Anda di halaman 1dari 24

PAPER MANAJEMEN PROYEK INDUSTRI

INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA KINI DAN


NANTI

RIZKI YUNI PRATIWI


1506674545

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang besar dengan sumber daya
yang melimpah, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya
manusianya. Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar
keempat di dunia dengan populasi sebesar lebih dari 258 juta jiwa
dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas
wilayah mencapai 1,9 juta kilometer persegi. Dengan luas wilayah
sebesar itu, tentunya diperlukan penjagaan dan pengawasan yang
ketat agar kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia tetap terjaga.
Hal ini merupakan salah satu tugas dari militer Indonesia
untuk mempertahankan keutuhan NKRI baik di darat, di laut,
maupun di udara. Dari segi militer tersebut, Indonesia patut
berbangga. Kekuatan militer Indonesia pernah tercatat sebagai
kekuatan militer terbesar, terkuat, dan paling disegani di wilayah
belahan bumi selatan pada era 1960-an. Hal ini tidak terlepas dari
kedekatan Presiden Soekarno dengan Uni Soviet yang merupakan
penyokong utama kekuatan militer Indonesia kala itu.
Selain pernah menjadi kekuatan militer paling ditakuti di
belahan bumi selatan, kekuatan militer Indonesia kini juga terus
bersaing di tengah perkembangan dan persaingan militer yang
sangat ketat, terutama dari negara-negara maju, seperti Amerika
Serikat, Cina, dan Inggris. Kekuatan militer memang bukan
merupakan prioritas utama untuk Indonesia di tengah banyaknya
polemik yang datang silih berganti menghantam negeri ini.
Namun, bukan berarti pula pemerintah Indonesia melupakan
bagian terpenting dalam pertahanan dan keamanan negara.
Nyatanya, Indonesia memiliki anggaran belanja militer yang
cukup besar, yakni sebesar US$ 7,6 miliar atau sekitar Rp 99,6
triliun dengan jumlah tentara aktif mencapai 676.500 orang.
Selain itu, berdasarkan data yang dihimpun oleh sebuah lembaga
yang membahas kekuatan militer dunia, Global Fire Power,
kekuatan militer Indonesia menempati peringkat 14 dunia dan
terbesar untuk kawasan Asia Tenggara.
Indonesia kini memiliki 468 unit tank lapis baja, 1.089 unit
kendaraan tempur lapis baja, 80 unit artileri jarak jauh, 86 unit
peluncur roket, 3.350 unit mortir, 11 ribu unit senjata antitank,
dan 11.100 unit kendaraan angkut logistik. Di samping itu,
Indonesia juga memiliki 221 unit kapal perang, 2 unit kapal
selam, 26 unit kapal angkut personel, 23 unit kapal kelas korvet, 6
unit kapal kelas frigat, 70 unit kapal patroli serta 420 unit pesawat
tempur. Tidak hanya dari sisi alat utama sistem pertahanan
(alutsista) yang memadai, pasukan elit Indonesia yang diwakili
oleh Komandan pasukan khusus (Kopassus) menempati peringkat
ketiga pasukan elit terbaik di dunia, hanya kalah dari pasukan elit
Inggris dan Israel serta peringkat kedua dalam operasi militer
strategis (intelijen, pergerakan, penyusupan, dan penindakan)
yang dilakukan pada pertemuan Elite Forces di Wina, Austria pada
2010 lalu.

