kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaannya:
a. berdasarkan kepemilikan
ii. rumah sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat, sering disebut rumah sakit
(b) rumah sakit nirlaba: rumah sakit yang mencari laba sewajarnya
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
ii. rumah sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak
i. rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik
luas
ii. rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
iii. rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
iv. rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Depkes RIc, 2009; Siregar
antara rumah sakit dan stakeholders utamanya, dan untuk menyatakan tujuan
luas dari unjuk kerja rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2004).
keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang diinginkan untuk memenuhi
pengharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama untuk memenuhi maksud
Daerah, untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa indikator, yaitu:
a. input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang
b. proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya
c. output, yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah
sebagai misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan
dan lain-lain
e. benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit
maupun penerima pelayanan atau pasien yang misal biaya pelayanan yang lebih
f. impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas
berikut:
tempat tidur di rumah sakit yang digunakan pasien dalam suatu masa.
yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Bila nilai ini
mendekati 100 berarti ideal tetapi bila BOR Rumah Sakit 60-80% sudah bisa
dikatakan ideal. BOR antara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan
oleh karena adanya perbedaan fasilitas rumah sakit, tindakan medik, perbedaan
teknologi intervensi.
merujuk pada berapa kali satu tempat tidur ditempati pasien dalam satu tahun.
c. average length of stay (ALOS) adalah rata-rata lama dirawat dalam satu
merupakan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu
tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain.
e. infant death rate (IDR) atau angka kematian bayi. Standar IDR adalah 20%.
f. maternal mortality rate (MMR) atau angka kematian ibu melahirkan. Standard
g. foetal death rate (FDR) atau angka bayi lahir mati. Standar FDR adalah 2%.
h. post operative death rate (PODR) atau angka kematian pasca bedah. Standar
(Anonim, 2007)
yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
Suatu rekam medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologis,
atau bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan,
b. alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran
Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari
Ketua Staf Medis Fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di Rumah
Sakit. Komite Medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
komite medik rumah sakit yang diketuai oleh dokter bagian farmakologi klinik dan
seorang sekretaris yaitu apoteker dari IFRS serta dibantu oleh anggota PFT yang
terdiri dari dokter yang mewakili Staf Medik Fungsional (SMF) serta dibantu oleh
pengadaan sistem formularium yang membawa perhatian staf medik pada obat
yang terbaik dan membantu mereka dalam menyeleksi obat terapi yang tepat bagi
pengobatan penderita tertentu. Komite ini difungsikan rumah sakit untuk mencapai
subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus
meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama.
b. Komite Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak
produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
c. menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
medical record dibandingkan dengan standar diagnosis dan terapi. Tinjauan ini
rasional.
dan perawat.
diterima/disetujui oleh Komite Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit
dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan dimana formularium
Terapi. Adanya formularium diharapkan dapat menjadi pegangan para dokter staf
penggunaan obat yang efektif dan efisien serta mempermudah upaya menata
Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan
terus, dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu digunakan oleh staf medis,
di lain pihak Komite Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan
b. sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar
apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit
bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut.
berlaku.
kefarmasian.
i. Pemilihan
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan
transaksi pembelian.
ii. Perencanaan
d) penetapan prioritas
e) siklus penyakit
f) sisa persediaan
h) perencanaan pengembangan
iii. Pengadaan
a) pembelian:
i) produksi steril
c) sumbangan/droping/hibah
iv. Produksi
v. Penerimaan
atau sumbangan.
vi. Penyimpanan
yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya,
sesuai kebutuhan.
vii. Pendistribusian
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
individual.
(medication error).
terkait obat, jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep. Kegiatan yang dilakukan yaitu apoteker harus melakukan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan
administrasi meliputi:
i. nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan serta tinggi badan pasien
iii. stabilitas
iv. kontraindikasi
v. interaksi obat
informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
penggunaan obat
ii. melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga
digunakan
dokter
penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan adalah nama obat
(termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan indikasi
dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi, dan kepatuhan
yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh
apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien
i. menjawab pertanyaan
iii. menyediakan informasi bagi komite/sub komite farmasi dan terapi sehubungan
iv. bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat
kesehatan lainnya
ii. tempat
iii. perlengkapan
d. konseling
iv. membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan
penyakitnya
ix. membimbing dan membina pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat
iii. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
penggunaan obat
vi. dokumentasi
i. kriteria pasien
(a) pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal,
(b) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi,
dll)
(d) pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin)
e. visite
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi
obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas
PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi
obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan pemantauan terapi obat
i. pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, ROTD
iv. pemantauan
v. tindak lanjut
terpercaya
tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Efek samping obat adalah
reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. Tujuan:
i. menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,
ii. menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal dan
mengalami ESO
dan terapi
dengan tekhnik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan
kompatibilitas dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang
dalam cairan infus, melarutkan sediaan intravena bentuk serbuk dengan pelarut
yang sesuai, dan mengemas mejadi sediaan siap pakai. Faktor yang perlu
lemari pencampuran biological safety cabinet, dan High Efficiency Particulate Air
(HEPA) filter.
secara aseptik sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan formula
standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatan yang dilakukan
i. tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat dan ahli gizi
Penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai
kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada
keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik
harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
Kegiatan:
tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit
ii. memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma dengan menggunakan alat
Sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang
mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu
iv. memilih peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.
vi. melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
nosokomial.
steril terbesar di rumah sakit. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain
silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril (Depkes RIa, 2009).
ii. tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
alat/barang bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan tertutup.
c. ruang produksi dan prossesing: linen diperiksa, dilipat, dan dikemas untuk
persiapan sterilisasi. Selain linen, pada daerah ini dipersiapkan pula bahan-
Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih
e. ruang penyimpanan barang steril. Ruang ini sebaiknya dekat dengan ruang
sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang
terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah dibersihkan, alat steril
dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit
dihasilkan.
a. instalasi gas medis adalah seperangkat sentral gas medis, instalasi pipa gas
b. gas medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang digunakan untuk
penyaluran gas medis ke titik outlet ke ruang tindakan dan ruang perawatan.
d. sentral gas medis adalah seperangkat prasarana peralatan dan atau tabung
gas/liquid yang menyimpan beberapa gas medis tertentu yang dapat disalurkan
iv. Gas CO 2
vi. Siklopropana (C 3 H 6 )
vii. Helium
a) O 2 + N 2
b) O 2 + CO 2
c) He + O 2
d) N 2 O + O 2 + N 2
a. tabung-tabung gas medis harus disimpan berdiri, dipasang penutup kran dan
goncangan.
tempatnya.
d. lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber panas, listrik dan oli atau
sejenisnya.
e. gas medis yang sudah cukup lama disimpan, agar dilakukan uji atau tes kepada
untuk 1 orang.
e. tabung gas beserta troly harus bersih dan memenuhi syarat sanitasi (higienis)