Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN MODEL PEMILIHAN

RUTE JALAN RAYA BERDASARKAN PERILAKU


PENGGUNA MENGGUNAKAN ANT-COLONY OPTIMIZATION (ACO)

Joko Siswanto
Siswanto_jk@yahoo.com

Abstract
In the election of the road network usually use road network system optimization considerations with
aggregative behavior by determining the shortest route or the lowest cost. Determinants of consumer behavior in
route selection and decision-making of the most dominant (disaggregated). Route selection optimization model
based on user behavior can be implemented from the results of model development preference with Conjoint
analysis. Preferences user behavior seems, is directly proportional to the convenience, the crowd, the facilities,
the ease, safety, and inversely proportional to the density. Route selection optimization model with the
development of ant-colony optimization formula can be applied with the substitution probability of interaction
and preferences as well as the network models incorporate the concept of route selection based on consumer
behavior and the physical condition of the network.
Key words : optimatization, behavior

Pendahuluan
Latar Belakang
Pemilihan rute jalan raya selama ini selalu menggu- Schema Analysis of the Traveling Salesman Problem
nakan pertimbangan optimasi pada sistem jaringan Using Genetic Algorithms) dan antcolony optimisa-
dengan perilaku agregatif yaitu hanya mendasarkan tion (Dorigo et al. 1996) telah diterapkan untuk men-
pada penentuan rute terpendek ataupun biaya termu- dapatkan solusi yang baik dengan waktu kom-putasi
rah, yang pada realisasinya pertimbangan model pe- yang cukup baik.
rilaku konsumen sebagai penentu keputusan konsu-
men sangat dominan. Dengan demikian keputusan Penelitian ini menggunakan algoritma Ant-Colony
perancangan pemilihan rute jalan raya yang selama Optimisation (ACO) untuk menyelesaikan masalah
ini hanya dengan mempertimbangkan rute terpendek rute yang unik. Tujuannya adalah tidak untuk menca-
atau biaya termurah harus mempertimbangkan penge- ri seluruh solusi yang mungkin namun untuk me-
tahuan dan perilaku konsumen sebagai salah satu ngembangkan solusi yang baik dengan waktu kompu-
pertimbangan pemilihan rute jalan raya. Pengemba- tasi yang kecil. Fleksibilitas algoritma ACO dengan
ngan model pemilihan rute jaringan jalan dengan menggunakan dasar probabilitas dalam pemilihan
pertimbangan perilaku konsumen merupakan pe- rute yang terbaik menjadikan ACO mampu melibat-
ngembangan dari konsep pemilihan rute dengan per- kan beberapa parameter dalam pemilihan rute ter-
timbangan psikologi konsumen sebagai dasar pre- baik.
ferensi rute pada jaringan jalan yang disukai. Hal ini
menjelaskan bahwa rute tersebut akan memberikan Maksud dan Tujuan
kepuasan pada konsumen serta memiliki aspek yang Maksud penelitian yaitu pengembangan model pemi-
tepat dipandang dari aspek jaringan itu sendiri. lihan rute transportasi dengan pertimbangan perilaku
pengguna dengan menggunakan algoritma Ant-Colo-
Perancangan rute transportasi umumnya didasarkan ny Optimisation (ACO). Sedangkan tujuan adalah;
pada optimasi dari beberapa jaringan untuk menda- 1. Menentukan preferensi konsumen berdasarkan
patkan rute yang optimal. Dewasa ini optimasi me- perilaku pengguna yang dianalisis dengan conjo-
nyajikan tantangan bagi periset dan praktisi dari int
beberapa disiplin ilmu, dengan beberapa teknik opti- 2. Menentukan model optimasi yang dianalisis de-
masi telah banyak dipelajari dan dikembangkan. ngan algoritma Ant-Colony Optimization (ACO)
Teknik riset operasi tradisional telah berkembang, na-
mun banyak dari mereka menunjukkan perhitungan Tinjauan Pustaka
yang berdasar dan masalah yang kompleks. Sebagai Teori Preferensi Konsumen
hasilnya algoritman pencarian metaheuristik seperti Heirshleifer dan Glazer (1992) memberikan gamba-
simulated annealing (David Bookstaber, 1998, Simul- ran ideal dari preferensi individual atas alternatif
ated Annealing for Traveling Salesman Problem), barang-barang konsumsi dalam dua hukum (revealed
tabu search (Shigeru Tsubakitani, 1997, Optimizing preferences) yaitu;
Tabu List Size For The Traveling Salesman Pro- 1. Aksioma Perbandingan
blem), genetic algorithms (Abdollah Homaifar, 1996, 2. Aksioma Transitivitas