Kekuatan alutsista militer Indonesia meliputi berbagai


persenjataan, baik di darat, di laut, maupun di udara. Banyak pula
dari alutsista tersebut yang merupakan produksi dalam negeri dan
telah diekspor untuk keperluan militer negara lain.
Meskipun sudah terlihat cukup memadai, tetapi pemerintah
Indonesia tetap gencar untuk meningkatkan kekuatan militer
Indonesia, terutama dalam pengadaan alutsista produksi dalam
negeri yang kualitasnya tidak kalah dengan alutsista buatan
negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Rusia. Hal ini
ditegaskan dengan dibuatnya Undang-Undang No. 16 tahun 2012
tentang Industri Pertahanan.
Menurut Bab I Ketentuan Umum dalam UU No. 16 Tahun
2012 tentang Industri Pertahanan, bahwa yang dimaksud dengan
sebagai industri pertahanan nasional ialah usaha nasional
(pemerintah atau pun swasta) yang memproduksi alat peralatan
pertahanan dan keamanan berikut jasa pemeliharaannya, untuk
memenuhi kepentingan strategis bidang pertahanan dan
keamanan. Kemudian, dalam Bab III Kelembagaan Pasal 10 ayat
(1) dijelaskan bahwa unsur-unsur dalam industri pertahanan
antara lain meliputi :
a. Industri alat utama sistem persenjataan
b. Industri komponen utama dan / atau penunjang
c. Industri komponen dan / atau pendukung (perbekalan)
d. Industri bahan baku
Kemudian, untuk mengarahkan dan mengawasi kegiatan
industri pertahanan tersebut, pemerintah membentuk lembaga
yang dinamakan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).
Lembaga tersebut bertugas mewakili pemerintah dan memiliki
peran penting dalam mendukung kegiatan industri pertahanan
nasional, baik dalam perumusan program, pengarahan produksi,
pengawasan, dan evaluasi hasil produksi. Komite ini terdiri dari
presiden sebagai ketua dan menteri pertahanan sebagai ketua
harian, dengan menteri-menteri lain dalam struktur tersebut,
yaitu menteri perindustrian, menteri negara BUMN, menteri
negara riset dan teknologi, sera panglima TNI.
Dalam melaksanakan tugasnya, KKIP dibantu oleh kelompok
kerja yang berasal dari pemerintah, perguruan tinggi, dan
kalangan praktisi profesional yang akan menentukan arah
pembangunan industri pertahanan nasional dalam memperkuat
pertahanan dan keamanan nasional. KKIP juga bertugas untuk
membuat suatu standar yang menjadi acuan produk-produk
pertahanan yang dihasilkan di dalam negeri sehingga dapat
memenuhi kebutuhan nasional.
Keberadaan industri pertahanan sendiri tidak dapat
dilepaskan dari peran seorang B.J. Habibie yang menginisiasi
suatu transformasi industri dalam bentuk industri strategis
berdasarkan Keputusan Presiden No. 59 tahun 1983 yang kala itu
terdiri dari industri transportasi laut, udara, dan darat, industri
energi, industri engineering/rekayasa dan desain, industri mesin
dan peralatan pertanian, industri pertahanan, dan industri
pekerjaan umum / teknik sipil. Kepres tersebut juga mendasari
terbentuknya sejumlah perusahaan nasional di bidang industri
pertahanan, seperti PT Dirgantara Indonesia (DI) yang
membidangi industri pertahanan kedirgantaraan, PT PAL Indonesia
yang berperan sebagai industri pertahanan bidang kemaritiman,
PT Pindad yang membidangi persenjataan dan amunisi, PT
DAHANA yang membidangi industri bahan peledak, PT LEN yang
membidangi industri alat-alat elektronika untuk pertahanan, dan
perusahaan industri terkait lainnya, seperti PT Krakatau Steel (KS),
PT Industri Telekomunikasi (INTI), dan PT Industri Kereta Api
(INKA).
II. INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA KINI
Indonesia sebagai negara berkembang masih banyak
bergantung kepada berbagai produk luar negeri. Salah satunya
adalah dalam industri pertahanan. Ketergantungan pada produk
luar negeri dalam industri pertahanan ini menyebabkan Indonesia
rentan terhadap faktor politik, seperti retriksi dan embargo.
Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan pihak asing dengan
menetapkan berbagai kebijakan yang membatasi pembelian
alutsista tertentu dan / atau komponen terkait sehingga dapat
menghambat pembangunan dan pemeliharaan sarana pertahanan
NKRI.
Pada era kepemimpinan Presiden Soekarno, sebagian besar
kekuatan militer Indonesia merupakan pemberian dari angkatan
laut dan angkatan udara Uni Soviet. Bantuan untuk angkatan laut
Indonesia berupa kapal perang Sverdlov yang merupakan kapal
perang tercepat dan terbesar saat itu yang kemudian berganti
nama menjadi KRI Irian. Sementara itu, Uni Soviet memberikan
bantuan kepada angkatan udara Indonesia berupa pesawat MiG-
21 Fishbed yang merupakan salah satu pesawat tercanggih di
dunia pada masanya. Pesawat ini mampu terbang dengan
kecepatan hingga mencapai Mach 2.
Kapal Perang Sverdlov pemberian Uni Soviet yang kemudian
berganti nama menjadi KRI Irian

Pesawat MiG-21 Fishbed yang mampu terbang hingga kecepatan


Mach 2

Seiring dengan perkembangan zaman dan dengan


ditetapkannya UU No. 16 tahun 2012 mengenai Industri
Pertahanan, Indonesia mulai memperlihatkan tajinya dalam
memproduksi alutsista, baik untuk keperluan darat, laut, maupun
udara yang diprakarsai oleh tiga BUMN yang memang dibentuk
sebagai pemenuh kebutuhan persenjataan Indonesia dalam tiga
sektor, yaitu di darat, di laut, dan di udara. Ketiga perusahaan
BUMN tersebut adalah PT Pindad yang berkecimpung dalam
persenjataan, amunisi, dan alat-alat pertahanan lain untuk
angkatan darat, PT Dirgantara Indonesia yang mengurusi alat-alat
pertahanan angkatan udara, dan PT PAL Indonesia yang berfokus
pada alat-alat pertahanan untuk angkatan laut. Ketiga perusahaan
tersebut tentunya juga turut bekerja sama dengan perusahaan-
perusahaan pemerintah dan swasta lainnya demi meningkatkan
pasokan kebutuhan alutsista nasional yang berbasis dalam negeri.

A. Produk Sistem Pertahanan Darat


Sistem pertahanan darat Indonesia didominasi oleh
produk-produk buatan PT Pindad (Pusat Industri Senjata
Angkatan Darat). Produk-produk tersebut terdiri dari
persenjataan, amunisi, kendaraan khusus dan segala
pendukungnya. Dalam produksinya, PT Pindad dibantu
oleh sejumlah rekanan resmi dari pihak BUMN, swasta
nasional, maupun pihak asing sesuai dengan kriteria KKIP
(Komite Kebijakan Industri Pertahanan).
Perusahaan BUMN yang berlokasi di Bandung, Jawa
Barat, telah lama dipercaya memproduksi berbagai
persenjataan dan kendaraan tempur bagi Indonesia.
Produk-produk dari PT Pindad ini kian terkenal
kehebatannya di mata dunia. Bahkan, produk-produk PT
Pindad kini mulai banyak dilirik oleh negara lain untuk
melengkapi kebutuhan alutsista mereka. Berikut adalah
produk-produk alutsista unggulan buatan PT Pindad yang
terkenal di dunia.
1. Panser Badak

Panser Badak buatan PT Pindad


Panser Badak merupakan produk asli
buatan PT Pindad yang dikhususkan untuk
pertempuran yang dilengkapi dengan
persenjataan jenis canon berdiameter 90
milimeter. Panser ini memuat tiga orang kru,
termasuk supir dan dapat digunakan untuk
bertahan maupun penyerangan dengan
kemampuan jelajah yang cukup luas mencapai
600 kilometer. Panser ini memiliki berat hingga
14 ton dengan dimensi panjang 6 meter, lebar
2,5 meter, dan tinggi 2,9 meter serta didukung
dengan mesin diesel dari Renault, yaitu diesel
inline 6 silinder Tubo Charger Intercooler
berkapasitas 10.800 cc yang mampu
menghasilkan tenaga sebesar 340 daya kuda.
Meski berbadan besar dan dilengkapi
dengan persenjataan berat, panser Badak
mampu mencapai kecepatan puncak hingga 90
kilometer per jam. Tidak hanya kecepatan
puncak yang cukup cepat, panser ini juga diakui
memiliki kemampuan manuver yang lebih tinggi
dibandingkan dengan panser Tarantula buatan
Korea Selatan.

