Anda di halaman 1dari 8

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

Viradin Yogiesti, Setiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno


Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Telp. (0341) 567886
e-mail: viradinyogiesti_pwk@yahoo.com

ABSTRAK

Sampah merupakan konsekuensi dari semua aktifitas yang dilakukan manusia. Apabila tidak terdapat
kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah, sampah dapat menimbulkan permasalahan lingkungan.
Masalah pengelolaan sampah juga terjadi di Kota Kediri. Timbunan sampah yang selalu bertambah tiap
tahunnya, menyebabkan banyak permasalahan terjadi di Tempat Pembuangan Akhir. Pengolahan sampah sudah
dilakukan pemerintah setempat sejak tahun 2008 . Usaha tersebut dengan membangun unit komposter dengan
partisipasi masyarakat. Namun pada aplikasinya masyarakat tidak terlibat secara langsung karena mereka
beranggapan pengelolaan persampahan ini adalah tanggung jawab pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kinerja operasional pengelolaan sampah pada unit komposter di Kota Kediri dengan
menggunakan analisa kinerja unit komposter baik oprasional ataupun non-operasional, analisis tingkat
partisipasi masyarakat dan analisis multidimensional scaling (MDS) . Berdasarkan hasil analisis
multidimensional scaling (MDS) menghasilkan jenis pengolahan sampah yaitu komposting dan daur ulang
kertas. Setelah proses analisis menghasilkan arahan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat Kota
Kediri sesuai dengan jenis pengolahan sampah yang dipilih masyarakat yaitu komposing dan daur ulang kertas.

Kata kunci: pengelolaan sampah, partisipasi masyarakat, pengelolaan sampah terpadu

ABSTRACT

Waste is the consequence from all human activities. If the capacity of community in treating the wastes
management does not develop,it can pose environmental problems. The problem about waste management also
happened in Kediri. The increase every year it, causes many problems happens in landfills. Waste treatment
efforts has been done by local government since 2008. They had build three composting units with community
participation. In fact, the community didnt involved in the waste managements because they assume this waste
managements is the local governments responbility. This research aims to identify the operational performance
of waste management by evaluating oprasional and non-operasional performance of composting units,
community participation level analysis and multidimensional scaling analysis (MDS). The result
multidimensional scaling analysis, recommended two kind of waste treatment, composting and recycling the
paper. The result of this research is the recommendation about community based waste management system in
Kediri, accordance with the recommendations of waste treatmentprocessing, composting and recycling the
paper.

Keywords: waste management, community participation, community based waste management


Kediri, dimana program 3R yang diterapkan tidak
PENDAHULUAN melibatkan masyarakan secara langsung sehingga
Kota Kediri adalah salah satu kota adipura tidak ada kesadaran masyarakat untuk
pada tahun 2009, namun Kota Kediri masih mengurangi produksi sampah.Oleh karena itu
menghadapi masalah persampahan. Sejak akhir dilakukan penelitian mengenai pengelolaan
tahun 2003 sampai tahun 2009 persoalan sampah sampah terpadu berbasis masyarakat Kota Kediri.
yang sesemakin bertambah dalam jangka waktu 5 Penelitian ini bertujuan untuk
tahun terakhir TPA sudah tidak mampu mengidentifikasi kinerja operasional pengelolaan
menampung tumpukan sampah bahkan pada sampah pada unit komposter di Kota Kediri
sampai tahun 2007 diperkirakan umur TPA merumiskan Pengelolaan Sampah Terpadu
tinggal 6 bulan. Untuk meningkatkan efektifitas berbasis masyarakat di Kota Kediri.Sistem
pengelilaan sampah maka DTRKP menggalakkan pengelolaan sampah terpadu dapat dilakukan
program reduce, reuse dan recycle (3R) dengan dengan keterlibatan langsung masyarakat baik
membangun 3 unit komposter yang dalam merencanakan atupun dalam pelaksanaan.
memanfaatkan sampah organik menjadi kompos. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan
Pengelolaan unit komposter tersebut belum sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan
mampu mengatasi masalah persampahan Kota