--------------------------------------------------------------- Kedua aksioma tersebut apabila digabungkan akan


*) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil berbentuk proporsi pengurutan preferensi yaitu selu-
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ruh barang yang ada secara konsisten diurutkan
menurut urutan preferensi oleh seseorang, pengurutan

TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 134


ini disebut fungsi preferensi. Menurut Browning dan Perilaku Semut
Zupan (1997) terdapat tiga asumsi dasar dalam pre- Seekor semut (pengguna) k pada simpul i akan me-
ferensi konsumen yaitu; milih simpul j yang dituju pada layer berikutnya
1. konsumen dapat meranking urutan preferensi se- dengan probabilitas
cara lengkap terhadap semua barang di pasar.
Urutan preferensi menunjukkan tingkat kesena-
ngan relatif tanpa memperhatikan harga barang-
nya; . (1)
2. preferensi adalah transitivitas. Asumsi ini me-
mungkinkan orang untuk memiliki preferensi
yang rasional dan konsisten; dan
3. konsumen akan lebih menyukai barang dalam dimana menunjukkan derajat kepentingan phero-
jumlah yang banyak dari pada barang yang mone dan Ni(k) adalah pilihan yang dipunyai semut
sedikit. (pengguna) k (neighborhood) pada saat ia berada
pada simpul i. Neighborhood dari semut (pengguna)
Teori Pendekatan Atribut k pada simpul i akan mengandung semua simpul
Pendekatan atribut didasarkan pada asumsi bahwa yang bisa dituju yang tersambung secara langsung ke
perhatian konsumen bukan terhadap produk secara simpul i, kecuali simpul yang sudah dikunjungi sebe-
fisik, tapi lebih ditujukan kepada atribut produk yang lumnya.
bersangkutan (Arsyad, 2008). Pendekatan ini meng-
gunakan analisis utilitas yang digabungkan dengan Penambahan dan Penguapan Pheromone
analisis kurva indiferen. Atribut adalah semua jasa Seekor semut (pengguna) k ketika melewati ruas akan
yang dihasilkan dari penggunaan atau pemilikan dari meninggalkan pheromone. Jumlah pheromone ()
suatu barang. yang terdapat pada ruas ij setelah dilewati semut
(pengguna) k diberikan dengan rumus
Preferensi konsumen dapat digambarkan melalui kur-
va indiferen. Kurva indiferen menunjukkan semua .....................(2)
kombinasi dari dua barang yang memberikan tingkat
kepuasan yang sama pada individu. Tingkat kepuasan Dengan meningkatnya nilai pheromone pada ruas ij,
konsumen akan berbeda (lebih tinggi/ lebih rendah) maka kemungkinan ruas ini akan dipilih lagi pada
bila kombinasi dari dua barang berada pada kurva iterasi berikutnya semakin besar. Setelah sejumlah
indiferen yang berbeda (Nicholson, 2002). simpul dilewati maka akan terjadi penguapan phero-
mone dengan aturan sebagai berikut :
Menurut Nicholson (2002) untuk memaksimisasi uti-
litas, kombinasi barang yang dipilih oleh konsumen ..................(3)
dibatasi oleh kendala anggaran. Kendala ini menun-
jukkan kombinasi mana dari barang-barang tersebut dimana (0, 1) adalah parameter tingkat pengua-
dapat diperoleh. Kendala ini menentukan kemampu- pan dan A menyatakan segmen atau ruas yang sudah
an individu dalam memilih kombinasi kelompok ba- dilalui oleh semut (pengguna) k sebagai bagian dari
rang yang memberikan utilitas tertinggi. lintasan dari sarangnya menuju ke makanan. Penuru-
nan jumlah pheromone memungkinkan semut (peng-
Ant Colony Optimization guna) untuk mengekplorasi lintasan yang berbeda
Ant based techniques pertama kali digunakan oleh selama proses pencarian. Ini juga akan menghilang-
Dorigo et al. (1996) dengan menggunakan ACO un- kan kemungkinan memilih lintasan yang kurang
tuk menyelesaikan Traveling Salesman Problem bagus. Selain itu,ini juga membantu membatasi nilai
(TSP). Dalam ACO, setiap semut (pengguna) dalam maksimum yang dicapai oleh suatu lintasan phero-
kawanan yang berjalan akan meninggalkan phe- mone. Jumlah pheromone yang ditambahkan pada
romone (semacam zat kimia) pada jalur yang dila- ruas i j oleh semut (pengguna) k diberikan sebagai
luinya. Pheromone ini menjadi semacam sinyal bagi
sesama semut. Jalur yang pendek akan menyisakan .....................(4)
sinyal yang Lebih kuat. Semut (pengguna) berikut-
nya, pada saat memutuskan jalur mana yang harus
dipilih, biasanya akan cenderung memilih untuk me- dimana Q adalah konstanta dan Lk adalah lintasan
ngikuti jalur dengan sinyal yang paling kuat, sehing- terpendek yang dilalui semut (pengguna) k. Nilai Q
ga jalur terpendek akan ditemui karena lebih banyak biasanya ditentukan oleh user. Atau bisa juga diim-
semut (pengguna) yang akan melewati jalur tersebut. plementasikan dengan cara berikut Jika (i,j)
Semakin banyak semut (pengguna) yang lewat suatu lintasan terbaik global untuk yang lain
jalur, semakin kuat sinyal di jalur itu.

