Anda di halaman 1dari 12

STRATIFIKASI AL-MAQASID AL-KHAMSAH DAN PENERAPANNYA DALAM

AL-DHARURIYAT, AL-HAJJIYAT, AL-TAHSINIYYAT

Nilda Susilawati
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu
Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu 38613
Email: nildaqila@gmail.com

Abstract: The Stratification of Al-Maqasid Al-Khamsah and its implementation in Al-


Dharuriyat, Al-Hajjiyat, Al-Tahsiniyyat Maqasid syariah is aimed for the benefit of the
people in his life and the hereafter. The stratifications of maqasid are devided in to three
categories: First, the need of Ad-daruriyyah which is a basic need related to the existance of
five principles there are faith, soul, mind, descent, and wealth. Second, the need of al-
Hajiyyah which is one of the mode in order to maintain those five basic principles, but the
need of al-Hajiyyah level is below the need of ad-daruriyyah. Third, the need of at-
Tasiniyyah, if the third need is unable to be fulfilled it will not threat any of the above five
basic principles, and also it will not cause an obstacle. The level of this need is only as a
complement. Each levels of maqasid syariah should be performed in according to the need of
human.

Keywords: Maqasit Syariah, ad-daruriyat, al-hajiyyah,at-tahsiniyyah

Abstrak : Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah dan Penerapannya Dalam Al-Dharuriyat,


Al-Hajjiyat, Al-Tahsiniyyat. Maqasit syariat merupakan tujuan syariat yaitu untuk mencapai
kemaslahatan bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat. Stratifikasi maqasid syariah
dibagi dalam tiga tingkatan yaitu, pertama kebutuhan ad-daruriyyah yaitu kebutuhan yang
mendasar yang menyangkut dalam mewujudkan dan melindungi eksistensi kelima pokok
yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kedua yaitu kebutuhan al-Hajiyyah dalam
rangka perwujudan dan perlindungan yang diperlukan dalam melestarikan kelima pokok
tersebut di atas, tetapi kadar kebutuhannya berada di bawah kadar kebutuhan ad-daruriyyah.
Ketiga kebutuhan at-Tahsiniyyah merupakan tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi
tidak mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok di atas dan tidak pula menimbulkan
kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap saja. Dalam pelaksanaan setiap
tingkatan maqasid syariah disesuai dengan kebutuhan manusia.

Kata Kunci: Maqasit Syariah, ad-daruriyat, al-hajiyyah,at-tahsiniyyah

Pendahuluan karena ada satu pihak yang diuntungkan


Kebutuhan manusia terhadap dan ada juga yang dirugikan. Dalam
hukum sangat besar untuk menata kehidupan pribadi banyak hal yang sangat
kehidupan antara individu maupun dengan mudah tetapi sulit dikerjakan karena
lingkungannya. Interaksi antara satu kurangnya pengetahuan. Hukum
dengan lainnya tidak jarang melahirkan menjadikan kehidupan manusia lebih
kesinggungan yang mengakibatkan mudah dan bermakna, dimana antara satu
merusak tatanan kehidupan yang ada, dengan lainnya akan memperolah
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah

pembagian yang sama dan tidak ada yang


dilebihkan, tidak ada pembeda antara yang
Artinya: Dan tidaklah kami utus
kaya dengan yang miskin semua diatur
engkau melainkan sebagai
sama kecuali dalam keadaan yang dapat
rahmat untuk semesta alam
meringankan seseorang.
(al-Anbiyaa: 107).
Hukum dalam Islam memiliki
tujuan luhur dan maksud mulia yang
Al-Syatibi dalam kitabnya al-
sangat diinginkan oleh Allah Pembuat
Muwafaqat fi Ushul as-Syariah
syariat (syari) Yang Maha Bijaksana
mengemukakan bahwa tujuan pokok
untuk terealisir dalam kehidupan manusia.
disyariatkannya hukum Islam adalah untuk
Hal ini menunjukkan bahwa hukum
kemaslahatan manusia baik di dunia dan
syariat memiliki illat hukum (faktor/
akhirat.2
konsideran penyebab hukum) yang dapat
Kehidupan dunia yang dijalani
difahami dan terkait dengan maslahat
manusia harus selaras dengan tujuan akhir
(kebaikan) manusia. Dan masalah ini
kehidupan manusia yaitu akhirat. Karena
merupakan kesepakatan dari ulama Islam
hukum yang ditetapkan bagi manusia akan
kecuali kelompok kecil dari ulama Ahli
membawa kemudahan dan kebaikan
Dzahir (tektual/ skripturalis) dan para
manusia. Tak terhitung begitu banyaknya
pengikut mereka.1
kemudahan yang diberikan ketika manusia
Allah menurunkan syariat Islam
dalam kesulitan, begitu pula dengan
melalui Rasul untuk mewujudkan
kebaikan yang ditimbulkan dari penetapan
kesehateraan dan kemudahan bagi
hukum. Dan tujuan hukum ditetapkan
manusia. Manusia dapat berbuat dan
meski melihat kepada tingkat kebutuhan
bertindak menurut kemampuannya melalui
manusia, karena ada stratifikasi yang mesti
koridor yang telah ditetapkan agama,
diproritaskan ketika menetapkan sebuah
manusia tinggal memilih jalan mana yang
kebutuhan agar kehidupan manusia bisa
terbaik dan mampu di jalani sehingga
berjalan dengan baik.
kehidupan manusia lebih tertata dalam
aturan. Sebagaimana yang dijelaskan
Pembahasan
dalam firman Allah surat al-Anbiyaa
1. Maqasid asy-Syariah
berikut:

1
Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar kajian
2
Islam; Studi Analistik Komprehensif tentang Pilar- Abu Ishak Al-Syathiby, al-Muwafaqat fi
pilar Subtansi, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Ushul fi al-Syariat, (Beirut: Dar al-Marifah,
Acuan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1999) h. 1979), h.6
138
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015

Pembicaraan mengenai al- mewajibkan berbagai ibadah untuk


maqasid al-khamsah tidak terlepas menegakkan agama Allah SWT,
dari al-maqasid asy-Syariah, disyariatkan hukum zina untuk
sehingga pemahaman menjadi memelihara kehormatan dan
jelas. Kata al-maqasid merupakan keturunan,
jamak dari kata al-maqsid yang Disyariatkan hukuman
berarti tujuan yaitu tujuan syariat. pencurian untuk memelihara harta
Dalam ilmu ushul fikih, seseorang, disyariatkan hukuman
pembahasan masalah al-maqasid meminum minuman keras untuk
asy-syariah bertujuan untuk memelihara akal, dan disyariatkan
mengetahui tujuan-tujuan yang hukuman qisas untuk memelihara
hendak dicapai oleh perumusnya jiwa seseorang.4
dalam mensyariatkan hukum. Ulama ushul fikih sepakat
Tujuan ini merupakan salah satu menyatakan bahwa pada setiap
faktor penting dalam menetapkan hukum itu terkandung
hukum Islam yang dihasilkan kemaslahatan bagi hamba SWT,
3
melalui ijtihad. baik kemaslahatan itu bersifat
Ulama ilmu ushul fiqh duniawi maupun ukhrawi. Oleh
mendefinisikan al-maqasid asy- sebab itu, setiap mujtahid dalam
syariah dengan makna dan tujuan mengistimbatkan hukum dari suatu
yang dikehendaki syara dalam kasus yang sedang dihadapi, harus
mensyariatkan suatu hukum bagi berpatokan kepada tujuan-tujuan
kemaslahatan umat manusia. Al- syara dalam mensyariatkan
maqasid asy-syariah di kalangan hukum, sehingga hukum yang akan
ulama ushul fikih disebut juga ditetapkan sesuai dengan
dengan asrar asy-syariah, yaitu kemaslahatan umat manusia.5
rahasia-rahasia yang terdapat di Ada beberapa alasan yang
balik hukum yang ditetapkan oleh dikemukakan ulama ushul fikih
syarak, berupa kemaslahatan bagi dalam menetapkan bahwa setiap
umat manusia, baik di dunia
4
maupun akhirat. Misalnya syarak Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1109
5
3
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1109 1996), h. 1109
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah

hukum Islam itu terdapat tujuan terkandung dari diutuskannya


yang hendak dicapai oleh syara, Rasul bagi umat manusia.6 Dalam
yaitu kemaslahatan umat manusia. surat al-Anbiya ayat 107, Allah
Diantaranya adalah firman Allah SWT berfirman:
SWT dalam surat an-Nisa ayat 165
:

Artinya: Dan tiadalah Kami

mengutus kamu,
melainkan untuk

(menjadi) rahmat bagi


semesta alam.

artinya: (Mereka kami utus)
Kata rahmat dalam ayat di
selaku rasul-rasul
atas, menurut para ahli ushul fikih,
pembawa berita gembira
mengandung pengertian bahwa
dan pemberi peringatan
pengutusan rasul membawa
supaya tidak ada alasan
kemaslahatan bagi umat manusia di
bagi manusia membantah
dunia dan akhirat.7
Allah sesudah diutusnya
Para ulama sepakat bahwa
rasul-rasul itu, dan
memang hukum syara itu
adalah Allah Maha
mengandung kemaslahatan untuk
Perkasa lagi Maha
umat manusia. Namun ulama
Bijaksana (an-Nisa:
berbeda pendapat dalam
165)
menempatkan kemaslahatan itu
sebagai tujuan penetapan hukum
Kandungan ayat ini
syara. Apakah untuk kemaslahatan
menurut ulama ushul, menunjukkan
itu Allah menetapkan hukum atau
bahwa Allah SWT dalam
dengan bahasa lain; apakah
menentukan hukum-hukum-Nya
kemaslahatan itu yang mendorong
senantiasa menghendaki sesuatu
yang bermanfaat bagi manusia, 6
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
sehingga bila hal itu tidak Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1109
diusahakan manusia, maka ia akan 7
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
merugi. Inilah makna yang Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1109
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015

Allah untuk menetapkan hukum semua hukum Allah itu tidak


dalam hal ini ada dua pendapat: luput dari kemaslahatan umat.
a. Ulama yang berpegang pada
prinsip bahwa perbuatan Allah b. Ulama yang berpegang pada
itu tidak terikat kepada apa dan prinsip keadilan dan kasih
siapa pun yang dianut oleh sayang Allah pada hamba-Nya
ulama kalam (Asyariyah). (yang dianut oleh ulama kalam
Menurut mereka, Allah berbuat mutazilah) berpendapat bahwa
sesuai dengan keinginan-Nya memang untuk kemaslahatan
sebagaimana yang difirmankan umat itulah Allah menetapkan
Allah dalam surat Hud ayat hukum syara.8
107:

Memperhatikan pendapat
yang dikemukakan oleh ulama di

atas pada dasarnya tidak terdapat
perbedaan dalam hal tujuan
Artinya: Mereka kekal di penetapan hukum syara, akan
dalamnya selama ada tetapi semata-mata hanya
langit dan bumi, perbedaan secara lafzi dan tidak
kecuali jika Tuhanmu mengakibatkan perbedaan secara
menghendaki (yang praktis dalam penetapan hukum itu
lain). Sesungguhnya sendiri karena semua pihak sepakat
Tuhanmu Maha bahwa semua hukum yang
Pelaksana terhadap ditetapkan Allah ada tujuannya dan
apa saja yang Dia tujuan itu adalah bagi kemaslahatan
kehendaki umat. Aturan yang dibuat sebagai
batasan dalam pelaksanaan sebuah
Mereka berpendapat bahwa tindakan, sehingga tidak
bukan untuk kemaslahatan menghilangkan tujuan utama dari
unsur itu Allah menetapkan pelaksanaan syariat.
hukum. Jadi, tujuan penetapan
hukum syara itu bukan untuk 2. Stratifikasi Kebutuhan Manusia
kemaslahatan umat, meskipun
8
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 220
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah

Menurut Imam asy- mendasar yang menyangkut


Syathiby seorang ahli ushul fikih dalam mewujudkan dan
dari mazhab Maliki menyatakan melindungi eksistensi kelima
bahwa untuk mewujudkan pokok di atas yaitu agama,
kemaslahatan di dunia dan akhirat, jiwa, akal, keturunan dan harta.
ada lima pokok yang harus Apabila kemaslahan ini hilang,
diwujudkan dan dipelihara. Dengan maka kehidupan manusia bisa
mewujudkan dan memelihara hancur, tidak selamat, baik di
kelima pokok tersebut, seorang dunia maupun di akhirat.
mukallaf akan mendapatkan Menurut imam asy- Syathiby,
kebahagiaan dunia dan akhirat. di kelima hal inilah agama dan
Berdasarkan hasil induksi ulama dunia dapat berjalan seimbang
ushul fikih terhadap nash, kelima dan apabila dipelihara akan
masalah pokok itu ialah: agama, mendapatkan kebahagiaan bagi
jiwa, akal, keturunan dan harta. masyarakat dan pribadi. Kelima
Lima kemaslahatan pokok ini wajib unsur ini disyariatkan Allah
dipelihara seseorang dan untuk itu SWT dalam firmannya surat al-
pula didatangkan syariat yang Mumtahanah ayat 12 berikut:
mengandung perintah, larangan dan
keizinan yang harus dipenuhi oleh
setiap mukalaf. Dalam
mewujudkan dan memelihara
kelima pokok di atas, ulama ushul
fikih menstratifikasi sesuai dengan
kualitas kebutuhannya. Ketiga

kategori tersebut adalah (a)
kebutuhan ad-daruriyyah (bersifat
pokok, mendasar), (b) kebutuhan
al-hajiyyah (yang bersifat

kebutuhan) dan (c) at-tahsiniyyah
Artinya: Hai Nabi, apabila
(bersifat penyempurna, pelengkap),
datang kepadamu
dengan penjelasan sebagai berikut:
perempuan-
a) Kebutuhan ad-Dharuriyyah
perempuan beriman
Kebutuhan ad-daruriyyah
untuk mengadakan
adalah kebutuhan yang
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015

janji setia , bahwa yang perlu dipelihara oleh


mereka tidak akan setiap manusia, yaitu tidak
mempersekutukan syirik (dalam rangka
sesuatu pun dengan memelihara agama), tidak
Allah, tidak akan mencuri (dalam rangka
mencuri, tidak akan memelihara harta seseorang),
berzina, tidak akan tidak berzina (dalam rangka
membunuh anak- memelihara keturunan dan
anaknya, tidak akan kehormatan seseorang), dan
berbuat dusta yang tidak membunuh (dalam rangka
mereka ada-adakan memelihara jiwa orang lain).9
dengan antara tangan
dan kaki mereka dan Kelima dharuriyat tersebut
tidak akan adalah hal yang mutlak harus
mendurhakaimu ada pada manusia. Karenanya
dalam urusan yang Allah menyuruh untuk
baik, maka terimalah melakukan segala upaya bagi
janji setia mereka dan keberadaan dan
mohonkanlah kesempurnaannya. Sebaliknya,
ampunan kepada Allah melarang melakukan
Allah untuk perbuatan yang dapat
mereka.Sesungguhnya menghilangkan atau
Allah Maha mengurangi salah satu dari lima
Pengampunlagi Maha dharuriyat yang lima itu.
Penyayang. Segala perbuatan yang dapat
mewujudkan atau mengekalkan
Para ahli ushul fikih lima unsur pokok itu adalah
menyatakan bahwa sekalipun baik, dan karenanya harus
kasus yang diungkapkan ayat di dikerjakan. Sedangkan segala
atas setuju kepada wanita, perbuatan yang merusak atau
tetapi hal itu juga berlaku bagi mengurangi nilai lima unsur
kaum laki-laki. Dalam ayat ini
menurut mereka, diisyaratkan 9
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
masalah-masalah mendasar Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1109
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah

pokok adalah buruk, dan dalam pelaksanaanya.


kerenanya harus dijauhi.10 Sedangkan dalam ajaran Islam
kesempitan dan kepicikan itu
Menurut al-Ghazaly bahwa perlu disingkirkan,
yang menjadi inti pokok dari sebagaimana firman Allah
apa yag dimaksud dengan SWT dalam surat al-Baqarah
maslahat. Dengan kata lain, ayat 185:
maslahat itu adalah segala
bentuk perbuatan yang
mengacu kepada terpeliharanya
lima kebutuhan paling

