Anda di halaman 1dari 23

A.

Pendahuluan
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas kinerja,
tranparansi, dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia. Upaya ini mendapat momentum dengan
dilakukannya reformasi keuangan negara berupa diterbitkannya tiga paket undang-undang di bidang
keuangan negara yaitu UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara.
Perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan merupakan
bagian reformasi bidang keuangan negara seperti yang diamanatkan dalam UU Nomor 17 tahun
2003. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan basis akrual yakni dapat
menghasilkan data keuangan yang rinci dalam hal penelusuran kejadian ekonomi suatu transaksi,
sehingga mencapai tingkat transparasi, akuntabilitas dan auditabilitas yang dinginkan oleh pengguna
akhir laporan keuangan. Tetapi ada juga pendapat bertentangan yang menyatakan tingginya
transparabilitas dan akuntabilitas basis akrual daripada basis kas menimbulkan biaya implementasi
yang lebih mahal, kinerja yang lebih banyak, interpretasi yang beragam dari pemakai sistem, dan
secara keseluruhan lebih kompleks. Oleh karena itu ada negara yang berhasil dalam penerapan
implementasi akuntansi basis akrual seperti New Zealand dan Australia, tetapi adapula yang gagal
seperti Nepal dan Fiji.
Penentuan keberhasilan implementasi akuntansi secara akrual antara lain dipengaruhi oleh
Kehati-hatian dalam memilih strategi penerapan akrual basis, komitmen politik, mengkomunikasikan
tujuan, cukupnya tenaga akuntan yang handal, sistem akuntansi informasi yang memadai, badan
audit tertinggi harus memiliki sumberdaya yang tepat. Untuk itulah, dengan memperhatikan seluruh
aspek dan kondisi yang terjadi di Indonesia, Pemerintah mengambil strategi untuk menerapkan
akuntasi berbasis akrual secara bertahap dibandingkan dengan big bang. Harapan besar agar
Indonesia dapat berhasil menerapkan akuntansi akrual secara penuh di tahun 2015.

Akuntansi Berbasis Akrual

Dalam reformasi di bidang keuangan negara, perubahan yang paling signifikan adalah
perubahan di bidang akuntansi pemerintahan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, pemerintah pusat akan menerapkan akuntansi berbasis akrual. Pasal 12 dan 13 UU No. 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa pendapatan dan belanja dalam
APBN dicatat menggunakan basis akrual. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa basis akrual
dapat memberikan informasi keuangan yang lebih lengkap daripada basis lainnya.

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 1


Pengertian basis akrual berdasarkan PSAP 01 adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis akrual ini berbeda dengan
basis kas yang pengakuan transaksi dan peristiwa lainnya tersebut ditentukan oleh ada tidaknya
aliran kas baik untuk kas masuk maupun kas keluar. Dalam basis akrual, pendapatan diakui pada saat
hak telah diperoleh (earned) dan beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber
daya dikonsumsi. Pengakuan aset dilakukan pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh dan
mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal, dan kewajiban diakui pada saat dana pinjaman
diterima atau pada saat kewajiban timbul.
Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk
mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat. Penggunaan basis
akrual dapat memberikan gambaran keuangan pemerintah yang lebih informatif yang nantinya
dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pemerintah. Manfaat penerapan basis akrual,
menurut H Thompson, mencakup hal-hal dibawah ini:
1. Menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
2. Menunjukkan bagaimana aktivitas pemerintah dibiayai dan bagaimana pemerintah dapat
memenuhi kebutuhan kasnya.
3. Menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang sebenarnya kewajiban pemerintah
4. Meningkatkan daya pengelolaan asset dan kewajiban pemerintah.
5. Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan lebih komprehensif dalam penyajian
informasinya.
6. Prinsip dan standar yang dapat diterima umum membentuk basis transaksi pelaporan.
7. Menyediakan data yang lebih meningkat ketika pemerintah melakukan kegiatan perencanaan
dan pengambilan keputusan ekonomi.
8. Secara signifikan memperkuat pengelolaan dan pengembangan anggaran khususnya melalui
pengakuan dan pengendalian asset dan kewajiban pemerintah.
9. Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) yang dipraktekkan secara internasional berbasis akrual.

Perubahan basis akuntansi dari basis kas ke basis akrual di Indonesia tidak dilakukan secara
spontan (big bang). Implementasi akuntansi berbasis akrual dilakukan secara bertahap dengan
menggunakan basis kas menuju akrual (Cash Toward Accrual) sebagai jembatan pada masa transisi
dari basis kas ke basis akrual.

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 2


B. Strategi Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di Negara Lain

Sebelum Indonesia memutuskan untuk menerapkan sistem akuntansi pemerintahan


berbasis akrual, sebelumnya telah banyak negara-negara lain di dunia yang telah menerapkan
akuntansi berbasis akrual untuk pencatatan keuangan sektor publiknya. Namun, implementasi
akuntansi berbasis akrual di negara-negara tersebut tidak semuanya berjalan sesuai harapan, ada
negara yang sukses menerapkan akuntansi akrual di negaranya seperti Selandia Baru dan Australia,
namun ada juga yang gagal misalnya Nepal dan Fiji.

Mempelajari strategi penerapan akuntansi akrual di negara lain sangat bermanfaat bagi
Indonesia agar pemerintah mampu memilih dan memilah langkah dan strategi yang tepat untuk
diterapkan di Indonesia serta mampu pula menghindari kesalahan penerapan sebagaimana negara-
negara yang belum berhasil mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai implementasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Selandia Baru,
Australia, Nepal, dan Fiji termasuk latar belakang penerapan, faktor-faktor pendukung, dan upaya-
upaya pemerintah di sana dalam menyukseskan program tersebut.