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010 95


PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

jenis pengolahan sampah yang sesuai untuk B. Kinerja Operasional Pengelolaan


masyarakat Kota Kediri. Sampah Pada Unit Komposter di Kota
Ruang lingkup pembahasan pada penelitian Kediri
ini terdiri dari ruang lingkup materi dan ruang
Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang
lingkup wilayah. Batasan wilayah dari penelitian
pengelolaan sampah di permukiman terdiri dari
ini adalah Unit Komposter Banjaran, Unit
sistem pewadahan, sistem pengumpulan, sistem
Komposter Kaliombo dan Unit Komposter
pemindahan, sistem perangkutan, sistem
Ngronggo. Ruang lingkup materi dalam
pembuangan akhir, dan sistem pengolahan
penelitian ini adalah mengidentifikasi
sampah. Penilaian kinerja operasional
karakteristik sampah dan kinerja operasional
pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan data
pada unit komposter Kota Kediri. Menilai
kuisioner dengan skoring yang menunjukkan
persepsi dan preferensi masyarakat Kota Kediri
kesesuaian kondisi eksisting dengan SNI
terhadap kinerja unit komposter. Menyusun
3242:2008.Berikut adalah hasil analisis skoring:
arahan pengelolaan sampah Terpadu berbasis
masyarakat di Kota Kediri. Tabel 1. Hasil Penilaian Kinerja Operasional
Pengelolaan Sampah di Unit Komposter Kota
METODE PENELITIAN Kediri
Klasifikasi
Lokasi Skor Keterangan
Penilaian
Tahapan penelitian Pengelolaan Sesuai Perlu peningkatan pada :
Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Kota dengan - Cara pewadahan
Kediri meliputi identifikasi kinerja unit standar - Jenis wadah
Kelurahan pengelolaan - Cara pengumpulan
komposter yang sudah. Kemudian analisa 18
Banjaran sampah di - Lokasi pemindahan
kinerja unit komposter baik oprasional permukiman - Frekuensi ke TPA
ataupun non-operasional. Analisis yang - Pola Pembuangan
- Jenis pengolahan
dilakukan untuk mengetahui tingkat Sesuai Perlu peningkatan
partisipasi masyarakat dan analisis dengan pada:
multidimensional scaling (MDS) untuk standar - Cara pewadahan
Kelurahan pengelolaan - Jenis wadah
menentukan jenis pengolahan sampah yang 18
Kaliombo sampah di - Cara pengumpulan
sesuai dengan masyarakat kota Kediri. permukiman - Frekuensi ke TPA
Kemudian arahan pengelolaan sampah - Pola Pembuangan
- Jenis pengolahan
terpadu berbasis masyarakat. Tidak sesuai Perlu peningkatan pada
dengan :
HASIL DAN PEMBAHASAN standar - Cara pewadahan
Kelurahan pengelolaan - Jenis wadah
Kinerja Operasional Pengelolaan Sampah 17
Ngronggo sampah di - Cara pengumpulan
Pada Unit Komposter permukiman - Frekuensi ke TPA
A. Kondisi Eksisting Operasional Sampah - Pola Pembuangan
- Jenis pengolahan
Operasional pengolahan sampah di unit
komposter secara umum terdiri dari sistem C. Kelembagaan
pewadahan, pemindahan, pengolahan di TPS, Sesuai kondisi eksisting pengelolaan
agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar sampah dilaksanakan oleh beberapa pihak yang
berikut: berkaitan langsung dalam operasional
pengelolaan sampah. Baik berupa instansi
pemerintahan maupun masyarakat Kota Kediri.
Keterkaitan antar stakeholder akan digambarkan
dalam diagram venn kelembagaan. Besar
kecilnya peranan masing-masing pihak serta
kedekatan atau keterkaitan antara satu pihak
dengan pihak yang lainnya dapat diketahui
berdasarkan diameter lingkaranserta jarak
antaralingkaran yang satu dengan lingkaran
yang lain dalam diagram venn.