2. Panser Anoa
Panser Anoa merupakan kendaraan militer
pertama yang diproduksi oleh PT Pindad dan
pertama kali dipamerkan ke publik pada 5
Oktober 2006 untuk menambah kekuatan TNI.
Kendaraan lapis baja ini merupakan kendaraan
pengangkut personel atau dikenal dengan
Armoured Personnel Carrier (APC). Hingga saat
ini, PT Pindad telah memproduksi 292 unit
panser Anoa. Selain digunakan oleh pasukan
Indonesia, panser Anoa juga telah digunakan
oleh Brunei Darussalam dan Timor Leste dan
banyak pula negara lain yang tertarik untuk
membeli alutsista asli buatan PT Pindad ini.
Beberapa jenis panser anoa yang telah dibuat oleh PT Pindad,
yaitu (bagian atas, kiri-kanan) Panser anoa 6x6 RCWS, Panser
anoa 6x6 Recovery, (bagian bawah, kiri-kanan) Panser anoa 6x6
APC, dan Panser anoa 6x6 Ambulance

Panser ini dilengkapi dengan mesin diesel


Renault MIDR 062045 inline 6 silinder yang
mampu mengeluarkan tenaga hingga 320 daya
kuda. Panser ini juga dipersenjatai dengan
senapan mesin berat berkaliber 12,7 mm x 7,62
mm serta senapan lain berupa Remote Weapon
System dengan kaliber 7,62 mm dan pelontar
granat kaliber 40 mm. Sebagai pertahanan diri,
panser Anoa dilengkapi dengan pelontar tabir
asap berukuran 2x3 dengan kaliber 66 mm.
Panser Anoa telah terbukti mampu
menjalankan berbagai misi, salah satunya pada
saat darurat militer di Aceh kala menghadapi
pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
yang memiliki berbagai senjata mematikan.
Panser ini juga pernah digunakan dalam misi
perdamaian PBB di Lebanon.

3. Senapan Serbu SS2


Senapan serbu SS2 buatan PT Pindad
adalah generasi kedua dari senapan serbu
Pindad SS1. Senapan ini digunakan sebagai
senapan standar TNI dan Polri. Sebelumnya, TNI
menggunakan M16, Steyr AUG, dan AK-47
sebagai senapan organik. Namun, setelah PT
Pindad mampu memproduksi senjata sendiri, TNI
pun segera beralih. Senapan serbu SS2 ini juga
menjadi langganan negara-negara Afrika, seperti
Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria.

Senapan Serbu SS2 yang digunakan oleh pasukan


elit Indonesia
Keunggulan SS2 dibandingkan dengan
pendahulunya, yaitu memiliki desain yang
ergonomis, tahan terhadap kelembaban tinggi,
dan lebih ringan. Senapan ini tersedia dalam tiga
versi dasar, yakni standar rifle SS2-V1, carbine
SS2-V2, dan para-sniper SS2-V4. Kemudian, pada
tahun 2008, mulai diperkenalkan subcompact
versi SS2-V5.
Senapan ini memiliki berat 3,2 kg dengan
panjang 930 mm dengan panjang laras 460 mm.
Menggunakan peluru kaliber 5,56 x 45 mm
standar NATO, senapan SS2 dapat
menembakkan peluru rata-rata 700 butir/menit.
Kecepatan peluru yang ditembakan sekitar 710
m/detik dengan jarak efektif tembakan sejauh
450 m dengan magazen box yang berisi 30 butir.

4. Senapan Sniper SPR-2


Senapan sniper SPR-2 ini pernah
mengagetkan dunia militer internasional karena
mampu menjangkau target secara tepat dalam
jarak lebih dari 2 km. Selain jangkauannya
sangat luas, jenis peluru yang digunakan oleh
senapan sniper SPR-2 yang berdiameter 12,7
mm bersifat antimaterial dan mampu menembus
kendaraan lapis baja sebelum terbakar dan
meledak di dalamnya.
Senapan Sniper SPR-2 buatan PT Pindad

B. Produk Sistem Pertahanan Udara


Pelaksana produksi untuk bidang pertahanan udara
diselenggarakan oleh PT Dirgantara Indonesia (DI) yang
juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan terkait,
seperti PT Lembaga Elektronika Nasional (LEN). Saat ini,
PT DI memiliki tiga unit produksi, yaitu aircraft
integration, aerostructure, dan aircraft services.
Unit aircraft integration memproduksi pesawat
terbang dan helikopter, diantaranya pesawat terbang NC
212-200. Helikopter NBELL-412, pesawat terbang CN 295.
Salah satu produk yang paling terkenal dan laris adalah
pesawat CN 235-MPA. Pesawat ini merupakan jenis
pesawat Maritime Patrol Aircraft (MPA) untuk kepentingan
pengamanan dan pengangkutan. Sudah banyak negara
yang memakai pesawat asli buatan PT DI ini. Negara-
negara yang mempergunakannya untuk kepentingan
militer, yaitu Brunei Darussalam, Burkina Faso, Kamerun,
Chili, Kolombia, Ekuador, Prancis, Indonesia, Irlandia,
Jordania, Malaysia, Meksiko, Maroko, Oman, Pakistan,
Papua Nugini, Korea Selatan, Arab Saudi, Senegal, hingga
Uni Emirat Arab.

Pesawat CN-235 yang banyak digunakan oleh negara lain

Unit aerostructure memproduksi tooling dan


airframe component pesawat terbang untuk pabrik
pesawat lain, diantaranya Airbus, Boeing, Eurocopter,
dan EADS. Sementara itu, unit aircraft services
melaksanakan kegiatan MORA (Maintenance, Overhaul,
Repair, Alteration) untuk pesawat terbang baik produksi
PT DI, seperti CN235, NBELL412, dan NBO-105, maupun
pesawat non produksi PT DI, seperti Boeing jenis B737-
200/300/400/500 dan Airbus A320. Selain itu, unit ini juga
melakukan pemeriksaan untuk distributor suku cadang
pesawat terbang.
Bekerja sama dengan Korea Selatan, PT DI saat ini
tengah mengembangkan pesawat atau jet tempur
canggih bernama Indonesia Fighter Xperiment (IFX). Jet
tempur ini disebut-sebut bakal menyaingi F18 dengan
harga yang jauh lebih murah. Pesawat tempur KF-X/IF-X
dirancang bangun oleh para ahli dari Indonesia dan Korea
Selatan. Pesawat ini masuk dalam kategori generasi 4,5
yang kemampuannya akan melebihi sejumlah pesawat
tempur produk negara lain. Pesaing pesawat ini adalah
F18 Super Hornet buatan Amerika Serikat dan Dessault
Rafale buatan Prancis

Spesifikasi jet tempur KFX/IFX yang tengah dikembangkan bersama


oleh Indonesia dan Korea Selatan

Untuk versi Indonesia atau IFX, prototipe akan


diluncurkan pada tahun 2020. Selanjutnya, dua tahun
berikutnya atau tahun 2022, IFX akan diproduksi secara
massal di Indonesia. Produksi pesawa ini akan
disesuaikan dengan kebutuhan TNI dan kondisi geografis
yang dibutuhkan TNI. Saat diproduksi bersama, KFX/IFX
akan diproduksi sebanyak 150 unit dengan rincian
Angkatan Udara Korea Selatan memperoleh 100 unit
(KFX) dan Angkatan Udara Indonesia mendapatkan 50
unit (IFX). Semantara itu, untuk pembiayaan sebanyak
80% ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan dan 20%
oleh pemerintah Indonesia.

C. Produk Sistem Pertahanan Laut


Seperti halnya sistem pertahanan darat dan udara
Indonesia, pelaksana produksi sistem pertahanan laut di
Indonesia didominasi oleh perusahaan BUMN, yaitu PT
PAL Indonesia yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur.
Kegiatan utama PT PAL Indonesia adalah memproduksi
kapal perang dan kapal niaga, memberikan jasa
perbaikan dan pemeliharaan kapal, serta rekayasa umum
dengan spesifikasi tertentu berdasarkan pesanan.
Selama dua dekade ke belakang, PT PAL Indonesia telah
melahirkan beragam produk perkapalan yang mendapat
pengakuan pasar internasional.
Saat ini, PT PAL Indonesia tengah mengembangkan
produk-produk kapal yang akan dipasarkan di dalam
negeri, khususnya untuk memenuhi kebutuhan instansi
pemerintah, seperti Kementerian Pertahanan, Kepolisian
RI, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Keuangan / Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta
otonomi daerah ataupun kalangan swasta.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah Fast
Patrol Boat. Kapal ini telah diminati oleh negara
tetangga, Timor Leste. Dengan kemampuan dan
kecepatan yang dimilikinya, kapal ini dapat melakukan
patroli pengamanan dengan sangat efisien. Kapal yang
lincah ini dapat melakukan manuver dengan kecepatan
maksimum 30 knot. Kapal ini juga dilengkapi dengan
peralatan elektronik canggih, seperti radar NavNet yang
dapat mengintegrasikan data-data peralatan sistem
navigasi juga komunikasi, seperti echo sounder, speed
log serta GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.
Fast Patrol Boat buatan asli PT PAL Indonesia

Selain Fast Patrol Boat, alutsista buatan PT PAL


Indonesia yang terkenal lainnya, yaitu kapal cepat rudal
60 yang merupakan penerus kapal FPB-57. KCR-60
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan FPB-57
yang merupakan kapal buatan Jerman dan telah
digunakan selama 15 tahun oleh TNI. Salah satu
keunggulannya adalah segi interior yang sudah modern
dan minimalis, walaupun untuk fungsi tempur. Kapal ini
disebut KCR-60 merujuk pada panjang utuh kapal, yakni
60 meter. Kapal yang mampu menampung kru sebanyak
55 orang ini memiliki lebar 8,1 meter, tinggi geladak 4,85
meter, sarat air 2,6 meter, dan berat total 460 ton.
Dalam pembuatannya, PT PAL bekerja sama
dengan berbagai industri lokal, seperti pelat-pelat yang
digunakan, mebel untuk interior, pendingin ruangan,
serta mesin kemudi yang dibuat oleh PT Pindad. Kapal
yang efisien bahan bakar dan memiliki kecepatan
maksimal 28 knot ini didesain untuk hentakan senjata.
Posisi KCR-60 akan tetap stabil ketika menembakkan
senjata dari atas kapal.
Kapal Cepat Rudal 60 karya unggulan PT PAL Indonesia

Saat ini, TNI Angkatan Laut telah mengoperasikan


tiga unit KCR-60 untuk mengamankan wilayah laut
nusantara, yaitu KRI Halasan-630 untuk armada wilayah
barat, serta KRI Sampari-628 dan KRI Tombak-629 untuk
armada wilayah timur.