1. Selandia Baru

Latar Belakang

Pada tahun 1980-an terjadi fenomena perubahan gaya manajemen di sektor publik akibat
stagnansi ekonomi yang menghantam beberapa negara seperti Selandia Baru, Australia dan
Inggris. Fenomena perubahan ini popular disebut New Public Management. Alasan utamanya
adalah ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah yang dianggap tidak efisien dan
efektif dalam pengelolaan sumber daya pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ketidakpuasan ini dipicu
oleh keadaan utang pemerintah yang terus meningkat, pajak lebih tinggi, dan turunnya
pertumbuhan ekonomi. Dalam banyak kasus pemerintah diminta untuk mereview perannya dalam
kegiatan dan operasi serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Pemerintah diinginkan untuk
berbuat lebih banyak dengan diiringi tuntutan agar manajer sektor publik menjadi lebih akuntabel
(Buhr, 2010:12)..

Periode 1970an hingga periode 1980an, Selandia Baru terus mengalami pembengkakan
utang, dari 21% di tahun 1975 hingga mencapai 57,2% dari total GDP di tahun 1987. Hal ini
menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerintah untuk melakukan reformasi di sektor publiknya
termasuk dengan sistem akuntansi yang digunakan. Pemerintah Selandia Baru mengeluarkan
rekomendasi perbaikan tata kelola keuangan, antara lain dengan menyiapkan pengukuran kinerja
yang lebih sesuai dan spesifik, pendefinisian kembali tujuan dari sistem yang akan digunakan,
pengadopsian akuntansi akrual secara penuh, serta perubahan dalam penekanan pelaporan
yang dihasilkan (dari pelaporan yang berorientasi input ke output).

Selandia Baru menjadi negara pertama yang sepenuhnya melaksanakan akuntansi akrual
baik di tingkat nasional dan lembaga. Reformasi akuntansi akrual di Selandia Baru merupakan
paling komprehensif di antara semua negara. Reformasi ini bertujuan untuk mencapai efisiensi.
Untuk mencapai tujuan ini Selandia Baru menjalankan tiga kebijakan yaitu memisahkan fungsi
komersial dari operasi pemerintah lainnya, menguatkan garis pertanggungjawaban menteri dan
eksekutif dan merancang anggaran dan sistem manajemen keuangan untuk meningkatkan

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 3


pengukuran kinerja sektor publik. Tiga kebijakan ini mempengaruhi adopsi akuntansi akrual di
Selandia Baru.

Tahapan Implementasi

Departemen Keuangan Selandia Baru sudah mulai mempersiapkan akuntansi akrual pada
tahun 1987. Public Finance Act diundangkan pada tanggal 1 Juli 1989. Undang-undang tersebut
yang menjelaskan penggunakan metode akuntansi akrual untuk penganggaran dan pelaporan
keuangan. Undang-undang juga mendefinisikan atribut dari manajemen fiskal yang baik, dan
memastikan pemerintah memenuhi kriteria tertentu.

Pada tahun 1992 Selandia Baru berhasil membuat laporan keuangan dengan akuntansi
akrual di seluruh entitas pemerintah. Selandia Baru butuh tiga tahun untuk menerapkan akuntansi
akrual dan empat tahun untuk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi untuk seluruh
pemerintah (Beerson B,2011:17). Secara keseluruhan, reformasi keuangan di Selandia Baru
menghasilkan perubahan positif yaitu peningkatan akuntabilitas, kinerja keuangan yang lebih baik,
mencapai efisiensi dan pengurangan staf.

Sejak tahun 1994, pemerintah Selandia Baru telah berhasil mengeluarkan laporan keuangan
konsolidasi bulanan, setengah tahun, dan tahunan untuk seluruh negara bagian, yang
menyediakan gambaran yang lebih komprehensif terhadap seluruh sumber daya negara tersebut.

Lingkungan yang Mendukung Implementasi

Terdapat beberapa faktor yang mendukung Implementasi akuntansi pemerintahan berbasis


akrual di Selandia Baru, diantaranya :

1. Key people, adalah orang-orang yang berperan penting dalam proses reformasi keuangan
yang dilakukan. Orang-orang tersebut terdiri dari politisi di dewan, bendahara negara di
kementerian (treasury), dan pejabat penyusun laporan keuangan (financial management support
service).

2. Axial principles, mencakup pemikiran konseptual dan penerapan ide-ide dan pengetahuan teoritis
ke dalam prinsip yang disepakati dan digunakan dalam praktik. Komitmen dalam menjalankan
panduan yang telah disepakati membuat proses yang dijalankan menjadi lebih komprehensif
dibandingkan di negara-negara lainnya. Komitmen tersebut berupa peniadaan intervensi politis
selama adopsi sistem akuntansi akrual dilakukan serta pemberian insentif yang tepat dan
sesuai bagi pelaksana keuangan negara untuk memacu kinerja dan tercapainya efektifitas di sektor
publik.

3. Communicating ideas, merupakan penggunaan beragam sarana dalam penyampaian ide,


informasi, dan rencana agar memperoleh timbal balik yang positif dari semua pelaksana keuangan
negara selama proses reformasi keuangan dilakukan. Interaksi yang terjadi selama prosesnya
juga semakin meluas tidak hanya melibatkan orang-orang dalam suatu atau antar organisasi
pemerintah, tetapi juga telah melibatkan orang-orang di tataran international level (seperti OECD,
IMF, dan Bank Dunia), national level (seperti antar kementerian dan antar partai di parlemen),
community level (seperti organisasi formal dan informal di masyarakat),

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 4


organizational/institutional level (seperti lembaga pengawas keuangan negara dan organisasi
akuntan), dan sub-organizational/sub-institutional level (seperti antar unit-unit kerja di berbagai
lembaga negara).

4. Contextual determinants, adalah kondisi atau peristiwa yang relevan dan berpengaruh
dalam proses reformasi yang dilakukan di Selandia Baru. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain:

a. Krisis ekonomi di periode 1970an.

b. Pemilihan umum 1984 yang mengangkat David Lange sebagai Perdana Menteri dengan
membawa gagasan ekonomi baru di tengah krisis keuangan yang menerpa Selandia Baru.

c. Political will para politisi yang mendukung reformasi yang dilakukan.

d. Sistem politik di Selandia Baru yang dijalankan dengan sistem satu kamar (one legislative
chamber) sehingga segala rencana yang disusun pemerintah dan dimasukkan ke dewan untuk
disetujui tidak memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga sering diartikan bahwa
proses yang dijalankan antara legislatif dan pemerintah essentially non-negotiable.