Gambar 1. Pengelolaan Sampah di Unit


Komposter

96 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010


Derived Stimulus Configuration
Viradin Yogiesti, Setiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno

Euclidean distance model

1.5
II Komposting
Daur_ulang_ketas
I
Mendaur_ulang
1.0 Daur_ulang_kaca

0.5

Dimension 2
Daur_ulang_plastik
Mengganti
Mengurangi
0.0 Daur_ulang_logam

-0.5
TPA

-1.0
III Pakan_ternak
IV
Penggunaan_kembaliPLTS

Gambar 2. Diagram Venn Analisis Kelembagaan -1.5

-1 0 1 2
Sistem Pengelolaan Sampah Dimension 1

Dari gambar diatas dapat disimpulkan Gambar 4 Peta Derived


Spasial MDS
Stimulus Dampak Pengolahan
Configuration

bahwa, masyarakat sebagai penghasil sampah Sampah


yang seharusnya memiliki peran utama dalam Euclidean distance model

pengolahan sampah, belum berpartisipasi dalam 1.0 Komposting

pengolahan sampah. Pada gambar tersebut II Mengganti I


Daur_ulang_ketas
Daur_ulang_logam
Mengurangi Daur_ulang_kaca
DTRKP yang menjadi pelaksana pengolahan 0.5
Mendaur_ulang Daur_ulang_plastik

sampah terlihat dari lingkaran yang paling besar

Dimension 2
0.0

dan juga memiliki hubungan dengan, pengumpul,


pemerintah desa dan juga sukarelawan. Untuk -0.5

analisis kelembagaan sesuai SNI 3242:2008 -1.0 Penggunaan_kembali

tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman III


Pakan_ternak
PLTS TPA
IV
belum sesuai karena karena DTRKP selaku -1.5

pemerintah masih bertanggungjawab dapam -2 -1 0


Dimension 1
1 2

Derived Stimulus Configuration


pengelolaan sampah. Gambar 5.Peta Spasial MDS Atribut Lokasi
D. Multidimensional scalling (MDS) Pengolahan Sampah
PengolahanSampahTerpaduBerbasisMa Euclidean distance model

syarakat 2
II I
Analisis multidimensional scalling (MDS)
Mendaur_ulang
bertujuan untuk melakukan penilaian persepsi 1
Pakan_ternak
Mengurangi
masyarakat terkait keterlibatan masyarakat dalam
Dimension 2

Mengganti Komposting

pengeloaan sampah terpadu. Selain itu analisis Daur_ulang_plastik


0 Daur_ulang_ketas
MDS digunakan juga untuk menentukan arahan Daur_ulang_logam Daur_ulang_kaca
pengelolaan sampahyang sesuai dengan TPA

kebutuhan masyarakat dan karakter masyarakat. -1 Penggunaan_kembali

Berikut ini adalah peta spasial dari persepsi PLTS

masyarakat: III IV
-2

-2 -1 0 1 2
II I Dimension 1
Gambar 6. Peta Spasial MDS Atribut Program
Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat
persepsi responden dalam penentuan jenis
pengolahan sampah, dapat diketahui
III IV variabel/obyek yang terletak pada kuadran I
adalah komposting, daur ulang kertas, daur ulang
kaca, mendaur ulang, mengganti, mengurangi,
dan menggunkan kembali. Masing-masing jenis
pengolahan sampah yang berada di kuadran I
Gambar 3. Peta Spasial MDS Atribut Tingkat untuk keempat atribut tersebut kemudian
Partisipatif Masyarakat diranking berdasarkan frekuensi kemunculan
pada setiap atribut. Untuk menilai preferensi
responden terhadap jenis pengolahan sampah
dilakukan perhitungan ranking rata-rata dari tiga
atribut yang digunakan. Berikut adalah hasil
overlay dari persepsi dan preferensi:

