Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Singkong (Manihot esculenta) merupakan sumber bahan makanan ketiga di Indonesia
setelah padi dan jagung. Singkong tidak memiliki periode matang yang jelas, akibatnya
periode panen dapat beragam sehingga dihasilkan singkong yang memiliki sifat fisik dan
kimia yang berbeda beda. Tingkat produksi, sifat fisik dan kimia singkong akan bervariasi
menurut tingkat kesuburan yang ditinjau dari lokasi penanaman singkong.
Singkong dapat dibagi dua berdasarkan umur panennya yakni singkong berumur
pendek dan singkong berumur panjang. Singkong berumur pendek berarti usia sejak mulai
tanam sampai musim panen relatif lebih singkat yakni berumur antara 5-8 bulan. Sedangkan
singkong yang berumur panjang dipanen pada umur 9-10 bulan, singkong dapat dipanen
pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan
banyak yang rontok.Umur panen singkong yang telah mencapai 68 bulan untuk varietas
genjah dan 9 12 bulan untuk varietas dalam.
Singkong yang digunakan pada penjualan ini yaitu singkong v yang berumur panen
panjang (12 bulan) dan singkong varietas adira yang berumur panen pendek (7 bulan) yang
di ambil dari Desa Siney.Hal ini disebabkan belum diketahui kandungan gizinya. Pada
penelitian ini tidak membedakan umur panen secara khusus misalnya singkong yang
berumur panen 7-12 bulan., apabila singkong dipanen melewati batas waktu yang telah
ditentukan maka umbinya akan mengeras (berkayu) sehingga tidak baik lagi untuk
dikonsumsi masyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan


1.Menganalisa usaha kecil dan besar yaitu Industri Tela-tela
2.Memenuhi tugas praktikum Ekonomi Teknik

1.3 Rumusan Masalah


1.Mendeskripsikan diagram alir proses produksi
2.Menganalisa kelayakan ekonomi industri Tela-tela
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi beras sebagai


makanan pokok telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.Beras telah menjadi
pemasok utama karbohidrat bagi mayoritas bahkan hampir seluruh masyarakat
Indonesia.Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras telah menjadi sebuah
masalah pangan yang berkelanjutan. Persepsi masyarakat bahwa jika belum mengkonsumsi
beras (nasi) maka dikatakan belum makan meskipun perut telah diisi dengan
makanan.Persepsi yang telah mendarah daging ini menjadi suatu konsep pemikiran yang
menyimpang.Pemerintah bersama para Ilmuwan kini berupaya keras mencari sumber-
sumber bahan pangan baru mengingat besarnya ketergantungan masyarakat Indonesia
terhadap satu macam sumber karbohidrat saja (Hendy, 2007).

Sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani, yang masih mengandalkan


sebagian besar dari konsumsi makanannya pada makanan pokok.Makanan pokok yang
digunakan adalah beras, jagung, umbi-umbian (terutama singkong dan ubi jalar), dan
sagu.Penggunaan makanan pokok didasarkan atas ketersediaannya di daerah bersangkutan
yang pada umumnya berasal dari usaha tani keluarga dan kemudian berkembang menjadi
kebiasaan makan didaerah tersebut (Almatsier, 2003).

Berdasarkan sifat fisik dan kimia, singkong merupakan umbi atau akar pohon yang
panjang dengan rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari
jenis singkong yang ditanam. Sifat fisik dan kimia singkong sangat penting artinya untuk
pengembangan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.Karakterisasi sifat fisik dan
kimia singkong ditentukan olah sifat pati sebagai komponen utama dari singkong
(Susilawati, dkk, 2008).

Singkong (Manihot esculenta) merupakan sumber bahan makanan ketiga di Indonesia


setelah padi dan jagung. Singkong tidak memiliki periode matang yang jelas, akibatnya
periode panen dapat beragam sehingga dihasilkan singkong yang memiliki sifat fisik dan
kimia yang berbeda beda. Tingkat produksi, sifat fisik dan kimia singkong akan bervariasi
menurut tingkat kesuburan yang ditinjau dari lokasi penanaman singkong (Anonim, 2014).
Menurut Lingga (1986), singkong dapat dibagi dua berdasarkan umur panennya yakni
singkong berumur pendek (genjah) dan singkong berumur panjang. Singkong berumur
pendek berarti usia sejak mulai tanam sampai musim panen relatif lebih singkat yakni
berumur antara 5-8 bulan. Sedangkan singkong yang berumur panjang dipanen pada umur
9-10 bulan. Sedangkan menurut Khasanah (2009),
BAB III