5. Ethos, merepresentasikan ide dimana orang-orang dari organisasi-organisasi yang berbeda


saling bekerja sama dengan sikap terbuka untuk melakukan reformasi dalam pemerintahan.
Hubungan kerja sama yang terjadi seperti antara perdana menteri David Lange dan para
bendahara negara di kementerian dan lembaga negara lainnya. Hubungan tersebut menimbulkan
simpati dari para pegawai pemerintah dimana mereka merasa dilibatkan dan memiliki peran
dalam reformasi yang sedang dijalankan. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di
periode-periode sebelumnya sehingga disebut sebagai bureaucratic revolution.

6. Knowledge, mencakup theoritical knowledge, experiential knowledge, dan precedents.

a. Theoritical knowledge, merupakan filosofi managerial dan pemahaman ekonomi yang


diperoleh dari beragam literatur. Sebagai contoh, pemerintah membuat keseimbangan
antara kebijakan ekonomi makro dan mikro yang berasal dari beragam literatur sebagai asal
muasal reformasi sistem dan manajemen yang dilakukan.

b. Experiential knowledge, mengacu kepada pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari
beberapa orang. Sebagai contoh, pemahaman mengenai masalah yang dihadapi oleh para
pegawai pemerintah dan tata kelola yang dijalankan diperoleh melalui akumulasi pengalaman
dari lembaga-lembaga pemerintah dari beberapa periode yang lalu.

c. Precedents, merepresentasikan waktu dan kebergunaan di masa lalu. Contohnya adalah


penerapan akuntansi akrual bukan pertama kalinya diterapkan di Selandia Baru di periode
1980an tersebut. Hal tersebut pernah dipakai dalam penyusunan neraca keuangan pemerintah di
tahun 1922-1940. Penelusuran lalu dilakukan dan ditemukan bahwa masalah yang terjadi
dalam pelaporan keuangan saat itu adalah akuntansi berbasis kas yang digunakan tidak dapat
merefleksikan keuntungan atau kerugian dari suatu aktivitas yang dilakukan, dan terdapat
keragaman praktik akuntansi di berbagai organisasi pemerintah saat itu.

7. Innovation, merupakan ukuran terhadap metode atau pendekatan baru yang digunakan.
Dalam konteks Selandia Baru, tekanan yang diperoleh pemerintah akibat krisis keuangan di

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 5


tahun 1970an mengharuskan adanya inovasi yang belum pernah dilakukan guna mengatasi
krisis tersebut dalam waktu singkat, dan berhasil dilakukan dalam kepemimpinan perdana menteri
David Lange.

8. Information, diperoleh dari data hasil penelitian dan pengalaman yang relevan. Contohnya
adalah dalam laporan keuangan yang baru dengan menggunakan basis akrual menyediakan
gambaran yang lebih komprehensif mengenai pengelolaan sumber daya oleh pemerintah, yang
berujung pada akuntabilitas dan transparansi, serta terfasilitasinya penilaian kinerja pemerintah
secara keseluruhan.

9. Concequences, merupakan respon yang diterima akibat perubahan tata kelola sektor publik
yang diperoleh melalui akumulasi pengetahuan dan pengalaman serta keinginan untuk
menyediakan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan pemerintah. Konsekuensi
yang diterima pemerintah Selandia Baru adalah akuntansi berbasis akrual yang dijalankan
pemerintah secara penuh, serta dengan dukungan dari berbagai faktor di atas, telah berhasil
meningkatkan kinerja pemerintah.

Permasalahan Dalam Implementasi dan Penyelesaiannya

Sebagai pionir dalam penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual, Selandia Baru
tentu saja menemui berbagai permasalahan yang timbul ketika akan melaksanakan maupun ketika
kebijakan tersebut telah dilaksanakan. Adapun jenis-jenis permasalahan dalam implementasi
akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Selandia Baru antara lain:

1. Akuntansi akrual memerlukan biaya implementasi yang besar


2. Terdapat risiko pengambilan keputusan yang buruk di awal implementasi. Hal ini diakibatkan
pemerintah belum terbiasa menggunakan informasi akuntansi akrual
3. Faktor Sumber Daya Manusia
4. Masalah penilaian aset sebagai warisan dari sistem akuntansi berbasis kas yang digunakan
sebelumnya.
Dalam menyikapi berbagai permasalahan yang timbul dalam proses implementasi, ada
berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah Selandia Baru dalam rangka menyukseskan program
transisi menuju akuntansi pemerintahan berbasis akrual, diantaranya :
1. Komitmen untuk Perubahan
Dukungan dari para pemimpin di sektor publik, baik politisi maupun birokrasi, adalah faktor kunci di
dalam keberhasilan implementasi rezim manajemen keuangan baru. Pada level stratejik, komponen-
komponen di dalam perubahan (reformasi) diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan manfaat
lebih perbaikan untuk birokrasi
2. Manajemen Risiko
Beberapa implementasi perubahan membawa risiko signifikan. Manajemen risiko adalah elemen
kunci dari implementasi reformasi. Hal ini akan dicapai secara bertahap selama proses reformasi.
Contoh, kontrol input yang tersentralisasi akan dipertahankan sebelum suatu departemen berpindah
pada rezim baru. Elemen lain dari manajemen risiko meliputi strategi komunikasi yang intensif,
melalui sosialisasi/diklat, seminar, majalah, jurnal, artikel di koran, dsb. Upaya komunikasi ini sangat
berhasil dalam menanamkan pemahaman umum mengenai kunci-kunci dasar dari reformasi kepada
audiens secara luas