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010 97


PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

Tabel 2. Overlay Urutan Persepsi dan Preferensi partisipatif Arstein dan menurut partisipasi
RangkingPersep
Ranking
Tota
masyarakat lokal. Tingkatan partisispatif
Variabel/Obyek Preferen masyarakat Kota Kediri berdasarkan tangga
si l
si
partisipatif Arstein yaitu pada tahap placation.
Penggunaankemb
ali 3 7 10
Tahap placation masyarakat sudah bisa
MendaurUlang 3 4 7 mendapatkan informasi mengenai program
Mengurangi 3 8 11 pengolahan sampah serta dapat mengutarakan
Mengganti 3 10 13 saran atau pendapatnya. Namun dalam tahap ini
Komposting 1 2 3 belum menjamin saran dari masyarakat benar-
Daurulangkertas 2 1 3 benar diterima ataupun tidak. Sedang tahap
Daurulangkaca 2 5 7 peredaman atau placation memang sudah
Sumber: HasilAnalisis, 2010 melibatkan masyarakat untuk memberikan
masukan secara detail dalam penyelesaian
Banyaknyakelasdapatdihitungdenganmengg masalah persampahan namun untuk keputusan
unakanDalilSturgest yang akhir masih dipegang oleh pemegang kekuasaan.
dirumuskansebagaiberikut :
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 7
K = 1 + 3,3 (0,845)
K = 3,784
Langkah selanjutnya adalah menentukan
interval nilai, yaitu :
Interval Nilai = = 2,5 2

Dengan interval kelassebesar 3,


makadapatdisusunklasifikasipenilaiansebagaiberi
kut :
a Merupakanperingkatatauprioritaspertamaunt
ukditerapkandalampengolahansampahapabil
Gambar 7. Tingkat Partisipatif Masyarakat
ajenispengolahansampahterletakpada
interval nilai 3-5.
Berdasarkanbentukpartisipasimasyarakatlo
b Merupakanperingkatatauprioritaskaduauntu
kalmenurutSyahyuti, 2006
kditerapkandalampengolahansampahapabila
adaenambentukpartisipasimasyarakatlokal, yang
jenispengolahansampahterletakpada interval
secaraberurutansemakinbaik,yaitu :
nilai 6-8.
c Merupakanperingkatatauprioritasketigauntu Tabel 3. Bentuk Partisipasi Masyarakat Lokal
Bentuk Tipe Partisipasi Peran
kditerapkandalampengolahansampahapabila partisipasi Masyarakat
jenispengolahansampahterletakpada interval Co-option Tidak ada input apapun dari Subjek
nilai 9-11. masyarakat lokal yang
dijadikan bahan
d Merupakanperingkatatauprioritaskeempatun Co-operation Terdapat insentif, namun Employees
tukditerapkandalampengolahansampahapabi proyek telah didesain oleh atau
lajenispengolahansampahterletakpada pihak luar yang menentukan subordinat
seluruh agenda dan proses
interval nilai 12-14. secara langsung
Berdasarkanhasilanalisispersepsidanpreferen Consultation Opini masyarakat ditanya, Clients
si, namun pihak luar
menganalisis informasi
dapatdisimpulkanjenispengolahansampahberupak sekaligus memutuskan bentuk
ompostingdandaurulangkertasmemilikikeunggula aksinya sendiri
Collaboration Masyarakat lokal Collaborators
ndalamberbagaidimensiserta paling bekerjasama dengan pihak
disukaiolehrespondensehinggasesuaiuntukditerap luar untuk menentukan
kandalampengolahansampah. prioritas, dan pihak luar
bertanggungjawab langsung
E. Partisipasi masyarakat kepada proses
Sesuai dengan hasil analisis partisipatif, Co-learning Masyarakat lokal dan luar Partners
analisis kesesuaian berdasarkan Undang-undang saling membagi
pengetahuannya, untuk
Pengelolaan Sampah No 18 Tahun 2008, dan memperoleh saling
analisis MDS maka dapat disimpulkan tingkat pengertian, dan bekerjasama
untuk merencanakan aksi,
partisipatif masyarakat Kediri terhadap sementara pihak luar hanya
pengolahan sampah sesuai dengan tangga memfasilitasi
Collective Masyarakat lokal menyusun Directors

