PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun
kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama
pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada
umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan.
Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis
wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga
banyak penelitian melibatka anak-anak yang rentan untuk terjangkit HIV.
Setiap usaha dilakukan untuk memastikan bahwa keluarga akan merasa baik.
Orang-orang yang terinfeksi positif HIV yang mengetahui status mereka
mungkin dapat memberikan manfaat. Namun, seks tanpa perlindungan antara
orang yang yang berisiko membawa HIV sero-positif sebagai super infeksi,
penularan infeksi seksual, dan kehamilan yang tidak direncanakan dapat
membuat penurunan kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini jelas bahwa
banyak pasangan yang harus didorong untuk melakukan tes HIV untuk
memastikan status mereka dengan asumsi bahwa mereka mungkin terinfeksi
karena pernah memiliki hubungan seksual denga seseorang yang telah diuji
dan ditemukan sero-positif HIV.
Evolusi infeksi HIV menjadi penyakit kronis memiliki implikasi di semua
pengaturan perawat klinis. Setiap perawat harus memiliki perawatan klinis.
Setiap perawat harus memiliki pengetahuan tantang pencegahan,
pemeriksaan, pengobatan, dan kronisitas dari penyakit dalam rangka untuk
memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada orang-orang dengan
atau berisiko untuk HIV.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, antara lain :
a. Apa pengertian HIV/AIDS ?
1
b. Bagaimana etiologi pada HIV/AIDS?
c. Bagaimana manifestasi klinis pada HIV/AIDS?
d. Bagaimana penularan HIV/AIDS ibu ke anak?
e. Bagaimana Penularan Penyakit HIV/AIDS?
f. Bagaimana pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS?
g. Bagaimana pengobatan HIV/AIDS?
h. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat :
a. Memahami tentang penyakit HIV/AIDS
b. Mengetahui etiologi pada HIV/AIDS
c. Memahami manifestasi klinis pada HIV/AIDS
d. Mengetahuii penularan HIV/AIDS ibu ke anak
e. Mengetahui Penularan Penyakit HIV/AIDS
f. Mengetahui cara pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS
g. Memahami pengobatan HIV/AIDS
h. Mengetahui pencegahan HIV/AIDS
i. Mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
2
AIDS atau merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia
dapat dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Deficiency : kekurangan
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus
(HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
3
Wanita usia produktif merupakan usia yang berisiko tertular infeksi HIV.
Dilihat dari profil umur, ada kecendrungan bahwa infeksi HIV pada wanita
mengarah ke umur yang lebih muda, dalam arti bahwa usia muda lebih
banyak terdapat wanita yang terinfeksi, sedangkan pada usia di atas 45 tahun
infeksi pada wanita lebih sedikit. Dilain pihak menurut para ahli kebidanan
bahwa usia reproduktif merupakan usia wanita yang lebih tepat untuk hamil
dan melahirkan. Hasil survey di Uganda pada tahun 2003 mengemukakan
bahwa prevalensi HIV di klinik bersalin adalah 6,2%, dan satu dari sepuluh
orang Uganda usia antara 30-39 tahun positif HIV-AIDS perlu diwaspadai
karena cenderung terjadi pada usia reproduksi.
B. Etiologi
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati
diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel
glia jaringan otak. Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di
antaranya ;
4
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan
kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HIV,
berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi
atau jarum suntik yang terkontaminasi.
C. Manifestasi Klinis
TBC
Gejala infeksi HIV pada wanita hamil, uumnya sma dengan wanita tidak
hamil atau orang dewasa. infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang
tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala
(asimtomatik) pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada
5
stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS
rata-rata baru timbl 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
D. Patofisiologi
Faktor Resiko :
1. Seks Bebas
2. Berganti-ganti pasangan
3. Pengguna Narkoba suntik
4. Penerima transfuse darah
5. Tenaga medis
Ibu hamil-bayi
Penularan melalui :
1. Antepartum/ in utero
2. Inpartum
3. Postpartum/ melalui ASI
Ibu
Anak
Efek obat
6
Sistem imun
Mual/muntah
Diare kronis
Imunitas
MK : Nyeri
Gampang Sakit
hepatosplenomegali
MK : Nyeri
Pneumonia
Sersak
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita
HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko
penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997).
Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah
terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup.
Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan
7
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh
virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang
dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru
melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif
apabila ibu:
e. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika
dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui
transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama
proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh
karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
8
- Anak pertama dalam kelahiran kembar
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat
menunjukkan tes negative pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba
mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan
respons antibody bayi vs ibu.
Hitung darah lengkap (HDL) dan jumlah limfosit total: Bukan diagnostic
pada bayi baru lahir tetapi memberikan data dasar imunologis.
EIA atau ELISA dan tes Western Blot: Mungkin positif, tetapi invalid
Kultur HIV (dengan sel mononuclear darah perifer dan, bila tersedia,
plasma).
9
Tes reaksi rantai polymerase dengan leukosit darah perifer: Mendeteksi
DNA viral pada adanya kuantitas kecil dari sel mononuclear perifer
terinfeksi.
Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis
selama periode neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering yang ditemukan
pada anak adalah pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii. Gejala
umum yang ditemukan pada bayi dengan ifeksi HIV adalah gangguan tumbuh
kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali
(pembesaran hapar dan lien.