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 6


3. Penerapan di Departemen
Departemen secara individu menerima persetujuan untuk berpindah ke sistem yang baru. Untuk
departemen secara individu, semua elemen kunci dari sistem baru yaitu penganggaran akrual,
proses apropriasi, dan proses pelaporan berubah pada saat yang sama.
4. Pelatihan SDM
Undang-undang Keuangan Publik mengharuskan disusunnya laporan keuangan oleh pemerintah
Selandia Baru (laporan konsolidasian) dan oleh setiap departemen pemerintah dengan berpedoman
pada prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU/GAAP). Penggunaan PABU sangat
memfasilitasi penerapan akuntansi di pemerintahan, dan akan memberikan hasil terbaik dengan
didukung oleh orang-orang yang terlatih/berpengalaman, software, dan sistem.Di samping itu,
Pemerintah Selandia Baru memiliki sebuah badan akuntansi profesional yang terdiri dari akuntan
praktisi, akuntan korporat dan akuntan sektor publik. The Institute of Chartered Accountans of New
Zealand (kemudian menjadi the New Zealand Society of Accountans) tertarik dan mendukung proses
reformasi.
5. Sistem Akuntansi
Aktivitas besar selama masa reformasi adalah melakukan kontrak signifikan antara departemen
departemen dengan perusahaan-perusahaan akuntansi dan penyedia software untuk mendukung
sistem informasi dan manajemen keuangan.
6. Akurasi Neraca Pembukaan
Perhatian penting lainnya adalah upaya untuk menyusun neraca awal (pembukaan) dengan
selengkap dan seakurat mungkin. Tanpa adanya disiplin untuk menyajikan neraca tahunan dan audit
yang merekonsiliasikan antara catatan detil aset dengan buku besarnya, informasi aset di dalam
neraca bisa menjadi kurang valid dan tidak informatif.
7. Biaya Modal (Charging for Capital)
Kelemahan umum dari sistem manajemen keuangan pemerintah adalah adanya tendensi ke arah
maksimalisasi anggaran (belanja) dan tidak adanya perhatian terhadap pengakumulasian aset yang
rendah nilai gunanya. Untuk mengatasi masalah ini Pemerintah Selandia Baru membuat sistem
pengenaan biaya pada departemen atas modal yang digunakannya. Biaya modal ini dikenakan
terhadap kekayaan bersih (net aset) dari setiap departemen. Sistem biaya modal ini memberikan
dorongan agar departemen menghindari pengadaan aset yang kurang bernilai guna.Bagi
departemen yang menarik biaya kepada para pengguna layanan yang diberikannya, akan berusaha
untuk menghitung biaya produk/output dengan metode biaya penuh (full cost) atau dengan
rasionalisasi struktur modal yang berhubungan dengan output (barang/jasa).
8. Alokasi Biaya
Satu persyaratan yang diperlukan untuk memfokuskan sistem manajemen keuangan pada output
adalah membangun sistem akuntansi biaya yang dapat mengalokasikan biaya terhadap output.
Karena biaya output sudah memasukkan biaya modal, maka dimungkinkan untuk membandingkan
biaya output yang dihasilkan suatu departemen dengan biaya output yang serupa yang dihasilkan
pihak lain di sektor publik maupun swasta, dan juga dengan catatan tahun-tahun sebelumnya di
departemen yang bersangkutan. Saat ini telah banyak kemajuan dalam area ini dimana departemen-
departemen mengidentifikasi biaya per unit output untuk tujuan perbandingan internal maupun
untuk benchmarking dengan organisasi-organisasi lain.

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 7


2. Australia

Latar Belakang

Australia merupakan negara persemakmuran dan tumbuh sebagai hasil dari migrasi warga
inggris pada tahun 1800-an. Oleh karena itu, praktik akuntansi Australia lebih fokus pada informasi
yang diperlukan oleh investor dibandingkan dengan keperluan pajak negara tersebut. Dalam
perkembangannya, pemerintah Australia menilai bahwa penggunaan basis akrual akan dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi laporan keuangan yang kemudian berguna dalam
pengambilan keputusan dan akuntabilitas publik. Dengan semakin berkualitas informasi yang
didapat, maka pemerintah akan dapat mengambil keputusan yang efisien dan efektif dalam
pengelolaan keuangan negara.
Sama halnya dengan Selandia Baru, adopsi akuntansi akrual di Australia untuk sektor publik
terjadi selama periode reformasi ekonomi luas, meskipun reformasi Australia barangkali lebih
sederhana dibandingkan dengan Selandia Baru. Tekanan muncul pada awal 1990-an untuk
meningkatkan efisiensi pemerintah dan meningkatkan kinerja. Reformasi komprehensif pada
akhirnya dilakukan dengan cara melaksanakan dua inisiatif yaitu Financial Management
Improvement Program dan Program Management and Budgeting.

Tahapan Implementasi

Sebelum tahun 1990, pemerintah Australia menggunakan basis modifikasi kas (cash
modified) untuk pelaporan keuangan dan pengganggaran. Kemudian sejak tahun 1990, terdapat
pergeseran menuju implementasi akuntansi akrual untuk tujuan pelaporan keuangan. Hampir
bersamaan dengan implementasi akuntansi akrual tersebut, sebagian besar pemerintah mengadopsi
sistem penganggaran kinerja yang dikenal sebagai accrual output budgeting (AOB). Reformasi
anggaran yang dikembangkan Australia, The Accrual Outputs and Outcomes Framework (Guthrie,
1999) menekankan pada kebutuhan akuntabilitas yang lebih kuat dari departemen sehingga
ditujukan untuk meningkatkan akuntabilitas eksternal.
Pada tahun 1991, Standar akuntansi dibuat oleh Australian Accounting Standards Board
(AASB). Aslinya, ASSB bekerja sama dengan Public Sector Accounting Standards Board untuk
membuat standar akuntansi pemerintahan Australia. Urgent Issues Group (UIG) didirikan pada tahun
1994 untuk membantu membahas isu mendesak dalam bidang akuntansi kebanyakan seperti
Emergency Issues Task Force (EITF) di Amerika Serikat.
Pada tahun 1995, diputuskan bahwa departemen harus menyusun pelaporan dengan basis
akrual. Tiga instrumen kebijakan diperkenalkan untuk menggantikan the Audit Act of 1901 (Guthrie,
1998). Tiga instrumen kebijakan tersebut menjadi bagian dari legislasi yang diterapkan sekarang,
yaitu Commonwealth Authorities and Companies (CAC) Act 1997, the Financial Management
and Accountability (FMA) Act 1997 dan Auditor-General Act 1997. Pada tahun 1996, diputuskan
bahwa kerangka penganggaran dan pelaporan berbasis akrual diperkenalkan pada sektor publik
di Australia (Scheers dkk, 2005). Australia mulai mengimplementasikan accrual-based
budgeting tersebut pada tahun anggaran 1999/2000. Secara garis besar, tahap-tahap penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Australia dapat dijabarkan sebagai berikut:

I. Periode sebelum 1989

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 8


Sebelum tahun 1989, Australia menggunakan basis kas untuk pelaporan akuntansi sektor
pemerintah. Hal-hal yang terjadi masa ini seperti :

1. Buku besar kas yang tersentralisasi


Agency mencatat transaksi penerimaan dan pembayaran dalam buku besar pusat
2. Department of Finance and Deregulation Australia menyiapkan Laporan Penerimaan dan
Pembayaran (Anggaran versus Realisasi) oleh Agency untuk setiap item apropriasi. Laporan
ini diaudit penuh
3. Agency tidak disyaratkan untuk menghasilkan laporan keuangan berbasis kas sendiri sampai
1989-1990. Laporan kas telah dimasukkan dalam laporan tahunan agency dan telah diaudit
II. Periode tahun 1989 s.d. 1992

Dalam periode ini, pemerintah Australia mulai menerapkan akuntansi modifikasi kas. Hal-hal
yang terjadi masa ini seperti:

1. Setiap agency disyaratkan untuk mempersiapkan satu set laporan keuangan basis modifikasi
kas untuk pertama kalinya
2. Sebagai bagian dari laporan keuangan tahunan masing-masing agency, Pernyataan informasi
tambahan keuangan meliputi debitur, kreditur, aktiva tetap dan kewajiban tertentu
diperlukan
3. Tidak semua aset dan kewajiban, seperti long service leave, annual leave dan dana pensiun,
diminta untuk diungkapkan
4. Dampak transaksi atau peristiwa non tunai terus diabaikan, termasuk penyusutan
III. Periode tahun 1992 s.d. 1994

Periode ini adalah periode dimana pemerintah melakukan transisi menuju akuntansi akrual
penuh. Hal-hal yang terjadi pada periode ini yaitu : Tahun 1992, Menteri Keuangan
mengumumkan tiap departemen untuk melaporkan dengan basis akuntansi akrual penuh pada
tahun yang berakhir pada 30 Juni 1995. Tahun 1993, Menteri Keuangan mengeluarkan
pedoman baru untuk laporan berbasis akrual, yang diterapkan secara progresif mulai 1993. Tiga
laporan keuangan yang dipersyaratkan adalah :

1. Laporan Penerimaan dan Pembayaran (Kas)


2. Laporan Aset dan Kewajiban Tertentu (Akrual)
3. Laporan Apropriasi (Diterima dan Digunakan)
4. Catatan Penjelas
IV. Periode tahun 1995 dan setelahnya

Proses memindahkan agency Pemerintah Australia dari akuntansi kas ke akuntansi akrual
berlangsung stabil dan terukur. Implementasi akuntansi akrual penuh ditetapkan untuk tahun

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 9


berakhir 30 Juni 1995. Sebuah program terhadap sepuluh agency menyiapkan laporan berbasis
akrual untuk tahun 1992 hingga 1993. Sepuluh agency berikutnya pindah ke format akrual untuk
1993-1994, dan sisanya melaporkan untuk pertama kalinya di 1994 dan 1995. Laporan Akrual
Penuh Agency dimasukkan dalam laporan tahunan mereka dan diaudit. Tahun 1995 Laporan
Akrual Konsolidasi Percobaan dibuat oleh Department of Finance and Deregulation ( DOFAD ).
Tahun 1996 dan 1997, Laporan Akrual Konsolidasi dipublikasikan dan diaudit. Pada Tahun 1998
1999, audit penuh atas Laporan Akrual Konsolidasi.

Lingkungan yang Mendukung Implementasi

Diperlukan waktu belasan tahun untuk menjadikan accrual budgeting and accounting di
Australia dapat dikatakan baik. Proses adopsi penerapan basis akrual ini memakan waktu yang
sangat lama dan meminta adanya beberapa prasyarat, antara lain:

1. Dukungan yang kuat dari sistem informasi manajemen

2. Pengaruh sumber daya manusia

3. Komitmen kepemimpinan

4. Kapasitas parlemen dan eksekutif

5. Proses implementasi yang bertahap.

Permasalahan dalam Implementasi

Berikut ini merupakan permasalahan yang timbul pada saat pemerintah Australia mencoba untuk
menerapkan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual secara menyeluruh, diantaranya:

1. Aset terdaftar tidak lengkap dan tidak up-to-date


2. Penetapan penilaian untuk aset
3. Kendala dalam perolehan informasi IT berbasis akrual
4. Staff tidak familiar dengan persyaratan laporan keuangan
5. Kekurangan dalam akuntansi/sistem IT manajemen keuangan.