98 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010


Viradin Yogiesti, Setiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno

Bentuk Tipe Partisipasi Peran - Menjaga kelembapan timbunan kompos


partisipasi Masyarakat
action dan melaksanakan agendanya - Memiliki sistem pembuangan air lindi
sendiri, pihak luar absen sama - Memutar balikkan kompos secara periodik
sekali untuk memberikan sirkulasi udara
Tabel di atas menjelaskan posisi Sampah kertas yang dihasilkan di Kota
partisipasi masyarakat lokal. Menurut bentuk Kediri mencapai 13,6% persen dari total volume
sampah. Kertas daur ulang tidak hanya dapat
partisipasinya masyarakat Kota Kediri
digunakan menjadi kertas biasa namun kertas
sampai pada level 3 consultation dengan tipe yang didaur ulang dapat menghasilkan banyak
partisipatif menanyakan opini masyarakat barang seni.
terhadap pengolahan sampah, namun pihak Tahapan yang harus dilakukan adalah
luar menganalisis informasi sekaligus dengan memilah sampah kertas dan merobek
memutuskan bentuk rencana yang akan kertas tersebut dan rendam dalam wadah selama
diterapkan. Oleh karena itu peran masyarakat 24jam.
disini hanya clients atau sebagai saran Langkah selanjutnya adalah
saja.Pada tahapan ini menyebabkan menghancurkan kertas yang sudah diendam
masyarakat tidak memiliki kepercayaan pada menggunakan blender. Kemudian adonan kertas
pemerintah yang berujung anggapan bahwa dicetak serta dipanaskan. Secara umum proses
daur ulang kertas tidak sulit. Untuk menghasilkan
masalah persampahan adalah masalah
8 lembar kertas dengan ukuran 50cmx40cm
pemerintah. diperlukan 1kg kertas.
Arahan Pengelolaan Sampah Terpadu b.) Kebutuhan Lahan
Berbasis Masyarakat Menurut Puslitbang Permukiman DPU tahun
A. Pengelolaaan Sampah Terpadu Berbasis 2002 kriteria pemilihan lokasi unit pengolahan
Masyarakat kompos dekat dengan TPS atau Tempat
Sesuai dengan hasil perhitungan dalam Pembuangan Sementara dan luas lahan minimal
analisis multidimensional scaling (MDS), 94 m2-112 m2 untuk tempat
diperoleh jenis pengolanan sampah yang sesuai pengomposan.Kebutuhan lahan komposting
untuk diterapkan di Kota Kediri salah satunya beragam, tergantung volume sampah organik
adalah komposting (pembuatan kompos) dan daur yang dihasilkan serta metode atau alat yang
ulang kertas. Berikut adalah presentase volume digunakan. Menurut Puslitbang Permukiman
sampah yang akan diolah : DPU tahun 2002, sampah organik sejumlah 10-
20 m3/hari membutuhkan lahan komposting
sebesar 100-200m2. Proses penimbunan sampah
untuk dijadikan kompos menggunakan desain
penumpukan yang biasa digunakan adalah desain
memanjang dengan dimensi panjang x lebar x
tinggi = 2m x 12m x 1 m atau membutuhkan
24m2 untuk 24m3 sampah organik. Penerapan
sistem komposting di Kota Kediri disesuaikan
dengan ketersediaan lahan serta volume sampah
organik yang dihasilkan masing-masing area
Gambar 8.Persentase Volume Sampah yang Diolah pelayanan.
a.) Jenis Pengolahan Sampah Kebutuhan lahan daur ulang disesuaikan
Sesuai dengan hasil perhitungan dalam dengan kondisi lahan dan kebutuhan tiap tahapan
analisis multidimensional scaling (MDS), pengolahan kertas. Menurut SNI 3242:2008
diperoleh jenis pengolahan sampah yang sesuai tentang pengolahan sampah di permukiman
untuk diterapkan di Kota Kediri selain pengolahan sampah berupa daur ulang di lakukan
komposting (pembuatan kompos) juga ada daur skala lingkungan yaitu di TPS. Untuk lahan daur
ulang kertas. Daur ulang kertas dapat ulang disesuaikan dengan ketersediaan lahan
menghasilkan berbagai macam barang daur ulang TPST. Untuk Kelurahan Banjaran adalah
yang memiliki nilai ekonomi. 1500m2, untuk kelurahan Kaliombo seluas
Teknik pengomposan yang dipilih adalah 480m2, dan Kelurahan Ngronggo sebesar 200
sistem open windrow. Pada dasarnya pembuatan m2.
kompos terdiri dari beberapa tahapan,yaitu: c.) Finansial Tempat Pengelolaan Sampah
- Memasukkan sampah ke reaktor kompos Terpadu Berbasis Masyarakat
- Menambahkan sampah organik

