Anda di halaman 1dari 14

A.

Indikator mutu pelayanan kebidanan


Indikator adalah sebuh ukuran, sedangkan mutu mempunyai arti ialah
melakukan hal yang yang benar sejak pertama kali dan melakukannya lebih baik lagi
pada saat berikutnya.
Indikator mutu pelayanan kebidanan ialah sebuah ukura untuk melakukan hal
yang benr dan lebih baik lagi dalam pelayanan kebidanan.

1. Disiplin dalam SPK (SPK)

A. Definisi

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau


nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi
bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI,
2001: 53). Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan

Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:

Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan melindungi masyarakat sebagai pelaksanaan,
pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan,untuk menentukan kompetisi yang
diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari.
Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2) format Standar Pelayanan Kebidanan.

Dalam membahas tiap standar pelayanan kebidanan digunakan format bahasan sebagai
berikut:

Tujuan merupakan tujuan standar pernyataan standar berisi pernyataan tentang


pelayanan kebidanan yang dilakukan, dengan penjelasan tingkat kompetensi yang
diharapkan.
Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam bentuk
yang dapat diatur.
Prasyarat yang diperlukan (misalnya, alat, obat, ketrampilan) agar pelaksana
pelayanan dapat menerapkan standar.
Proses yang berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar
(Depkes RI, 2001:2).

Dasar hukum penerapan SPK adalah:

Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992 kewajiban tenaga


kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, menghormati hak
pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien, memberikan informasi
dan meminta persetujuan (Informed consent), dan membuat serta memelihara rekam
medik.
Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan
oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik.
Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan tugasnya
sesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta mendapat penghargaan. Pertemuan
Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia tenggara
tahun 1995 tentang SPK, pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan
kebidanan yang diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan
agar memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif.
Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO mengembangkan Standar Pelayanan
Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia,
khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat
masyarakat. Standar ini diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan. Pertemuan
Program tingkat propinsi DIY tentang penerapan SPK 1999, bidan sebagai tenaga
profesional merupakan ujung tombak dalam pemeriksaan kehamilan seharusnya
sesuai dengan prosedur standar pelayanan kebidanan yang telah ada yang telah tertulis
dan ditetapkan sesuai dengan kondisi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(Dinkes DIY, 1999).
Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
registrasi dan praktek bidan. Pada BAB I yaitu tentang KETENTUAN UMUM pasal
1 ayat 6 yang berbunyi Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan
sebagai petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik. Pelayanan kebidanan yang
bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kebidanan serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar
pelayanan pofesi yang telah ditetapkan. Standar profesi pada dasarnya merupakan
kesepakatan antar anggota profesi sendiri, sehingga bersifat wajib menjadi pedoman
dalam pelaksanaan setiap kegiatan profesi (Heni dan Asmar, 2005:29)

2. Standar Outcome

Out come adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien.
Petunjuk untuk mengukur mutu asuhan kesehatan. Indikator-indikator mutu yang mengacu
pada aspek pelayanan medis yang meliputi :

a. Angka infeksi nosocomial : 1-2 %

b. Angka kematian kasar (gross death rate) : 3-4 %

c. Kematian pasca bedah : 1-2 %

d. Kematian ibu melahirkan (MDR) : 1-2 %

e. Kematian bayi baru lahir (IDR) : 20/1000

f. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam) : 25 %

g. ADR (Anesthesia Death Rate) : max. 1/5000

h. PODR (Post Operation Death Rate) :1%

i. POIR (Poat Operative Infection Rate) :1%

3. Kepuasan Pelanggan

Ada beberapa model yang dipakai untuk menganalisa jasa yang terkait dengan
kepuasan pelanggan, tergantung dari tujuan analisisnya, jenis lembaga yang menyediakan
jasa dan situasi pasar.

