Anda di halaman 1dari 3

Matrix Deformasi

Beberapa makhluk hidup dapat membentuk matrix-matrix berupa sponge yang


memiliki pola tidak teratur untuk menghasilkan warna-warna pada tubuh mereka. Struktur
ini menghasilkan bulu-bulu berwarna biru dan hijau pada banyak macam burung yang
tidak memiliki warna-warni bulu, seperti burung merak dan burung kolibri. Struktur ini
terbuat dari struktural nano keratin yang tidak teratur sehingga cahaya yang tersebar akan
membaur seperti warna biru pada langit yang seragam dan merata.
Pada burung makau biru dan makau kuning (Ara ararauna) dan burung pekakak
kepala hitam (Halcyon pileata), bulu-bulu yang berbentuk duri memiliki ruang-ruang
kosong pada struktur matrixnya. Ruang-ruang tersebut membentuk saluran-saluran yang
berliku-liku selebar 100 nm. Jaringan serupa pada kutikula jenis kumbang Cyphochilus
memberikan warna putih cemerlang pada cangkangnya. Pada burung manakin mahkota
biru (Lepidothris coronata), lubang-lubang udara tersebut bukan berupa saluran, melainkan
gelembung-gelembung kecil yang saling terhubung.
Seorang peniliti dari Yale University, Prum, berpendapat bahwa saluran atau
gelembung tersebut terbentuk seiring terpisahnya keratin secara langsung dari cairan pada
sel-sel pembentuk bulu burung pada masa pertumbuhan awal burung. Peneliti tersebut juga
berpendapat bahwa burung-burung telah mengembangkan cara untuk mengontrol laju
pemisahan keratin tersebut sehingga pembentukan saluran atau gelembung akan berhenti
ketika ruang-ruang kosong tersebut telah mencapai ukuran tertentu. Ukuran tersebut akan
menentukan panjang gelombang cahaya yang tersebar dan oleh karena itu, juga
menentukan warna dari bulu burung tersebut.
Pembauran cahaya yang tersebar itu dapat dilihat pada senyawa-senyawa alami dan
buatan manusia lainnya. Contohnya pada susu, tetesan-tetesan lemak yang memiliki
rentang ukuran yang luas dapat menyebarkan seluruh panjang gelombang cahaya tampak.
Oleh karena itu, susu memiliki warna putih yang sedikit buram.
Seorang peneliti dari Exeter University, Vukusic, telah meniru kutikula dari
kumbang Cyphochilus menggunakan matrix yang memiliki pori-pori tidak teratur yang
terbuat dari kalsium karbonat atau titanium dioksida yang dicampurkan dengan suatu
polimer. Campuran tersebut menghasilkan lapisan tipis yang berwarna putih cemerlang.
Sementara itu, Prum dan ilmuwan bioteknologi, Eric Dufresne, telah berhasil meniru
struktur sponge tidak teratur dari bulu-bulu burung dengan membentuk lapisan tipis dari
manik-manik polimer mikroskopik yang tersusun secara acak. Manik-manik ini memiliki
warna biru-hijau. Hasil-hasil tersebut dapat mempelopori pembuatan coating yang kuat dan
memiliki warna yang tidak tembus pandang walaupun lapisannya sangat tipis. Warna yang
dihasilkan juga tidak akan memudar karena lapisan tersebut tidak mengandung pigmen-
pigmen organik.

Protein Reversibel
Salah satu tipuan optik alami yang paling diinginkan adalah untuk menghasilkan
perubahan warna yang dapat beerubah seperti semula.Cumi-cumi pada famili Loliginidae
menggunakan suatu protein bernama reflektin untuk menghasilkan dan mengubah warna
pada kulitnya. Molekul-molekul pada protein tersusun dalam suatu tumpukan piringan
dalam sel-sel yang disebut iridofor. Sel-sel tersebut dapat memantulkan warna-warna
tertentu. Ahli-ahli biologi berpendapat bahwa perubahan warna tersebut berfungsi sebagai
kamuflase dan juga sebagai alat komunikasi ketika musim kawin serta menunjukkan
keagresifan.
Seorang peneliti dari University of California, Santa Barbara, Daniel Morse, tengah
mempelajari bagaimana cara sel iridofor berubah warna. Protein reflektin yang terkandung
di dalam iridofor dapat berubah menjadi partikel nano yang menyusun piringan-piringan
protein. Piringan tersebut terhimpit diantara lapisan membran sel iridofor. Ketika suatu
neutrotransmiter mengaktifkan suatu proses biokimia yang dapat menetralkan muatan
listrik dalam reflektin, protein-protein ini akan tersusun lebih rapat. Perubahan tersebut
akan meningkatkan reflektifitas dari piringan tersebut dan mengubah jarak diantara
susunan piringan sehingga terjadi perubahan warna. Perubahan tersebut dapat kembali
seperti semula apabila reflektin diberikan muatan lagi.
Morse berpendapat bahwa ia dapat menirukan mekanisme tersebut pada alat-alat
optik dengan menggunakan reflektin itu sendiri. Tim penelitinya memasukkan gen yang
berisi protein reflektin dari spesies cumi-cumi Loligo pealeii ke dalam bakteri Escherichia
coli. Seperti halnya reaksi yang terjadi pada cumi-cumi, di dalam tubuh bakteri tersebut,
protein juga berubah menjadi partikel nano. Ukuran partikel dapat disesuaikan dengan
garam-garam yang mengontrol interaksi antarmuatan pada protein tersebut. Partikel juga
dapat membengkak dan mengerucut sehingga dapat mengubah panjang gelombang yang
dipantulkan akibat dari suatu pemicu kimia.
Morse juga telah mengembangkan suatu polimer yang dapat secara cepat berubah
dari transparan hingga tidak tembus pandang akibat dari perubahan tegangan listrik.
Perubahan tegangan listrik dapat mengubah reflektivitas polimer dan membuat lapisan
polimer mengembang dengan mengempiskan garam. Alat-alat yang menggunakan material
ini dapat dibuat dengan metode yang sederhana dan proses yang mudah. Tim peneliti
Morse bekerja sama dengan Raytheon Vision System di Goleta, California, tengah
berusaha untuk mengubah material ini menjadi shutter yang cepat untuk kamera
inframerah sehingga memungkinkan untuk merekam pada malam hari secara cepat dengan
mendeteksi panas atau suhu tubuh dibandingkan cahaya.

Anda mungkin juga menyukai