Upaya yang dilakukan pemerintah Australia dalam usahanya untuk menyukseskan implementasi
akuntansi pemerintahan berbasis akrual diantaranya:

1. Menyiapkan sistem akuntansi dan IT based system yang andal Pelajaran yang muncul jelas dari
negara-negara berbasis akrual adalah untuk memilih perangkat lunak dan untuk menyesuaikan
proses internal dalam pemerintahan untuk sistem mereka. Masalah muncul dengan sistem
DOFAD yang telah dibangun dengan spesifikasinya dan tidak ada rasionalisasi proses
2. Komitmen kuat dari pimpinan

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 10


3. Menyediakan SDM yang kompeten. DOFAD dan lembaga lainnya tidak memiliki keterampilan
akuntansi yang memadai sehingga DOFAD melakukan kemitraan jangka panjang dengan sektor
swasta.
4. Mengantisipasi resistensi terhadap perubahan
5. Menyiapkan tahapan-tahapan implementasi dengan matang
6. Melakukan perubahan budaya kerja yang menyerupai bisnis:
Pembagian tanggung jawab dan akuntabilitas kepada manager
Budaya kinerja
Peningkatan akuntabilitas eksternal
Informasi akrual yang lebih komprehensif untuk pengambilan keputusan dan reformasi
terkait
7. Memastikan adanya komunikasi yang memadai, baik di internal pemerintahan maupun dengan
pihak eksternal

3. Nepal

Latar Belakang
Nepal merupakan salah satu negara termiskin di dunia yang sebagian besar
perekonomiannya sangat bergantung kepada pertanian. Ekonomi Nepal sangat bergantung dari
ekspor hasil pertaniannya serta dari kunjungan para wisatawan asing ke pegunungan Himalaya.
Namun, nilai ekspor negara ini jauh lebih kecil daripada nilai impor, misalnya di tahun 2008
nilai ekspor Nepal sebesar $907 juta jauh dari nilai impor yang mencapai $33,25 milyar, yang
menyebabkan negara ini menjadi sangat rentan terhadap gejolak ekonomi di dunia.
Contoh kegagalan penerapan akuntansi akrual dapat dilihat di Nepal. Nepal merupakan
salah satu negara yang kurang mampu secara ekonomi. Keadaan ini menyebabkan Nepal sering
menerima bantuan dana dari lembaga internasional. Lembaga internasional berharap dana ini dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik sehingga memaksa Nepal untuk mengadopsi akuntansi
akrual. Ketergantungan pemerintah dari bantuan dan pinjaman luar negeri, baik itu dari
negara-negara donor atau lembaga internasional lainnya, menjadi sangat tinggi karena banyak
sumber daya di dalam negeri yang belum dikelola dengan layak.
Di awal tahun 1960, Pemerintah Nepal memperoleh pinjaman luar negerinya dari United
States Agency for International Development (USAID). Lembaga tersebut bersama Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) membawa misi perbaikan ekonomi ke negara-negara berkembang, khususnya
yang sedang mengalami krisis keuangan seperti Nepal. Agenda yang dibawa oleh USAID dan PBB
adalah pengimplementasian program and performance budgeting (PPB) di lingkungan pemerintah
Nepal. Pelaksanaan PPB diharapkan kemudian dapat menjadi alat yang digunakan oleh pemerintah
dalam mengelola pinjaman dan bantuan luar negerinya dengan lebih efektif dan efisien. Langkah
awal yang dilakukan adalah memperkenalkan dan melembagakan akuntansi berbasis kas di
lingkungan pemerintah pusat. Hal ini menjadi kunci dari reformasi yang dilakukan selama periode
1960an di Nepal.
Namun, ternyata pelaksanaan PPB di Nepal menemui hambatan dalam pengelolaan
dikarenakan sistem akuntansi pemerintah di Nepal tidak memungkinkan untuk melakukan analisis
dan evaluasi dalam pengelolaan dana bantuan luar negeri tersebut. Di saat tersebut, muncullah

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 11


pemikiran untuk beralih ke sistem akuntansi berbasis akrual yang dibawa oleh Bank Dunia agar
pelaksanaan PPB dapat berjalan dengan lancar, yang kemudian saat itu pula menjadi awal dari era
akrualisasi.

Tahapan Implementasi
Proses institusionalisasi akuntansi berbasis akrual diawali di tahun 1987 dimana
pemerintah mulai menyusun kode, klasifikasi, dan format untuk pelaksanaannya di seluruh
instansi pemerintah dan mulai diberlakukan di tahun 1989 pada beberapa proyek
pembangunan yang didanai oleh bantuan dan pinjaman internasional.
Di awal tahun 1990, pemerintah lalu mencanangkan upaya perbaikan terhadap sistem
akuntansi di negara tersebut. Dengan bantuan dari Bank Dunia dan Asian Development Bank
(ADB), pemerintah mengeluarkan tiga rekomendasi perbaikan: penggunaan peralatan teknologi
informasi, pengadopsian standar internasional, dan perubahan menuju akuntansi berbasis akrual
secara menyeluruh.
Namun upaya tersebut mendapat sandungan karena ketidak mampuan seluruh pihak
untuk membuat suatu technical assistance yang memadai untuk dapat diterapkan oleh seluruh
instansi pemerintah. Hal ini menimbulkan tekanan publik yang besar kepada pemerintah
karena telah banyak upaya yang telah dilakukan dalam proses perbaikan tata kelola keuangan
pemerintah namun selalu menemui kegagalan dalam uji coba dan pelaksanaannya, dikarenakan
beberapa sebab termasuk karena adanya konflik dalam negeri. Setelah menemui berbagai kendala
dalam penerapannya, kemudian proyek itupun mandeg hingga awal periode 2000an.

Lingkungan yang Mendukung Implementasi

Pada dasarnya, implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Nepal tidak dapat
dikatakan berhasil. Akan tetapi, paling tidak Nepal sudah mencoba untuk menerapkan akuntansi
berbasis akrual di sektor pemerintahan negara tersebut. Faktor utama yang paling mendorong Nepal
untuk mencoba menerapkan hal ini adalah intervensi lembaga asing yang menuntut suatu laporan
pertanggungjawaban dana bantuan yang diberikan dalam bentuk laporan yang memiliki
akuntabilitas yang baik serta lebih informatif melalui suatu pencatatan akuntansi berbasis akrual.

Permasalahan dalam Implementasi

Menilik kegagalan implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual, setidaknya ada beberapa
poin permasalahan yang mempengaruhi. Antara lain :

1. Kurangnya sumber daya manusia yang mampu menguasai pelaksanaan sistem akuntansi berbasis
akrual
2. Kesiapan sarana dan prasarana yang tidak memadai di seluruh instansi pemerintah
3. Kebanyakan akuntan pemerintah tidak dilibatkan dalam upaya yang telah dilakukan karena
sebagian besar tugas dan pekerjaan mereka dikerjaan oleh konsultan dan staf dari
organisasi internasional yang membawa proyek akrualisasi akuntansi ke pemerintah Nepal
4. Tekanan dari lembaga-lembaga internasional tidak dibarengi dengan langkah nyata dalam
membantu pemerintah untuk turut menyiapkan sarana dan prasarana yang perlu dalam
implementasi akuntansi berbasis akrual.

