk hewan qurban? Beliau
memberikan isyarat dengan tangannya lantas bersabda: Ada empat. Barra lalu
memberikan isyarat juga dengan tangannya dan berkata; Tanganku lebih pendek
daripada tangan Rasulullah SAW :



(empat perkara tersebut adalah) hewan yang jelas-jelas pincang kakinya, hewan yang jelas
buta sebelah, hewan yang sakit dan hewan yang kurus tak bersumsum. (H.R.Malik)

4. Hewan tersebut benar-benar dimiliki oleh orang yang berkurban atau yang diizikan
dikurbankan atas namanya oleh syariat atau oleh orang yang memilikinya. Tidak sah
kurban orang yang tidak memilikinya secara sah seperti hewan kurban yang dicuri,
dikuasai dengan cara batil, dan semisalnya. Sebabnya tidak sah ibadah taqarrub kepada
Allah dengan maksiat kepada-Nya.

5. tidak ada hak orang lain pada harta hewan kurban tersebut, maka tidak sah kurban dari
hewan yang digadai.

6. menyembelihnya pada waktu yang telah ditentukan oleh syariat. Yaitu setelah shalat Ied
sampai terbenamnya matahari dari hari tasyriq terakhir (tanggal 13 Dzulhijjah). Maka
waktu menyembelih hewan kurban ada empat hari: hari idul Adha sesudah shalat dan tiga
hari sesudahnya yang dikenal dengan ayyam Tasyriq. Maka siapa yang menyembelih
sebelum shalat ied selesai atau sesudah matahari di tanggal 13 terbenam, tidak sah
kurbannya.
PERBEDAAN KURBAN DAN AQIQAH

1. Aqiqah ditunaikan sebagai penebus atas lahirnya seorang bayi manusia, sedangkan
berqurban yakni untuk memperingati pengorbanan Nabi Ibrahim As serta mengikuti
fatwa dia yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW sebagai sunnah yang diteruskan
kepada ummatnya.
2. Daging qurban disedekahkan kepada fakir miskin atau anak yatim dalam keadaan
mentah, sedang daging aqiqah disedekahkan dalam keadaan sudah dimasak.
3. Kaki belakang hewan aqiqah sunnah disedekahkan kepada bidan yang menangani
kelahiran dan merawat bayi yang bersangkutan. Sedangkan kaki hewan qurban tidak
perlu diperlakukan demikian.
4. Waktu atau masa penyembelihan qurban hanya empat hari dalam setahun, yaitu
tanggal 10,11,12,13 Dzulhijjah. Sedangkan menyembelih aqiqah tidak terbatas pada
hari-hari tersebut, bahkan bisa dilakukan kapan saja sepanjang tahun, walaupun
memang sunatnya dilakukan pada hari ke 7 dari kelahiran bagi mereka yang mampu.
5. Kalau aqiqah, hewan yang di sembelih terbatas pada kambing atau qibasy sementara
qurban bisa onta, sapi, kerbau atau hewan sejenisnya.
6. Qurban bisa dilakukan setiap tahun bagi yang berkecukupan, sedangkan aqiqah hanya
dilakukan sekali saja seumur hidup.
7. Aqiqah dilaksanakan dengan ketentuan 2 ekor kambing untuk bayi laki-laki dan satu
ekor kambing untuk bayi perempuan, sedangkan qurban bisa dilakukan minimal satu
ekor dan bisa bersifat kelompok jikalau hewan yang diqurbankan berharga mahal.
8. Daging aqiqah boleh diberikan kepada orang bukan faqir miskin, tetapi daging
qurban hanya boleh diberikan kepada fakir miskin.
9. Dilarang mengambil upah penyembelih dari bab hewan yang dipotong pada qurban
sedangkan pada aqiqah dibolehkan memberi upah kepada penyembelih dengan bab
hewan yang dipotong.
Pengertian Qurban dan Aqiqah

Qurban berasal dari bahasa arab Qurban yang berarti dekat. Qurban dalam Islam juga
disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti
unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari
tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah. Syarat binatang ternak
yang boleh disembelih untuk qurban adalah sama dengan binatang yang disembelih saat
aqiqah.

Dasar pelaksanaan qurban pada awalnya dimulai dari perintah Allah yang mengutus kepada
Nabi Ibrahim melalui mimpinya untuk mempersembahkan putranya yakni Ismail. Di dalam
Al-Quran telah disebutkan bahwa Ibrahim dan Ismail mematuhi perintah tersebut dan
bertepatan saat Ibrahim akan menyembelih Ismail, Allah menggantinya dengan domba.

