Indonesia memiliki potensi kuat dalam mengembangkan
wirausaha, terutama yang berkaitan dalam bidang industri yang
memanfaatkan bahan pertanian. Hal tersebut tidak terlepas dari potensi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan teknologi yang tersedia. Industri rumahan atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM) yang memanfaatkan produk pertanian senantiasa berkembang dan dalam jangka pendek menopang pemulihan ekonomi. Masifnya UMKM ini dapat menghasilkan tenaga kerja produktif, mengentaskan kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan antar pelaku usaha. Peningkatan produktivitas pada UMKM sangat dipengaruhi oleh investasi dan perubahan teknologi, dan memiliki keuntungan yang fleksibel.
Pisang merupakan buah segar dan manis yang dapat diolah
menjadi berbagai produk olahan ekonomi seperti keripik, selai, dan lain sebagainya. Selain itu, pisang merupakan tanaman yang dapat berbuah tanpa dipengaruhi musim. Dalam 100 g buah pisang terdapat 136 kalori, disamping kaya akan mineral terkandung di dalamnya seperti kalium, magnesium, besi, fosfor, kalsium, serta memiliki vitamin B serta C, pro-vitamin A (betakaroten). Dengan kandungan gizi tersebut, masyarakat tidak hanya mengkonsumsi langsung buah pisang namun diolah menjadi beberapa aneka produk, tidak terkecuali keripik. Pisang yang banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan keripik adalah pisang ambon dan kepok kuning.
Kualitas keripik pisang untuk ditentukan dari rasa, bentuk
irisan, kerenyahan dan warna. Permasalahan yang terjadi adalah proses pembuatan keripik pisang masih menggunakan alat pengiris keripik pisang yang manual dari tenaga manusia. Hal tersebut tidak efisien diterapkan jika usaha dengan besar penjualan tinggi. Selain itu, irisan yang dihasilkan memiliki bentuk dan geometri yang berbeda bergantung pada keterampilan operator, ditambah dengan ketebalan irisan yang tidak seragam akan mempengaruhi kerenyahan pada keripik pisang.
Proses pembuatan keripik di Indonesia umunya dilakukan
dengan sistem manual. Proses tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja karena produktivita dan efisiensi kerjanya rendah. Cara pengolahan keripik pisang ini mempengaruhi harga dan kualitas, sedangkan kebutuhan keripik pisang di pasaran terus meningkat seiring berkembangnya industry pangan makanan ringan.
Produk makanan ringan berupa keripik pisang
memerlukan pisang dalam jumlah besar, untuk menghasilkan keripik pisang dengan kualitas yang baik dipengaruhi bahan baku pisang dan proses pengolahan. Pada saat ini, pengirisan bahan pangan seperti pisang masih menggunakan alat pengiris manual yang menggunakan papan kayu dengan mata pisau sebagai pisau pengiris yang terletak di atas papan kayu tersebut. Hasil irisan yang diperoleh dengan alat pengiris manual ini kurang efektif karena mata pisau yang dipakai pada alat pengiris manual ini mudah rusak dan berkarat. Oleh karena itu, dibuatlah alat pengiris bahan pangan mekanis yang menggunakan motor listrik untuk menggerakkan komponen utama alat pengiris.
Permasalahan utama yang dihadapi adalah saat proses
perajangan pisang, dimana pada proses perajangan pisang dengan cara manual akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan akibatnya akan menguras tenaga manusia, selain itu bentuknya tidak rapi dan ketebalannya bisa berbeda-beda serta kurang higienis. Pada saat seperti ini banyak mesin perajang yang digunakan untuk membantu dalam proses produksi. akan tetapi, dari penggunaan alat tersebut masih terdapat beberapa kendala atau kekurangan, seperti pengoperasian alatmesin perajang pisang itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mesin perajang
pisang salah satunya adalah jumlah dan jenis mata pisau yang digunakan untuk merajang pisang. Mata pisau yang digunakan harus mampu menghasilkan kualitas keripik pisang yang baik dan juga meningkatkan kuantitas produksi keripik pisang. Penelitian ini akan melihat kinerja macam-macam mata pisau yang digunakan untuk merajang pisang agar mendapatkan kualitas dan tingkat produksi yang lebih baik. Untuk meningkatkan kapasitas produksi keripik pisang, pelaku usaha kini beralih menggunakan mesin perajang dimana juga memudahkan proses dan dapat dapat mempersingkat waktu kerja dengan hasil yang optimum. Pada saat ini juga banyak penelitian yang mengembangkan mesin perajang pisang. Tjandra dan Susanto (2008) mengembangkan mesin perajang pisang untuk home industry dengan tiga pisau vertikal posisi melintang dan miring, pendorong bahan dengan pegas, penggerak motor AC daya = ¼ HP putaran = 1400 rpm, dan tebal hasil perajangan 1 – 3 mm. Lalu, Putra dan Nadliroh (2021) membuat mesin pengiris pisang dengan posisi pisau horizontal empat buah. Dari penelitian yang sudah dilakukan, mesin dapat meningkatkan kapasitas produksi keripik pisang jika dibandingkan dengan pengirisan cara manual.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat mesin
perajang pisang yang bisa digunakan oleh pelaku usaha keripik pisang secara lebih mudah dan lebih cepat. Kegiatan penelitian dilakukan dengan perancangan bangun dan pengujian mesin. Mesin perajang merupakan mesin yang didesain untuk mengiris bahan baku pertanian menjadi bentuk tipis dengan pengirisan sesuai dengan tebal/ukuran yang diinginkan (Widiantara, 2010). Mesin perajang keripik yang digunakan ditentukan memiliki pisau horizontal yang memanfaatkan berat pisang untuk mendorong bahan, berbeda dengan pisau dengan posisi vertikal yang membutuhkan tenaga dari luar untuk memegang dan mendorong bahan (Yudha dan Nugroho, 2020). Mesin yang dikembangkan dapat dimanfaatkan oleh industri rumahan yang memproduksi keripik pisang. Dengan pemanfaatan mesin perajang pisang, maka dapat meningkatkan kapasitas produksi suatu usaha rumahan.\ Proses pembuatan keripik di Indonesia umunya dilakukan dengan sistem manual. Proses tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja karena produktivita dan efisiensi kerjanya rendah. Cara pengolahan keripik pisang ini mempengaruhi harga dan kualitas, sedangkan kebutuhan keripik pisang di pasaran terus meningkat seiring berkembangnya industry pangan makanan ringan.
Produk makanan ringan berupa keripik pisang
memerlukan pisang dalam jumlah besar, untuk menghasilkan keripik pisang dengan kualitas yang baik dipengaruhi bahan baku pisang dan proses pengolahan. Pada saat ini, pengirisan bahan pangan seperti pisang masih menggunakan alat pengiris manual yang menggunakan papan kayu dengan mata pisau sebagai pisau pengiris yang terletak di atas papan kayu tersebut. Hasil irisan yang diperoleh dengan alat pengiris manual ini kurang efektif karena mata pisau yang dipakai pada alat pengiris manual ini mudah rusak dan berkarat. Oleh karena itu, dibuatlah alat pengiris bahan pangan mekanis yang menggunakan motor listrik untuk menggerakkan komponen utama alat pengiris.
Permasalahan utama yang dihadapi adalah saat proses
perajangan pisang, dimana pada proses perajangan pisang dengan cara manual akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan akibatnya akan menguras tenaga manusia, selain itu bentuknya tidak rapi dan ketebalannya bisa berbeda-beda serta kurang higienis. Pada saat seperti ini banyak mesin perajang yang digunakan untuk membantu dalam proses produksi. akan tetapi, dari penggunaan alat tersebut masih terdapat beberapa kendala atau kekurangan, seperti pengoperasian alatmesin perajang pisang itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mesin perajang
pisang salah satunya adalah jumlah dan jenis mata pisau yang digunakan untuk merajang pisang. Mata pisau yang digunakan harus mampu menghasilkan kualitas keripik pisang yang baik dan juga meningkatkan kuantitas produksi keripik pisang. Penelitian ini akan melihat kinerja macam-macam mata pisau yang digunakan untuk merajang pisang agar mendapatkan kualitas dan tingkat produksi yang lebih baik. Mesin perajang pisang merupakan alat bantu untuk merajang pisang menjadi lembaran-lembaran tipis dengan ketebalan 1-2 mm. Bukan hanya itu saja, mesin ini juga dapat menghasilkan hasil rajangan dengan ketebalan yang sama, waktu perajangan menjadi cepat.Mesin perajang pisang ini mempunyai sistem transmisi berupa puli. Bila motor listrikdihidupkan (on), maka motor akan berputar kemudian gerak putar dari motor ditransmisikan ke pulley 1, kemudian dari pulley 1 ditransmisikan ke pulley 2 dengan menggunakan belt untuk menggerakkan poros 1. Dengan begitu gear box akan berputar untuk proses penurunan putarandan di teruskan ke poros yang akan memutar piringan tempat pisau untuk proses perajanganpisang.(Yudha & Nugroho, 2020).
Perancangan mesin perajang pisang memiliki dimensi yang
tergonomis.Pengoperasian mesin mudah dan hanyamembutuhkan tenaga satu orang operator.Kapasitas perajangan pisang mencapai 40kg/jam dengan pendorong pisang semiotomatis menggunakan pegas. (Yudha & Nugroho, 2020)
Dari tiga variasi sudut pisau yang digunakan sudut pisau 54
dengan putaran 150 rpm yang membutuhkan daya palimg rendah.Putaran mesin berpengaruh terhadap kinerja perajang pisang. Pada putaranmesin 150 rpm maka daya listrik yang dibutuhkan semakin kecil. kapasitas pemotongan keripik tertinggi terdapat pada apercobaan A1B1 dengan kecepatan putaran piringan 800 rpm dan menggunakan 2 pisau yaitu sebesar 60 kg/jam. Sedangkan persentase kerusakan hasil potongan tertinggi terdapat pada sampel A2B3 (kecepatan putaran piringan 700 rpm dan 4 pisau) yaitu sebesar 40 %. ketebalan potongan menunjukkan sampel A3B3 (kecepatan putaran piringan 600 rpm dengan 2 pisau) yaitu sebesar 2,02 mm.(E Eswanto, 2019) Perajangan pisang ini memiliki teori pada dasarnya masih sama dengan model perajangan pisang manual biasanya, tetapi jenis perajang pisang ini lebih modern dari segibahan dan kualitasnya, peroses pemotongan pisang dengan alat ini, masih belum memenuhi kebutuhan produksi pisang dengan jumlah yang besar, untuk memproduksi pisang yang dihasilkan ini menghasilkan 12 kg dalam perjam namun hasil rajangan pisangnya berbentuk agak kelonjongan dan saat merajang pisang perlu di perhatikan hsil rajangan nya supaya tidak hancur dan berantakan, disisi lain hasil rajangan ini sangat lah sederhana dan belum menggunakan penggerak seperti motor ac, belting, pully dan bering , namun agar lebih efisiensi menggunakan komponen seperti motor ac, dan puly dan lain nya,disi lain pengusaha agar lebih merubah atau menambah komponen lain nya agar bisa menhgasilkan pisang yang banyak seperti pengusaha lain dan mendapat hsil rajangan pisang yang banyak..alat ini dilengkapi dengan empat buah mata pisau, yang pemotongannya saling bergantian terhadap bahan baku, bahan pisang diumpankan ke mata pisau yang sedang berputar. alat ini hanya bisa untuk pemotongan dalam bentuk pemotongan yang bulat, dan hasil penyayatannya juga membentuk gerigi kecil dan bergelombang, ketebalan juga relatif tidak sama. Pada sub bah ini akan membahas mengenai perencanaan daya yang digunakan, kapasitas mesin, momen tarsi, momen inersia, putaran motor penggerak, dan perbandingan putaran.
2.2.1 Daya yang Dibutuhkan
Daya motor merupakan salah satu parameter dalam menentukan performa motor. Pengertian dari daya itu adalah besamya kerja motor selama kurun waktu tertentu. Setelah melakukan pembuatan mesin maka dilakukan pengukuran gaya untuk mendapatkan besar tarsi, setelah itu besar daya yang dibutuhkan pada proses pemotongan pisang, talas, dan pisang dapat menggunakan rumus :
2.2.2 Momen Torsi
Untuk mencari besar momen tarsi pada poros dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
2.2.3 Momen Inersia
Sebuah partikel dengan massa m sedang berotasi pada sumbunya dengan jari-jari R. Momen inersia titik partikel tersebut dinyatakan sebagai hasil kali massa dengan jarak ke sumbu putar atau jari- jari. Dengan demikian, momen inersia dapat dinyatakan dengan rumus :
2.2.4 Kapasitas Mesin
Perencanaan Kapasitas Produksi atau Production Capacity Planning merupakan salah satu proses yang penting dalam suatu sistem produksi. Kapasitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai, menyimpan atau menghasilkan sedangkan yang dimaksud dengan Kapasitas Produksi adalah jumlah unit maksimal yang dapat dihasilkan dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Mencari kapasitas mesin yang di rencanakan , rumus yang di gunakan untuk perhitungannya adalah: 2.2.5 Putaran Motor Penggerak Motor listrik secara umum digunakan untuk menggerakkan atau memutar mesin-mesin pabrik dan industri, baik secara langsung maupun melalui proses pengurangan besar putaran atau biasa dengan speed reducer. Untuk beberapa mesin yang beroperasi dengan besar putaran sama dengan putaran motor listrik, maka pemasangan motor listrik tidak perlu menggunakan speed reducer atau gearbox. Rumus yang digunakan untuk menghitung putaran motor penggerak dan poros transmisi, adalah:
2.2.6 Daya dan Momen Perencanaan
Daya dan momen perencanaan dapat diketahui dengan rumus sebgaai berikut :
2.2.7 Perbandingan Putaran
Penentuan Velocity Ratio ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan kecepatan dari pulley I dengan pulley 2. Perbandingan kecepatan tersebut dapat dinyatakan sesuai dengan persamaan :
2.2.8 Perencanaan Sambungan Pen
Contoh penggunaan pen silindris dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Pada gambar 2.4 pen mendapat tegangan geser akibat beban. Sedangkan gambar 2.5 pen mendapat gaya geser akibat momen torsi. Gambar 2.4 Tegangan geser karena gaya Gambar 2.5 Tegangan geser karena torsi
a. Peninjauan geser karena beban P
Akibat beban P, maka pen (pada gambar a) mendapat tegangan geser. b. Peninjauan geser karena momen puntir M Tegangan geser yang timbul akibat momen puntir dapat dinyatakan: 10