Kepuasan pengguna jasa pelanggan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor :


a. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya. Dalam
hal ini, aspek komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan kesehatan
adalah high personal contact.

b. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Faktor ini akan
berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (complience).

c. Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral
hazzard bagi pasien dan keluarganya. Sikap kurang peduli (ignorance) pasien dan
keluarganya yang penting sembuh menyebabkan mereka menerima saja jenis
perawatan dan teknologi kedokteran yang ditawarkan oleh petugas kesehatan.

d. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan


(tangibility).

e. Jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan (asurance).

f. Ketetapan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini.

g. Keandalan dan ketrampilan (reliability) petugas kesehatan dalam memberikan


perawatan.

h. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien


(responsiveness).

Tujuan utama melakukan analisa kepuasan pasien selaku pengguna jasa pelayanan
kesehatan atau sebagai pelanggan rumah sakit/ puskesmas adalah untuk mengetahui sejauh
mana tingkat kepuasan mereka dan menghitung indeks kepuasan pelanggan yang nantinya
digunakan pihak manajemen rumah sakit untuk :

1. Alat kebijakan pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja rumah sakit/


puskesmas.

2. Alat untuk menyusun strategi pemasaran produk pelayanan

3. Alat untuk memantau, mengendalikan aktivitas sehari-hari staf memberikan


pelayanan kepada pasien.

4. Alat untuk mencapai misi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit/ puskesmas yaitu
memperoleh kepercayaan masyarakat melalui kepuasan pasien dan keluarganya.

Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan :
a. Jumlah keluhan dari pasien/ keluarganya

b. Surat pembaca di koran

c. Surat kaleng

d. Surat masuk di kotak saran

4. Ketetapan

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu
dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Tenaga kesehatan
adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Salah satu jenis tenaga
kesehatan adalah tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan.

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Landasan hukum/ kebijakan umum ini disusun berdasarkan :

1. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan

2. UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

3. UU No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah

4. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

5. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan


Kewenangan Propinsi sebagai daerah Otonomi

6. Keputusan presiden No.136 tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi


Sususnan Organisasi dan Tata Kerja Departemen.

7. Instruksi Presiden No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 130/Menkes/SK/I/2000 tentang Prosedur
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan

9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.572 tahun 1996 tentang Registrasi dan praktek
Bidan yang kemudian diganti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.900/Menkes/SK/VII/2002

10. Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010

Dalam rangka desentralisai, Depkes melakukan peningkatan sumber daya manusia di


daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelaksanaan kewenangan wajib dan standar
pelayanan minimum (KW-SPM) di bidang kesehatan di kabupaten/kota. Oleh karena itu
untuk menjaga agar daerah tidak mengabaikan pelayanan dasar kepada masyarakat, maka
pemerintah mewajibkan pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan suatu
kewenangan wajib yang wajib dijalankan oleh pemerintah daerah untuk menjamin hak-hak
konstitusional perorangan maupun masyarakat.

Berkaitan dengan itu menkes mengeluarkan SPM di bidang kesehatan di


kabupaten/kota melalui Kepmenkes No : 1457/X/2003 yang pada pasal 2 disebutkan bahwa
kabupaten/kota menyelenggarakan SPM meliputi :

1) Pelayanan kesehatan ibu dan bayi

2) Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah

3) Pelayanan KB

4) Pelayanan imunisasi

5) Pelayanan pengobatan /perawatan

6) Pemantauan pertumbuhan balita

7) Pelayanan gizi

8) Pelayanan obstetri dan neonatal emergency dasar dan komprehensif

9) Pelayanan gawat darurat

10) Penyuluhan perilaku kesehatan


11) Pelayanan pembiayaan obat dan pembekalan farmasi

12) Pelayanan pengunaan obat genetik

5. Efisiensi dan Efektifitas

Efisiensi adalah Pelayanan yang diberikan dilakukan secara efisien. Sumberdaya


kesehatan itu sangat terbatas, oleh sebab itu dimensi efisiensi ini sangat penting dalam
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang efisien akan dapat melayani banyak pasien.

Pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar pelayanan kesehatan umumnya


biayanya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama dan menimbulkan
resiko lebih besar kepada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektifitas kita
akan dapat memilih intervensi yang paling efisien.

Efektifitas adalah Pelayanan yang diberikan dengan cara yang benar berdasarkan ilmu
pengetahuan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Pelayanan kesehatan itu harus efektif,
artinya harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya
penyakit serta berkembangnya dan atau meluasnya penyakit yang ada.

Efektifitas pelayanan kesehatan ini tergantung dari bagaimana standar pelayanan


kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat.
Umumnya standar pelayanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi,
namun, pada tingkat pelaksanaan standar pelayanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat
digunakan sesuai kondisi setempat.

Efektifitas sangat terikat dengan kompetensi tehnik, terutama dalam pemilihan


alternatif dalam menghadapi relatif risk serta ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang
terdapat dalam standar pelayanan kesehatan.

Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit :

a. Unit cost untuk rawat jalan

b. Jumlah penderita yang mengalami decubitus

c. Jumlah penderita yang jauh dari tempat tidur

d. BOR : 70-85%
e. BTO (Bed Turn Over) : 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/ tahun

f. TOI (Turn Over Interval) : 1-3 hari Tempat Tidur yang kosong

g. ALOS (Avanage Leght Of Stay) : 7-10 hari

h. Normal Tissue Removal Rate : 10 %

Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien :

a. Pasien terjatuh dari tempat tidur

b. Pasien diberi obat salah

c. Tak ada obat/alat emergency

d. Tak ada oksigen

e. Tak ada alat penyedot lendir

f. Tak tersedia alat pemadam kebakaran

g. Pemakaian obat

h. Pemakaian air, listrik, gas dan sebagainya

6. Meningkatkan Kinerja Bidan

Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat


memuaskan setiap pemakaian jasa pelayanan kebidanan yang sesuai tingkat kepuasan rata-
rata penduduk, seta yang penyelenggaranya sesuai dengan kode etik dan standar profesi yang
telah ditetapkan. Salah satu implementasi dan pencapaian pelayanan kebidanan yang bermutu
adalah dengan cara meningkatkan kinerja bidan, langkah-langkah dengan urutan sebagai
berikut :

a. Memahami tujuan yang ingin dicapai, yaitu memahami tujuan dari kegiatan yang
akan dilakukan, uraikan tujuan tersebut sehingga jelas tolok ukurnya.

b. Memahami kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan dimaksud disini adalah dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, uraikan kegiatan tersebut sehingga
jelas kegiatan pokok (Mollar activities) dan kegiatan bukan pokok (Molululair
activities) mengelompokkan kegiatan yang akan dilakukan. Pengelompokan ini perlu
dilakukan, karena kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam rencana kerja sering tidak
jelas kaitannya satu dengan yang lain.

c. Menetapkan hirarki kelompok kegiatan yang akan dilakukan, yaitu menetapkan


hirarki manajerial. Untuk setiap kelompok kegiatan hirarki manajerial ini lazimnya
dibedakan atas 3 tingkat yaitu top manajemen, middle manajemen dan lower
manajemen. Perbedaan dari masing-masing tingkat terletak pada keterampilan yang
dibutuhkan. Jika keterampilan manajerial (manajerial skill) yang telah dibutuhkan
hirarki kegiatan termasuk dalam top manajemen, tetapi jika ketrampilan
teknis(technical skill) yang lebih dibutuhkan termasuk dalam lower manajemen.

d. Membentuk kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan (positioon classification)


untuk ini secara bertahap dilakukan beberapa kegiatan :

Analisis tugas (job analysis)

Tujuannya untuk memperjelas tugas setiap kelompok dengan menyusun berbagai tugas
tersebut menurut kelompok dan urutannya

1. Uraian tugas (job discription)

2. Selanjutnya dengan melakukan uraian tugas, yang bertujuan untuk lebih


menjelaskan tugas-tugas yang telah disusun. Jadi pada uraian tugas ini setiap
tugas telah dilengkapi dengan berbagai keterangan yang dibutuhkan.

3. Penilaian tugas (job evaluation)

4. Bertujuan mengkaji ulang setiap tugas yang telah diperinci tersebut apakah
ada yang berlebihan dan ataupun yang masih kurang. Lakukan
penyempurnaan seperlunya, apabila tugas-tugas tersebut telah jelas, ubahlah
ke dalam bentuk jabatan.

e. Melakukan pengelompokan jabatan

Jabatan yang dihasilkan darii pekerjaan klasifikasi dapat terlalu berlebih dan beraneka
ragam. Untuk itu sebagai langkah berikutnya dilakukan pengelompokan jabatan
(position grouping)

f. Mengubah kelompok jabatan ke dalam bentuk satuan organisasi.


Cara membentuk satuan organisasi banyak macamnya, beberapa yang penting
diantaranya:

1. Atas dasar kesamaan fungsi dari jabatannya

2. Atas dasar kesamaan proses atau cara kerja dan jabatan, misalnya pembentukan
satuan organisasi berdasarkan kesamaan proses atau cara kerja ialah bagian
pencegahan penyakit, perawatan penderita, rehabilitasi dan sebagainya yang
seperti ini.

3. Atas dasar kesamaan hasil(produksi) dari jabatan. Satuan organisasi dapat pula
dibentuk berdasarkan kesamaan hasil. Misalnya bagian produksi obat, bagian
bahan makanan, bagian produksi bahan publikasi dan sebagainya yang seperti ini.

4. Atas dasar kesamaan kelompok masyarakat yang memanfaatkannya. Misalnya


pembentukan satuan organisasi berdasarkan kesamaan kelompok masyarakat yang
dimanfaatkan hasil ialah bagian KIA, bagian KB dan sebagainya yang seperti ini.

5. Atas kesamaan lokasi jabatan. Satuan organisasi dapat pula dibentuk atas dasar
kesamaan lokasi dimana kegiatan tersebut dilakukan. Misalnya kelompok bagian
pelayanan di dalam gedung, diluar gedung, di desa di kota dan sebagainya yang
seperti ini.

Kombinasi dari berbagai cara di atas.

g. Membentuk struktur organisasi

Pada waktu membentuk struktur organisasi, perhatikanlah hirarkinya, pembagian tugas


dan wewenang masing-masing serta kemampuan pengawasan yang dimiliki (span of control)

h. Melakukan penilaian berkala untuk penyempurnaan

Penilaian secara berkala untuk penyempurnaan ini harus dilakukan oleh masyarakat
sendiri. Peranan penilaian berkal amat penting, karena memang salah satu ciri dari
pengorganisasian harus dapat mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi. Tidak hanya
yang berlangsung dilingkungan tetapi dalam organisasi sendiri.

Untuk meningkatkan kinerja bidan di masyarakat, maka seorang bidan harus


berperilaku profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu :

1. Berpegang teguh pada filosofi, etiks profesi dan aspek legal


2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang
dibuatnya

3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir

4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan strategi


pengendalian infeksi

5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan


kebidanan

6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan, kehamilan,


kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.

7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan waita/ibu agar mereka


dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan

8. Bekerjasama dengan petugas kesehtan lain untuk meningkatkan pelayanan


kesehatan pada ibu dan keluarga

9. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan

Upaya pengembangan dapat dilaksanakan meliputi :

1. Perluasan jangkauan

2. Peningkatan pelayanan

3. Peningkatan rujukan

4. Peningkatan management organisasi

5. Peningkatan peran serta masyarakat

Pola pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan struktural

1. Pada saat ini pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan
jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara
formal maupun non formal

2. Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti, bidan
koordinator, dan bidan penyelia.
Sedangkan karir bidan dalam jabatan struktur tergantunng di mana bidan bertugas,
apakah di rumah sakit, puskesmas, bidan di desa/ di swasta (sofyan, mustika 2004)

Secara singkat indikator dapat juga di artikan sebagai variabel yang dapat mengukur
perubahan. Agar tujuan indikator itu dapat di capai maka yang menjadi parameter pemilihan
suatu indikator ialah : waktu, biaya, dan kinerja

Syarat-syarat indikator :

a. Absah atau sahih

Absah masudnya indokator hanya akan mengukur yang seharusnya akan di ukur

b. Dapat dipercaya atau handal

Hasil pengukuran indikator harus selalu sama, jika diukuroleh siapapun, kapan
saja dan dalamlingkungan yang berbeda sekalipun

c. Relevan

d. Maksudnya indikator harus relevan terhadap kebutuhan dan terkait dengan


masalah yang akan dipecahkan

e. Realistis

Indikator harus dapat digunakan dengan mudah dan praktis. Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara sederhana mungkin dan cocok dengan pengumpulan
data rutin yang telah ada, tidak memerlukan banyak waktu, tenagag dan biaya.
Informasi yang diperlukan dapat menjangkau data yang tersedia. Sumbernya yang
diperlukan untuk pengumpulan data harus mamapu disediakan oleh organisasi
pelayanan kesehatan.

f. Dapat diukur dan diamati

Hasil indikator harus dapat dilihat dan diketahui atau dinyatakan dengan bilangan.
Indikator dapat dinyatakan dalam bentuk : bilangan atau frekuensi, rata-rata
hitung atau prosentase kejadian

g. Disetujui oleh petugas kesehatan

Indikator harus diketahui dan disetujui oleh semua petugas kesehatan yang
kinerjana akan diukur
h. Jelas

Artina indikator harus jelas dan mempunyai sasaran waktu yang yang ditentukan

i. Digunakan terus menerus

Indikator harus digunakan dalam penilaian secara berkesinambungan atau terus


menerus

j. Mudah digunakan

Indikator harus efektif dan dengan mudah dapat digunakan dalam mengukur baik
keberhasilan, kegagalan, kekuatan ataupun melemahkan.

Sedangkan indikator pelayanan kesehtan termasuk didalamnya pelayan kebidanan


adalah empat tahap dalam pemyusunan indikator yang dianjurkan oleh Joint Commission
For Accreditation Of Health Care Organization (JCAHCO).

a. Tahap 1

Membentuk kelompok kerja

b. Tahap 2

Pelaksanaan uji coba indikator, untuk melihat tentang : ketersediaan kerja dan
keakuratan kerja.

c. Tahap 3

Uji coba indikator dalam skala yang lebih besar dan pada tahap ini diharapkan
nereka yang terkait dalam ujicoba memberi laporan pengelaman ujicoba dan
laporan ini harus dipelajari dengan seksama oleh kelompok kerja.

d. Tahap 4

Tahap indikataor ini benar-benar telah siap untuk digunakan dan perintah menganai
penerapan indikator ini akan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Jenis-jenis indikator :
Indikator dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara dan disini akan dibahas 2 macam
indikator yaitu indikator yang berhubunan dengan pemantauan jaminan mutu pelayanan
kesehatan dan indikator yang berhubungan dengan pemantaun penatalaksanakan pasien atau
pengukuran luaran atau outcome pelayanan kesehatan.

Indikator yang terkait dengan kerangka pikir jaminan mutu pelayanan

1. Indikator struktur

2. Indikator proses

3. Indikator luaran atau outcome

Indikator pengukuran mutu pelayanan kesehatan primer. Meliputi indikator


kebijaksanaan ksehatan dan indikator penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer yaitu :

Indikator kebijaksanaan kesehtan :

1. Komitmen politik terhadap health for all by year 2000

2. Indikator distribusi sumberdaya

3. Indikator distribusi pemerataan pelayanan kesehatan

4. Indikator peran serta serta masyarakat

5. Indikator pendidikan tenaga kesehatan

6. Indikator managemen dan organisasi

Indikator penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer :

1. Indikator ketersediaan

2. Indikator akses

3. Indikator pemanfaatan

Anda mungkin juga menyukai