Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Analisis laporan keuangan

Analisis Rasio Keuangan

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Agus Saputra
2. Ambar Sulistia Ningsih
3. Anggi Hidayati
4. Apri Sujiono
5. Rahma Dhani Saputra
6. Syerli

DOSEN PENGAMPU :

1. Suwaji, SE,MM

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI (STIE-I)

RENGAT

2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Analisi Laporan Keuangan",
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang Analisis Rasio Keuangan

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Analisis Laporan
Keuangan yaitu ibu Ivalaina Suwaji, SE,MM
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun. Terima kasih.

Rengat, 26 Oktober 2017

Penyusun

( Kelompok 3)
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Di era globalisasi saat ini, semakin banyak perusahaan-perusahaan yang berdiri di Indonesia.
Baik perusahaan sejenis maupun yang tidak sejenis. Setiap perusahaan pasti memiliki rencana
keuangan yang berbeda-beda. Saat ini semua perusahaan wajib membuat suatu laporan yang
berkaitan dengan perkembangan keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah


perlu untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan
keuangannya. Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan
perusahaan secara periodik. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari
kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan dalam
akuntansi serta pendapat pribadi yang tertuang dalam prinsip akuntansi Indonesia tahun 1984.

Definisi laporan keuangan yaitu suatu media informasi yang digunakan oleh suatu perusahaan
untuk melaporkan keadaan dan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan yaitu pihak internal dan eksternal perusahaan yang bermanfaat bagi pihak
tersebut dalam pengambilan keputusan secara ekonomi.

Informasi tersebut disusun dan disajikan perusahaan dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi,
laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Karena laporan keuangan merupakan bentuk
pertanggung jawaban pimpinan perusahan atau pihak manajemen atas tugas yang diberikan
untuk mengelola perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Jika
perusahaan tidak membuat laporan keuangan, maka pihak-pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan tidak dapat mengambil keputusan ekonomi dalam rangka memajukan perusahaan.
BAB I

PEMBAHASAN

A. Analisis Rasio Keuangan

Rasio adalah hubungan matematis antara dua kuantitas, agar memiliki arti, rasio dalam
laporan keuangan harus mengacu pada hubungan yang penting secara ekonomi. Misal,
karena ada hubungan yang penting antara laba dengan aset yang digunakan untuk
menghasilkan laba, maka rasio laba terhadap aset menjadi penting untuk dianalisis

Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan.
Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan menjadi :
a. Perbandingan Internal (Time Series Analysis) yaitu membandingkan rasio-rasio finansial
perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
b. Perbandingan Eksternal (Cross Sectional Approach) yaitu membandingkan rasiorasio antara
perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan
atau membandingkannya dengan rasio rata-rata industri pada saat yang sama.

Jenis analisis rasio keuangan:

1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Aktivitas
4. Rasio Laverage
5. Rasio Profitabilitas
6. Rasio Nilai Pasar
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek tepat pada waktunya.
Liquidity Ratio yang umum digunakan antara lain :
a). Current Ratio,
Merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek)
yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan
aktiva lancar.

Current Ratio =

b). Quick Ratio, merupakan alat ukur bagi kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih
likuid.

Quick Ratio =

2. Rasio solvabilitas (solvency).
Rasio Solvabilitas mengukur tingkat keuangan yang dibiayai dengan hutang dan
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh hutangnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Secara umum, perusahaan dapat
membayar atau menjamin seluruh hutangnya apabila hartanya lebih besar
dibandingkan dengan seluruh hutangnya. Termasuk rasio solvabilitas adalah;
a) Assets To Liabilities Ratio
Assets to total liabilities ratio merupakan rasio perbandingan antara total
harta dengan total hutang. Rasio ini bermanfaat untuk melihat seberapa
besar harta yang dimiliki untuk menjamin seluruh hutangnya.
Total Asset
Assets to Liabilities Ratio =
Total Liabilities
b) Debt To Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan ratio total hutang terhadap modal sendiri.
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar pembelian aktiva yang
dibiayai hutang dibandingkan dengan modal sendiri.
Total aktiva yang dimiliki dapat didanai dari sumber hutang (creditor) maupun
dari modal sendiri (investor/owner). Rasio ini menggambarkan hubungan
antara kedua sumber pendanaan tersebut.

Total Liabilities
Debt to Equity Ratio =
Total Equity

3. Rasio aktivitas (activity).

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengendalikan


investasinya di aset (lebih besar lebih baik). merupakan alat ukur sejauh mana
efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya - sumber dayanya.
Rasio - rasio ini antara lain. Termasuk rasio aktivitas;

a) Tingkat Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)


Transaksi penjualan yang dilakukan perusahaan bisa jadi sebagian besar
merupakan penjualan secara kredit, sehingga piutang merupakan aktiva
lancar yang jumlahnya cukup besar jika dibandingkan dengan lainnya.
Piutang dari penjualan secara kredit diharapkan dapat segera dicairkan
menjadi kas, maka Tingkat Perputaran Piutang dapat dihitung sebagai berikut
:

Account Receivable Turnover = Total Credit Sales

Average Account Receivable


b) Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
Tingkat perputaran persediaan atau inventory turnover, mengukur seberapa
cepat persediaan berputar dalam operasional. Secara umum, semakin cepat
persediaan berputar akan semakin baik pengaruhnya terhadap operasional
perusahaan. Hal tesebut dapat berarti bahwa persediaan banyak diambil
untuk dijual dan biaya penyimpanan dan pemeliharaan dapat dikurangi.
Biayabiaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan antara lain yaitu:
sewa gudang, asuransi, listrik, alat pendingin, karyawan dan dana yang
digunakan untuk membeli persediaan.

Inventory Turnover = Cost of Good Sool

Average Inventory

4. Rasio leverage keuangan (financial leverage Ratios).


Rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan mengandalkan pendanaan
utang. Termasuk rasio Laverage;
a) Debt To Total Assets Ratio,
yaitu rasio yang menghitung berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan
dana yang dibiayai dengan hutang. Formulasinya :

Total Liabilities
Debt To Total Assets Ratio =
Total Asset

b) Time Interest Earned Ratio,


yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang
(turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena
perusahaan tidak mampu membayar bunga. Formulasinya


Time interest earned ratio:=
5. Rasio profitabilitas (profitability).
Rasio Profotabilitas menunjukkan sejauh mana perusahaan mampu
menghasilkan laba (lebih besar lebih baik). Termasuk Rasio Prifitabilitas
a) Margin Laba (Profit Margin)
Manajemen sering mengevaluasi kemampuan mereka dalam
menghasilkan laba (keuntungan) dari seluruh pendapatan dari penjualan
yang dilakukan. Margin laba dihitung dengan cara laba bersih ( net income)
dibagi dengan total pendapatan ( Total revenue).

Profit Margin = Net Income x 100%

Total Revenue

b) Rasio Efisiensi Operasional (Operating Efficiency Ratio/Gross Operating


Profit Ratio)
Operating Efficiency Ratio disebut juga Gross Operating Profit Ratio. Rasio
ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen sesungguhnya tanpa
dipengaruhi oleh biayabiaya yang timbul akibat keputusan pemilik atau
investor, seperti : penyusutan, bunga pinjaman bank dan asuransi.
Sedangkan, pendapatan dan biaya yang terjadi dalam operasional dari
revenue center maupun support center sepenuhnya dapat dikendalikan
manajemen. Sehingga pengukuran operating efficiency ratio merupakan
pengukuran kemampuan manajemen dalam menghasilkan keutungan tanpa
dipengaruhi keputusan pemilik.

Operating Efficiency Ratio = Income Before Fixed Charge x100%

Total Revenue
c) Return On Assets (ROA)
Return On Assets merupakan ratio yang mengukur seberapa besar
keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan l. ROA diperoleh dengan cara
net income dibagi dengan total assets. Rreturn on assets Star Hotel dapat
dihitung sebagai berikut :

ROA = Net Income x 100%

Average Total Assets

6. Rasio Nilai Pasar


Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham
dengan laba, nilai buku per saham, dan dividen. Rasio ini memberikan petunjuk
mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu
serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).
Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan relatif terhadap nilai
bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut pandang
investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga
berkepentingan dalam rasio ini.
Rasio-rasio Nilai Pasar
1) Deviden Per Share Ratio (DPSR); menunjukan jumlah deviden yang
diterima pemegang saham dari setiap lembar saham.
2) Earning Per Share Ratio (EPSR); EPS menunjukan jumlah uang yang
dihasilkan (return) dari setiap lembar saham.
3) Price Earning Ratio (PER) menunjukan nilai dari laba yang dilaporkan,
yang nantinya dijadikan acuan investor dalam menilai prospek saham.
4) Book value per share Ratio (PBVR) dihitung dengan membagi ekuitas
saham biasa dengan jumlah saham yang beredar.
5) Dividen yield Ratio (DYR) merupakan sebagian dari total return yang
akan diperoleh investor.
1) Deviden Per lembar saham (Deviden Per Share)

Deviden Per Share (DPS); menunjukan jumlah deviden yang diterima


pemegang saham dari setiap lembar saham . Semakin besar nilai DPS
semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.

Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan


dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain.

DPS = Total Deviden yang Dibayarkan


jumlah saham beredar

2) Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)

Earning Per Share (EPS); EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan
(return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar
keuntungan yang diterima pemegang saham.

Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan


dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain.

Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan


harga saham di masa mendatang..

3) Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)


Price Earning Ratio (PER) menunjukan nilai dari laba yang dilaporkan, yang
nantinya dijadikan acuan investor dalam menilai prospek saham.
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang.
Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung
pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat
pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki
PER yang rendah.

4) Rasio Nilai Buku Per Saham (Price To Book Value Ratio)


Book value per share (PBV) dihitung dengan membagi ekuitas saham biasa
dengan jumlah saham yang beredar.
Bila seorang investor pesimis atas prospek suatu saham, maka banyak
saham dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor
optimis maka saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.

5) Rasio Pendapatan Dividen (Dividend Yield Ratio)


Dividen yield Ratio merupakan sebagian dari total return yang akan
diperoleh investor.
Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi
akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar
akan diinvestasikan kembali.
Perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar
saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield
untuk perusahaan semacam ini akan cenderung lebih rendah.
6) Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)

Dividend Payout Ratio (DPRS) Rasio ini melihat bagian pendapatan yang
dibayarkan sebagai dividen kepada investor sedangkan bagian lain yang
tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan.

Semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan
pendapatan perusahaan.

7. Rasio Economic Value Added (EVA)


Economic value added (EVA) adalah keuntungan operasi setelah pajak, dikurangi biaya
modal yang di gunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan
secara adil harapan-harapan para pemegang saham dan krditur. Economic value added
(EVA) merupakan perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata perusahaan.
Hal ini membuat perhitungan economic value added (EVA) lain dengan perhitungan
analisis rasio keuangan lainya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan
dengan menggunakan pendekatan economic value added (EVA) di libatkannya biaya
modal operasi setelah laba bersih, dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam
perhitungan konvensional.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai economic value added (EVA)
akan naik terus menerus, karena economic value added (EVA) adalah tolak ukur
fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital). Ada beberapa
cara untuk meningkatkan nilai EVA perusahaan yaitu:
1) Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal
2) Menurangi pemakaian modal.
3) Melakukan investasi pada proyek-proyek dengan tingkat pengembalian
tinggi.
Konsep EVA tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan
sejenis dalam industri dan tidak perlu membuat analisis kecenderungan dengan
tahin-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada seberapa besar
laba yang dihasilkan setelah dikurangi dengan biaya modal rata-rata tertimbang.

EVA = Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) Biaya modal


NOPAT = Laba operasi + Penghasilan bunga Pajak penghasilan
Pembebasan pajak atas bunga
Biaya Modal = Modal yang diinvestasikan x Biaya modal rata-rata tertimbang
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan sisa laba
setelah penyedia modal memberikan kompensasi sesuai tingkat pengembalian
yang dibutuhkan atau setelah semua biaya modal yang digunakan untuk
menghasilkan laba. Laba yang dimaksud disini adalah Net Operating Profit After
Tax (NOPAT). Biaya modal adalah biaya bunga pinjaman dari biaya ekuitas yang
digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang dihitung secara rata-rata
tertimbang (Weighted Average Cost of Capital / WACC).

Contoh 1 Analisis Rasio Keuangan:

Contoh 2. Rasio Nilai Pasar

Contoh 3. Rasio EVA

8. Market Value Ratios


Dividend
- Dividend payout ratio =
EAT

Dividend per share


- Dividend yield =
Price per share
EAT
- Earning per-share =
Number of share outstanding
Price per share
- Price earning ratio =
Earning per share
Price per share
- Price book value ratio =
Book value per share

Berdasarkan analisis rasio keuangan, kesehatan perusahaan bisa dilihat dari:


- Tingkat rasio secara individual
- Perbandingan rasio dari waktu ke waktu dalam perusahaan yang sama
(perkembangan rasio).
\

Anda mungkin juga menyukai