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 12


Upaya yang dilakukan pemerintah Nepal dalam usahanya untuk menerapkan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual yaitu di akhir tahun 2007, pemerintah dengan bekerja sama dengan
Bank Dunia dan para akuntan pemerintah mulai manjalankan misi untuk mereformasi tata kelola
keuangan negara tersebut kembali ke basis kas yang dulu digunakan sebelum tahun 1960.
Pemerintah mulai mengisi beberapa kelemahan yang ditemukan di masa lalu dengan terus
diiringi dengan perbaikan aturan terhadap sistem akuntansi yang akan diimplementasikan di
seluruh instansi. Sistem akuntansi kas yang digunakan mengacu kepada basis kas dari IPSAS karena
ini dianggap akan sangat membantu pemerintah dalam menyiapkan jalan guna kembali
melakukan reformasi akuntansi di masa depan menuju sistem akuntansi berbasis akrual.

4. Fiji

Latar Belakang
Di awal periode 1990an di tengah tuntutan untuk melakukan reformasi birokrasi sektor
publik, Pemerintah Fiji memandang bahwa pengenalan akuntansi akrual di departemen pemerintah
dibutuhkan untuk menyediakan manajemen suatu sistem informasi manajemen yang lebih efisien
dan akurat dibanding sistem keuangan secara tunai. Sebagaimana yang telah sukses dijalankan oleh
negara tetangganya yakni Selandia baru, maka pada tahun 1994 Fiji pun mencoba untuk
menerapkan sistem akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual di negaranya.

Tahapan Implementasi

Pada tahun 1994 pemerintah Fiji menetapkan proses adopsi akuntansi akrual melalui dua
tahap. Tahap pertama akuntansi akrual dilaksanakan oleh tiga Departemen (kehutanan, kelautan
dan keuangan) sebagai pilot project. Tahap kedua adalah implementasi secara penuh di seluruh
departemen. Departemen pilot project menyediakan informasi anggaran akrual bulan Maret 1995
dan menyelesaikan migrasi tanggal 1 Januari 1996. Departemen yang tersisa menyediakan informasi
anggaran akrual pada Maret 1996 dan menyelesaikan migrasi tanggal 1 Januari 1997. Akan tetapi
rencana ini tidak berjalan dengan mulus karena sampai tahun 1999 Fiji belum dapat mengadopsi
akuntansi akrual. Proyek ini terhenti pada tahun 1999 akibat gejolak politik.

Lingkungan yang Mendukung Implementasi

Sebagaimana disebutkan di atas, salah satu faktor yang mendasari mengapa Fiji mencoba
untuk menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah dikarenakan adanya kebutuhan
akan reformasi sektor publik, oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem pelaporan keuangan yang
lebih transparan dan akuntabel, namun sayangnya niatan ini tidak didukung oleh langkah yang
cermat dari pemerintah Fiji

Permasalahan dalam Implementasi

Tickell (2010:75) menjelaskan bahwa faktor kegagalan Fiji disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya:

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 13


1. penerapan akuntansi akrual yang tergesagesa tanpa perencanaan yang baik.

2. pengembangan sistem informasi akuntansi yang kurang baik.

3. terlalu bersandar dengan konsultan internasional.

4. kemampuan tenaga akuntansi yang rendah

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah setelah proyek ini sempat terhenti pada tahun 1999
adalah melakukan perbaikan sistem implementasi pada tahun 2004. Pemerintah Fiji berusaha
merencanakan kembali model implementasi yang baik melalui pengembangan komprehensif
untuk mengatasi faktor kegagalan pada percobaan sebelumnya. Fiji memulai proyek adopsi
akuntansi meningkatkan kemampuan akuntan dan membuat pilot project yang lebih kecil. Usaha
usaha ini relatif membutuhkan waktu yang cukup panjang sehingga adopsi akuntansi akrual
berjalan lambat.

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 14


C. Strategi penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia

Untuk mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual secara penuh pada tahun 2015
nanti, tentu Indonesia memerlukan strategi transisi dan implementasi yang tepat agar dapat
mengikuti keberhasilan penerapan akuntansi berbasis Akrual di New Zealand dan Australia.
Prasyarat pelaksanaan strategi terbagi atas dua kondisi, yaitu necessary condition dan
sufficient condition. Necessary condition adalah prasyarat yang dibutuhan agar suatu kondisi dapat
tercapai.Setelahnya, pemerintah dapat mengembangkan beberapa hal sehingga kondisinya bisa
berubah menjadi kondisi yang mencukupi (sufficient condition). Necessary condition adalah
komitmen pemimpin dan pejabat (DPR dan BPK), kapasitas SDM (akuntan dan auditor), dan dana
pemeliharaan. Persyaratan tambahan untuk mengubah kondisi menjadi sufficient condition tersebut
adalah sistem akuntansi berbasis IT (SPAN dan SAKTI), kebijakan akuntansi, manajemen resiko, dan
reformasi birokrasi.
Penerapan akuntansi berbasis akrual di Indonesia sesuai dengan amanat Undang-Undang
nomor 17 Tahun 2013 mengalami banyak dorongan dan hambatan, yakni:
Politik dan Birokrasi
Dukungan Politik dan Birokrasi dalam pemerintah Indonesia dapat dilihat dengan pemberlakuan
3 (tiga) paket undang-undang dan peraturan mengenai pengelolaan keuangan
publik.Diberlakukannya undang-undang ini merupakan dukungan konkrit dari DPR, sebagai
badan legislatif negara, dan penerapannya merupakan dukungan dari pemerintah, sebagai
badan eksekutif.Komitmen politik dalam penerapan basis akrual bagi negara berkembang
menjadi sangat esensial, sehingga komitmen politik ini diperlukan untuk menghilangkan adanya
kepentingan yang tidak sejalan.
Dukungan Profesional dan Akademisi
Dukungan professional dan akademis dapat dilihat pada Memorandum Pembahasan Penerapan
Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia yang disusun oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintah (2006).Pembahasan tersebut dilakukan dengan menampung pendapat-
pendapat dari profesional dan akademisi akuntansi pemerintahan terkait dengan masalah
komponen laporan keuangan dan berbagai permasalahan konseptual dan teknis sehubungan
dengan pengakuan, pencatatan, dan pengungkapan/pelaporan.
Strategi Komunikasi
Hasil dan manfaat yang ingin dicapai dengan penerapan basis akrual harus secara intens
dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.Strategi komunikasi (CS) di pemerintah
pusat dapat dilihat dengan adanya buletin khusus yang membahas tentang penerapan akuntansi

