Anda di halaman 1dari 12

Strategi Penatalaksanaan

Laboratorium pada Gagal


Ginjal Kronis

By Dian Sukma Hanggara in Kimia Klinik January 3, 2012


Gagal ginjal kronis (GGK) adalah penurunan semua fungsi ginjal secara
bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan laboratorium sangat penting
perannya dalam penatalaksanaan GGK. Tujuannya yaitu memantapkan
diagnosis GGK dan menentukan derajat, membedakan proses akut vs kronis,
dan identifikasi penyebab.

Untuk memantapkan diagnosis GGK dan menentukan derajatnya, maka perlu


pemeriksaan GFR (Glomerular Filtration Rate). Standar baku emas dari
pemeriksaan GFR adalah dengan memeriksa kreatinin urin dalam 24 jam.
Namun banyak hambatan dalam pengerjaannya karena harus mengumpulkan
urin dalam 24 jam penuh. Sehingga digunakan pemeriksaan kliren kreatinin
menggunakan ureum dan kreatinin serum. Pemeriksaan klirens kreatinin ini
hampir mendekati nilai GFR. Dalam hal ini dapat digunakan
rumus Cockcroft-Gault.
Rumus Cockroft-Gault (Fauci et al,
2009)

Klasifikasi GGK (Fauci et al, 2009)

Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk memastikan adanya kerusakan


target organ adalah urin rutin untuk melihat albuminuria, elektrolit untuk
melihat adanya hipokalsemia, dan darah rutin untuk anemianya.

Membedakan proses akut vs kronis

Darah lengkap : pada GGK biasanya terjadi anemia sedang normositik


normokromik, sedangkan pada GGA tidak ada anemia.
Urin lengkap : pada GGK terjadi albuminuria berat, sedangkan GGA
albuminuria sedang dan ditemukan adanya silinder epitel tubulus.
Analisa Gas Darah : pada GGK terjadi asidosis metabolik terkompensasi
karena prosesnya telah lama, sedangkan pada GGA tidak mampu
melakukan kompensasi.
Elektrolit : pada GGK telah terjadi kerusakan target organ sehingga terjadi
hipokalsemia, sedangkan pada GGA tidak terjadi hipokalsemia.

Penyebab dibagi menjadi prerenal, renal, dan post renal.

Renal : albuminuria > 2+, atau 1+ pada pasien DM dan hipertensi, untuk
memastikan perlu pemeriksaan GDP/GD 2 jamPP, dan funduskopi.
Post renal : hematuria sedang-berat yang disebabkan karena batu atau
tumor, untuk itu perlu dilakukan USG abdomen. Kultur urin dilakukan
apabila ada kecurigaan infeksi.
Prerenal : sangat jarang, apabila pemeriksaan tidak mengarah penyebab
renal maupun post renal kemungkinan disebabkan karena prerenal.

Semoga bermanfaat

Sumber: Harrisons Principle of Internal Medicine dan Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam

Pemeriksaan CPK dan CKMB


pada Serangan Jantung

By Dian Sukma Hanggara in Kimia Klinik December 31, 2011


Serangan jantung tentunya adalah momok yang
menakutkan bagi semua orang. Tidak heran, karena di berbagai negara,
penyakit ini adalah penyebab kematian nomer satu. Terdapat beberapa
pemeriksaan laboratorium sebagai alat diagnosis serangan jantung, antara lain
CPK, CKMB, troponin I dan T, dan myoglobin. Pada tulisan kali ini saya
akan mencoba membahas tentang pemeriksaan CPK dan CKMB, sedangkan
untuk troponin akan saya posting di lain hari.

CPK atau creatine phosphokinase (atau kadang hanya disebut sebagai CK


atau creatine kinase) adalah ensim yang dapat ditemukan pada berbagai sel,
terutama pada sel otot. Dilihat dari tipenya, ensim ini terdapat pada otot
rangka (CK-MM), otot jantung (CK-MB), otak dan usus (CK-BB), dan
mitokondria (CK-mt). Apabila terjadi kerusakan pada sel-sel ini, maka ensim
CPK akan bocor keluar. Pada saat terjadinya serangan jantung, CPK akan
meningkat dalam 4-8 jam, mencapai puncak dalam 18 jam, dan kembali
normal dalam 48-72 jam. Pemeriksaan CPK kurang spesifik pada jantung,
karena juga meningkat pada penyakit otot rangka, trauma, dan infark serebri.

