Anda di halaman 1dari 2

Rubefasiensia merupakan stadium awal dari iritansia yang dapat menyebabkan hiperemi

arterial maupun kapiler. Pada percobaan ini menggunakan bahan menthol yang digosokkan pada
permukaan kulit, kloroform diletakkan diatas kulit dan ke empat jari tangan dimasukkan
kedalam air, alkohol 25%, gliserin 25%, dan minyak olivarum. Kulit yang digosokkan
menggunakan menthol, mengakibatkan terjadinya kemerahan dan rasa sakit pada permukaan
kulit tersebut. Menthol bekerja pada reseptor dingin, sehingga sensasi yang dirasakan ketika
menggunakan menthol adalah rasa dingin. Namun, bila menthol digosokkan secara terus
menerus akan menimbulkan efek panas dan nyeri. Menthol sendiri bekerja dengan cara
meningkatkan vasodilatasi kulit, sehingga mampu mengurangi fungsi kulit.
Pada percobaan menggunakan kloroform, bagian kulit yang ditetesi kloroform tidak
mengalami perubahan bila dibandingkan dengan bagian kulit yang ditutupi kapas ber kloroform ,
hasilnya berupa rasa perih dan kemerahan. Kloroform merupakan turunan asam formiat dan
termasuk senyawa polihalogen(Fessenden 1984). Bila terkena udara dan cahaya, kloroform akan
mengalami oksidasi secara lambat membentuk fosgen dengan toksisitas yang tinggi. Kloroform
juga merupakan pelarut organik yang efektif. Karena sifat ini lah kloroform dapat bersifat toksik
sehingga mampu menimbulkan ruam merah pada kulit (Ansel 1989).
Fenol merupakan senyawa yang dapat menembus kulit dan mampu menyebabkan
terjadinya keratolisis pada kulit. Pada percobaan kali ini, fenol dicampur kedalam larutan uang
berbeda, antara lain; air, alkohol25%, gliserin 25%, dan minyak olivarium. Jari tangan yang
dicelupkan kedalam air mengalami keriput dan pucat. Hal ini terjadi karena air merupakan
pelarut yang efektif, sehingga pencampuran air dan fenol tidak akan mengurangi reaksi dari
fenol. Jari tangan yang dicelupkan kedalam larutan fenol yang ditambah alkohol 25% mengalami
reaksi keriput, pucat, lepuh dan mati rasa. Alkohol merupakan senyawa yang bersifat toksik, dan
memiliki kelarutan yang rendah. Fenol dan alkohol sama-sama memiliki gugus OH, sehingga
apabila fenol direaksikan dengan alkohol akan terbentuk ester etil etanoat (Loomis 1978).
Fenol yang dicampurkan gliserin dan minyak olivarium tidak menimbulkan efek
toksikasi (Loomis 1978). Fenol yang dicampur dengan minyak olivarium akan menyebabkan
fenol mengalami kesulitan dalam menembus lapisan kulit, sehingga diperlukan waktu yang lebih
lama dan berat molekul fenol jauh lebih besar dari minyak olivarium (Ansel 1989). Perbedaan
tekanan osmotik akan menyebabkan terjadi nya penarikan cairan sel. Pengkerutan jari terjadi
dikarenakan tekanan osmotik diluar jauh lebih besar,sehingga air sel yang dari dalam tertarik
keluar. Penggunaan minyak olivarium memperkecil tegangan permukaan, sehingga pencampuran
minyak olivarium dapat melindungi jari.

Fessenden & Fessenden. 1984. Kimia Organik II. Jakarta: Erlangga.

Ansel, Howaed C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta: UI Press

Loomis, Ted A. 1978. Toksikologi Dasar. Edisi ketiga. Semarang: IKIP semarang press.

Anda mungkin juga menyukai