Berikut ini merupakan petikan surat Ash Shaaffaat ayat 102-107 yang menceritakan
mengenai perintah untuk berqurban :

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ), dan Kami
panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu
sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan yang besar. (Ash Shaaffaat: 102-107).
DASAR HUKUM HADIST KURBAN DAN AQIQAH

1. Hukum Aqiqah

Aqiqah dilaksanakan sebagai penebusan anak yang baru lahir baik itu anak laki-laki
maupun anak perempuan. Aqiqah dilaksanakan afdhalnya di hari ketujuh kelahiran anak.
Berikut ini dasar hukum perintah aqiqah :



- -



Dari Samuroh bin Jundub, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap
anak tergadaikan dengan akikahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh,
digundul rambutnya dan diberi nama. (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai no. 4220,
Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih).

Apabila pelaksanaan aqiqah luput di hari ketujuh, ada beberapa pendapat ulama yang
memperbolehkan aqiqah dilaksanakan diluar hari ketujuh. Dari ulama malikiyah
berpendapat bahwa aqiqah jadi gugur apabila luput dari hari ketujuh. Sedangkan ulama
Hambali berpendapat bahwa jika luput dari hari ketujuh, aqiqah dilaksanakan pada hari
ke empat belas atau ke dua puluh satu.

Kalangan ulama Syafiiyah mengatakan bahwa aqiqah masih menjadi tanggung jawab
orangtua hingga anak usia baligh. Apabila sudah dewasa, maka aqiqah menjadi gugur.
Namun anak memiliki pilihan untuk mengaqiqahi diri sendiri. Penulis kitab Mughnil
Muhtaj, Asy Syarbini rahimahullah berkata, Jika telah mencapi usia baligh, hendaklah
anak mengakikahi diri sendiri untuk mendapati yang telah luput. (Mughnil Muhtaj, 4:
391).

2. Hukum Qurban

Pelaksanaan ibadah qurban harus diniatkan dalam rangka taat dan menjalankan perintah
Allah untuk mengkurbankan hewan ternak, bukan untuk tujuan lainnya. Mengenai
perintah qurban, Allah berfirman dalam surat Al Kautsar ayat 1-2 yang menjadi dasar
syariat penyembelihan hewan qurban: Artinya : Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu nimat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah.

Para ulama dalam menentukan hukum penyembelihan hewan qurban terjadi perbedaan
pendapat. Setidaknya ada dua pendapat mengenai hukum penyembelihan hewan qurban
antara lain :

a. Sunnah Muakkadah

Ini merupakan pendapat mayoritas ulama fiqih. Dengan adanya hukum sunnah
muakadah untuk pelaksanaan qurban, walaupun seseorang tidak menyembelih hewan
qurban, maka ia tidak berdosa. Apalagi mereka yang tergolong tidak mampu dan
miskin. Namun bagi orang yang mampu dan berkecukupan, makruh hukumnya bila
tidak menyembelih hewan qurban. Pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa
hukum penyembelihan hewan qurban adalah sunnah muakkadah berdasarkan
beberapa dalil berikut ini :

Rosulullah telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim dan lainnya
: bila telah memasuki 10 (hari bulan dzulhijjah) dan seseorang ingin berqurban,
maka janganlah ia ganggu rambut qurban dan kuku-kukunya.
Berdasarkan hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat seseorang
ingin berqurban menunjukan bahwa hukum berqurban diserahkan kepada kemauan
seseorang, artinya tidak menjadi wajib melainkan sunnah. Seandainya hukumnya
wajib, maka tidak akan disebutkan kalau berkeinginan

Perbuatan Abu Bakar dan Umar. Dalil lainnya adalah atsar yang diriwayatkan bahwa
Abu Bakar dan Umar tidak melaksanakan penyembelihan hewan qurban dalam satu
atau dua tahun, karena takut dianggap menjadi kewajiban. Dan hal itu tidak
mendapatkan penentangan dari para sahabat yang lainnya. Atsar ini diriwayatkan oleh
al-Baihaqi.

b. Wajib

Pendapat yang kedua menyatakan wajib hukumnya menyembelih hewan qurban.


Pendapat ini adalah pendapat madzhab Hanafi berdasarkan dalil sebuah hadits yang
diriwayatkan Abu Hurairah bahwasanya Rosulullah SAW bersabda : Siapa yang
memiliki kelapangan tapi tidak menyembelih qurban, janganlah mendekati tempat
shalat kami. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim menshahihkannya).
Itulah dua pendapat yang telah dikemukakan beserta dalil-dalilnya mengenai hukum
qurban. Adapun tentang ketentuan batasan qurban, para ulama telah sepakat bahwa
hal tersebut tidak pernah ditetapkan dalam syariat, berbeda dengan zakat yang
mengenal istilah nishab dan kadar.

Anda mungkin juga menyukai