........................(5)

TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 135


Awalnya ACO diterapkan oleh penemunya untuk terbaik akan menambahkan pheromone pada ruas-
menyelesaikan persoalan Traveling Salesman Pro- ruas yang sudah dikunjungi; yaitu ruas-ruas yang ma-
blem (TSP). Pada bagian ini akan dijelaskan bagai- suk dalam rutenya. Sementara ruas yang lain tidak
mana ACO diterapkan pada Traveling Salesman Pro- berubah tingkat pheromonenya. Jumlah pheromone
blem (TSP) berdasarkan Marco Dorigo [Dorigo et al., (r, s) yang ditambahkan dalam setiap ruas yag di-
1996], yang merupakan penemu algoritma ini. Dalam kunjungi (r, s) oleh semut (pengguna) terbaik berban-
TSP, jika terdapat n kota akan ada ( ) buah ruas, ding terbalik dengan jarak total rute: semakin pendek
dan juga memiliki ( 1) / 2 rute yang mungkin. Ja- rute semakin tinggi jumlah pheromone yang ditam-
rak yang digunakan dalam TSP standar merupakan bahkan pada ruas-ruasnya. cara ini memang dimak-
jarak simetris, artinya jarak antara kota r ke kota s sudkan untuk meniru bagaimana pheromone ini di-
sama dengan jarak antara kota s ke kota r dimana akumulasi di dalam kejadian nyata dimana dipe-
d(s,r) = d(r,s). ngaruhi oleh panjang lintasan dan kontinuitas waktu
semut(pengguna) menjalani lintasan. Pembaruan glo-
Peranan utama dari penguapan pheromone adalah bal diformulasikan sebagai
untuk mencegah stagnasi, yaitu situasi dimana semua
semut (pengguna) berakhir dengan melakukan rute ..........(8)
yang sama. Proses di atas kemudian diulangi sampai
rute-rute yang dilakukan mencapai jumlah iterasi dimana (r,s) = (rute terpendek)-1a atau 1/Lk, dimana
maksimum yang ditentukan user atau tidak terjadi Lk adalah lintasan terpendek yang ditempuh semut
lagi perubahan solusi. Aturan transisi status yang di- (pengguna) k. Aturan pembaruan pheromone lokal ini
gunakan oleh Ant System dinamai random propor- berguna untuk mencegah agar ruas-ruas yang bagus
tional rule, yang ditunjukkan oleh persamaan tidak dipilih oleh semua semut (pengguna): setiap
kali suatu ruas dipilih oleh seekor semut (pengguna)
jumlah pheromonena berubah dengan menerapkan
aturan pembaruan lokal:
.....(6)
...........(9)

dimana pk(r, s) adalah peluang pindah dari kota r ke dimana adalah suatu parameter. Pembaruan lokal ini
kota s dari semut (pengguna) k, adalah tingkat phe- juga dipengaruhi oleh penguapan seperti yang terjadi
romone, (r, s) kedekatan kota r dan s dan adalah pada semut (pengguna) nyata. Dengan kata lain, pe-
bobot yang mengontrol visibility terhadap tingkat ngaruh dari pembaruan lokal ini adalah untuk mem-
pheromone . Pertama perlu dilakukan penghitungan buat tingkat kemenarikan ruas-ruas yang ada berubah
matrik yang menyatakan kedekatan antar kota (visi- secara dinamis: setiap kali seekor semut (pengguna)
bility), (r, s), dimana setiap entrinya merupakan menggunakan sebuah ruas maka ruas ini dengan
1/jarak dari r ke s. Untuk setiap semut (pengguna) segera akan berkurang tingkat ketertarikannya (kare-
perlu dilakukan penempatan awal di kota mana akan na pada ruas tersebut jumlah pheromone berkurang
memulai rute. Untuk TSP, setiap semut (pengguna) akibat penguapan). Ini secara tidak langsung akan
akan mulai dari kota 1. Dari persamaan ini ruas yang membuat semut (pengguna) yang lain akan memilih
lebih pendek dan memiliki jumlah pheromone yang ruas-ruas lain yang belum dikunjungi. Sehingga se-
lebih besar akan lebih besar probabilitasnya untuk mut-semut (pengguna) tidak akan memiliki kecen-
dipilih dalam rute. Tingkat pheromone (pheromone derungan untuk memilih jalur yang sama. Dengan
trail) berubah baik secara lokal dan global. Pemba- cara membuat rute yang berbeda maka akan terdapat
ruan pheromone secara global dimaksudkan untuk kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan
memberikan ruas-ruas yang tedapat dalam rute salah satu rute yang lebih baik daripada jika mereka
terpendek. Setelah satu iterasi, semua semut (peng- semua menempuh rute yang sama.
guna) menyelesaikan satu rute, setelah semua semut
(pengguna) kembali ke sarangnya akan terjadi upda- Metode Penelitian
ting pheromone dengan aturan Atribut dan level yang digunakan dalam Perancangan
Rute transportasi darat Berbasis Perilaku (gambar 1).
Pada penelitian ini, preferensi konsumen dalam me-
...................(7) milih rute dilakukan dengan membangun suatu sti-
muli yang merupakan kombinasi dari beberapa atri-
but yang didasarkan pada konsep perilaku terhadap
dimana (0, 1] adalah tingkat penguapan atau sering transportasi, yaitu :
juga disebut faktor decay dan (k) i,j adalah jumlah 1. Kepadatan lalu lintas jalan
pheromone yang ditambahkan pada ruas rs oleh 2. Persepsi kenyamanan jalan
semut (pengguna) terbaik k. Tujuan dari update phe- 3. Keramaian tepi jalan
romone adalah meningkatkan nilai pheromone yang 4. Persepsi pada fasilitas jalan
berkaitan dengan lintasan yang menjanjikan atau 5. Kemudahan menjangkau jalur angkutan
bagus. Setelah semut-semut (pengguna) artificial me- pengumpan dari rumah/kantor
nyelesaikan satu rute mereka maka semut (pengguna) 6. Keamanan jalan

TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 136


Indikasi
- Permasalahan
- Tujuan dan sasaran
- Lingkup bahasan
Kajian pustaka

Pengumpulan data

Sampel pemodelan Data sekunder :


Data primer:
Kuesioner perilaku perilaku Data jaringan
Jarak waktu tempuh
Node Jaringan
Kapasitas
Pemilihan variabel
berdasarkan perilaku

Perancangan Model Preferensi Pemilihan variabel


berdasarkan Preferensi dari berdasarkan jaringan
Perilaku Pengguna
Dengan Analisis Conjoint

Sintesa Model Perilaku pada


Jaringan

Simulasi Analisis Optimasi


dengan Ant Colony Optimization

Kesimpulan
Pemilihan Rute Transportasi

Gambar 1. Tahapan Penelitian

Analisis Conjoint
Analisis conjoint digunakan untuk menentukan ke- 5. Selanjutnya subyek penelitian diminta untuk me-
pentingan relatif yang dikaitkan pelanggan pada ngisi rangking preferensi mereka terhadap 16
atribut yang penting dan utilitas yang mereka kaitkan kombinasi atribut tersebut dengan nilai rangking
pada tingkatan atau level atribut (Supranto, 2004). dimana nilai tertinggi menunjukkan sangat dise-
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam meng- nangi dan nilai terendah menunjukkan yang pa-
gunakan analisis konjoin adalah : ling tidak disenangi.
1. Pembentukan stimulus dilakukan dengan meng- 6. Dari data hasil preferensi terhadap ke 16 stimuli
gunakan profil penuh (full-profile procedure). yang disajikan selanjutnya dilakukan prosedur a-
2. Jumlah stimuli yang akan dihasilkan adalah se- nalisis conjoin dengan model dasar sebagai
banyak 26 = 64 stimuli yang didapatkan dari per- berikut :
kalian antar jumlah level untuk masing-masing
atribut. .......................(10)
3. Stimuli ini kemudian digunakan dalam kuisioner
untuk diurutkan oleh responden.
4. Jumlah stimuli tersebut dirasa terlalu banyak di mana:
sehingga akan membingungkan responden dalam = (X) adalah seluruh utility dari suatu
mengurutkannya. Untuk mengurangi jumlah sti- alternatif
muli yang terlalu banyak tersebut, maka dila- aij = adalah koefisien utility parth-worth atau dari
kukan reduksi dengan menggunakan orthogonal atribut ke-i dan level ke-j
array. Desain ini mengasumsikan bahwa semua ki = adalah banyaknya level atribut i
interaksi yang tidak penting dapat diabaikan. m = adalah banyaknya atribut
xij = adalah dummy variable atribut ke-i level
ke-j

TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 137


7. Koefisien part worth merupakan nilai dari ma- terhadap skor maksimal yang mungkin. Aspek ini
sing-masing level atribut yang diamati. Dari ana- disebut penerimaan dan nilainya diperoleh seba-
lisis conjoin akan diperoleh koefisien parth worth gai berikut :
dari masing-masing level atribut. Urutan pering- Preferensi = skor preferensi conjoint
kat preferensi adalah jumlah total dari nilai ma- 3. Parameter Pheromone.
sing-masing koefisien level setiap atribut pada Pheromone merupakan jejak yang ditinggalkan
seluruh kombinasi atribut. Rumusannya adalah: oleh semut (pengguna) lain yang sebelumnya me-
lewati ruas garis tersebut. Nilai pheromone yang
Preferensi = PWh1 + PWh2 + PWh3 + PWh4 lebih besar memiliki probabilitas pemilihan rute
+ PWh5 + PWh6 ...................(11) yang lebih besar.