Sedangkan CKMB, isoensim dari CPK, memiliki tingkat spesifisitas yang


lebih tinggi dari CPK. CKMB akan meningkat dalam 3-6 jam setelah terjadi
serangan jantung, mencapai puncak dalam 12-24 jam, dan kembali normal
dalam 48-72 jam. Selain karena serangan jantung, CKMB juga meningkat
pada miokarditis, gagal jantung, dan trauma pada otot jantung.

Yang terpenting adalah mengetahui kapan kedua ensim ini akan meningkat,
kapan puncaknya, dan kapan akan kembali normal, sehingga pemeriksaan
yang dilakukan memiliki nilai diagnostik dan tidak sia-sia dilakukan.
Contohnya, akan percuma jika dilakukan pemeriksaan CKMB pada hari
keempat setelah serangan.

Nilai normal:

CPK:

1. Wanita : 40150 U/L


2. Pria : 38174 U/L

CPK-MB : <3% dari CPK

Semoga bermanfaat

Pemeriksaan SGOT dan


SGPT

By Dian Sukma Hanggara in Kimia Klinik December 29, 2011


SGOT (serum glutamic-oxaloacetic transaminase) atau disebut juga AST
(aspartate transferase) dapat ditemukan di jantung, hati, otot rangka, otak,
ginjal, dan sel darah merah. Peningkatan SGOT dapat meningkat pada
penyakit hati, infark miokard, pankreatitis akut, anemia hemolitik, penyakit
ginjal akut, penyakit otot, dan cedera.

Sedangkan SGPT (serum glutamic-


pyruvic transaminase) atau disebut juga dengan ALT (alanine
transferase) terutama ditemukan di hati, dan sedikit di ginjal, jantung, dan
otot rangka. Penyakit pada jaringan hati menyebabkan ensim ini keluar ke
dalam darah, sehinga kadarnya meningkat. Jadi SGPT lebih sensitif dan
spesifik pada jaringan hati daripada SGOT. Secara umum, peningkatan SGPT
disebabkan oleh penyakit hati. Pada penyakit hati selain dari virus, rasio
SGPT/SGOT (DeRitis ratio) <1, sedangkan hepatitis virus rasio
SGPT/SGOT >1.

Kedua ensim tersebut bisa meningkat tanpa adanya penyakit yang mendasari,
seperti latihan atau olahraga yang berlebihan, sebelumnya dilakukan suntikan
intramuskuler, dan pemberian obat-obatan.

Kadar normal SGOT: 4-35 unit/L; SGPT: 4-36 unit/L (bervariasi tergantung
laboratorium yang memeriksa)

Sumber: Diagnostic and Laboratory Test Reference, 2009


HbA1c, Tahu Kepatuhan
Pengobatan DM

By Dian Sukma Hanggara in Kimia Klinik June 27, 2010


Kadang dokter meminta pasien penderita diabet untuk memeriksakan kadar

HbA1c. Tapi apakah semua tahu manfaat pemeriksaan tersebut?


Kebanyakan mungkin hanya mengetahui pemeriksaan gula darah puasa dan
gula darah setelah makan.

HbA1c atau glycosylated hemoglobin adalah suatu bentuk hemoglobin yang


menunjukkan konsentrasi glukosa plasma pada periode waktu yang lama.
Pasien dengan diabet yang tidak terkontrol, kadar HbA1c lebih tinggi
dibandingkan dengan orang sehat dan pasien diabet dengan gula darah
terkontrol. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan konsentrasi glukosa darah
dari 1-3 bulan sebelum tes.