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010 99


PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

Perhitungan biaya TPST dilakukan per C. Arahan Lokasi Tempat Pengolahan


tahun untuk masing-masing jenis pengolahan SampahTerpadu Berbasis Masyarakat
serta lokasi TPST. Investasi merupakan modal Pada arahan lokasi TPST secara
yang dikeluarkan untuk pengolahan kompos dan umum terbagi menjadi 7 zona, dimana
kertas. Setelah melakukan perhitungan biaya semua zona tersebut memiliki fungsi yang
investasi, operasional, pendapan dan laba tahapan berbeda-beda. Adapun fungsi zona zona
berikutnya adalah menghitung kelayakan. tersebut:
Perhitungan kelayakan ini menggunakan tingkat
1. Zona Pembongkaran
suku bunga sebesar 12%. Usia ekonomis proyek
diasumsikan selama 5 tahun dengan 2. Zona pencacahan dan pengomposan
mempertimbangkan nilai ekonomis peralatan 3. Zona pengemasan kompos
yang di investasikan. 4. Zona daur ulang kertas
5. Zona Pengeringan
Tabel
4.KelayakanInvestasiTempatPengelolaanSampahT 6. Zona administrasi dan gudang
erpadu
Loka PBP NVP BCR IRR
si Ta Bul Nila Ket Nila Ket Nila Ket
hun an i i i
Jika sampah yang diolah 100%
Banja 1,7 21 NV Jika 1,43 Jika 32,5 Jika
ran P>0 NVP>0 BCR>1 % nilai
Kalio 0,7 9 NV maka 1,66 maka 15,3 IRR>1
mbo P>0 proyek proyek 3% 2%
Ngro 1 12 NV TPST 1,26 TPST 15,4 maka
nggo P>0 layak layak 6% proyek
untuk untuk TPST
dilaksa dilaksa layak
nakan nakan untuk
dilaksa
nakan
Jika sampah yang diolah 70%
Banja 5,4 21 NV Jika 0 Jika 10,3 Jika
ran P<0 NVP>0 , BCR>1 % nilai
maka 9 maka IRR>1 Gambar 9.PembagianZonapada TPST Banjaran
Kalio 1,6 19 NV proyek 1 proyek 13,8 2%
mbo P>0 TPST layak , TPST % maka
untuk 3 layak proyek
Ngro 2,3 28 NV dilaksanaka 1 untuk 15 TPST
nggo P>0 n namun , dilaksa % layak
untuk 1 nakan untuk
NVP<0 8 namun dilaksa
maka BCR<1 nakan
proyek maka
TPST tidak proyek
layak TPST
dilaksanaka tidak
n layak
dilaksa
nakan
Jika sampah yang diolah 50%
Banja - - NV Jika 0,7 Jika - Jika
ran P<0 NVP<0 BCR<1 nilai
Kalio 5,3 63 NV maka 0,9 maka 13,8 IRR>1
mbo P<0 proyek proyek % 2%
Ngro 28, 343 NV TPST 0,8 TPST 14,9 maka Gambar 10.PembagianZonapada TPST Kaliombo
nggo 6 P<0 tidak tidak % proyek
layak layak TPST
dilaksa dilaksa layak
nakan nakan untuk
dilaksa
nakan

