bisa lepas dari pembahasan mengenai sumber pendapatan negara. Hal ini
pendapatan negara dari pajak telah menjadi unsur utama dalam menunjang
2012) setidaknya pajak memenuhi kurang lebih 70% pos penerimaan dalam
Globalisasi.
Tidak hanya dalam ruang lingkup global, pajak juga peting bagi
saat ini menjadi salah satu perhatian khusus Pemerintah karena penerimaan
1
Sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi, informasi, sosial
ketentuan umum dan tata cara perpajakan yakni dengan mengganti official
pajak yang memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk melakukan
yang dituntut untuk dapat melakukan pendaftaran diri sebagai Wajib Pajak,
melakukan pelaporan ke Kantor Pelayanan Pajak yang sesuai dan telah diatur
yang tercatat pada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sampai dengan 31 Agustus
2015, penerimaan PPh Non Migas adalah sebesar Rp 320.997 triliun. Angka
ini lebih tinggi 9,46% dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 dimana
dicatatkan oleh PPh Non Migas diantaranya didukung oleh pertumbuhan PPh
Non Migas Lainnya, PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi, PPh PPh Final, PPh
Pasal 21, PPh Pasal 26, PPh Pasal 25/29 Badan, serta PPh Pasal 23. dan PPh
2
21 termasuk di dalam PPh non Migas yang beperan dalam peningkatan
With Holding Tax System yaitu melibatkan pihak ketiga yang berdasarkan
Pasal 21. Dengan sistem ini, mengharuskan pemotong pajak mampu dan
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21. Dari perencanaan pajak yang dipilih
dengan tepat akan menghasilkan beban pajak yang minimal yang merupakan
diterima oleh fiskus dan sama sekali bukan karena penyelundupan pajak yang
tidak dapat diterima oleh fiskus dan tidak dapat ditolerir (Ruchjana, 2008).
yaitu Net Method, Gross Method dan Gross-Up Method. Net Method
3
pajak, dimana perusahaaan memberikan tunjangan Pajak Pengahsilan (PPh)
2010).
Pasal 21, karena dengan tunjangan pajak tersebut beban pajak perusahaan
akan menurun dan penghasilan yang diterima oleh pegawai akan naik. Dan
pada tahun 2013 jumlah Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 yang ditanggung
Method dan Gross-Up Method. Dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik
untuk mengkaji atau meneliti lebih lanjut dari kedua metode ini untuk
4
terdapat perbedaan hasil perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21 terutang
penelitian ini peniliti ingin membadingkan antara Gross Method dan Gross-
mengenai naik atau turunnya pajak yang terhutang dan profitabilitas dari
5
3. Untuk mengetahui perbandingan dari perhitungan Pajak Penghasilan
(PPh) 21 dari kedua metode tersebut dalam hal pajak yang terhutang
1. Bagi Peneliti:
2. Bagi Perusahaan:
Method.
6
BAB II KAJIAN TEORI
menyelenggarakan pemerintahan.
7
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, pemungutan pajak di
perpajakan.
8
2.1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak
menjadi 3 yaitu:
akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak
9
a. Menghitung sendiri pajak yang terutang;
10
2.1.1.4 Tarif Pajak
terdiri dari:
Contoh :
2. Tarif Tetap
tetap.
Contoh:
Besarnya Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai
3. Tarif Progresif
Contoh:
dalam negeri.
11
TABEL 2.1
1 s.d. Rp50.000.000,00 5%
3 Rp500.000.000,00 25%
4. Tarif degresif
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
12
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
kemakmuran rakyat.
pajak.
atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
1. Pemberi kerja yang terdiri atas orang pribadi dan badan, baik
13
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh
14
c. Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidik,
bentuk apa pun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
1) Pegawai;
warisnya;
15
model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari,
6) Olahragawan;
moderator;
kepanitiaan;
menjadi perantara;
16
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain
kunjungan kerja;
berikut:
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain
sejenis;
17
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa
komisi, fee, dan imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk
18
diberikan. Bila penghasilan berupa natura dan/atau kenikmatan
dibebankannya.
tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan
3) Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan
19
hubungan dengan usaha, pekerja, kepemilikan, atau penguasaan
Hari Tua atau Tabungan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus oleh
2) Uang pesangon.
nama apa pun yang diterima oleh pejabat negara, pegawai negeri
20
TNI/POLRI berbangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau
tetap terdiri dari biaya jabatan dan iuran pensiun/Jaminan Hari Tua.
pensiun.
21
penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
ribu rupiah) setahun atau Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
Jabatandan/atau PTKP
22
2.1.2.11 Tata Cara Menghitung PPh Pasal 21
yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu Wajib Pajak Dalam
pensiun, dan iuran pensiun. Selain itu, tarif yang diterapkan juga
23
pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi
26.
24
penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,00 (enam
juta rupiah) setahun atau Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)
25
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang sebenarnya. Seperti
TABEL 2.2
Keterangan PTKP
penghasilan suami
Sesuai dengan Pasal 6 ayat (3) UU PPh, kepada orang pribadi sebagai
PPh, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang berlaku untuk tahun 2008
sampai dengan 2012 per tahun diberikan paling sedikit sebesar tabel 2.1 di
26
atas. Penyesuaian besarnya PTKP mulai 1 januari 2013 sesuai dengan PMK
TABEL 2.3
Keterangan PTKP
penghasilan suami
kalender. Besarnya PTKP untuk pegawai yang baru datang dan menetap di
awal bulan dari bagian tahun kalender bersangkutan. Keluarga sedarah dalam
27
garis keturunan lurus adalah anak kandung dan orang tua kandung. Keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus adalah mertua dan anak tiri.
1. Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak,
yang akan diperoleh selama (1) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut :
4. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap masa adalah :
terhitung sejak awal tahun kalender dan mulai bekerja setelah bulan
28
kerja lain, banyaknya bulan yang menjadi faktor penggali
bagian tahun pajak dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada
dan jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dalam tahun kalender
yang bersangkutan lebih besar dari PPh Pasal 21 yang terutang untuk
bekerja.
29
g) Jumlah Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal
1983, sejak itu pula berkembang pemikiran dari wajib pajak untuk
berdiri.
dalam Kep. Dirjen Pajak No. 31/PJ./2008 Pasal 5 ayat (2) dan
30
bentuk apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib
sebagai berikut.
31
b) Bahwa pada Metode Net, besarnya PPh Pasal 21 yang
pajak yang di Gross-up seperti terlihat pada tabel 2.4 dibawah ini.
TABEL 2.4
((PKP X 30 %) - 55
PKP di atas Rp. 500.000.000,00
Juta)/0,70
32
2.1.2.14 Efek Penerapan Metode Gross-Up
33
2.2 Kerangka Berfikir
PENGHASILAN PEGAWAI
TETAP PT . ABC
Laba Perusahaan
Setelah Pajak lebih
besar atau kecil
Rasio Profitabilitas
lebih tinggi atau
rendah
GAMBAR 2.1
KERANGKA BERFIKIR
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
sehingga dapat memberi gambaran yang cukup jelas atas keadaan dari
penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Maret tahun
2015.
sebagai berikut:
1) Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan pada saat
unit PT.ABC.
35
2) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka seperti besarnya
sebagai berikut :
dibahas, data ini bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar
perusahaan.
tahapan :
36
penambah penghasilan. Dan Biaya Jabatan, Iuran Pensiun sebagai
penambah tunjangan.
pajak sebagai pengurang laba bruto perusahaan maka setelah itu dapat
37