ISI
3.1 Diagram Alir Pembuatan tela tela telanosa

Ubi kayu

Dikupas

Dicuci

Dikukus ( 40 menit )

Dipotong

Digoreng

Ditiriskan

Didinginkan

Diberi bumbu perasa

Dikemas

3.2 Rencana produksi


Pembuatan tela tela telanosa membutuhkan bahan baku utama ubi kayu dan bahan
tambahannya berupa bahan perasa merk antaka dan minyak goreng. Adapun harga bahan
baku pembuatan tela tela telanosa terdapat pada tebel berikut kecil :

No Material Jumlah Harga ( Rp ) Jumlah ( Rp )


kebutuhan per
hari
1 Ubi kayu 7 Kg Rp. 2.000,00 Rp. 14.000,00
2 Bahan perasa Antaka 300 gram Rp. 4.625,00 Rp. 13.875,00
3 Minyak goreng 1 liter Rp. 10. 870,00 Rp. 10. 870,00
4 Kertas bungkus nasi 4 lembar Rp. 150,00 Rp. 600,00
5 Plastik box 31 pcs Rp. 140,00 Rp. 4.340,00
Total perhari Rp. 43.685,00
Deskripsi

- Bahan baku pembuatan tela tela telanosa ini adalah ubi kayu sebanyak 7 Kg yang
didapatkan dari kebun milik tetangga sehingga kami bisa mendapatkan harga yang cukup
murah.
- Bahan perasa yang digunakan adalah merk Antaka dengan varian rasa balado, barbeque,
dan keju. Dimana berat satu bungkus kemasan tersebut 100 gram
- Pembuatan tela tela telanosa ini dibuat di rumah salah satu anggota kelompok yang dekat
dengan kampus pondok meja, pemilihan tempat ini karena lokasi penjualan kami di
kampus pondok meja sehingga memudahkan membawa produk yang telah jadi ke kampus
pondok meja karena jarak yang cukup dekat dan produk bisa dijual dalam keadaan masih
hangat.
- Target penjualan kami adalah mahasiswa pondok meja dengan menjajahkan produk tela
tela telanosa kami kepada mereka dengan cara bertatap muka secara langsung kepada
mereka.

Dari produksi kecil pembuatan tela tela telanosa menghasilkan :

- 31 kotak tela tela telanosa, dengan harga satuan Rp. 4.000,00/ kotak
- Penerimaan tela tela telanosa pada industri kecil Rp. 124.000,00
Jadi jumlah keuntungan dari penjualan tela tela telanosa
= penerimaan modal
= 124.000,00 43. 685,00
= 80. 315,00
- BEP : jumlah pengeluaran = penerimaan
- Penerimaan = 43.685,00
- Produksi = penerimaan / harga = 43.685,00/ 4.000,00 = 11 cup
- Harga = total biaya / produksi = 43.685,00 / 31 = Rp.1.409,00
No Material Jumlah Harga ( Rp ) Jumlah ( Rp )
kebutuhan
perhari
1 Ubi kayu 7 Kg Rp. 2.000,00 Rp. 14.000,00
2 Bahan perasa Antaka 300 gram Rp. 4.625,00 RP.14.400,00
3 Minyak goreng 1 liter Rp. 10. 870,00 Rp. 10. 870,00
4 Kertas bungkus nasi 4 lembar Rp. 150,00 Rp. 600,00
5 Plastik box 31 pcs Rp. 140,00 Rp. 4.340,00
Total Perhari Rp. 43.685,00
Total Perbulan (20 hari) Rp. 873.700,00
Analisa skala besar
Investasi

Uraian Banyaknya Harga satuan Jumlah ( Rp )


Modal Tetap
1.Bangunan 100 m2 250.000.000,00 Rp 250.000.000,00
2.Peralatan pengolahan
- Kompor 1 unit 400.000,00 Rp 400.000,00
- Gas 12 kg 1 unit 360.000,00 Rp 360.000,00
- Dandang 1 unit 80.000,00 Rp 80.000,00
- Baskom plastik 2 unit 30.000,00 Rp 60.000,00
- Pisau 4 unit 10.000,00 Rp 40.000,00
- Talenan 4 unit 10.000,00 Rp 40.000,00
- Nampan 2 unit 50.000,00 Rp 100.000,00
3. Stapless 5 unit 13.000,00 Rp 65.000,00
4. Isi stapless 1 kotak ( 20 pcs ) 19.900,00 Rp 19.900,00
5. Peralatan kantor 1 unit 50.000,00 Rp 50.000,00
6. Kendaraan 1 buah 16.925.000,00 Rp 16.925.000,00
7. frezeer 1 buah 1.879.000,00 Rp 1.879.000,00

