Anda di halaman 1dari 3

Perbedaan Metode dan Aplikasi Etching pada Paduan Aluminium dan Tembaga

Oleh: Rizki Yuni Pratiwi (1506674545), Kelompok 10

Pengamatan metalografi merupakan suatu proses pengamatan


mikrostruktur material yang terdiri dari beberapa tahapan untuk mempelajari
karakteristik suatu material, sifat-sifat material, dan kemungkinan terjadinya cacat
dari material tersebut. Salah satu tahapan yang dilakukan adalah etsa (etching).
Etsa merupakan suatu proses penyerangan atau pengikisan batas butir secara
selektif dan terkendali dengan pencelupan ke dalam larutan pengetsa baik
menggunakan listrik ataupun tidak ke permukaan sampel sehingga detail struktur,
seperti batas butir, fasa, dan inklusi yang akan diamati terlihat dengan jelas dan
tajam.
Dalam melakukan etsa untuk suatu material, digunakan reagen-reagen
tertentu yang disebut etchant, yang dapat menghasilkan mikrostruktur material
yang diinginkan dengan baik. Umumnya, setiap material memiliki jenis etchant
tertentu yang berbeda satu sama lain untuk menghasilkan mikrostruktur terbaik.
Pemilihan etchant yang tepat dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kecepatan
etsa material dan kekasaran permukaan yang terjadi. Pada prakteknya, hasil dari
etsa yang digunakan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti
waktu perlakuan etsa dan temperatur uji.
Salah satu etsa universal yang dapat digunakan untuk berbagai macam
material logam adalah FeCl3 yang termasuk ke dalam metode etsa kimia. Etchant
ini dapat digunakan pada baja, aluminium dan paduannya, tembaga dan
paduannya, nikel, dll. Ferric chloride banyak digunakan karena tidak
menghasilkan gas (fume) yang berbahaya, tidak berbau, dan walaupun korosif,
tetapi tidak dapat menyerap ke kulit. Beberapa contoh penggunaan etsa FeCl3
adalah pada etsa aluminium dan etsa tembaga. Pada prosesnya, etsa Al dan Cu
menggunakan etchant FeCl3 tidak jauh berbeda. Keduanya menggunakan
rangkaian alat uji yang sama seperti pada Gambar 1. Perbedaan yang terlihat jelas
hanya pada banyaknya FeCl3 yang digunakan. Pada etsa aluminium digunakan
FeCl3 sebanyak 1,25 mol (akr, 2008). Sedangkan, pada etsa tembaga digunakan
FeCl3 3,76 M sebanyak 100 ml (akr O. T., 2005). Pada literatur, apabila
dibandingkan pada temperatur uji sebesar 50oC, terlihat bahwa aluminium
memiliki surface roughness lebih besar daripada tembaga. Surface roughness
yang lebih tinggi menandakan bahwa aluminium memiliki surface finish yang
kurang baik dibandingkan dengan tembaga. Oleh karena itu, etsa aluminium tidak
menimbulkan hasil optimal dengan etchant FeCl3. Untuk hasil yang lebih baik,
etsa aluminium biasanya menggunakan etchant Kellers yang terdiri dari HNO3,
HCl, HF, dan distilled water.
Dalam perlakuan etsa, terkadang terdapat beberapa karakteristik dari
material yang dapat mempersulit jalannya proses. Misalnya saja pada paduan
tembaga dan paduan aluminium. Kedua jenis logam ini mudah membentuk
lapisan oksida di permukaan selama proses metalografi berlangsung yang dapat
menyebabkan inklusi oksida dan dapat menggores permukaan. Pada saat
dilakukan etsa, goresan akan terlihat lebih jelas dan tajam sehingga dapat
menyebabkan kesalahan dalam pengamatan mikrostruktur.
Dalam pengaplikasiannya, paduan aluminium biasa digunakan sebagai
logam konstruksi karena sifatnya yang ringan dan cukup mudah dibentuk, seperti
pada badan pesawat terbang, mobil, dan truk, engine blocks, kerangka pintu,
aksesoris perhiasan, packaging, alat-alat olahraga, dan lain sebagainya. Sementara
itu, paduan tembaga biasa digunakan sebagai wadah penempatan electronic
circuit assemblies untuk komputer dan barang-barang elektronik lain, koin logam,
alat-alat masak, kabel listrik, elektroda, dan masih banyak lagi. (Walker, 1991)

References:
Modul Praktikum Metallography and Heat Surface Treatment 2017
Walker, P. (1991). CRC handbook of metal etchants. Boca Raton: CRC Press.
akr, O. (2008). Chemical etching of aluminium. Journal of Materials
Processing Technology, 199(1-3), 337-340.
akr, O., Temel, H., & Kiyak, M. (2005). Chemical etching of Cu-ETP
copper. Journal of Materials Processing Technology, 162-163, 275-279.
N.I. Sax. Dangerous properties of industrial materials, 1984. ISBN 0442-27373-
8.
R.J. Lewis. The rapid guide to hazardous chemicals in the workplace. ISBN
0442- 01759-6
http://www.metallographic.com/
http://www.aalco.co.uk/datasheets/Copper-and-Copper-Alloys-Introduction-to-
Copper-and-its-Alloys_68.ashx

Lampiran

Gambar 1.
Experimental Set-Up of
Chemical Etching in Beaker

Anda mungkin juga menyukai