B. Arahan Peningkatan Operasional


Pengelolaan Sampah
Arahan peningkatan operasional ini
ditetapkan berdasarkan analisis yang dilakukan
sebelumnya. Berikut ini adalah tahapan
operasional yang perlu ditingkatkan:
Menerapkan cara pewadahan dengan
pemilah
Menerapkan pola pengumpulan dengan
pemilahan Gambar11 PembagianZonapada TPST Ngronggo
Frekuensi perangkutan setiap hari D. Arahan Sistem Kelembagaan
Menerapkan pengolahan sampah Peranlembagadalamrencanapengelolaansa
baikorganik maupun nonorganik mpahterpaduberbasismasyarakatsecaraumumdila
kukansendiriolehmasyarakat, DTRKP

100 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010
Viradin Yogiesti, Setiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno

selakulembaga yang menaungi program TPST No Pendekatan Arahan


penyebaran informasi dan pemantauan
sertapihak-pihak yang terkaitlainnya. penghijauan, dan tanaman produktif
Untukkeberlangsunganoperasional TPST terus menerus sampai menghasilkan
dibutuhkankerjasama yang kompos, produk daur ulang, kurangi,
pakai ulang, daur ulang)
terkoordinsidaripihakterkait.Adapunarahansistem Koordinasi dengan pemerintah
kelembagaanyaituperanmasing-masing setempat
stakeholder di dalamoperasional TPST Pemasaran hasil daur ulang
3. Pendekatan Memperkenalkan jenis-jenis sampah
bekerjasamadengan LSM. ekonomi yang dapat diolah
Peranlembagadalamarahanpengelolaansampahter Melakukan penilaian kelayakan
paduberbasismasyarakatsecaraumumdilakukanse ekonomi dari TPST berbasis
masyarakat
ndiriolehmasyarakatdandidampingioleh LSM
selakufasilitator.
KESIMPULAN
Beikuthubunganantarklembagaan:
A. Kinerja Operasional Pengelolaan
Sampah Pada Unit Komposter di Kota
Kediri
Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang
pengelolaan sampah di permukiman, dilakukan
analisis dan didapatkan Unit Komposter
Kaliombo dan Banjaran dinyatakan sudah sesuai
dengan standart pengolahan sampah. Sedangkan
untuk Unit Komposter Nngronggo dinyatakan
tidak sesuai dengan standar pengolahan sampah.
Untuk analisis kelembagaan sesuai SNI
Gambar 12. Diagram Venn 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di
ArahanKelembagaanSistemPengelolaanSampah Permukiman belum sesuai karena karena DTRKP
E. Arahan Pemberdayaan Masyarakat selaku pemerintah masih bertanggungjawab
Arahan pemberdayaan masyarakat dalam dapam pengelolaan sampah.Sesuai tangga
pengolahan sampah berdasarkan analisis tingkat partisipatif Arstein partisipasi masyarakat Kota
partisipatif yang sudah dilakukan sebelumnya. Kediri berada pada tahap tahap placation yang
Pembinaan masyarakat diarahkaosi berdasarkan termasuk pada tahapan tokenisme. Menurut
pendekatan sosial,teknis, dan ekonomi dan bentuk partisipasinya masyarakat Kota Kediri
menerapkan CBSWM (Community Based Solid sampai pada level 3 consultation dengan tipe
Waste Management) yang merupakan sistem partisipatif menanyakan opini masyarakat
