Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KLIPING

PERMASALAHAN TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN


JEMBER

Disusun oleh:
Nadhia Luthfi Bridantari

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PENDAHULUAN

Pada bulan Maret 2013 yang lalu sempat ramai di media mengenai isu RTRW
(Rencana Tata Ruang Wilayah) Kab.Jember tahun 2011-2031 yang disinyalir sebagian
naskahnya merupakan hasil jiplakan dari RTRW Kab.Kebumen dan Kab.Wonosobo. Kasus
memalukan ini cukup menjadi bukti bahwa para pengambil kebijakan kurang serius bekerja
demi kepentingan rakyat. Bagaimana bisa RTRW yang menyangkut hajat hidup orang
banyak itu digarap dengan cara yang terkesan asal-asalan dan sekedar formalitas? Belum lagi
realitas di lapangan banyak terjadi
tataguna lahan yang tidak sesuai dengan
RTRW bahkan hingga berakhir dengan
bencana.

Peristiwa banjir bandang dan tanah


longsor di kabupaten Jember pada 1
Januari 2006 salah satu penyebabnya
adalah curah hujan sangat tinggi selama
tiga hari berturut-turut. Di samping itu,
peristiwa banjir bandang yang terjadi di
kawasan Sub DAS Kali Putih
kecamatan Panti kabupaten Jember
tersebut diprediksi akibat dari kerusakan
hutan di Pegunungan Argopuro yang
terletak di bagian utara Jember. Hutan
sebagai pelindung banyak yang ditebang
sehingga gundul. Hal ini dapat dilihat
dari longsoran tanah bercampur air
hujan menerjang dan yang membawa
balok-balok kayu. Balok-balok kayu
terbawa banjir dominan dari Pohon Jati,
Pinus, Mahoni yang merupakan ciri dari
hasil hutan produksi. Peristiwa ini
merupakan kesalahan dari penataan
ruang wilayah Jember. Pegunungan
Argopuro sebagai kawasan lindung
yang merupakan daerah resapan air
(catchment area), beralih menjadi
perkebunan kakao dan kopi, serta hutan
produksi kemudian terjadi penebangan
yang berakibat penggundulan (Putra,
2008). Akibatnya, saat hujan di hulu
maka daerah hilir rawan banjir dan
longsor sedangkan saat kemarau rawan
kekeringan. Selain itu, Jember yang
dahulunya tergolong daerah bersuhu
rendah kini makin panas. Daerah yang
terkenal berbukit dan dahulunya
dijuluki kota seribu gumuk kini tak
mampu menghalau angin.
PEMBAHASAN
Kabupaten Jember
adalah sebuah kawasan yang
terletak pada bagian timur
wilayah Propinsi Jawa Timur.
Luas wilayah Kabupaten Jember
adalah 3.293,34 km2 (atau
sebesar 7% dari luas wilayah
Propinsi Jawa Timur) dengan
karakter topografi berbukit
hingga pegunungan di sisi utara
dan timur serta merupakan
dataran subur yang luas ke arah
selatan. Secara garis besar
wilayah Kabupaten Jember
dibagi menjadi dua kawasan,
yaitu kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
Jika kita pelajari RTRW
Kab.Jember maka dapat
dicermati bahwa visi penataan
ruangnya sangat kental dengan
nuansa kepentingan para pemilik
modal. Bupati Djalal sendiri
menyatakan hendak menjadikan Jember sebagai wilayah industri dan perdagangan, termasuk
di dalamnya pengembangan area pertambangan yang notabene terdapat di kawasan Taman
Nasional Meru Betiri yakni hutan lindung. Menurut data RTRW Kabupaten Jember banyak
sekali ditemukan penyimpangan. Data tersebut menunjukkan banyak alih fungsi lahan yang
seharusnya tidak terjadi, seperti rencana lahan yang seharunya digunakan sebagai kawasan
perkebunan seluas 255,30 km2 menjadi lebih luas 265,14 km2. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi pelanggaran dalam hal tata guna lahan, penambahan area perkebunan tersebut berasal
dari konversi lahan hutan lindung yang seharusnya keutuhan areanya dijaga guna
melestarikan keseimbangan alam.
Alih fungsi lahan yang juga tidak tepat adalah berubahnya tanah-tanah gumuk dan
pertanian menjadi area bisnis properti dan pertokoan bahkan mall. Gumuk-gumuk sebagai
ekosistem alami penyeimbang tata ruang, penahan erosi, penghalau angin kencang,
penampung cadangan air saat kemarau, kini dikeruk habis-habisan hingga rata dengan tanah
lalu disulap menjadi perumahan-perumahan mahal yang tidak terjangkau rakyat dan pada
akhirnya banyak yang kosong selama bertahun-tahun, hanya menjadi aset pribadi para
pemodal. Akibatnya rusaklah ekosistem alami, kekeringan dan angin kencang melanda
Jember. Lahan pertanian beralih fungsi, sebaliknya sebagian area hutan lindung ditanami
komoditas pertanian akibatnya erosi, banjir, dan longsor karena tanah tidak lagi memiliki
tanaman keras yang akarnya panjang untuk menyerap air dan menghindari pengikisan.

SOLUSI
Pemerintah harus memastikan setiap warganya telah mampu memenuhi kebutuhan
pokoknya (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan) sekalipun harus berkeliling
dari rumah ke rumah. Oleh karena itu, kebijakan tata ruang wilayah juga akan diselaraskan
dengan konsep kemakmuran tiap-tiap individu termasuk kelestarian lingkungannya.
Lahan-lahan yang mempunyai pengaruh terhadap kemaslahatan rakyat tidak boleh
dimiliki oleh swasta, tapi harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat banyak, bukan
hanya pemilik modal saja. Jika ada lahan milik umum kemudian dikonversi menjadi milik
pribadi, maka harus dilihat faktanya. Jalan, rel kereta api, pinggiran sungai, tepian pantai atau
yang lain, maka lahan-lahan tersebut tidak boleh dikonversi atau digunakan untuk
kepentingan pribadi, yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Kawasan konservasi dan resapan air (catchment area) dengan berbagai tanaman dan
pohon yang ada di dalamnya, tidak boleh dikonversi menjadi pemukiman ataupun
perkebunan apalagi pertokoan/mall yang bisa merusak fungsinya. Ini juga merupakan lahan
milik umum, dan termasuk dalam kategori hima (daerah yang diproteksi) agar tidak dirusak
atau dialihfungsikan. Jika tata ruang ini tidak diindahkan, maka daerah-daerah di bawahnya
akan terkena dampaknya, yaitu tergenang air kiriman dari kawasan puncak, karena air
tersebut tidak lagi bisa diserap oleh kawasan di atasnya, karena telah dialihfungsikan.
Pemerintah diberikan kewenangan untuk melakukan tindakan paksa, jika penggunaan
lahan-lahan milik umum tersebut bisa membahayakan kepentingan publik, seperti meluapnya
air sungai, banjir rob air laut maupun banjir kiriman yang semuanya terjadi akibat
penggunaan lahan yang tidak sebagaimana mestinya. Bangunan rumah, bahkan masjid atau
fasilitas umum lainnya bisa dirobohkan untuk menjaga agar lahan tersebut tetap
dipertahankan sebagaimana fungsi dan peruntukannya.

Anda mungkin juga menyukai