Karena antibody ibu bisa dideteksi pada bayi sampai bayi berusia 18
bulan, maka tes ELISA dan Western Blot akan positif meskipun bayi tidak
terinfeksi HIV karena tes ini berdasarkan ada atau tidaknya antibody
terhadap virus HIV. Tes paling spesifik untuk mengidentifikasi HIV adalah
PCR pada dua saat yang berlainan. DNA PCR pertama diambil saat bayi
berusia 1 bulan karena tes ini kurang sensitive selama periode satu bulan
setelah lahir. CDC merekomendasikan pemeriksaan DNA PCR setidaknya
diulang pada saat bayi berusia empat bulan. Jika tes ini negative, maka bayi
terinfeksi HIV. Tetapi bila bayi tersebut mendapatkan ASI, maka bayi resiko
tertular HIV sehingga tes PCR perlu diulang setelah bayi disapih. Pada usia
18 bulan, pemeiksaan ELISA bisa dilakukan pada bayi bila tidak tersedia
sarana pemeriksaan yang lain.
10
Anak-anak berusia lebih dari 18 bulan bisa didiagnosis dengan
menggunakan kombinasi antara gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Anak dengan HIV sering mengalami infeksi bakteri kumat-kumatan, gagal
tumbuh atau wasting, limfadenopati menetap, keterlambatan berkembang,
sariawan pada mulut dan faring. Anak usia lebih dari 18 bulan bisa
didiagnosis dengan ELISA dan tes konfirmasi lain seperti pada dewasa.
Terdapat dua klasifikasi yang bisa digunakan untuk mendiagnosis bayi dan
anak dengan HIV yaitu menurut CDC dan WHO.
CDC telah merekomendasikan skrining rutin HIV secara suka rela pada
ibu hamil sejak tahun 2001. Banyak dokter telah mengadopsi kebijakan
universal opt-out skrining HIV (yang berarti bahwa pengujian adalah
otomatis kecuali jika wanita secara khusus memilih untuk tidak di uji) pada
wanita hamil selama tes kehamilan rutin dan telah dieliminasi persyaratan
11
untuk konseling sebelum uji dilakukan dan persetujuan tertulis untuk tes HIV.
Penelitian dianalisis oleh Angkatan US Preventive Services Task
mengungkapkan bahwa pada tahun 1995 tingkat tes HIV di antara wanita
hamil di Amerika Serikat adalah 41% 9 (dianjurkan dilakukan tes universal
pada tahun pertama kehamilan) dan meningkat menjadi 60% pada 1998. Pada
tahun 2005, di negara bagian dan provinsi Kanada yang telah menerapkan
pengujian "opt-out", angka tes HIV di antara perempuan hamil berkisar antara
71% sampai 98%, dibandingkan dengan 15% menjadi 83% dalam keadaan
dan provinsi yang memiliki Kebijakan opt-in yang membutuhkan seorang
wanita untuk secara khusus meminta tes HIV.
G. Penatalaksanaan
Pengalaman program yang signifikan dan bukti riset tentang HIV dan
pemberian makanan untuk bayi telah dikumpulkan sejak rekomendasi WHO
untuk pemberian makanan bayi dalam konteks HIV terakhir kali direvisi
pada tahun 2006. Secara khusus, telah dilaporkan bahwaantiretroviral (ARV)
intervensi baik ibu yang terinfeksi HIV atau janin yang terpapar HIVsecara
signifikan dapat mengurangi risiko penularan HIV pasca kelahiran melalui
menyusui. Bukti ini memiliki implikasi besar untuk bagaimana perempuan
yang hidup dengan HIV mungkin dapat memberi makan bayi mereka, dan
bagaimana para pekerja kesehatan harus nasihati ibu-ibu ini. Bersama-sama,
intervensi ASI dan ARV memiliki potensi secara signifikan untuk
meningkatkan peluang bayi bertahan hidup sambil tetap tidak terinfeksi HIV.
12
Kesehatan Ibu dan Anak mereka. Hal ini berbeda dengan rekomendasi
sebelumnya di mana petugas kesehatan diharapkan untuk
memberikan nasihat secara individual kepada semua ibu yang terinfeksi HIV
tentang berbagai macam pilihan pemberian makanan bayi, dan kemudian
ibu-ibu dapat memilih cara untuk pemberian makanan bayinya.
H. Pencegahan
13
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga
cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan
setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:
14
3. Penatalaksanaan selama menyusui
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
e. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses
piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi
dan delusi.
15
h. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan
ADL.
m. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa keperawatan 1
16
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,
malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
Intervensi Keperawatan :
Rasional
Kriteria hasil:
b. Diagnosa Keperawatan 2
17
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan
infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat
ditransmisikan.
Intervensi
Rasional
Kriteria Hasil :
c. Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi:
Rasional :
18
3. Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik
Kriteri Hasil :
d. Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi :
Rasional :
3. Mengurangi muntah
Krtiteria Hasil :
e. Diagnosa Keperawatan 5
19
Diare berhubungan dengan infeksi GI
Intervensi
Rasional
4. Menghilangkan distensi
Kriteriaa hasil:
f. Diagnosa Keperawatan 6
Intervensi :
Rasional :
20
1. Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan
keluarga.
Krtiteria Hasil :
4. Implentasi
DX. 1
DX.2
DX.3
21
2. Memberikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
DX.4
DX.5
DX.6
5. Evalusi
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari
individu yang terinfeksi virus tersebut.
B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik
dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartati Nyoman, Suratiah, Mayuni IGA Oka. Ibu Hamil dan HIV-AIDS.
Gempar: Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol. 2 No.1 Juni 2009.
2. Doku Paul Narh. Parental HIV/AIDS status and death, and Childrens
Phychological Wellbeing. International Journal of Mental Health system
2009;3(26):1-8
24
3. Siregar FA. Pengenalan dan Pencegahan HIV-AIDS. Medan. Universitas
Sumatera Utara, 2004.
5. Dorland WAN. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: EGC.
10. Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan Edisi 4. EGC:
Jakarta. 2007.
11. Hartati N, Suratiah, Iga OM. Ibu hamil dengan HIV-AIDS. Gempar: Jurnal
Ilmiah Keperawatan. 2009:2:1.
25