Jumlah investasi Rp 270.018.900,00

Biaya operasional ( Biaya tidak tetap )

Uraian Banyaknya Harga Jumlah ( Rp )


satuan
Tahun 1
1.Bahan baku 1,680 kg 2.000,00 Rp 3.360.000,00
2.Bahan perasa 40 kg 45.000,00 Rp 1.800.000,00
3.Bahan pengemas
- Kemasan tela tela 7.440 pcs (kemasan tela- tela) 200,00 Rp 1.488.000,00
- kemasan perasa 7.440 pcs ( kemasan perasa ) 79,00 Rp 587.760,00
4. Tenaga Kerja 3 HOK 30.000 Rp 21.600.000,00
5.Air 300.000 Rp 3.600.000,00
6.Listrik 12 bulan 150.000 Rp 1.800.000,00
Jumlah biaya tidak tetap Rp 34.235.760,00

Uraian Banyaknya Harga satuan Jumlah ( Rp )


Tahun 2 sampai 3
1.Bahan baku 2,520 kg 2.000,00 Rp 5.040.000,00
2.Bahan perasa 60 kg 45.000,00 Rp 2.700.000,00
3.Bahan pengemas
- Kemasan tela tela 11.160 pcs (kemasan tela- tela) 200,00 Rp 2.232.000,00
- kemasan perasa 11.160 pcs ( kemasan perasa ) 79,00 Rp 881.640,00
4. Tenaga Kerja 3 HOK 45.000 Rp 32.400.000,00
5.Air 300.000 Rp 5.400.000,00
6.Listrik 12 bulan 150.000 Rp 1.800.000,00
Jumlah biaya tidak tetap Rp 50.453.640,00
Biaya tetap

Uraian Banyaknya Harga satuan Jumlah ( Rp )


1.Gaji
- Pimpinan 1x 12 bulan 3.000.000 Rp 36.000.000,00
- Karyawan 1x 12 bulan 1.500.000,00 Rp 18.000.000,00
2. Pemeliharaan
- Gedung 10% 100.000.000,00 Rp 10.000.000,00
- Peralatan 15% 19.998.900,00 Rp 2.999.835,00
3. Penyusutan
- Gedung 10% 100.000.000,00 Rp 10.000.000,00
- Peralatan 15% 19.998.900,00 Rp 2.999.835,00

Jumlah biaya tetap per tahun Rp 79.999.670,00

Penerimaan
Uraian Banyaknya Harga satuan Jumlah ( Rp )
1. Tahun 1
- Tela tela dan bahan perasa 11.160 bungkus 4.000 Rp 44.640.000,00
2. Tahun 2
- Tela tela dan bahan perasa 33.480 bungkus 4.000 Rp 133.920.000,00
3. Tahun 3
- Tela tela dan bahan perasa 33.480 bungkus 4.000 Rp 133.920.000,00

Jumlah Rp 312.480.000,00

Aliran Kas ( Cash Flow )


( Rp 000.000 )
Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Penerimaan 44,64 133,92 133,92
44,64 133,92 133,92
Pengeluaran
1.Investasi 270,0189 0,0 0,0
2. Biaya Operasional
- Biaya tidak tetap 34,23576 50,45364 50,45364
- Biaya tetap 79,99967 79,99967 79,99967
384,25467 130,45331 130,45331

Keuntungan -339,61433 3,46669 3,46669


Perhitungan Net Present Value
Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3

Penerimaan 44,64 133,92 133,92


1. PV (i =10%) 121,75 110,68
2. PV (i = 20%) 111,59 92,99
3. PV (i = 30%) 103,02 79,24
4. PV (i = 40%) 95,70 68,36

Pengeluaran 384,25467 130,45331 130,45331


1. PV (i = 10%) 118,59 107,81
2. PV (i = 20%) 108,71 90,59
3. PV (i = 30%) 100,35 77,19
93,18 66,55
4. PV (i = 40%)

Keuntungan -339,61433 3,46669 3,46669


1. PV (i = 10%) 3,15154 2,86503
2. PV (i = 20%) 2,88879 2,40741
3. PV (i = 30%) 2,66669 2,05129
2,47626 1,76871
4. PV (i = 40%)

Perhitungan Net Present Value (NPV)

I=0% NPV = (-339,61433) + 3,46669 + 3,46669 = Rp. -332,68095

I=10% NPV = (-339,61433) + 3,15154 + 2,86503 = Rp. -333,59776

I=20% NPV = (-339,61433) + 2,88879 + 2,40741 = Rp. -334,31813

I= 30% NPV = (-339,61433) + 2,66669 + 2,05129 = Rp. -334,89635

I=40% NPV = (-339,61433) + 2,47626 + 1,76871 = Rp. - 335,36936

Laju Pengendalian Dalam


i = 30% NPV = (-339,61433) + 2,66669 + 2,05129 = Rp. -334,89635

i = 40% NVP = (-339,61433) + 2,47626 + 1,76871 = Rp. - 335,36936

NPV1

IRR = i1 + --------------- . (i2 i1)

NPV1 NPV2

-334,89635

IRR = 30 + ----------------------------- . (40 30) = 30 + (-334,89635/0,473) . 10 =

-334,89635 (- 335,36936)

IRR = 30% + (-7080,26) (10%)

IRR = 30% - 70802,6 %

IRR = 70772,6%

Nisbah B/C (Net Benefit per Cost)

I=0% B = 44,64 + 133,92 + 133,92 = 312,48


C = 384,25467 + 130,45331 + 130,45331 = 645,16129
Nisbah B/C = 0,48

I=10% B = 44,64 + 121,75 + 110,68 = 277,07


C = 384,25467 + 118,59 + 107,81 = 610,65
Nisbah B/C = 0,45

I= 20% B =44,64 + 111,59 + 92,99 = 249,22


C = 384,25467 + 108,71 + 90,59 = 583,55
Nisbah B/C = 0,43

I=30% B = 44,64 + 103,02 + 79,24 = 226,90


C = 384,25467 + 100,35 + 77,19 = 561, 79
Nisbah B/C = 0,40

I = 40% B= 44,64 + 95,70 + 68,36 = 208,70


C = 384,25467 + 93,18 + 66,55 = 543,98
Nisbah B/C = 0,38
Break Event Point (Analisis Titik Impas)

BEP Penerimaan

79.999.670
BEP = = Rp. 128.348.580
150.453640/133.920.000
Pada tingkat penerimaan Rp 128.348.580 per tahun, usaha pengolahan Tela-Tela Telanosa
berada pada titik impas.

BEP Produksi

128.348.580
BEP = = 32.087 bungkus
4000
Pada tingkat produksi 32.087 bungkus per tahun, usaha pengolahan Tela-Tela Telanosa
berada pada titik impas.

BEP Harga

130.453.310
BEP = =Rp. 3896,45
33.480
Pada tingkat harga Tela-Tela Telanosa Rp 3896,45 per bungkus, usaha pengolahan Tela-
Tela Telanosa berada pada titik impas.
ANALISIS SENSITIVITAS

Untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial kegiatan
usaha yang akan dijalankan atau diusahakan. Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan
terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya dan pendapatan.
Dalam penelitian, analisis sensitivitas diakukan pada arus penerimaan (manfaat) dan
pengeluaran (biaya) pada analisis kelayakan usaha, yaitu perubahan biaya operasional,
perubahan biaya bahan baku dan perubahan penerimaan. Maka berikut perhitungannya:

Penerimaan

128.348.580
Toleransi = x100% = 133.920.000 x 100% = 95,84%
Usaha pengolahan Tela-Tela Telanosa memiliki toleransi penurunan penerimaan sampai
95,84% dari yang direncanakan.

Produksi

32.087
Toleransi = x 100% = x100% = 95,84%
33.480
Usaha pengolahan Tela-Tela Telanosa memiliki toleransi penurunan produksi sampai
95,84% dari yang direncanakan.

Harga

3896,45
Toleransi = x 100% = x100% = 97,41%
4000
Usaha pengolahan Tela-Tela Telanosa memiliki toleransi penurunan harga sampai 97,41%
dari yang direncanakan.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil analisi kelayaan usaha dapat dinyatakan bahwa usaha ini tidak layak
ekonomis karena terbukti dengan nilai NPV yang negatif dan nilai Net B/C yang kurag dari
satu. Usaha ini akan mengalami pulang pokok atau titik impas pada saat volume produksi
mencapai 32.087 bungkus per tahun atau dengan harga jual sebesar Rp. 3.896,45 per bungkus
serta toleransi dari penurunan produksi sebesar 95,84% dan toleransi penurunan harga
sebesar 97,41%.

Anda mungkin juga menyukai