penanganan sampah yang direncanakan, disusun, terhadap pengolahan sampah.
dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh B. PengelolaanSampahTerpaduBerbasisM
masyarakat: asyarakat di Kota Kediri
Arahan pengelolaan sampah terpadu
Tabel 5.ArahanPemberdayaanMasyarakat berbasis masyarakat Kota Kediri berdasarkan
No Pendekatan Arahan
1. Pendekatan Peningkatan kepedulian, kesadaran, hasil perhitungan dalam analisis
sosial dan tanggung jawab bersama untuk multidimensional scaling (MDS), diperoleh jenis
memilah sampah organik dan non
organik
pengolanan sampah yang sesuai untuk diterapkan
Pendekatan kepada pemuka di Kota Kediri salah satunya adalah komposting
masyarakat setempat dan izin dari (pembuatan kompos) dan daur ulang kertas .
lurah ataupun ketua RW
Pendekatan kepada warga yang
Dilakukan dengan meningkatkan kinerja
mempunyai kemauan, kepedulian dan operasional pengelolaan sampah, pengolahan
kemampuan dapat menjadi penggerak sampah, dan strategi pemberdayaan masyarakat
masyarakat
Untuk memperlihatkan manfaat dari
yang berdasarkan hasil analisis sebelumnya.
TPST bisa dilakukan dengan studi Arahan pemberdayan masyarakat dalam
banding pengelolaan sampah menitik beratkan pada
2. Pendekatan Pembentukan komite lingkungan a
teknis Rencana kerja, dan kesepakatan
konsep pembangunan yang partisipatif.
kontribusi warga
Pelatihan dan kampanye SARAN
Melakukan pelatihan daur ulang
Membina serta mendorong Bagi Masyarakat,
masyarakat untuk membangun dan
memelihara fasilitas pengolahan
diharapkanmasyarakatbenar-
sampah benarmauberpartisipasidalampembangunan TPST
Pendampingan, sosialisasi,

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010 101
PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT KOTA KEDIRI

karenaselaindapatmeningkatkankualitaslingkunga
njugakeberadaan TPST
bernilaiekonomisbagimasyarakat. Bagi
Pemerintah, diharapkan dalam pelibatan
masyarakat benar-benar diterapkan mulai dari
proses perencanaan, pelaksanaan,dan
pengawasan. Serat selalu mengedepankan
kepentingan masyarakat. Bagi Akademis,
studiinidibatasisampaipenyusunanarahanpengelol
aansampahterpaduberbasismasyarakat.
Diperlukanstudilebihlanjutmangenaipenataan
area
sekitartempatpembuangansampahterpaduberbasis
masyarakat.Serta
untukpenelitianselanjutnyajikamenggunakananali
sis MDS
dianjurkanmenggunakandimensilebihdari 2.

DAFTAR PUSTAKA
------------, 2008, SNI 3242:2008 tentang
pengelolaan sampah di permukiman,
Departemen PU, Jakarta.
------------,2008, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 tentang Pengelolaan
Sampah, Departemen PU, Jakarta.
------------,2002, Tata cara pengelolaan sampah
dengan sistem daur ulang pada lingkungan,
Deapartemen permukiman dan Prasarana
Wilayah,Jakarta
Syahyuti, 2006.30 KonsepPentingdalam
Pembangunan
PedesaandanPertanian.Jakarta :Bina
Rena Pariwara.

102 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 2, Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai