Anda di halaman 1dari 20

Degradasi Lingkungan

by agnazgeograph

Degradasi lingkungan dapat diartikan sebagai penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan
oleh kegiatan pembangunan yang dicirikan oleh tidak berfungsinya secara baik komponen-
komponen lingkungan sebagaimana mestinya. Degradasi lingkungan pada dasarnya disebabkan
oleh adanya intervensi atau campur tangan manusia yang berlebihan terhadap keberadaan
lingkungan secara alamiah. Degradasi lingkungan yang dibahas dalam modul ini lebih
difokuskan pada degradasi fungsi lahan dan tanah secara umum sebagai akibat intervensi
manusia dalam proses pembangunan. Degradasi lingkungan dapat terjadi akibat pemanfaatan
lahan dan masuknya bahan-bahan pencemar berbentuk padat dan cair ke lingkungan yang mana
bahan-bahan ini bukan merupakan bagian dari komponen lingkungan asli. Degradasi lingkungan
dapat pula terjadi akibat proses eksploitasi terhadap lahan dan tanah, seperti yang terjadi pada
proses penambangan timah, emas, batu bara, dan lain sebagainya. Secara alami tanah hanya akan
mengalami pencemaran apabila terjadi erosi, namun pencemaran alami ini selalu diimbangi oleh
proses pelapukan produk alami dan pembentukan tanah yang baru. Sebagaimana halnya air yang
memiliki kualitas air maka tanah pun demikian, kualitas tanah di satu tempat dengan tanah di
tempat lain belum tentu sama.

http://www.kalimantanpost.com/images/stories/Opini/hutan-rusak2.jpg

Perbedaan kualitas tanah pada umumnya dinilai dari kondisi lapisan humus hasil pelapukan dan
pembusukan sisa-sisa tanaman di bagian permukaan tanah. Semakin beragam organisme hidup
yang terdapat di permukaan tanah, semakin berkualitas tanah tersebut. Degradasi lingkungan
yang sering dijumpai antara lain

1. Degradasi lingkungan akibat pertambangan

2. Degradasi lingkungan akibat industri

3. Degradasi lingkungan akibat pertanian


4. Degradasi lingkungan akibat pembangunan pemukiman

https://agnazgeograph.wordpress.com/2013/04/29/degradasi-lingkungan/

Rusaknya Lingkungan Berdampak pada Ketahanan Pangan Masyarakat

Negara-negara berkembang sudah berada dalam taraf


rentan masalah ketahanan pangan dalam konteks
perubahan iklim.

Ilustrasi. (Thinkstockphotos)

Penyediaan dan produksi pangan dipengaruhi oleh perubahan iklim dan perubahan lingkungan
global. Adanya ketidakseimbangan antara produksi dan stok pangan antarkawasan,
ketidakseimbngan penguasaan dan kemampuan penerapan teknologi produksi dan pengolahan
pangan; masih ditambah dengan terjadinya degradasi kualitas lahan dan air serta kerusakan
lingkungan.

Kompleksitas masalah ketahanan pangan secara global ini juga menyangkut permintaan dan
konsumsi pangan, di mana di sejumlah wilayah dunia jumlah penduduk terus bertambah
terutama di Afrika dan Asia, serta kompetisi pemanfaatan pangan antara food-feed-fuel.

Henny Warsilah, peneliti pada Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, pada
Seminar MOST UNESCO di Jakarta (12/12) memaparkan, permasalahan pangan dalam negeri
tak kalah rumitnya, seperti disebutkan oleh Nicholas Stern dalam Review on the Economic of
Climate Change (2007), negara berkembang sudah berada dalam keadaan rentan dalam konteks
perubahan iklim.

Negara-negara berkembang memiliki kapasitas yang rendah dalam merespon akibat dari
perubahan iklim. Salah satu dampak paling serius dari perubahan iklim ini dialami oleh sektor
kelautan, termasuk kondisi pangan masyarakat yang mendiami wilayah pesisir.
Selain faktor perubahan iklim yang menyebabkan gelombang tinggi, banjir (rob), bencana
kekeringan dan longsor, ketersediaan pangan juga dipengaruhi faktor sosial ekonomi.
"Kerusakan lingkungan ekosistem akan berdampak pada ketahanan pangan masyarakat,
penduduk tidak lagi memiliki akses terhadap sumber-sumber produksi pangan."

Urgensi perubahan lingkungan dengan aspek sosial, kata Warsilah, adalah saat mereka
berinteraksi hingga memperburuk krisis pangan, krisis sosial, ekonomi, dan politik. Serta
memperbesar jumlah kemiskinan, ketimpangan, dan kerentanan.

Tantangan tersebut dialami manusia di dalam upaya mengamankan keberlanjutan dunia.

Menurut Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, strategi pembangunan ketahanan


pangan, di antaranya adalah mendorong peningkatan konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang, dan aman dengan berbasia pangan lokal, mengurangi konsumsi beras targetnya
mencapai 1,5 persen per kapita tiap tahun.

