Anda di halaman 1dari 6

FILSAFAT ILMU

ALIRAN ALIRAN FILSAFAT

Nama Mahasiswa : Anita Ekawati


NIM : 08072681721003

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN PELAJARAN 2017-2018


ALIRAN ALIRAN FILSAFAT
Anita Ekawati*)

Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara
substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari
peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
aliran-aliran pemikiran filsafat barat. Dalam perkembangannya tersebut, terdapat
tokoh-tokoh yang banyak berperan dan memberikan kontribusi yang berarti, baik
berupa ide maupun gagasan dalam filsafat.
1. PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN FILSAFAT YUNANI
Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem
kepercayaan, bahwa suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang
berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya
mitos. Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu
kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal
yang sifatnya mitologi. Timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle, yang
nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
1. Yunani Kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Karena pada
periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam. Para pemikir filsafat
Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang
terletak di pesisir Asia Kecil.
a. Thales (625 545 SM)
Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada
tahun 585 SM. Menurut pendapatnya semua yang berasal dari air sebagai materi
dasar kosmis semua berasal dari air, dan semuanya kembali menjadi air. Bahwa
bumi terletak di atas air, dan bumi merupakan bahan yang muncul dari air dan
terapung di atasnya.
b. Anaximandros (640 546 SM)
Ia merupakan orang pertama yang membuat peta bumi. Pemikiranya,
dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta), ia tidak
menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indra, tetapi ia menunjuk
dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indera, yaitu to apeironi yang
tak terbatas.
c. Phytagoras (+ 572 497 SM)
Pemikiranya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala
gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dan perbandingan-perbandingan
matematis. Ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10
mempunyai kekuatan dan arti sendiri. Phytagoras lah yang mengatakan pertama
kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur.
d. Heraclitos (535 475 SM)
Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil, dan merupakan
kawan dari Phytagoras, akan tetapi ia lebih tua. ia mendapat julukan si gelap,
karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Pemikiran filsafat terkenal
dengan filsafat menjadi. Heraclitos mengemukan pendapatnya bahwa segala yang
ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche ( asas
pertama dari alam semesta ) adalah api dianggap sebagai lambang perubahan dan
kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan merubahnya
sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi
abu dan asap, tetapi api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api dan akan
kembali menjadi api. Ucapannya yang terkenal : Panta rhei kai uden
menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu
orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alsannya, karena air sungai
yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada dibelakangnya.
Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada
selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang
pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang
perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada,
dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu
apabila dibakar menjadi abu atau asap, toh adana api tetap ada. Segala sesuatunya
berasal dari api, dan akan kembali ke api. Menurut pendapatnya, di
dalam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh) yang disebutnya
sebagai logos (akal atau semacam wahyu).
e. Parmenides (540-475 SM)
Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan.
Kebesarannya sama dengan kebesaran Heracleitos. dialah yang pertama kali
memikirkan tentang hakikat tentang ada (being). Menurut pendapatnya, apa yang
disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Yang ada (being) itu
ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak
mungkin muncul menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak
dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada
tidak dapat dipikirkan. Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap, dan tidak
dapat dibagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan
banyak yang ada, dan itu tidak mungkin.
f. Democritus (460 370 SM)
Pemikirannya adalah bahaw realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari
banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan
bagian materi yang sangat kecil yang disebut atom. Menurut pendapatnya, atom-
atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang kosong. Maka, Democritus
berpendapat bahwa realiatas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh) dan
ruang tempat atom bergerak (yang kosong).
2. Yunani Klasik
Pada periode Yunani Klasik ini semakin besar minat orang terhadap
filsafat. Aliran yang mngawali periode Yunani Klasik ini adalah Sofisme. Sofisme
ini berasal dari kata sophos yang artinya cerdik pandai. Keahliannya dalam bidang
bahasa, politik, retorika, dan terutama tentang kosmos.
Antara kaum Sofis dengan Socrates mempunyai hubungan yang erat
sekali. Mereka itu hidup sezaman, pokok permasalahan pemikiran meraka juga
sama, yaitu manusia. Perbedaan antara kaum Sofis dengan Socrates adalah bahwa
pemikiran filsafat Socrates sebagai suatu raksi dan kritik terhadap pemikiran
kaum Sofis.
a. Socrates
Ia anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama Phairnarete,
yang pekerjaanya seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang dikenal sebagai
seorang judes (galak dan keras). Setiap mengajarkan pengetahuannya socrates
tidak memungut bayaran kepada murid-muridnya. Maka ia kemudian oleh kaum
sofis sendiri dituduh memberikan ajaran barunya, merusak moral para pemuda,
dan menentang kepercayaan negara. Kemudian ia ditangkap dan akhirnya
dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yaitu pada tahun 399 SM.
b. Plato (427 347 SM)
Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan
permasalahan lama: mana yang benar yang berubahubah (Heracleitos) atau yang
tetap (Parmenidas). Pengetahuan yang diperoleh lewat indra disebutnya
pengetahuan indra, pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan
akal.
Plato menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua
dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap, serta dunia ide yang
bersifat tetap. Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas itu adalah dunia ide.
Plato mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah bagi manusia yang tidak
pantas apabila tidak mengetahuinya. Masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.
b. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.
c. Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat,tidak ada anak
dan lain-lain.
d. Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyaiperaturan menjadi
mempunyai peraturan.
Sebagai puncak pemikiran filsafat Plato adalah pemikirannya tentang
negara, yang tertera dalam Polites dan Nomoi.
c. Aristoteles (384 322 SM)
Jika Plato lebih memusatkan perhatian pada ilmu pasti, maka perhatian
Aristoteles diarahkan kepada ilmu ilmu pengetahuan alam dengan mengumpulkan
bukti konkret (real). Karena itu, Aristoteles dikenal sebagai pencetus paham
realisme.
Aristoteles menantang idealisme Plato dengan terang-terangan dalam
perdekatan empirisnya dalam mempelajari alam. Oleh karena itu, Aristoteles juga
dikenal sebagai Bapak Empirisme. Aristoteles menganggap ilmu sebagai
pengalaman (dalam elegi konferensi internasional imajiner).

DAFTAR PUSTAKA

Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Cet. VII; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.

Nakosteen, Mehdi. History of Islamic Origins of Western Education A. D. 800-


1350 with an Introduction to Medieval Muslim Education. Diterjemahkan
oleh Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah dengan judul Kontribusi
Islam atas dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis abad kemasan
Islam. Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

Suriasumantri, Jujun S. Ilmu dalam perspektif. Cet. XVI; Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003.

Anda mungkin juga menyukai