Estimasi kadar glukosa darah dari HbA1c


Dilihat dari gambar di atas, jadi kadar normal dari HbA1c harus
dipertahankan di bawah 6,5%

Jadi gak perlu tes gula darah dong? cukup HbA1c saja? Tidak, pemeriksaan
gula darah tetap perlu. Pemeriksaan HbA1c bermanfaat untuk pengendalian
gula darah jangka panjang, dengan menilai efektivitas terapi dan kepatuhan
penderita selama pengobatan. Sedangkan pemeriksaan gula darah diperlkan
terutama untuk melihat adanya perubahan kadar glukosa darah secara
mendadak. Jadi pemeriksaan ini saling melengkapi.

Pasien diabetes sebaiknya memeriksakan kadar HbA1c setiap 3 bulan. Pada


penderita dengan diabetes yang terkendali, direkomendasikan untuk
melakukan pemeriksaan ini setiap 6 bulan.

Semoga bermanfaat

Persiapan Pemeriksaan Gula


Darah
By Dian Sukma Hanggara in Kimia Klinik December 23, 2009
Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)

Tidak memerlukan persiapan. Namanya juga sewaktu-


waktu..hehehe..tujuannya untuk deteksi awal pasien yang diduga menderita
DM sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Di tempat praktek dokter
biasanya sudah tersedia alat yang ringkas untuk mendeteksi yang biasa
disebut GD stick. Tinggal diambil sedikit darah dari ujung jari menggunakan
jarum, stick dimasukkan alat, darah ditotolkan ke stick, dan hasilnya keluar.
Nilai normal = < 140 mg/dl

Pemeriksaan gula darah puasa (GDP)

Persiapannya adalah dengan puasa semalaman sekitar 10-12 jam. Pagi


sebelum makan pagi Anda berangkat ke laboratorium klinik untuk diambil
darahnya guna diperiksa kadar gula darah puasa. Nilai normal = 70 110
mg/dl

Pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial


Pemeriksaan ini dilakukan setelah pemeriksaan gula darah puasa. Anda
diminta menghabiskan 75 gram glukosa yang dilarutkan ke 200 mL air dalam
5 menit. Selanjutnya Anda istirahat tanpa melakukan aktivitas berlebihan
selama 2 jam kemudian diperiksa. Nilai normalnya adalah <140 mg/dl

Jangan lupa bila setiap dokter pribadi Anda meminta untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium, tanyakan dulu apa saja yang perlu dipersiapkan
agak Anda tidak bolak-balik pergi ke laboratorium hanya untuk mendapatkan
inormasi. Lebih baik datang udah siap tempur, langsung dicek langsung
pulang, waktu gak habis di jalan,hehehe..

Semoga membantu..

Diagnosa Diabetes Mellitus

By Dian Sukma Hanggara in Penyakit December 23, 2009


Kriteria diagnosa Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah sbb :
1. Gejala (+) & Glukosa Darah Sewaktu (GDS) > 200 mg% (11.1 mmol/L)

atau

2. Glukosa Darah Puasa (GDP) 126 mg% (7.0 mmol/L)

atau

3. Glukosa Darah 2 jam Post Prandial 200 mg/dl during OGTT

Gejala (+) diantaranya :

1. Berhubungan dengan osmotic dieresis

Polyuria (banyak kencing)

Haus dan Polydipsia (banyak minum)

Penglihatan kabur

Dehidrasi

2. Berhubungan dengan kurangnya insulin

Hiperglikemia dengan glukosuria (terdapat glukosa pada urine) yang


massive

Kelelahan ekstrim

Penurunan berat badan

Ketosis, ketoasidosis
3. Berhubungan dengan penurunan imunitas

Infeksi kulit

Gatal-gatal pada daerah kemaluan

4. Berhubungan dengan penurunan kalori

Meningkatnya nafsu makan

Penurunan berat badan

Untuk mudahnya, bila Anda telah merasakan tiga gejala berikut, lebih baik
segera periksakan diri Anda.

1. Polyuria (banyak kencing); terutama pada malam hari sehingga


menyebabkan Anda terbangun dari tidur
2. Polydipsia (banyak minum); Anda terasa lebih haus dari biasanya
3. Berat badan menurun.

Di artikel selanjutnya akan coba saya bahas tentang tata cara dan persiapan
pemeriksaan kadar glukosa darah.

Anda mungkin juga menyukai