(Gloria Samantha)

http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/12/rusaknya-lingkungan-berdampak-pada-ketahanan-
pangan-masyarakat

Ketahanan pangan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pertumbuhan produksi pangan per kapita selalu meningkat sejak tahun 1961. Sumber: World Resources
Institute.
Kuburan masal anak-anak yang meninggal karena kelaparan di Afrika Timur

Peta kerawanan pangan ekstrim.[1]

Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk


mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan jika penghuninya
tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan.[2] Ketahanan pangan
merupakan ukuran kelentingan terhadap gangguan di masa depan atau ketiadaan suplai pangan
penting akibat berbagai faktor seperti kekeringan, gangguan perkapalan, kelangkaan bahan
bakar, ketidak stabilan ekonomi, peperangan, dan sebagainya. Penilaian ketahanan pangan dibagi
menjadi keswadayaan atau keswasembadaan perorangan (self-sufficiency) dan ketergantungan
eksternal yang membagi serangkaian faktor risiko. Meski berbagai negara sangat menginginkan
keswadayaan secara perorangan untuk menghindari risiko kegagalan transportasi, namun hal ini
sulit dicapai di negara maju karena profesi masyarakat yang sudah sangat beragam dan tingginya
biaya produksi bahan pangan jika tidak diindustrialisasikan.[3] Kebalikannya, keswadayaan
perorangan yang tinggi tanpa perekonomian yang memadai akan membuat suatu negara
memiliki kerawanan produksi.

World Health Organization mendefinisikan tiga komponen utama ketahanan pangan, yaitu
ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah
kemampuan memiliki sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah
kemampuan memiliki sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan
pangan bernutrisi. Pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan
dengan benar dan tepat secara proporsional. FAO menambahkan komponen keempat, yaitu
kestabilan dari ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu yang panjang.[2]

Kebijakan sebuah negara dapat mempengaruhi akses masyarakat kepada bahan pangan, seperti
yang terjadi di India. Majelis tinggi India menyetujui rencana ambisius untuk memberikan
subsidi bagi dua pertiga populasi negara itu. Rancangan Undang-Undang Ketahanan Pangan ini
mengusulkan menjadikan pangan sebagai hak warga negara dan akan memberikan lima kilogram
bahan pangan berharga murah per bulan untuk 800 juta penduduk miskinnya.[4]

Daftar isi
1 Sejarah
2 Pilar ketahanan pangan
o 2.1 Ketersediaan
o 2.2 Akses
o 2.3 Pemanfaatan
o 2.4 Stabilitas
3 Tantangan untuk mencapai ketahanan pangan
o 3.1 Degradasi lahan
o 3.2 Hama dan penyakit
o 3.3 Krisis air global
o 3.4 Perebutan lahan
o 3.5 Perubahan iklim
4 Lihat pula
5 Referensi
6 Bahan bacaan terkait
7 Pranala luar

Sejarah
Ketahanan pangan adalah sebuah kondisi yang terkait dengan ketersediaan bahan pangan secara
berkelanjutan. Kekhawatiran terhadap ketahanan pangan telah ada dalam sejarah. Sejak 10 ribu
tahun yang lalu lumbung telah digunakan di Tiongkok dengan kekuasaan penggunaan secara
terpusat di peradaban di Tiongkok Kuno dan Mesir Kuno. Mereka melepaskan suplai pangan di
saat terjadinya kelaparan. Namun ketahanan pangan hanya dipahami pada tingkat nasional,
dengan definisi bahwa negara akan aman secara pangan jika produksi pangan meningkat untuk
memenuhi jumlah permintaan dan kestabilan harga. Definisi baru mengenai ketahanan pangan
dibuka pada tahun 1966 di World Food Summit yang menekankan ketahanan pangan dalam
konteks perorangan, bukan negara.[5][6]

Pilar ketahanan pangan


Ketersediaan
Kambing dapat menjadi sebuah solusi permasalahan ketahanan pangan global karena mudah dipelihara

Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan melalui produksi, distribusi, dan
pertukaran.[7] Produksi pangan ditentukan oleh berbagai jenis faktor, termasuk kepemilikan lahan
dan penggunaannya; jenis dan manajemen tanah; pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman
pertanian; pemuliaan dan manajemen hewan ternak; dan pemanenan.[8] Produksi tanaman
pertanian dapat dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan curah hujan.[7] Pemanfaatan lahan,
air, dan energi untuk menumbuhkan bahan pangan seringkali berkompetisi dengan kebutuhan
lain.[9] Pemanfaatan lahan untuk pertanian dapat berubah menjadi pemukiman atau hilang akibat
desertifikasi, salinisasi, dan erosi tanah karena praktek pertanian yang tidak lestari.[9]

Produksi tanaman pertanian bukanlah suatu kebutuhan yang mutlak bagi suatu negara untuk
mencapai ketahanan pangan. Jepang dan Singapura menjadi contoh bagaimana sebuah negara
yang tidak memiliki sumber daya alam untuk memproduksi bahan pangan namun mampu
mencapai ketahanan pangan.[10][11]

Distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan, transportasi, pengemasan, dan


pemasaran bahan pangan.[8] Infrastruktur rantai pasokan dan teknologi penyimpanan pangan juga
dapat mempengaruhi jumlah bahan pangan yang hilang selama distribusi.[9] Infrastruktur
transportasi yang tidak memadai dapat menyebabkan peningkatan harga hingga ke pasar
global.[9] Produksi pangan per kapita dunia sudah melebihi konsumsi per kapita, namun di
berbagai tempat masih ditemukan kerawanan pangan karena distribusi bahan pangan telah
menjadi penghalang utama dalam mencapai ketahanan pangan.[11]

Akses

Akses terhadap bahan pangan mengacu kepada kemampuan membeli dan besarnya alokasi bahan
pangan, juga faktor selera pada suatu individu dan rumah tangga.[7] PBB menyatakan bahwa
penyebab kelaparan dan malnutrisi seringkali bukan disebabkan oleh kelangkaan bahan pangan
namun ketidakmampuan mengakses bahan pangan karena kemiskinan.[12] Kemiskinan
membatasi akses terhadap bahan pangan dan juga meningkatkan kerentanan suatu individu atau
rumah tangga terhadap peningkatan harga bahan pangan.[13] Kemampuan akses bergantung pada
besarnya pendapatan suatu rumah tangga untuk membeli bahan pangan, atau kepemilikan lahan
untuk menumbuhkan makanan untuk dirinya sendiri.[14] Rumah tangga dengan sumber daya yang
cukup dapat mengatasi ketidakstabilan panen dan kelangkaan pangan setempat serta mampu
mempertahankan akses kepada bahan pangan.[11]

Terdapat dua perbedaan mengenai akses kepada bahan pangan. (1) Akses langsung, yaitu rumah
tangga memproduksi bahan pangan sendiri, (2) akses ekonomi, yaitu rumah tangga membeli
bahan pangan yang diproduksi di tempat lain.[8] Lokasi dapat mempengaruhi akses kepada bahan
pangan dan jenis akses yang digunakan pada rumah tangga tersebut.[14] Meski demikian,
kemampuan akses kepada suatu bahan pangan tidak selalu menyebabkan seseorang membeli
bahan pangan tersebut karena ada faktor selera dan budaya.[13] Demografi dan tingkat edukasi
suatu anggota rumah tangga juga gender menentukan keinginan memiih bahan pangan yang
diinginkannya sehingga juga mempengaruhi jenis pangan yang akan dibeli.[14] USDA
menambahkan bahwa akses kepada bahan pangan harus tersedia dengan cara yang dibenarkan
oleh masyarakat sehingga makanan tidak didapatkan dengan cara memungut, mencuri, atau
bahkan mengambil dari cadangan makanan darurat ketika tidak sedang dalam kondisi darurat.[15]

Pemanfaatan

Ketika bahan pangan sudah didapatkan, maka berbagai faktor mempengaruhi jumlah dan kualitas
pangan yang dijangkau oleh anggota keluarga. Bahan pangan yang dimakan harus aman dan
memenuhi kebutuhan fisiologis suatu individu.[13] Keamanan pangan mempengaruhi
pemanfaatan pangan dan dapat dipengaruhi oleh cara penyiapan, pemrosesan, dan kemampuan
memasak di suatu komunitas atau rumah tangga.[7][8] Akses kepada fasilitas kesehatan juga
mempengaruhi pemanfaatan pangan karena kesehatan suatu individu mempengaruhi bagaimana
suatu makanan dicerna.[8] Misal keberadaan parasit di dalam usus dapat mengurangi kemampuan
tubuh mendapatkan nutrisi tertentu sehingga mengurangi kualitas pemanfaatan pangan oleh
individu.[11] Kualitas sanitasi juga mempengaruhi keberadaan dan persebaran penyakit yang
dapat mempengaruhi pemanfaatan pangan[8] sehingga edukasi mengenai nutrisi dan penyiapan
bahan pangan dapat mempengaruhi kualitas pemanfaatan pangan.[11]

Stabilitas

Stabiitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam mendapatkan bahan pangan
sepanjang waktu tertentu. Kerawanan pangan dapat berlangsung secara transisi, musiman,
ataupun kronis (permanen).[8] Pada ketahanan pangan transisi, pangan kemungkinan tidak
tersedia pada suatu periode waktu tertentu.[13] Bencana alam dan kekeringan mampu
menyebabkan kegagalan panen dan mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat
produksi.[13][8] Konflik sipil juga dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan.[13]
Ketidakstabilan di pasar menyebabkan peningkatan harga pangan sehingga juga menyebabkan
kerawanan pangan. Faktor lain misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas yang
disebabkan oleh wabah penyakit. Musim tanam mempengaruhi stabilitas secara musiman karena
bahan pangan hanya ada pada musim tertentu saja.[8] Kerawanan pangan permanen atau kronis
bersifat jangka panjang dan persisten.[13]

Tantangan untuk mencapai ketahanan pangan

Erosi tanah; angin meniupkan lapisan tanah atas yang kering

Degradasi lahan
Lihat pula: Desertifikasi

Pertanian intensif mendorong terjadinya penurunan kesuburan tanah dan penurunan hasil.[16]
Diperkirakan 40% dari lahan pertanian di dunia terdegradasi secara serius.[17] Di Afrika, jika
kecenderungan degradasi tanah terus terjadi, maka benua itu hanya mampu memberi makan
seperempat penduduknya saja pada tahun 2025.[18]
Hama dan penyakit

Karat batang pada gandum

hama dan penyakit mampu mempengaruhi produksi budi daya tanaman dan peternakan sehingga
memiliki dampak bagi ketersediaan bahan pangan. Contoh penyakit tanaman Ug99, salah satu
tipe penyakit karat batang pada gandum dapat menyebabkan kehilangan hasil pertanian hingga
100%. Penyakit ini telah ada di berbagai negara di Afrika dan Timur Tengah. Terganggunya
produksi pangan di wilayah ini diperkirakan mampu mempengaruhi ketahanan pangan
global.[19][20][21]

Keanekaragaman genetika dari kerabat liar gandum dapat digunakan untuk memperbarui varietas
modern sehingga lebih tahan terhadap karat batang. Gandum liar ini dapat diseleksi di habitat
aslinya untuk mencari varietas yang tahan karat, lalu informasi genetikanya dipelajari. Terakhir
varietas modern dan varietas liar disilangkan dengan pemuliaan tanaman modern untuk
memindahkan gen dari varietas liar ke varietas modern.[22][23]

Krisis air global

Kanal irigasi telah menjadikan kawasan padang pasir yang kering di Mesir menjadi lahan pertanian

Berbagai negara di dunia telah melakukan importasi gandum yang disebabkan oleh terjadinya
defisit air,[24] dan kemungkinan akan terjadi pada negara besar seperti China dan India.[25] Tinggi
muka air tanah terus menurun di beberapa negara dikarenakan pemompaan yang berlebihan.
China dan India telah mengalaminya, dan negara tetangga mereka (Pakistan, Afghanistan, dan
Iran) telah terpengaruh hal tersebut. Hal ini akan memicu kelangkaan air dan menurunkan
produksi tanaman pangan.[26] Ketika produksi tanaman pangan menurun, harga akan meningkat
karena populasi terus bertambah. Pakistan saat ini masih mampu memenuhi kebutuhan pangan di
dalam negerinya, namun dengan peningkatan populasi 4 juta jiwa per tahun, Pakistan
kemungkinan akan melirik pasar dunia dalam memenuhi kebutuhan pangannya, sama seperti
negara lainnya yang telah mengalami defisit air seperti Afghanistan, Ajlazair, Mesir, Iran,
Meksiko, dan Pakistan.[27][28]

Secara regional, kelangkaan air di Afrika adalah yang terbesar dibandingkan negara lainnya di
dunia. Dari 800 juta jiwa, 300 juta penduduk Afrika telah hidup di lingkungan dengan stres
air.[29] Karena sebagian besar penduduk Afrika masih bergantung dengan gaya hidup berbasis
pertanian dan 80-90% penduduk desa memproduksi pangan mereka sendiri, kelangkaan air
adalah sama dengan hilangnya ketahanan pangan.[30]

Investasi jutaan dolar yang dimulai pada tahun 1990an oleh Bank Dunia telah mereklamasi
padang pasir dan mengubah lembah Ica yang kering di Peru menjadi pensuplai asparagus dunia.
Namun tinggi muka air tanah terus menurun karena digunakan sebagai irigasi secara terus
menerus. Sebuah laporan pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa industri ini tidak bersifat
lestari.[31] Mengubah arah aliran air sungai Ica ke lahan asparagus juga telah menyebabkan
kelangkaan air bagi masyarakat pribumi yang hidup sebagai penggembala hewan ternak.[32]

Perebutan lahan

Kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat. Perusahaan Korea Utara Daewoo
Logistics telah mengamankan satu bidang lahan yang luas di Madagascar untuk mebudidayakan
jagung dan tanaman pertanian lainnya untuk produksi biofuel. Libya telah mengamankan 250
ribu hektare lahan di Ukraina dan sebagai gantinya Ukraina mendapatkan akses ke sumber gas
alam di Libya. China telah memulai eksplorasi lahan di sejumlah tempat di Asia Tenggara.
Negara di semenanjung Arab telah mencari lahan di Sudan, Ethiopia, Ukraina, Kazakhstan,
Pakistan, Kamboja, dan Thailand. Qatar berencana menyewa lahan di sepanjang panyai di Kenya
untuk menumbuhkan sayuran dan buah, dan sebagai gantinya akan membangun pelabuhan besar
dekat Lamu, pulau di samudra Hindia yang menjadi tujuan wisata.[33][34][35]

Perubahan iklim

Fenomena cuaca yang ekstrim seperti kekeringan dan banjir diperkirakan akan meningkat karena
perubahan iklim terjadi.[36] Kejadian ini akan memiliki dampak di sektor pertanian. Diperkirakan
pada tahun 2040, hampir seluruh kawasan sungai Nil akan menjadi padang pasir di mana
aktivitas budi daya tidak dimungkinkan karena keterbatasan air.[37] Dampak dari cuaca ekstrem
mencakup perubahan produktivitas, gaya hidup, pendapatan ekonomi, infrastruktur, dan pasar.
Ketahanan pangan di masa depan akan terkait dengan kemampuan adaptasi budi daya bercocok
tanam masyarakat terhadap perubahan iklim. Di Honduras, perempuan Garifuna membantuk
meningkatkan ketahanan pangan lokal dengan menanam tanaman umbi tradisional sambil
membangun metode konservasi tanah, melakukan pelatihan pertanian organik dan menciptakan
pasar petani Garifuna. Enam belas kota telah bekerja sama membangun bank benih dan peralatan
pertanian. Upaya untuk membudidayakan spesies pohon buah liar di sepanjang pantai membantu
mencegah erosi tanah.[38]

Diperkirakan 2.4 miliar penduduk hidup di daerah tangkapan air hujan di sekitar Himalaya.[39]
Negara di sekitar Himalaya (India, Pakistan, China, Afghanistan, Bangladesh, Myanmar, dan
Nepal) dapat mengalami banjir dan kekeringan pada dekade mendatang.[40] Bahkan di India,
sungan Ganga menjadi sumber air minum dan irigasi bagi 500 juta jiwa.[41][42] Sungai yang
bersumber dari gletser juga akan terpengaruh.[43] Kenaikan permukaan laut diperkirakan akan
meningkat seiring meningkatnya temperatur bumi, sehingga akan mengurangi sejumlah lahan
yang dapat digunakan untuk pertanian.[44][45]

Semua dampak dari perubahan iklim ini berpotensi mengurangi hasil pertanian dan peningkatan
harga pangan akan terjadi. Diperkirakan setiap peningkatan 2.5% harga pangan, jumlah manusia
yang kelaparan akan meningkat 1%.[46] Berubahnya periode dan musim tanam akan terjadi
secara drastis dikarenakan perubahan temperatur dan kelembaban tanah.[47]

https://id.wikipedia.org/wiki/Ketahanan_pangan

Membuat media tanam sayuran dalam polybag


alamtani.com

Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan
bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang pada
akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Jenis-jenis media tanam sangat banyak dan beragam.
Apalagi dengan berkembangnya berbagai metode bercocok tanam, seperti hidroponik dan
aeroponik.
Setiap jenis tanaman membutuhkan sifat dan karakteristik media tanam yang berbeda. Misalnya,
tanaman buah membutuhkan karakter media tanam yang berbeda dengan tanaman sayuran.
Tanaman buah memerlukan media tanam yang solid agar bisa menopang pertumbuhan tanaman
yang relatif lebih besar, sementara jenis tanaman sayuran daun lebih memerlukan media tanam
yang gembur dan mudah ditembus akar.

Nah, kali ini kami akan membahas media tanam yang biasa digunakan untuk budidaya sayuran
organik dalam polybag ataupun pot. Bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan yang
banyak tersedia di alam dan bisa dikerjakan sendiri. Cara yang akan kami uraikan cocok
digunakan untuk budidaya tanaman organik karena tidak menggunakan tambahan pupuk kimia,
pestisida, herbisida, dan obat-obatan lainnya.

Syarat media tanam yang baik


Media tanam memiliki fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan menyediakan
tempat bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media tanam tumbuh-
tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Untuk budidaya tanaman dalam wadah pot
atau polybag, media tanam dibuat sebagai pengganti tanah. Oleh karena itu, harus bisa
menggantikan fungsi tanah bagi tanaman.

Media tanam yang baik harus memiliki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Secara umum, media tanam yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:

Mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman, sekaligus juga sanggup menopang
tanaman. Artinya, media tanam harus gembur sehingga akar tanaman bisa tumbuh baik dan
sempurna, akan tetapi masih cukup solid memegang akar dan menopang batang agar tidak
roboh. Apabila media terlalu gembur, pertumbuhan akar akan leluasa namun tanaman akan
terlalu mudah tercerabut. Sebaliknya apabila terlalu padat, akar akan kesulitan untuk tumbuh.
Memiliki porositas yang baik, artinya bisa menyimpan air sekaligus juga mempunyai drainase
(kemampuan mengalirkan air) dan aerasi (kemampuan mengalirkan oksigen) yang baik. Media
tanam harus bisa mempertahankan kelembaban tanah namun harus bisa membuang kelebihan
air. Media tanam yang porous mempunyai rongga kosong antar materialnya. Media tersebut
tersebut isa ditembus air, sehingga air tidak tergenang dalam pot atau polybag. Namun disisi
lain ronga-rongga tersebut harus bisa menyerap air (higroskopis) untuk disimpan sebagai
cadangan dan mempertahankan kelembaban.
Menyediakan unsur hara yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman. Unsur hara ini bisa disediakan dari pupuk atau aktivitas mikroorganisme
yang terdapat dalam media tanam.
Tidak mengandung bibit penyakit, media tanam harus bersih dari hama dan penyakit. Hama dan
penyakit yang terkandung dalam media tanam dapat menyerang tanaman dan menyebabkan
kematian pada tanaman. Media tanam tidak harus steril karena banyak mikrooganisme tanah
yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi tanaman, namun harus higienis dari bibit penyakit.

Bahan-bahan media tanam organik


Ada banyak ragam material yang bisa dimanfaatkan untuk membuat media tanam mulai dari
yang alami hingga yang sintetis. Namun dalam kesempatan kali ini kami hanya akan membatasi
pada beberapa bahan organik yang banyak tersedia di alam, murah dan gampang pembuatannya.

a. Tanah (bahan utama)

Tanah yang baik untuk media tanam sebaiknya diambil dari lapisan bagian (top soil). Secara
umum terdapat dua tipe tanah yaitu yang harus diperhatikan yakni tanah pasir dan tanah
lempung. Tanah yang berpasir memiliki kemampuan drainase yang baik, cepat mengalirkan air
namun kelemahannya tanah tersebut buruk dalam menyimpan air sebagai cadangan. Sedangkan
tanah lempung lebih sulit ditembus oleh air sehingga akan membuat air tergenang dalam media
tanam. Tanah yang baik untuk media tanaman tidak terlalu berpasir dan tidak terlalu lempung,
melainkan harus gembur.

b. Kompos atau humus

Kompos merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman.
Kompos yang digunakan untuk media tanam adalah kompos padat, silahkan baca jenis dan
karakteristik pupuk kompos. Hampir semua jenis kompos padat bisa digunakan sebagai bahan
baku media tanam.

Penambahan bahan-bahan organik seperti kompos atau humus pada media tanam bisa
memperbaiki struktur fisik tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Kompos yang
ditambahkan sebaiknya berupa kompos yang telah matang. Kompos yang belum matang
berpotensi mendatangkan hama dan penyakit. Selain itu unsur haranya sulit diserap tanaman
karena belum terurai secara penuh.

Selain kompos, bisa juga memanfaatkan humus yang didapatkan dari hutan. Tanah humus
memiliki kandungan unsur hara yang tinggi. Bila lokasi anda dekat dengan hutan, tanah humus
bisa dicari dengan mudah. Tempat-tempat terbaik adalah disekitar tanaman pakis-pakisan.

