Bab 1 Pendahuuan
Bab 1 Pendahuuan
Istilah kewirausahaan sering digunakan silih berganti dengan istilah kewiraswastaan. Dari
dua istilah itu dapat diapresiasi bahwa makna wira berarti berani atau berjiwa kepahlawanan, swa
artinya sendiri, usaha artinya cara-cara yang dilakukan dan sta asrtinya berdiri. Jadi, seorang
kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan adalah mereka yang memiliki keberanian, berjiwa
kepahlawanan wirasastra tidak memiikinya.
Istilah kewiraswastaan atau kewirausahaan itu sesungguhnya bermuara pada pengertian
pada istilah asing yakni entrepreneurship. Raymond (1995) yang dikutip oleh Lupiyodi dan
Wacik (1998) dan dikutip lagi dalam buku manajemen pendidikan kejuruan karangan tim dosen
administrasi pendidikan universitas pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa
entrepreneurship merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru atau inovasi guna memperoleh
kesejahteraan atau kekayaan individu dan mendapatkan nilai tambah bagi masyarakat.
Kesejahteraan atau nilai tambah bagi masyarakat sebagai tujuan dari kewirausahaan itu,
dilakukan melalui pengungkapan gagasan baru, penggalian sumber daya, dan merealisasikan
gagasan itu menjadi suatu kenyataan yang menguntungkan.
Dan mengembangkan cara cara yang mandiri. Menurut Lupiyodi dan Wacik (1998) yang
dikutip dalam buku manajemen pendidikan kejuruan karangan tim dosen administrasi pendidikan
universitas pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa memang realitasnya wiraswasta itu
sama dengan wirausaha yakni berusaha keras menunjukkan sifat-sifat keberanian, keutamaan
dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Meskipun
demikian, wirausaha dan wiraswasta dapat dibedakan, yaitu wirausaha memiliki visi
pengembangan usaha, kreativitas dan daya inovasi, dan mengembangkan cara cara yang mandiri.
Sedangkan wirasastra tidak memiikinya.
Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang terus-menerus yang
dilakukan pihak sekolah terutama kepala sekolah dalam menjadikan sekolahnya lebih bermutu.
Konsep kewirausahaan ini meliputi usaha membaca dengan cermat peluang-peluang, melihat
setiap unsur institusi sekolah adanya sesuatu yang baru atau inovatif, menggali sumber daya
secara realistic dan dapat dimanfaatkan, mengendalikan resiko, mewujudkan kesejahteraan
(benefits) dan mendatangkan keuntungan financial (profits). Benefits dan profits ini terutama
dilihat dan mengembangkan cara cara yang mandiri. Sendangkan wirasastra tidak
memiikinya.untuk kepentingngan peserta didik, guru guru, kepaa sekolah.
Bab 2
Pembahasan
A. karakteristik seorang wirauasaha
Kunci keberhasilan dalam berwirausaha adalah dengan memahami diri sendiri. Untuk
memulai suatu usaha, hal penting yang harus dipahami adalah apakah yang bersangkutan
memiliki jiwa berwirausaha atau tidak. Seorang wirausaha harus memiliki sifat seperti berikut :
a) percaya diri, b) berorientasi tugas dan hasil, c) pengambil resiko, d) kepepimpinan, e)
keorisinalan,
B .Strategi kewirausahaan bagi sekolah
Strategi kewirausahaan merupakan langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh kepala sekolah
dalam menjadikan sekolahnya sebagai organisasi yang bersifat kewirausahaan (entrepreneurial
organization). Lupriyono dan Wacik (1998) yang dikutip dalam buku inovasi
C. Pengembangan visi/misi
Langkah awal dalam mewirausahakan lembaga pendidikan adalah merumuskan
visi/misi. Visi atau misi merupakan gambaran cita-cita atau kehendak sekolah yang ingin
diwujudkan dalam masa yang akan datang. Visi sekolah harus dirumuskan dengan jelas, singkat
dan mengandung dukungan nyata untuk mewujudkan perubahan atau inovasi yang bersifat
entrepreneurial.
Visi yang telah dirumuskan, selanjutnya disosialisasikan atau disebarluaskan kepada semua
pihak yang berkepentingan dengan pendidikan di sekolah dasar. Maksudnya, agar visi tersebut
dapat dimengerti dan dipahami secara mendalam sehingga memperoleh dukungan. Visi yang
telah dirumuskan melahirkan misi dan program-program yang harus diemban dalam praktik
kewirausahaan.
D. Dorongan inovasi
Berkaitan dengan semangat mewirausahakan sekolah, strategi ini berarti menumbuh-
suburkan dan mengembangkan gagasan-gagasan orisinil dan inovatif. Karena itu, setiap kepala
sekolah dalam mewirausahakan sekolahnya dituntut memiliki agenda inovasi. Agenda inovasi ini
menjadi aat spesifik dan utama dalam mewirausahakan suatu sekoah. Agenda inovasai yang
dimiliki itu sewajarnya merujuk pada perangkat mutu atau criteria mutu yang merefleksikan
kebutuhan dan harapan-harapan tentang pendidikan di sekolah dari semua pihak yang
berkepentingan. Sebagai alternative, terdapat dua unsure pokok yang dapat dipertimbangkan
untuk agenda inovasi tersebut. Pertama unsure internal institusi sekolah dan kedua alat spesifik
dan utama dalam strategi mewirausahakan suatu sekolah unsure ekxternal sekolah itu.
Unsur unsur internal institusi sekolah yang dapat di kaji, meiputi:
1. Pembeajaran yang di alami peserta didik
2. Pengembangan kurikuum/program pendidikan
3. Kompetensi professional guru dan pengembangan system pengajaran.
4. Prasarana dan pengembangan sarana fasilitas pendidikan
5. Pembiyaan pendidikan
6. Pengembangan budaya sekolah
7. Perilaku manejemen itu sendiri.
Unsur-unsur eksternal dari institusi sekolah itu yang dapat dikaji meliputi :
1 Perhatian dan paisipasi orang tua/masarakat.
2 kondisi alam dan ingkungan sosia budaya masarakat. Agenda inovasi sebagai contoh-contoh
program yang mengungkapkan kewirausahaan dari kedua unsure sekolah.
Pada dasarnya setelah merumuskan sejumlah masalah atau kritikan untuk setiap unsur
institusi sekolah, maka kemudian dapat mengidentifikasi sejumlah gagasan baruuntuk setiap
unsure institusi sekolah tersebut. Sejumlah gagasan baru yang lahir sebagai peluang bisnis,
menuntut kelayakan dan perumusan yang tepat hingga menjadi suatu program yang benar-benar
bermuatan
Menaksir kemampuan diri dan mencari moda
Gagasan, kemauan dan kerja keras adalah modal bagi seorang wirausaha. Dan uang
adalah salah satu imbalan yang diperoleh dari usaha mewujudkan gagasan-gagasan itu. Modal
memiliki pengertian bukan sekedar menyangkut uang, melaikan gagasan itu sendiri, tenaga kerja,
prasarana/sarana, dan segala sumber lingkungan yang dapat mendukung implementasi proyek
usaha. Mewirausahakan institusi pendidikan tidak berangkat dari nol, tetapi juga tidak terlampau
mengandalkan moda pinjaman. Umumnya sekolah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah
terpencil kondisinya masih memprihatinkan. Kemampuan dan potensinya amat terbatas. Karena
itu penaksiran kemampuan dan pencarian modal masih lebih bersifat out-sourcing yaitu melihat,
mempelajari dan memanfaatkan modal pinjaman sumber sumber yang berada di uar sekolah.
Daftar pustaka