mendasar bagi manusia yaitu

agama, jiwa akal, keturunan
dan harta.11

b) Kebutuhan al-Hajiyyah
Kebutuhan al-Hajiyyah adalah
dalam rangka perwujudan dan
Artinya: (Beberapa hari yang
perlindungan yang diperlukan
ditentukan itu ialah)
dalam melestarikan kelima
bulan Ramadhan, bulan
pokok tersebut di atas, tetapi
yang di dalamnya
kadar kebutuhannya berada di
diturunkan (permulaan)
bawah kadar kebutuhan ad-
Al Quran sebagai
daruriyyah. Tidak
petunjuk bagi manusia
terpeliharanya kebutuhan al-
dan penjelasan-
hajiyyah tidak akan membawa
penjelasan mengenai
terancamnya eksistensi lima
petunjuk itu dan
pokok tersebut, tetapi
pembeda (antara yang
membawa kepasa kesempitan
hak dan yang bathil).
dan kepicikan, baik dalam
karena itu, Barangsiapa
usaha mewujudkan maupun
di antara kamu hadir (di
10 negeri tempat
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 223
tinggalnya) di bulan itu,
11
Al-Ghazaly, 1983, al-Mustashfa fi Ilm al- Maka hendaklah ia
Ushul I, Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, h. 286
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015

berpuasa pada bulan tidak melakukan perjalanan,


itu, dan Barangsiapa maka ia akan menemui
sakit atau dalam beberapa kesulitan. Artinya,
perjalanan (lalu ia melakukan puasa dan shalat
berbuka), Maka sebagaimana mestinya akan
(wajiblah baginya sulit bila dibandingkan bila
berpuasa), sebanyak dilakukan tidak dalam
hari yang perjalanan. Untuk mengatasi
ditinggalkannya itu, kesulitan itu, syarak
pada hari-hari yang menetapkan hukum rukhsah,
lain. Allah sehingga dengan itu seseorang
menghendaki boleh menangguhkan puasanya,
kemudahan bagimu, sebagaimana difirmankan oleh
dan tidak menghendaki Allah dalam surat al-Baqarah
kesukaran bagimu. dan ayat 184, dan boleh baginya
hendaklah kamu melakukan shalat qasar
mencukupkan sebagaimana difirmankan oleh
bilangannya dan Allah SWT dalam surat an-
hendaklah kamu Nisa ayat 101. Keringanan-
mengagungkan Allah keringanan seperti ini termasuk
atas petunjuk-Nya yang ke dalam kategori kebutuhan
diberikan kepadamu, al-hajiyyah.12
supaya kamu
bersyukur. c) At-Tahsiniyyah
Kebutuhan at-tahsiniyyah ialah
tingkat kebutuhan yang apabila
Misalnya dalam perjalanan tidak terpenuhi tidak
(musafir) seorang mukalaf mengancam eksistensi salah
sanggup untuk melaksanakan satu dari lima pokok di atas dan
puasa dan sanggup pula tidak pula menimbulkan
melaksanakan salat tanpa kesulitan. Tingkat kebutuhan
dijamak atau diringkas. Akan ini berupa kebutuhan
tetapi, apabila ia shalat dan
12
puasa sebagaimana yang Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
dilakukan orang-orang yang 1996), h. 1110
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah

pelengkap, seperti manusia dituntut untuk bersuci


dikemukakan al-Syatibi, hal-hal dan menjauhi najis dan yang
yang merupakan kepatutan kotor-kotor. Dalam memelihara
menurut adat istiadat, diri dan jiwa manusia terikat
menghindarkan hal-hal yang dengan sopan santun, makan
tidak enak dipandang mata, dan atau minum jangan berlebihan;
berhias dengan keindahan yang dalam memelihara keturunan
sesuai dengan tuntutan norma terikat dengan tata cara
akhlak. 13 pergaulan rumah tangga: dalam
memelihara akal dilarang
Kebutuhan at-tahsiniyyah berbagai perbuatan yang dapat
dimaksudkan untuk mengganggu akal; dalam
mewujudkan dan memelihara memelihara harta ditetapkan
hal-hal yang menunjang berbagai batasan dan sopan
peningkatan kualitas ke lima santun dalam mendapatkan dan
pokok kebutuhan mendasar memanfaatkan harta.14
manusia di atas dan
menyangkut hal-hal yang Contoh lain dalam bidang
terkait dengan makarim al- muamalat Islam melarang
akhlak (akhlak mulia). Tidak boros, kikir, menaikkan harga,
terwujud dan terpeliharanya monopoli dan lain-lain. Dalam
kebutuhan at-tahsiniyyah ini bidang uqubat Islam
tidaklah membawa mengharamkan membunuh
terancamnya eksistensi agama, anak-anak dalam peperangan
jiwa, akal, keturunan dan harta, dan kaum wanita, melarang
serta tidak pula membawa muslah (menyiksa mayit dalam
kesulitan kepada kelima pokok peperangan).15
tersebut, melainkan dapat
menyalahi kepatutan dan Tujuan syariat seperti tersebut
menurunkan martabat pribadi tadi bisa disimak dalam
dan masyarakat. Dalam
masalah agama, misalnya 14
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1110
13
Satria Effendi, 2009, Ushul Fiqh,
15
Jakarta: Kencana, h. 236 Satria Effendi, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta:
Kencana, h. 236
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015

beberapa ayat, misalnya ayat 6 dalam al-dharuriyat, alhajjiyat, al-


surat al-Maidah: tahsiniyyat maka dapat disimpulkan
bahwa:

3. Penerapan Kebutuhan ad-


daruriyyah adalah kebutuhan yang

mendasar yang menyangkut dalam
Artinya: Tetapi Dia (Allah)
mewujudkan dan melindungi
hendak
eksistensi kelima pokok yaitu
membersihkan kamu
agama, jiwa, akal, keturunan dan
dan
harta. Apabila kemaslahatan ini
menyempurnakan
hilang, maka kehidupan manusia
nikmat-Nya bagimu
bisa hancur, tidak selamat, baik di
supaya kamu
dunia maupun di akhirat
bersyukur (al-
4. Kebutuhan al-Hajiyyah adalah
Maidah: 6)
dalam rangka perwujudan dan
perlindungan yang diperlukan
Mewujudkan dan
dalam melestarikan kelima pokok
memelihara ketiga kategori
tersebut di atas, tetapi kadar
kebutuhan tersebut di atas, dengan
kebutuhannya berada di bawah
baik, akan membawa kepada
kadar kebutuhan ad-daruriyyah.
kesempurnaan dari ibadah yang
Tidak terpeliharanya kebutuhan al-
dilakukan seseorang. Karena antara
hajiyyah tidak akan membawa
satu kebutuhan dengan kebutuhan
terancamnya eksistensi lima pokok
lainnya ada porsi atau ukuran yang
tersebut, tetapi membawa kepada
telah ditetapkan syariat, sehingga
kesempitan dan kepicikan, baik
dalam pelaksanaannya tidak ada
dalam usaha mewujudkan maupun
yang diberatkan maupun
dalam pelaksanaannya. Sedangkan
diringankan, dan tujuan akhir dari
dalam ajaran Islam kesempitan dan
segala tindakan manusia adalah
kepicikan itu perlu disingkirkan
untuk mencapai kebahagiaan di
5. Kebutuhan at-Tahsiniyyah ialah
dunia dan akhirat.
tingkat kebutuhan yang apabila
tidak terpenuhi tidak mengancam
Penutup
eksistensi salah satu dari lima
Dari uraian stratifikasi al-
pokok di atas dan tidak pula
maqasid al-khamsah dan penerapannya
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah

menimbulkan kesulitan. Tingkat


Al-Qardhawy, Yusuf, 199, Pengantar
kebutuhan ini berupa kebutuhan
kajian Islam; Studi Analistik
pelengkap saja. Komprehensif tentang Pilar-pilar
Subtansi, Karakteristik, Tujuan
dan Sumber Acuan Islam,
Referensi
Jakarta: Pustaka al-Kausar
Dahlan, Abdul Aziz (ed), 1996,
Syarifuddin, Amir, 2009, Ushul Fiqh II,
Ensiklopedi Hukum Islam,
Jakarta: Kencana
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
Al-Syathiby, Abu Ishak, 1979, al-
Effendi, Satria, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta:
Muwafaqat fi Ushul fi al-Syariat,
Kencana
Beirut: Dar al-Marifah
Al-Ghazaly, 1983, al-Mustashfa fi Ilm al-
Ushul I, Beirut: Dar al-Kitab al-
Ilmiyah

Anda mungkin juga menyukai