Unsur bahan organik lain juga bisa digunakan sebagai pengganti kompos atau humus seperti
pupuk kandang atau pupuk hijau. Hanya saja perlu digarisbawahi, sebaiknya gunakan pupuk
kandang atau hijau yang telah matang benar dan teksturnya sudah berbentuk granul seperti tanah.
Penggunaan pupuk kandang yang belum matang beresiko membawa hama dan panyakit pada
tanaman.

c. Arang sekam atau sabut kelapa

Arang sekam merupakan hasil pembakaran tak sempurna dari sekam padi. Arang sekam berguna
untuk meningkatkan kapasitas porositas tanah. Penambahan arang sekam pada media tanam akan
memperbaiki struktur media tanam karena mempunyai partikel-partikel yang berpengaruh pada
pergerakan air, udara dan menjaga kelembaban.

Manfaat arang sekam adalah bisa menetralisir keasaman tanah, menetralisir racun, meningkatkan
daya ikat tanah terhadap air, merangsang pertumbuhan mikroba yang menguntungkan bagi
tanaman, menjadikan tanah gembur sehingga memperbaiki drainase dan aerasi tanah. Arang
sekam lebih baik dibanding sekam padi, karena arang sekam sudah mengalami pembakaran yang
bisa menghilangkan bibit penyakit atau hama yang mungkin saja terikut.

Selain arang sekam, bisa juga digunakan sisa-sisa sabut kelapa (coco peat). Sabut kelapa
mempunyai sifat seperti arang sekam. Media tanam sabut kelapa cocok digunakan di daerah
yang kering dengan curah hujan rendah. Sabut diambil dari bagian kulit kelapa yang sudah tua.

Cara membuat media tanam organik


Berikut ini cara-cara membuat media tanam polybag atau pot dengan menggunakan bahan baku
yang telah diterangkan di atas. Untuk membuat media tanam yang baik diperlukan unsur tanah,
bahan pengikat atau penyimpan air dan penyedia unsur hara. Bahan baku yang akan digunakan
dalam tutorial berikut adalah tanah top soil, kompos dan arang sekam. Berikut langkah-
langkahnya:

Siapkan tanah yang terlihat gembur dan subur, lebih baik diambil dari bagian paling atas.
Kemudian ayak tanah tersebut hingga menjadi butiran-butiran halus. Usahakan tanah dalam
keadaan kering sehingga tidak menggumpal. Tanah yang menggumpal akan menyebabkan
bahan-bahan tidak tercampur dengan merata.
Siapkan kompos yang telah matang, bisa dari jenis kompos biasa, bokashi atau kompos
takakura. Ayak kompos atau humus tersebut sehingga menjadi butiran halus.
Siapkan arang sekam, silahkan baca cara membuat arang sekam.
Campurkan tanah, kompos, dan arang sekam dalam sebuah wadah. Komposisi campuran adalah
2 bagian tanah, 1 bagian kompos dan 1 bagian arang sekam (2:1:1). Aduk hingga merata.
Siapkan pot atau polybag, masukkan campuran tersebut kedalamnya. Media tanam sudah siap
digunakan.

Sekadar catatan, ketiga bahan baku tersebut bisa juga dicampur dengan komposisi 1:1:1 atau
2:1:1. Mana yang terbaik bagi Anda, tentunya tergantung dari jenis tanaman dan ketersediaan
sumber daya. Mengenai hasil, beberapa penelitian menunjukkan hal yang berbeda. Lebih baik
mencobanya secara try and error.

Media tanam sangat berguna apabila kita ingin menanam sayuran dalam polybag atau pot.
Metode seperti ini cocok diterapkan di lahan yang terbatas atau lahan sempit. Berikut ini contoh
penerapan budidaya sayuran dalam polybag.

http://alamtani.com/media-tanam-sayuran-polybag.html
Cara membuat arang sekam padi
alamtani.com

Arang sekam memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun kebutuhan industri.
Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah, bahan pembuatan kompos,
bokashi, takakura, media tanam dan media persemaian.

Arang sekam dibuat dari pembakaran tak sempurna atau pembakaran parsial sekam padi. Bahan
baku arang sekam bisa didapatkan dengan mudah di tempat-tempat penggilingan beras. Bahkan
di beberapa tempat, sekam padi dianggap sebagai limbah. Sebanyak 20-30% dari proses
penggilingan padi akan dibuang dalam bentuk sekam padi.

Cara membuat arang sekam


Ada berbagai cara membuat arang sekam padi. Berikut ini akan diuraikan cara sederhana dan
efektif untuk membuat arang sekam sendiri. Terdapat dua tahapan, yaitu tahap penyiapan alat
pembakaran dan tahap proses pembakaran sekam padi.

Membuat alat pembakaran

1. Cari tong silinder atau drum yang terbuat dari besi, seng, alumunium atau logam yang tahan api
lainnya. Sebaiknya berukuran kurang lebih 20 liter. Kemudian buang salah satu dari alas atau
atap silinder tersebut.
2. Pada bagian alas atau atap silinder yang tidak dibuang, buat lubang berbentuk lingkaran dengan
diameter 10 cm. Usahakan lubang terdapat tepat ditengah-tengah lingkaran atau berada di titik
pusat diameter silinder.
3. Kemudian buat lubang-lubang dengan paku atau pahat pada dinding silinder (diamater kurang
lebih 0,5 cm) dengan jarak antar lubang sekitar 2-3 cm. Lubang ini berfungsi untuk membuang
panas dari bahan bakar ke tumpukan sekam padi, tanpa harus membakar sekam secara
langsung.
4. Cari atau buat pipa seng sepanjang 1 cm dengan diamater 10 cm. Masukkan pipa seng tersebut
kedalam lubang yang telah dibuat pada alas atau atap silinder, sehingga berfungsi sebagai
cerobong asap bagi kamar pembakaran yang ada di silinder utama.
5. Rekatkan pipa dengan cara dilas sehingga pipa berdiri tegak lurus di atas silinder. Atau letakkan
pipa cerobong pada lubang yang ada di silinder, ganjal dengan paku dan ikat dengan kawat besi
agar pipa cerobong bisa berdiri tegak dan tidak melesak ke dasar silinder.

Proses pembakaran arang sekam

1. Pilih lokasi pembakaran yang jauh dari perumahan atau jalan, karena proses pembakaran sekam
padi akan menimbulkan asap yang tebal. Sebaiknya alas tempat pembakaran terbuat dari lantai
keras yang tahan panas, atau alasi bagian bawah dengan plat seng sebelum melakukan
pembakaran. Hal ini untuk memudahkan pengambilan arang sekam.
2. Buat api unggun seukuran silinder yang telah kita buat sebelumnya. Bahan bakarnya bisa
menggunakan kertas koran, kayu bakar atau daun-daun kering. Kemudian nyalakan api, lalu
tutup api tersebut dengan silinder yang telah diberi cerobong asap tadi.
3. Timbun ruang pembakaran silinder yang didalamnya sudah ada nyala api dengan beberapa
karung sekam padi. Penimbunan dilakukan menggunung ke atas setinggi kurang lebih 1 meter
dengan puncak timbunan cerobong asap yang menyembul keluar.
4. Setelah 20-30 menit atau saat puncak timbunan sekam padi terlihat menghitam, naikkan sekam
yang masih berwarna coklat di bawah ke arah puncak. Lakukan terus sampai semua sekam padi
menghitam sempurna.
5. Setelah semua sekam berubah menjadi hitam, siram dengan air hingga merata. Penyiraman
dilakukan untuk menghentikan proses pembakaran. Apabila proses pembakaran tidak
dihentikan maka arang sekam akan berubah menjadi abu.
6. Setelah disiram dan suhunya menurun, bongkar gunungan arang sekam dan keringkan.
Kemudian masukkan ke dalam karung dan simpan di tempat kering.

Untuk melihat tahap demi tahap cara membuat arang sekam secara visual, silahkan tengok video
tutorial yang dibuat oleh Serikat Petani Indonesia berikut ini:

Manfaat arang sekam padi


Di dalam tanah, arang sekam bekerja dengan cara memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi
tanah. Arang sekam bisa meningkatkan porositas tanah sehingga tanah menjadi gembur sekaligus
juga meningkatkan kemampuan tanah menyerap air.

Secara biologis, tanah yang gembur merupakan media yang baik bagi tumbuh dan
berkembangnya organisme hidup. Baik yang berupa mikroorganisme seperti bakteri akar
maupun makroorganisme seperti cacing tanah. Kelebihan lainnya, arang sekam tidak membawa
mikroorganisme patogen. Karena proses pembuatannya yang melalui pembakaran sehingga
relatif steril.

Secara kimia, arang sekam memiliki kandungan unsur hara penting seperti nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K), kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Keasamannya netral sampai alkalis dengan
kisaran pH 6,5 sampai 7. Arang dari sekam padi tidak mengandung garam-garam yang
merugikan tanaman.

Arang sekam kaya akan kandungan karbon, dimana unsur karbon sangat diperlukan dalam
membuat kompos. Dari beberapa penelitian diketahui juga kemampuan arang sekam sebagai
absorban yang bisa menekan jumlah mikroba patogen dan logam berbahaya dalam pembuatan
kompos. Sehingga kompos yang dihasilkan bebas dari penyakit dan zat kimia berbahaya.

Diperkotaan, arang sekam banyak dibutuhkan untu media tanam tanaman hias. Kelebihan media
ini adalah bobotnya yang ringan dan mudah dibersihkan dari akar tanaman. Sifat seperti ini
dibutuhkan untuk tanaman-tanaman yang akan didistribusikan.

http://alamtani.com/arang-sekam-padi.html
Cara membuat pupuk organik cair
alamtani.com

Kali ini alamtani akan membahas cara membuat pupuk organik cair. Pupuk organik cair dalam
pembahasan ini mengacu pada pengertian pupuk organik dan pupuk kompos yang telah dibahas
dalam artikel sebelumnya. Secara singkat bisa dikatakan pupuk organik cair adalah pupuk
berfasa cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan.

Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses pengomposan. Pertama
adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk organik yang telah jadi
atau setengah jadi ke dalam air. Jenis pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk
kandang, pupuk kompos atau campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini
karakteristiknya tidak jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa
cairan. Dalam bahasa lebih mudah, kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam air lalu airnya
dijadikan pupuk.

Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap. Kita tidak bisa
menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama. Setelah jadi biasanya harus langsung
digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk pada permukaan
tanah disekitar tanaman, tidak disemprotkan ke daun.

Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan
dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya dari material organik
yang belum terkomposkan. Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-
benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena
itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang
dilarutkan ke dalam air. Tulisan ini bermaksud untuk membahas pupuk organik cair tipe yang
kedua.

Sifat dan karakteristik pupuk organik cair


Pupuk organik cair tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam bercocok tanam. Sebaiknya gunakan
pupuk organik padat sebagai pupuk utama/dasar. Pupuk organik padat akan tersimpan lebih lama
dalam media tanam dan bisa menyediakan hara untuk jangka yang panjang. Sedangkan, nutrisi
yang ada pada pupuk cair lebih rentan terbawa erosi. Namun di sisi lain, lebih mudah dicerna
oleh tanaman.

Jenis pupuk cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada daun, bunga dan batang
dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik). Pupuk organik cair bisa
berfungsi sebagai perangsang tumbuh. Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat
perubahan dari fase vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji. Daun
dan batang bisa menyerap secara langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau pori-pori
yang ada pada permukaannya.

Pemberian pupuk organik cair lewat daun harus hati-hati. Jaga jangan sampai overdosis, karena
bisa mematikan tanaman. Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan mengundang hama
dan penyakit pada tanaman. Jadi, ketepatan takaran harus benar-benar diperhatikan untuk
mendapatkan hasil maksimal.

Setiap tanaman mempunyai kapasitas dalam menyerap nutrisi sebagai makanannya. Secara
teoritik, tanaman hanya sanggup menyerap unsur hara yang tersedia dalam tanah tidak lebih dari
2% per hari. Pada daun, meskipun kami belum menemukan angka persisnya, bisa diperkirakan
jumlahnya tidak lebih dari 2%. Oleh karena itu pemberian pupuk organik cair pada daun harus
diencerkan terlebih dahulu.

Karena sifatnya sebagai pupuk tambahan, pupuk organik cair sebaiknya kaya akan unsur hara
mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi oleh pupuk utama lewat tanah, pupuk organik cair
harus memberikan unsur hara mikro yang lebih. Untuk mendapatkan kandungan hara mikro, bisa
dipilah dari bahan baku pupuk.

Cara membuat pupuk organik cair


Siapkan bahan-bahan berikut: 1 karung kotoran ayam, setengah karung dedak, 30 kg hijauan
(jerami, gedebong pisang, daun leguminosa), 100 gram gula merah, 50 ml bioaktivator (EM4), air
bersih secukupnya.
Siapkan tong plastik kedap udara ukuran 100 liter sebagai media pembuatan pupuk, satu meter
selang aerotor transparan (diameter kira-kira 0,5 cm), botol plastik bekas akua ukuran 1 liter.
Lubangi tutup tong seukuran selang aerotor.
Potong atau rajang bahan-bahan organik yang akan dijadikan bahan baku. Masukkan kedalam
tong dan tambahkan air, komposisinya: 2 bagian bahan organik, 1 bagian air. Kemudian aduk-
aduk hingga merata.
Larutkan bioaktivator seperti EM4 dan gula merah 5 liter air aduk hingga merata. Kemudian
tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi bahan baku pupuk.
Tutup tong dengan rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang.
Rekatkan tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara. Biarkan ujung selang yang lain
masuk kedalam botol yang telah diberi air.
Pastikan benar-benar rapat, karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob. Fungsi selang
adalah untuk menyetabilkan suhu adonan dengan membuang gas yang dihasilkan tanpa harus
ada udara dari luar masuk ke dalam tong.
Tunggu hingga 7-10 hari. Untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium bau
adonan. Apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang.
Pisahkan antara cairan dengan ampasnya dengan cara menyaringnya. Gunakan saringan kain.
Ampas adonan bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.
Masukkan cairan yang telah melewati penyaringan pada botol plastik atau kaca, tutup rapat.
Pupuk organik cair telah jadi dan siap digunakan. Apabila dikemas baik, pupuk bisa digunakan
sampai 6 bulan.

Gambar tempat pembuatan pupuk organik cair

Penggunaan pupuk organik cair


Pupuk organik cair diaplikasikan pada daun, bunga atau batang. Caranya dengan mengencerkan
pupuk dengan air bersih terlebih dahulu kemudian disemprotkan pada tanaman. Kepekatan
pupuk organik cair yang akan disemprotkan tidak boleh lebih dari 2%. Pada kebanyakan produk,
pengenceran dilakukan hingga seratus kalinya. Artinya, setiap 1 liter pupuk diencerkan dengan
100 liter air.

Untuk merangsang pertumbuhan daun, pupuk organik cair bisa disemprotkan pada tanaman yang
baru bertunas. Sedangkan untuk menghasilkan buah, biji atau umbi, pupuk disemprotkan saat
perubahan fase tanaman dari vegetatif ke generatif. Bisa disemprotkan langsung pada bunga
ataupun pada batang dan daun. Setiap penyemprotan hendaknya dilakukan dengan interval waktu
satu minggu jika musim kering atau 3 hari sekali pada musim hujan. Namun dosis ini harus
disesuaikan lagi dengan jenis tanaman yang akan disemprot.

Pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan daun, gunakan pupuk organik cair yang banyak
mengandung nitrogen. Caranya adalah dengan membuat pupuk dari bahan baku kaya nitrogen
seperti kotoran ayam, hijauan dan jerami. Sedangkan pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan
buah, gunakan bahan baku pupuk yang kaya kalium dan fosfor, seperti kotoran kambing, kotoran
sapi, sekam padi dan dedak. Kandungan setiap jenis material organik bisa dilihat di tabel berikut.

Secara sederhana bisa dikatakan, untuk membuat pupuk perangsang daun gunakan sumber bahan
organik dari jenis daun-daunan. Sedangkan untuk membuat pupuk perangsang buah gunakan
bahan organik dari sisa limbah buah seperti sekam padi atau kulit buah-buahan.

http://alamtani.com/pupuk-organik-cair.html

Anda mungkin juga menyukai