di mana: Dengan menggunakan ketiga parameter tersebut


PWh1 = partworth level atribut 1, PWh2 = maka probabilitas penerimaan rute diperoleh
partworth level atribut 2 sebagai berikut :
PWh3 = partworth level atribut 3, PWh4 =
partworth level atribut 4 (Pheromone) (Prefrensi) * (visibilitas)
PWh5 = partworth level atribut 5, PWh6 = Prob = --------------------------------------------------.(13)
(Pheromone) (Prefrensi) * (visibilitas)
partworth level atribut 6
Dimana:
8. Nilai relatif factor menunjukkan besarnya persen-
a. nilai alpha () yang merupakan nilai penggan-
tase masing-masing atribut terhadap preferensi
da feromon,
untuk mengetahui atribut yang paling penting ba-
b. nilai beta () yang merupakan nilai pengganda
gi konsumen, dapat dihitung tingkat kepentingan
aspek visibilitas
atribut. Tingkat kepentingan atribut adalah selisih
c. nilai gamma () yang merupakan nilai
utilitas tertinggi dan terendah.
pengganda aspek preferensi-perilaku.
Ant Colony Optimisation
Nilai-nilai tersebut menentukan proporsi penggu-
Model optimasi ACO memerlukan modifikasi dari
naan faktor jaringan atau preferensi-perilaku da-
model Ant System awal yang digunakan oleh Dorigo
lam pemilihan rute.
et al. (1996). Beberapa modifikasi yang diperlukan
adalah sebagai berikut :
Analisis Dan Output
1. Parameter rute terpendek
Analisis Preferensi
Probabilitas pemilihan rute terpendek dilakukan
Analisis preferensi dilakukan berdasarkan hasil sur-
dengan menggunakan nilai visibilitas. Visibilitas
vey terhadap 100 responden pengguna transportasi.
adalah sebuah ukuran yang ditujuan untuk mem-
Analisis konjoin menghasilkan nilai kegunaan (utili-
berikan pengaruh pada masing-masing semut
ty) masing-masing level tiap atribut dan nilai kepen-
(pengguna) dalam bergerak kearah titik target se-
tingannya (average importance score). Nilai kepen-
lanjutnya dengan jarak garis lurus. Karena tujuan
tingan menunjukkan seberapa penting suatu atribut
dari semut (pengguna) sudah ditentukan, maka
terhadap keseluruhan preferensi. Nilai kegunaan dan
hal ini berbeda dengan model TSP yang hanya
nilai kepentingan yang dihasilkan oleh analisis kon-
mendapatkan visibilitas dari jarak terpendek saja.
join ditunjukkan pada tabel 1 berikut.
Penentuan visibilitas suatu titik relatif terhadap
titik target disajikan pada gambar 2 berikut :
Tabel 1. Hasil analisis conjoint
No Atribut Nilai Pelanggan (%)
Titik yang mungkin 1 Nyaman 19.581
ini
2 Ramai 13.153
Titik saat ini
3 Fasilitas 16.947
4 Mudah 18.433
Titik target 5 Aman 15.796
6 Padat 16.090
Gambar 2. Penentuan visibilitas
Tabel menunjukkan atribut yang dinilai paling pen-
Jarak titik saat ini terhadap titik target ting adalah atribut kenyamanan yaitu dengan persen-
Visibilitas = ------------------------------------------------------- ...(12) tase kepentingan sebesar 19,581%, sedangkan atribut
Jarak titik yang mungkin terhadap titik target
yang paling dianggap tidak penting adalah atribut
keramaian yaitu sebesar 13,15%. Hal ini berarti bah-
Nilai visibilitas yang besar akan memberikan
wa pengguna jasa angkutan jalan raya yang pertama
probabilitas yang lebih besar
adalah dengan memperhatikan kenyamanan jalan
2. Parameter persepsi perilaku dan preferensi.
yang menjadi rute.
Probabilitas pemilihan rute berdasarkan perilaku
dan preferensi didapatkan dengan skor nilai yang
diperoleh dari model Conjoint untuk setiap ruas
jalan. Nilai skor preferensi dari Conjoint relatif

TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 138


Secara linier Model matematis preferensi pemilihan Optimasi
rute jaringan jalan dapat diperoleh sebagai berikut : Optimasi digunakan untuk menerapkan model per-
sepsi-preferensi dan model jaringan untuk menentu-
PREF = K1 NYAMAN K2 RAMAI + kan model rute antarmode terbaik. Implentasi penen-
K3 FASILITAS + K4 MUDAH + tuan rute dalam hal ini dilakukan dengan menggu-
K5 AMAN K6 PADAT nakan data fiktif dengan menggunakan 20 node
(Gambar 3). Model memberikan satu rute yang sudah
Keterangan (Sumber : Joko Siswanto 2013 Disertasi optiomal yang menghubungkan 3 buah stasiun yaitu
Unpublish): Node nomer 14, 19 dan 17. Selanjutnya optimasi mo-
del adalah dengan membentuk pilihan rute terbaik
K1 = 0,043; K2 = 0,170; K3 = 0,640; dari 4 titik asal yaitu Node nomer 1, 3, 4 dan 13
K4 = 0,436; K5 = 0,596; K6 = 0,113 (Gambar 4).

1 2 8 1 2 8 14
14
9 5 9
5 15 15
6 10 19 6 10 19
3 16 3 16
20 20
18 18 117
11 17 11
4 13 7 12 4 13 7 12

Gambar 3. Jaringan Existing Gambar 4. Optimasi Jaringan Rute

Optimasi penentuan rute dilakukan dengan menggu- 3. Dorigo, Marco. 1996. The Ant System: Optimiza-
nakan program Delphi 7. Nilai probabilitas penentuan tion by a colony of cooperating agents IEEE
rute terbaik dilakukan dengan menggukan perkalian Transactions on Systems, Man, and Cybernetics
visibilitas jarak terpendek dan dikalikan dengan skor Part B, Vol.26, No.1, 1996, pp.1-131
preferensi yang diperoleh dari dari penerapan rumus 4. Dorigo, Marco dan Thomas Stutzle,1996. Ant Co-
yang diperoleh dari model Conjoint. Hasil optimasi lony Optimization, A Bradford Book The MIT
model pemilihan rute (Gambar b). Hasil optimasi Press Cambridge, Massachusetts London, Eng-
mendapatkan empat buah rute dari masing-masing land.
titik asal sebagai berikut: 5. Hirshleifer and Glazer, 1992, Price Theory and
Application, Fifth Edition, Prentice Hall.
Rute dari Node 1 akan melalui node 2, 8 dan Stasion 6. Nicholson, 2002, Mikroekonomi Intermediate
14. Rute dari Node 3 akan melalui node 5, 9 dan dan Aplikasinya, Alih Bahasa, Edisi Kedelapan,
Stasion 14. Rute dari node 4 akan melalui node 18, Erlangga, Jakarta.
10 dan Stasion 19. Rute dari node 13 akan melalui 7. Supranto, J., 2004, Analisis Multivariat: Arti dan
node 7, 11, 20 dan Stasion 17. Interpretasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Kesimpulan
1. Preferensi perilaku pengguna berbanding lurus
dengan kenyamanan, keramaian, fasilitas, kemu-
dahan, aman, dan berbanding terbalik dengan ke-
padatan.
2. Optimasi model pemilihan rute dengan ant colony
optimization dapat diterapkan dengan mengguna-
kan formula probabilitas interaksi antara preferen-
si dengan model jaringan. Model ini dapat mema-
dukan konsep pemilihan rute berdasarkan perila-
ku konsumen dan kondisi fisik jaringan.

Daftar Pustaka
1. Arsyad, 2008, Ekonomi Manajerial, Edisi em-
pat, BPFE, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik,
2008, D.I Yogyakarta dalam Angka.
2. Browning, Edgar K., and Mark Zupan, 1997,
Microeconomic Theory and Applications, Fifth
Edition, Harper Collins College Publisher.

TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 139

Anda mungkin juga menyukai