Kel 3 Limfoma Hodgin
Kel 3 Limfoma Hodgin
LIMFOMA HODGKIN
Dosen Pembimbing:
Rodhiyah,S.Kep,Ns.M.Kes
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktu.
Makalah ini dibuat dengan menggunakan informasi dari kajian literatur dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tugas makalah Ibu Rodhiyah,S.kep,Ns.M.Kep.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien LIMFOMA
HODGKIN
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca menjadi lebih tau tentang gangguan
pencernaan ini sehingga dapat menjadi pembelajaran yang bermanfaat agat dapat mulai dari
sekarang untuk lebih waspada dan menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah yang kami susun ini. Oleh karena
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Kritik konstruktif dari oembaca sangat kami harapkan untuk pentempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian ....................................................................................................... 3
2.2Epidemiologi ................................................................................................... 3
2.3Etiologi4
2.4Patofisiologi .................................................................................................... 4
2.5Manifestasi Klinis ........................................................................................... 6
2.6Pemeriksaan Diagnostik dan Uji Diagnosa Hasil ........................................... 6
2.7Penatalaksanaan .............................................................................................. 7
i
BAB V PENUTUP.................................................................................................... 40
KESIMPULAN ........................................................................................................... 40
SARAN ....................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 41
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini
sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia,
penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam
penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam beraktivitas.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu Limfoma Hodgkin banyak sekali
teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis
kesehatan. Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban
tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan
dan kelancaran pasien dalam menjalanakan kodratnya sebagai manusia.
Pengetahuan tentang Limfoma hodgkin bukan saja penting dimiliki oleh para
tenaga kesehatan paramedis atau medis tetapi sangat begitu penting pula dimiliki
khususnya oleh para istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari
anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraan mereka.
Untuk itu, penulis dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan beberapa
pengertian yang mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk khalayak
pembaca khususnya para perempuan. Oleh karena itu penulis memilih judul
makalah ini tentang Limfoma Hodgkin
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada limfoma hodgin.
1
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Dasar limfoma hodgin
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada limfoma hodgin
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada limfoma hodgin
d. Mampu menentukan intervensi pada limfoma hodgin
e. Mampu melakukan implementasi pada limfoma hodgin
f. Mampu melakukan evaluasi pada limfoma hodgin
g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan asuhan keperawatan pada
limfoma hodgin
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penyakit Hodgkin adalah kanker dari sistem limfatik yang ditandai oleh
proliferasi keabnormalan histiosit yang disebut Reed-Stenberg sel (Blood
Disorders).
Limfoma Hodgkin yang sebelumnya disebut penyakit Hodgkin adalah kanker
jaringan limfoid, biasanya terjadi di kelenjar limfe dan limpa. penyakit ini adalah
salah satu jenis kanker yang paling sering dijumpai pada dewasa muda, terutama
pria muda.insiden mencapai puncaknya yang kedua dalam dekade keenam
kehidupan.
Penyakit Hodgkin merupakan gangguan klonal, yang berasal dari satu sel
abnormal. Populasi sel abnormal tampak diturunkan dari sel B atau yang lebih
jarang, dari sel T atau monosit. Sel-sel neoplastik pada penyakit Hodgkin disebut
sel Red Stenberg. Sel-sel ini terselip di antara jaringan limfoid normal yang
terdapat di organ limfoid.
2.2 Epidemiologi
Tidak seperti beberapa limfoma lainnya , dimana insiden meningkat seiring
peningkatan umur, limfoma Hodgkin memiliki bimodal kurva kejadian, yaitu terjadi
paling sering pada dua kelompok usia terpisah, dewasa muda pertama (usia 15-35)
dan yang kedua mereka yg lebih dari 55 tahun meskipun puncak mungkin sedikit
berbeda sesuai kewarganegaraan. Secara keseluruhan, lebih umum terjadi pada laki-
laki, kecuali untuk sklerosis nodular varian, yang sedikit lebih umum pada wanita.
Kejadian tahunan limfoma Hodgkin adalah sekitar 1 dari 25.000 orang, dan jumlah
penyakit kurang dari 1% dari seluruh kanker di seluruh dunia.
Tingkat usia disesuaikan standar (ASR) dari limfoma Hodgkin di Amerika Utara,
Eropa Barat, dan Oseania biasanya hanya di bawah 7 kasus per juta.Untuk anak-anak
dan remaja lebih muda dari 15 tahun, kejadian ini 5,5 kasus per juta. Untuk individu
yang berusia 15-20 tahun, kejadian ini 12,1 kasus per juta. Angka ini berbeda dengan
yang di Asia Barat (dari Mediterania di barat laut India), di mana ASR secara
3
konsisten lebih tinggi dari 7 kasus per juta.
2.3 Etiologi
Penyebab dari penyakit limfoma masih belum diketahui dengan pasti. Empat
kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan,
infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human B-cell leukemia/lymphoma (HTLV),
Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida,
pengawet dan pewarna kimia). Namun diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu
mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.
2.4 Patofisiologi
Sel Reed-Stenberg, yang muncul dalam penyakit Hodgkin dan limfoma
lainnya tidak, dipercaya berasal dari garis sel monosit-makrofag. Limfoma Hodgkin
adalah gangguan sel-B ganas yang mempengaruhi sistem retikuloendotelial dan
limfatik. Invasi dapat mempengaruhi organ-organ lain dan sistem, terutama paru-
paru, tulang, sumsum tulang, parenkim hati.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa, genetik, lingkungan, dan faktor
imunologi terlibat dalam pengembangan limfoma Hodgkin. Clustering kasus dalam
keluarga atau kelompok ras mendukung ide predisposisi genetik atau faktor
lingkungan yang umum.
Pada kembar identik pasien dengan limfoma Hodgkin, risiko pengembangan
limfoma Hodgkin lebih tinggi dari yang lain. Subyek dengan gangguan
imunodefisiensi yang diperoleh atau bawaan juga memiliki peningkatan risiko
pengembangan limfoma Hodgkin. Temuan dari beberapa penelitian epidemiologi
telah menunjukkan hubungan antara limfoma Hodgkin dan penyakit virus tertentu.
Kasus terkuat sampai saat ini adalah hubungan untuk virus Epstein-Barr (EBV), di
bahwa DNA EBV virus dapat ditemukan dalam sel HRS.
Bayi dan anak usia 0-14 tahun dengan penyakit Hodgkin memiliki DNA EBV dalam
sel HRS mereka lebih sering daripada orang dewasa muda berusia 15-39 tahun
dengan limfoma Hodgkin.
Proliferasi abnormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan
4
organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau
diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat
segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di
sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan
kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi
pertumbuhan sel-sel limfoma.
5
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala umum penderita limfoma hodgkin yaitu:
Pembesaran kelenjar getah bening tanpa rasa sakit di leher, ketiak, dan
selangkangan. Limfoma Hodgkin umumnya dimulai dari kelenjar getah bening
bagian atas tubuh, seperti di leher, di atas tulang belikat, dada, atau di ketiak.
Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.
Demam tinggi yang sering kambuh.
Keringat malam.
Rasa gatal yang berlebihan.
Penurunan berat badan.
Beberapa gejala yang dirasakan mirip seperti sakit flu, yaitu demam, pusing, dan
keringat malam
.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil Uji Diagnosa Hasil
Bipedal lymphangiography
6
Abnormal nodes
Abdominal CT Scan Tanda-tanda dan pembesaran kelenjar
Biopsy sum-sum tulang (bilateral) Abnormal cells
Laparotomy with splenectomy Nodal and extranodal sites of disease
2.7 Penatalaksanaan
a. Terapi Radiasi
Terapi radiasi (RT) adalah tidakan kuratif pada kebanyakan pasien dengan stadium I,
tahap II, dan beberapa kasus penyakit level IIIA. Chemtherapy dapat ditambahkan ke
protokol RT untuk pasien dengan faktor-faktor prognostik yang merugikan seperti
gejala-gejala B, penyakit besar, dan stadium penyakit III.
b. Kemoterapi
Kemoterapi multi agen penyakit Hodgkin canggih dapat menghasilkan remisi
lengkap dan 5 tahun bebas penyakit Interval pada kebanyakan pasien. Single-agen
kemoterapi dapat menghasilkan respon lengkap dan parsial pada 50% sampai 70%
pasien, meskipun remisi terakhir hanya beberapa bulan, dan tanggapan lengkap biasa.
Agen tunggal berguna dalam palliating penyakit lanjut pada pasien lebih tua atau
mereka yang berat pretreatedand, karena myelosupresi parah, tidak dapat
mentoleransi terapi kombinasi (lihat kotak di atas).
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
Biasanya berisis tentang identitas pasien seperti nama, umur, pekerjaa, suku bangsa,
agama, DLL
8
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit berat yang pernah diderita : akut, kronis atau fraktur
( semua riwayat penyakit yang pernah di derita, operasi ).
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep atau
dengan bebas atau herbal ( sebutkan jenis dan kegunaannya)
Kebiasaan berobat : pelayanan kesehatan
dan non tenaga kesehatan..
9
pengobatan yang sudah dilakukan, sesak nafas, nyeri dada (PQRST),
demam, kelemahan, berkeringat pada malam hari.
Hidung:
Inspeksi: Nafas cuping hidung, Secret / ingus, epistaksis, polip, warna
mukosa, oedem pada mukosa, kebersihan, intak septumnasi,
deformitas, naso faringeal tube, pemberian O2: nasal, masker.
Palpasi: nyeri tekan, adakah fraktur tulang nasal.
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir (sianosis), Alat bantu nafas ETT, oro faringeal
tube.
Sinus paranasalisInspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis
Palpasi : nyeri tekan
Leher
Inspeksi : trakheostomi.
Palpasi : Nyeri tekan, adanya massa, pembesaran kelenjar limfe, posisi
trachea.
Faring :
Inspeksi : kemerahan, oedem / tanda-tanda infeksi, pseudomembran
Area dada:
Inspeksi: pola nafas, penggunaan otot Bantu pernafasan, rytme dan
kedalaman inspirasi, pergerakan dada simetris/tidak, waktu inspirasi
ekspirasi (rasio inspirasi : ekspirasi/ normalnya 1:2), Poe rbedaan
kesimetrisan intercosta kiri dan kanan, kesimetrisan supraklavikula,
bentuk dada ( barrel chest, pigeon chest, funnelchest, normal, dada
cembung atau cekung), trauma dada, pembengkakan, penyebaran
warna kulit, cikatrik.
Palpasi: nyeri tekan, kelainan pada dinding thorax, bengkak
(konsistensi, suhu, denyutan, dapat di gerakkan / tidak), kulit terasa
10
panas, krepitasi, vocal fremitus melemah / mengeras kanan dan kiri
sama atau tidak.
Perkusi : pada daerah anterior posterior ( resonansi diatas seluruh
permukaan paru, pekak di intercoste V kanan, intercoste II-V kiri,
tympani di intercoste VI kanan).
Auskultasi : suara nafas trakeal, bronkial, bronkovesikuler, vesikuler
(sesuai dengan lokasi), ronkhi, wheezing, stridor, pleural friction rub.
Wajah
Leher
Dada
11
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) atau ada
kelainan bunyi jantung (gallop, murmur, friction rub, BJ3(fibrasi
pengisian ventrikel), BJ4(tahanan pengisian ventrikel setelah kontraksi
atrium, terdengar antara BJ 1 dan BJ 2)
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis, clubbing finger, perfusi (merah, pucat
Palpasi : CRT, suhu akral, perfusi (hangat, dingin, kering, basah)
EkstrimitasBawah
Inspeksi:Varises,sianosis,clubbingfinger,oedem
Palpasi : CRT, pulsasi arteri (iliaka, femoralis, dorsalis pedis), suhu
akral, pitting oedem
C Persyarafan
Anamnesis :
12
seperti influenza karena dapat memberikan hasil negatif atau
hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid.
a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian
dinilai apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau
tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan
klien, catat jarak baca klien tersebut.
b. Lapangan penglihatan
13
kedalam sampai pasien melihat objek, catat berapa derajat
lapang penglihatan klien.