Dengan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa sejatinya


industri pertahanan Indonesia sudah cukup maju dan mampu
menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi untuk bersaing
dengan produk-produk alutsista dari luar negeri. Pada dasarnya,
memang tidak mudah untuk memenuhi seluruh kebutuhan
alutsista TNI dari hasil produksi dalam negeri. Oleh karena itu,
diperlukan konsistensi dan komitmen dalam perencanaan
strategis yang baik untuk jangka waktu tertentu. Kerja sama
dengan berbagai pihak pun dapat dilakukan untuk mengatasi
berbagai kendala seperti dalam penguasaan teknologi, kesiapan
sumber daya manusia, ketersediaan anggaran ataupun berbagai
fasilitas pendukung lainnya.
Secara perlahan, Indonesia harus mampu mengurangi
ketergantungannya terhadap produk asing. Hal ini dapat dilakukan
dengan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produk
dalam negeri sehingga terciptalah kemandirian dalam berbagai
bidang. Hal tersebut mulai dapat dilihat dalam pembuatan
alutsista dalam negeri dimana 98% baja yang digunakan dipasok
oleh PT Krakatau Steel. Sayangnya, masih banyak pula komponen-
komponen alutsista tersebut yang diimpor dari luar negeri.
Pasalnya, ketersediaan sumber daya alam yang melimpah di
Indonesia belum dapat dimaksimalkan dan diolah menjadi bahan
baku untuk alutsista tersebut. Oleh karena itu, pemerintah patut
mendorong peningkatan sektor industri terkait, seperti industri
logam dan manufaktur agar dapat memenuhi bahan baku
pembuatan alutsista yang tentunya semakin meningkat setiap
tahunnya.
Menurut Koordinator Bidang Teknologi Material PTM BPPT,
Asep Riswoko, untuk penggunaan material lokal dalam alutsista,
ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan. Pertama
adalah dengan melakukan alih teknologi melalui lisensi atau
pelatihan yang berkaitan dengan pengadaan alutsista dan
peralatan kepolisian dari luar negeri. Kedua, dengan Forward
Engineering, yaitu meningkatkan kemampuan dan ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) dalam memahami berbagai bidang
ilmu dasar dan ilmu terapan bagi penguasaan teknologi melalui
tahapan Idea Design Manufacturing Testing. Ketiga adalah
dengan Reverse Engineering, misalnya dengan membongkar
sistem senjata (produk) yang dimiliki untuk dipelajari dan
dikembangkan menjadi produk baru sesuai kebutuhan.
III. INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA KEMUDIAN
Amerika Serikat telah diketahui akan menurunkan 60%
kekuatan angkatan lautnya ke wilayah Asia. Sebanyak 2500
tentara akan dikirimkan Amerika Serikat ke Australia dalam
beberapa tahun ke depan. Hal ini dapat memicu polemik dan adu
kepentingan antarnegara ASEAN, bahkan Asia. Dengan potensi
tinggi terjadinya perang di wilayah Asia Pasifik, sudah sepatutnya
Indonesia terus meningkatkan kekuatan militer dan industri
pertahanannya.
Selain akan mulai diproduksinya jet tempur KFX/IFX pada
tahun 2020, Indonesia juga akan mendapatkan tambahan armada
dari berbagai lini. Misalnya TNI AU dalam empat tahun ke depan
akan mendapat asupan dana US$ 3,1 milyar untuk belanja
alutsista, diantaranya 10 unit jet temput Sukhoi Su-35 lengkap
dengan persenjataannya, 5 unit C-130H Hercules, 4 pesawat
amfibi Beriev Be-200, 6 helikopter EC275 Caracal (Super Cougar),
4 radar, termasuk melengkapi 15 unit jet tempur T-50i dan 11 unit
pesawat KT-1B Wong Bee.
Selain itu, angkatan laut Indonesia juga ikut mempercepat
laju pertumbuhan armadanya. Setelah meluncurkan 1 kapal
perusak kawal rudak PKR 10514 di Surabaya Januari lalu, proyeksi
empat tahun ke depan TNI AL akan mendapatkan minimal 6 kapal
fregat baru, 5 kapal selam baru, 4 KCR-60, 54 tank amfibi BMP-3F,
11 helikopter anti kapal selam AS 565 MB Panther, berbagai jenis
peluru kendali anti kapal, meriam artileri, roket, dan peluru kendali
pertahanan udara pangkalan.
Semantara itu, Angkatan Darat juga mengembangkan
kuantitas armadanya dengan menunggu kedatangan 8 heli AH-
64E Apache Guardian, 8 heli CH-47 Chinook, persenjataan artileri
berat, 50 panser Badak dan panser Anoa, juga penambahan
batalyon kavaleri, artileri, dan infantri di berbagai Kodam.
Di samping itu, Indonesia juga ditargetkan akan mulai
memproduksi kapal selam sendiri pada tahun 2020 dan secara
perlahan mulai tahun 2013, pemerintah Indonesia telah
mengirimkan beberapa insinyur ke negara produsen kapal selam
pesanan Indonesia, diantaranya adalah Korea Selatan. Hal ini
bertujuan untuk alih teknologi dengan keterlibatan sumber daya
manusia dari Indonesia dalam perakitan kapal selam yang
dipesanoleh pemerintah ke negara produsen kapal tersebut.
Selanjutnya, diharapkan SDM ini dapat melakukan perakitan dan
produksi sebagian komponen kapal selam di Indonesia.
Dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
dan pembangunan di segala bidang industri, diharapkan pada
tahun 2020 Indonesia dapat memiliki kekuatan militer yang kuat
dan mampu menembus lima besar kekuatan militer terbesar di
Asia. Sejalan dengan akan mulai berfungsinya pabrik-pabrik
pengolahan logam pada tahun 2017-2020, diharapkan pula bahan
baku pembuatan alutsista Indonesia dapat menggunakan
mayoritas material lokal tetapi tetap terjaga kualitasnya.
Maka dari itu, diperlukan langkah-langkah tertentu untuk
membangun dan mendorong kemajuan industri pertahanan
nasional yang dapat mendorong kemajuan teknologi yang lebih
tinggi dan melahirkan beragam industri baru serta akan
menghasilkan efisiensi dan meningkatkan competiive advantage
negara. Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
Mempertegas arah dan kebijakan pertahanan negara
yang berlandaskan kepentingan nasional sebagai
pedoman dalam menyelenggarakan pertahanan
negara sampai kepada tahap operasionalnya.
Memperjelas roadmap dan rencana strategis
kebutuhan alutsista nasional dimulai dari tahap jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang agar dapat
diketahui teknologi apa saja yang diperlukan dan
mana saja yang perlu dipersiapkan.
Menyiapkan sumber daya manusia pada institusi-
institusi internal dalam Departemen Pertahanan yang
memahami dan peduli dengan tugasnya, kompeten,
profesional, dan memiliki moral serta dedikasi yang
tinggi sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya.
Dengan ditingkatkannya potensi industri pertahanan
nasional serta upaya peningkatan modernisasi produk alutsista,
tentu akan menghasilkan produk alutsista yang dapat ditawarkan
kepada negara-negara di dunia sehingga dapat menjadi salah satu
peluang ekspor nasional di sektor produk pertahanan. Hal
tersebut akan meningkatkan peluang kerja dan usaha di
Indonesia.
Oleh sebab itu, pembangunan industri pertahanan nasional
merupakan hal yang wajib dan harus segera dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sarana pertahanan agar dapat difungsikan
secara optimal dalam penyelenggaraan sistem pertahanan
negara. Namun, industri pertahanan tidak dapat dilaksanakan
oleh sektor pertahanan secara sepihak saja, melainkan
membutuhkan bantuan dari bidang terkait dalam industri
pertahanan, yaitu Badan Penelitian dan Pengembangan
(BALITBANG), Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, kalangan
industri, dan Kementerian Pertahanan serta TNI yang dibentengi
oleh kebijakan nasional yang jelas dan pengawasan yang ketat
untuk menggunakan produk-produk berkualitas hasil karya terbaik
bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Putih PERTAHANAN INDONESIA 2008 2013 . Kemenhan RI 2008, hal 17.

Undang-Undang RI No.16 / Tahun 2012 tentang INDUSTRI PERTAHANAN.

http://jakartagreater.com/menapaki-kemandirian-alutsista/

https://tni-au.mil.id/pustaka/warisan-habibie-dan-peningkatan-kapabilitas-

industri-pertahanan-nasional

http://tribunindo.com/senjata-buatan-indonesia-yang-buat-as-dan-australia-

was-was/

http://www.bppt.go.id/profil/sejarah/890-bangun-teknologi-material-untuk-

industri-pertahanan-dan-keamanan-nasional

www.globalfirepower.com

www.beritamiliterindonesia.com

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141105170826-92-9875/krakatau-

steel-pasok-98-persen-baja-militer/

Anda mungkin juga menyukai