4. Nervus IV toklearis
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter
kecil. Yang diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran
pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil
bila ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5
mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isikor
/ sama, anisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya
(positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada
kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil
(diperiksa dengan funduskopi).
Sensibilitas wajah.
14
Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung
memanjang, dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien
dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.
6. Nervus VI abdusen :
Diperiksa bersama-sama karena sama-sama mengatur otot-otot
ekstraokuler.
15
anjurkan klien untuk merengut, menggembungkan pipi, dan
menaikkan dan menurunkan alis mata lihat adanya
kesimetrisan.
16
12. nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : minta klien untuk
menjulurkan lidah ke garis tengah dan menggerakkannya ke
samping kanan dan ke samping kiri.
Tingkat kesadaran (kualitas):
Coma : keadaan tidak sadar yang terendah. Tidak ada respon terhadap
rangsangan nyeri, refleks tendon, refleks pupil dan refleks batuk
menghilang, inkontinensia urin dan tidak ada aktivitas motorik spontan.
17
1 = selalu tertutup walaupun dirangsang nyeri
- Motorik (M) :
6 = dapat bergerak sesuai perintah
2 = respon ekstensi
1 = tidak bereaksi
- Verbal/bicara (V) :
4 = jawaban kacau
D Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa :
Nyeri saat miksi / disuria (PQRST), menggigil /panas tubuh, saat BAK
mengejan, inkontinensia urine (ketidakmampuan seseorang untuk
menahan urin yang keluar dari buli-buli baik disadari maupun tidak
disadari), poliuria (banyak kencing > 1500 cc/24 jam), anuria (jumlah
urin < 200 ml/24 jam), oliguri (jumlah urin 600 ml/24 jam), skrotum
18
membesar, karakteristik urin (jumlah, warna, bau), gatal, nafas berbau
amoniak/ureum, nokturi (sering kencing pada malam hari). Urgensi
(rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit), hesitansi (sulit untuk
memulai kencing, sehingga untuk memulai kencing kadang-kadang
harus mengejan), terminal dribbling ( masih didapatkannya tetesan-
tetesan urin pada akhir miksi), intermitensi ( terputus-putusnya pancaran
urin pada saat miksi), residual urine (masih terasa ada sisa urine yang
belum tuntas setelah miksi), retensi urine (ketidakmampuan buli-buli
untuk mengeluarkan urin yang telah melampaui batas kapasitas
maksimalnya), polakisuri (frekuensi kencing yang lebih sering dari
biasanya), disuria (perasaan nyeri saat kencing), enuresis/ ngompol (
keluarnya urin secara tidak dasadari pada saat tidur), chiluria ( urin yang
berwarna putih seperti cairan limfe)
E. Genetalia eksterna :
Laki-Laki :
Penis
Scrotum
19
dan menyinari scrotum dengan cahaya terang, jika isi scrotum tampak
menerawang berarti berisi cairan dan dikatakan transiluminasi positif
atau deafanoskopi positif), hipoplasi kulit (sering dijumpai pada
kriptorkismus), luka /trauma, tanda infeksi, kebersihan.
Perempuan :
Genetalia eksterna
Kandung kemih:
Palpasi : adanya nyeri tekan, tahanan lunak diatas simpisis pubis, teraba
massa
Ginjal :
20
Perkusi : nyeri ketok (dengan cara memberikan ketokan pada sudut
kostavertebra, yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan
tulang vertebra)
F. Sistem Pencernaan-Eliminasi
Anamnesa
Nafsu makan, pola makan klien, porsi makan dan jumlah minum per
hari, alergi terhadap makan, keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan,
telan, melakukan diet, disfagia, riwayat penggunaan pencahar. Jika ada
keluhan nyeri perut dijelaskan secara PQRST. Gangguan defekasi
(diare, konstipasi/obstipasi), nyeri BAB, pola BAB, karakteristik feses
meliputi bentuk/konsistensi, bau, warna, darah, lendir dalam feses,
flatus, hemorroid, perubahan BB,
Mulut:
Lidah
Faring - Esofagus :
21
G. Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Palpasi:
Kuadran I:
Kuadran II:
Lien splenomegali
Kuadran III:
Kuadran IV:
22
kiposis: keadaan tulang condong ke arah belakang, skoliosis: keadaan
tulang condong ke arah samping)
Warna kulit
Kekuatan otot :
Keterangan:
23
Riwayat KB : Ditanyakan apakah klien pernah ikut KB, metode apa
yang digunakan, kapan menggunakannya, alasan mengikuti KB,
alasan berhenti, side efek.
Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut, ketebalan, kerontokan ( hirsutisme),
alopesia (botak), moon face
Leher
Inspeksi : bentuk, pembesaran kelenjar thyroid,
perubahan warna
Palpasi : pembesaran kelenjar (thyroid, parathyroid),
nyeri tekan, suhu
Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae (pada laki-laki)
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis ( distribusi, ketebalan, kerontokan),
kebersihan, pengeluaran (darah, cairan, lendir).
Palpasi : adakah benjolan, kegagalan penurunan testis
(kriptokismus),
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitti
J. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
24
flour albus (warna, bau, jumlah), disminore. Menorhagia, metrorhagia.
keluhan waktu coitus (nyeri, pengeluaran darah)
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, Keluarga berencana
a. Untuk riwayat kehamilan ditanyakan, sudah pernah hamil,
berapa kali hamil, pernah keguguran atau tidak, adakah penyulit
kehamilan. jarak kehamilannya anak ke-1 dan ke-2 dst.
b. Untuk riwayat persalinan ditanyakan jenis persalinannya
bagaimana, spontan atau dengan bantuan alat, SC
Payudara
Inspeksi : bentuk, kebersihan, warna areola, bentuk
papilla mamae, adanya massa, kulit seperti kulit jeruk, adanya luka,
kesimetrisan payudara
Palpasi : ada /tidak benjolan abnormal, pengeluaran (
cairan, darah ), nyeri tekan,
Axilla :
Inspeksi : tampak /tidak adanya benjolan abnormal,
Palpasi : teraba/ tidak benjolan abnormal
Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen , luka post SC, strie ( albican,
livide).
Palpasi : pembesaran (kontur, ukuran), adakah massa.
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan,
pengeluaran (darah, cairan, lendir), adakah tanda-tanda infeksi.
Palpasi : adakah benjolan/ massa dan nyeri tekan.
25
Laki-laki :
Anamnesa :
Genetalia :
Inspeksi : bentuk, rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan,
pengeluaran (darah, cairan, lendir), turunnya testis, luka/keadaan luka.
priapismus
K. Persepsi sensori :
Anamnesa : tanyakan pada klien :
Apakah ada nyeri yang dirasakan pada mata, Keluhan penurunan tajam
penglihatan, Keluhan mata berkunang-kunang, kabur, penglihatan
ganda ( diplopia )., Keluhan mata berair, gatal, kering, adanya benda
asing dalam mata
Mata
Inspeksi :
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil
26
Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin putih
seputar iris (Arkus senilis)
Palpasi:
D. Penciuman (Hidung) :
Perkusi : pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita
lakukan apabila palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat
27
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Contoh Kasus
Tn. A (35) datang dengan keluhan berat badan menurun sekitar 10% tiap
bulannya. Tn.A di diagnosa menderita penyakit kelainan limfosit, Limfoma Hodgkin.
Klien terlihat kebiruan (Sianosis) pada wajah dan leher.adanya pernafasan cuping
hidung dan warna kulit terihat pucat. Klien juga mengeluh nyeri pada sendi, sesak
nafas,dan gelisah .Terdapat pembengkakan pada wajah, leher, rahang dan
lengan. Saat dilakukan foto thorax, didapatkan hasil adanya pembesaran pada hati dan
limfa (Hepatosplenomegali) sebesar 65%. TD : 160/100 mmHg, N : 96x/m, RR :
28x/m, S: 38oC.
A. PENGKAJIAN
4.1. Identitas Klien
a. Biodata
Nama : Tn A
Tempat tanggal lahir : Jombang, 10 Maret 1999
Usia : 18 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki.
Pendidikan :SMA
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Ds.balongrejo kab jombang
No. Register : 02235
Tanggal MRS : 5 September 2010 pukul 07.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 5 September 2010 pukul 10.00 WIB
Diagnosa medis : limfoma hodgkin
b.Keluhan Utama
klien terlihat adanya sianosis pada wajah dan leher
28
c. Riwayat penyakit sekarang
klien mengalami penurunan berat badan 10% tiap bulan
d. Riwayat penyakit dahulu
klien mengalami pemebesaran kelenjar getah bening
e. Riwayat penyakit keluarga
keluarga tidak pernah mengalami penyakit sebelumnya
Mulut
Inspeksi :terdapat sianosis, mukosa bibir pucat.
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada inspeksi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Leher
Inspeksi : ada benjolan
Palpasi :adanya pembesaran kelenjaran teroid,
Faring
Inspeksi : tidak ada tanda tanda infeksi.
Area dada
Inspeksi : bentuk dada tidak simestris
Palpasi : adanya nyeri tekan
Auskultasi : Suara napas ronchi
29
B. Cardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa : adanya pembesaran kelenjar limfe
Persyarafan :
Tingkat kesadaran yaitu cosposmentis, , Glasgow Coma Scale (GCS) yaitu
15(Motorik 6, Verbal 5, Mata 4), Klien mengeluh pusing soalnya tidak bisa
tidur, Pupil isokor, Sclera ikterus, Conjungtiva anemis, Gangguan pandangan
: reflek cahaya +/+, Klien mengeluh susah tidur dikarenakan susah bernafas
C. Perkemihan-Eliminasi Urine
Warna kuning jernih,Kandung kemih tidak membesar maupun nyeri tekan,
Tidak menggunakan alat bantu kateter, tidak ada sakit pinggang, tidak
ada penyakit kelamin.
D. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut yaitu gigi bersih, tidak ada caries gigi, ,tidak ada stomatitis,
lidah bersih, saliva normal,tidak ada peradangan pada gusi.ada, Tidak ada
masalah dengan tenggorokan, Peristaltic normal, , peristaltik usus 15 x/menit ,
Tidak terpasanng NGT.
5 5
5 5
Keterangan:
30
F. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa :Adanya pembesaran keelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.
G. Sistem Reproduksi
Anamnesa : tidak ada keluhan
H. Persepsi sensori :
Sistem Penglihatan :Posisi mata simetris, Pupil isokor, Sclera
ikterus, Conjungtiva anemis, cahaya kelopak mata normal, pergerakan bola
matanormal. Kornea jernih, tidak ada strabismus, fungsi penglihatan baik,
tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak memakai kaca mata, tidak memakai
lensa kontak, reaksi terhadap cahaya kanan dan kiri positif, tampak warna
hitam pada kelopak mata bawah sekitar mata, mata tampak sayu, tidak ada
hematoma.
Sistem Pendengaran : Daun telinga simetris dan tidak sakit bila digerakkan,
tidak bengkak.Tidak ada serumen dan juga nanah, tidak ada lesi, tidak ada
tinitus, tidak ada perasaan penuh di telinga, fungsi pendengaran baik, pada
pemeriksaan garputala hasil positif kanan dan kiri, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
Sistem wicara : Tidak ada kesulitan dan gangguan dalam berbicara, tidak
memakai ETT dan Trakeostomi.
Sistem penciuman : bentuk simetris, septum terletak di tengah, tidak ada secret,
tidak terdapat sinusitis, tidak ada polip, tidak ada epitaksis, fungsi penciuman
baik.
31
Kelebihan atau deficit oksigenasi dan/atau eliminasi
DEFINITION:
karbondioksida pada membrane alveolar-kapiler
Gelisah
BATASAN
Sianosis
KARAKTERISTI
Nafas cuping hidung
K
Warna kulit apnormal (missal: pucat atau kehitaman)
hipoksia
FAKTOR YANG
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
BERHUBUNGAN
perubahan membrane alveolar kapiler
32
Client Ns. Diagnosis (Specify):
Inisial : Tn. A
NIC NOC
33
pasien - jaw thrust, dengan karbondioksida 3. 041513
untuk tepat dan alveoli sianosis 4
memastikan - Memonitor 4. 041522 suara
kepatenan kecepatan irama nafas
jalan nafas kedalaman dan tambahan
dan kesulitan bernafas 5. 041528
kecukupan - Mencatat pernafasan
pertukaran pergerakan dada cuping
gas catat hidung
ketidaksimetisan
pengunaan otok-
otot bantu
bernafasdan
retraksi pada otot
supraklaviculas dan
interconte
- Monitoring suara
nafas tambahan
seperti ngorok atau
menggi
- Memberikan
bantuan terapi
nafas jika
diperlukan
(misalnya
nebulizer)
34
35
4.6 Implementasi Keperawatan
2. Menjelaskan kepada
keluarga agar menjaga
posisi tidur pasien
sehingga pasien
mendapatkan posisi yang
pas untuk
mengmaksimalkan proses
pengambilan nafas.
3. Secara rutin setiap 8 jam
mengawasi
perkembangan kualitas
suara nafas dan
kemajuannya.
4. Memberikan obat
Cepofloxasin, Flunesin
dan Bisolvon sirup
36
1. Mengkaji status
11 September 08.00
nutrisi dan kebiasaan
2017 makan,dan
menganjurkan klien
untuk mematuhi diet
serta makan dalam
porsi kecil tapi sering
yang telah
diprogramkan.
Menimbang berat
badan
37
4.7 Evaluasi Keperawatan
Tgl/Jam Diagnosa Catatan Perkembagan Paraf
S : 37,5 oC
N : 82 x/menit
P: Lanjutkan
S : 37oC
N : 86 x/menit
38
A : masalah teratasi
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limfosit yang ganas (sel limfoma) dapat bersatu menjadi kelenjar getah bening tunggal
atau dapat menyebar di seluruh tubuh, bahkan hampir di semua organ. Penyakit Hodgkin adalah
suatu tumor yang menyerang kelenjar limpa. Belum diketahui jelas tentang penyebab penyakit
ini namun dicurigai disebabkan oleh virus. Gejala utama dari penyakit ini adalah adanya
pembesaran kelenjar limfe. Diagnosa yang sering muncul pertama kali adalah tidak efektifnya
pola nafas sehingga intervensi yang bisa dilakukan adalah mengatur posisi dan pemberian O2.
Diagnosa lain yang sering muncul, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna sehingga intervensinya adalah pemberian makan sedikit tapi sering.
Selain itu diagnosa nyeri juga sering muncul sehingga intervensinya adalah dengan memberikan
obat jenis analgetik tergantung stadium penyakitnya.
Berdasarkan penelitian yang ada penyakit Hodgkin ini biasanya lebih banyak menyerang
pria dibandingkan wanita. Penyakit ini memiliki cirri-ciri histopatologi yang dianggap khas,
yaitu karena adanya sel-sel Reed Steinburg atau variannya yang disebut sel Hodgkin.
B. Saran
Mengingat begitu kompleksnya masalah yang ditemukan akibat dari penyakit Hodgkin,
maka diharapkan kepada seluruh pihak-pihak medis terkait dapat memperhatikan kondisi atau
gejala-gejala penyakit Hodgkin itu sendiri serta dapat segera melakukan pembangunan yang
tepat dalam memberikan terapi dan pengobatan yang sesuai bagi pasien yang terserang penyakit
tersebut. Kepada pihak rumah sakit diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas dari
pelayanan kesehatan yang telah ada untuk memudahkan dalam penanganan kasus tersebut.
40
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta.
Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.
Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC.
Keperawatan Medikal Bedah 2, 2002 : hlm.957
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta
41
42