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 15


akrual seperti Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat.Kolom Klinik Akuntansi Pemerintah
Pusat memiliki format tanya-jawab atas masalah-masalah teknis yang muncul pada penerapan
basis akrual.Selain itu, perlu adanya Sosialisasi dan Pelatihan yang berjenjang hingga pada
tingkat daerah.
Teknologi Informasi
Informasi akuntansi berbasis kas merupakan titik penting dalam pergantian basis ke akrual. Jika
suatu negara belum memiliki sistem akuntansi berbasis kas yang dapat diandalkan, maka negara
tersebut terlebih dahulu berkonsentrasi pada peningkatan sistem dan proses yang telah ada,
sebelum mempertimbangkan perpindahan ke akuntansi akrual. Infrastruktur berupa teknologi
informasi juga belum siap.Penerapan basis akrual membutuhkan teknologi informasi yang
terintegrasi untuk membutuhkan laporan yang lengkap dan menyeluruh.Kerumitan penyiapan
teknologi informasi menjadi permasalahan tersendiri.
Kompetensi
Tenaga akuntan yang profesional akan sangat diperlukan untuk rekruitmen dan pelatihan yang
cukup. Kekurangan tenaga akuntan akan menyebabkan penundaan penerapan akrual basis pada
akuntansi pemerintah, seperti yang terjadi di Kepulauan Marshall.Persoalan kompetensi SDM ini
sangat mendasar.Tuntutan penerapan basis akrual tidak diimbangi dengan kompetensi SDM
yang ada.Kompetensi SDM di bidang akuntansi akrual dirasakan masih sangat
kurang.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harun (2012) masih banyak pemerintah
daerah dan organisasi pemerintah lainnya yang belum memiliki tenaga-tenaga handal di bidang
akuntansi. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan dan
BPKP yang memiliki kapasitas dan kualitas SDM yang lebih baik dibandingkan organisasi
pemerintah lainnya. Kurangnya kompetensi SDM juga menimbulkan persoalan baru.
Geografis
Data per Mei 2013 terdapat 34 provinsi dan 508 kabupaten/kota di seluruh wilayah Indonesia.
Banyaknya pemerintah daerah menimbulkan persoalan tersendiri dalam akuntabilitas dan
transparansi laporan keuangan.Berkembangnya jumlah pemerintah daerah tidak dibarengi
dengan penyiapan infrastruktur dan kapasitas dalam pengelolaan keuangan negara.Isu
implementasi basis akrual yang terjadi adalah pemerintah pusat terlalu dominan dalam
penyusunan standar akuntansi akrual, tidak melibatkan pemerintah daerah dalam penyusunan
standar akuntansi sehingga kesulitan dalam memahami dan mengimplementasikannya di daerah
yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Pendekatan perancangan akuntansi berbasis akrual

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 16


Pertanyaan utama dari sebuah penerapan akuntansi berbasis akrual adalah mencakup
pendekatan perancangan apakah dapat dilakukan secara bertahap atau langsung secara frontal
atau sering disebut big bang.Para ahli hampir sepakat bahwa pendekatan bertahap sangat
disarankan, terutama bagi pemerintah di negara yang sedang berkembang mengingat
keterbatasan sumber daya manusia dan komitmen politik dari pimpinan negara yang masih
diragukan.Budi Mulyana dalam jurnal Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-Negara Lain: Tren
di Negara-Negara Anggota OECD menyatakan bahwa penerapan akuntansi akrual dalam time
frame pendek (1-3 tahun)akan beresiko timbulnya reform fatigue yaitu hilangnya sense of
urgent danantusiasme dari para penyelenggara akuntansi khususnya karena merasalelah dengan
perubahan-perubahan yang terus menerus tanpa merasakanmanfaatnya secara langsung. Untuk
mengatasi resiko itu disarankan agarpenerapan basis akrual dilakukan secara bertahap dalam
time frame medium(4-6 tahun), dengan cara:
terapkan pada beberapa entitas akuntansi tertentu di Pemerintah Pusat yang sudah
dianggap mapan dalam proses akuntansinya, sebagai pilot project
apabilapilot project sudah berhasil, maka pengalaman praktek akuntansi akrual dapat
ditransfer dan digunakan untuk bahan sosialisasi ke instansi-instansi pemerintah lainnya.
Menurut Bambang Widjajarso, pendekatan big bang paling pas untuk kondisi di Indonesia untuk
menghindari hilangnya momentum perubahan menuju basis akrual. Dari segi biaya, pendekatan
big bang ini dirasa paling murah karena basis kas meskipun perlu adanya pengungkapan secara
khusus dalam laporan keuangan berbasis akrual, termasuk pengaruhpengaruhnya segera
dieliminasi dari sistem berbasis akrual, kecuali pada aspek-aspek khusus, misalnya anggaran.
Permasalahannya adalah mana yang paling tepat untuk kondisi di pemerintah Indonesia.

Menimbang segala dorongan dan hambatan yang ada di Indonesia dalam penerapan basis akuntansi
akrual, maka pemerintah Indonesia menerapkan strategi penerapan akuntansi akrual secara
bertahap, yakni:

TAHUN KEGIATAN

LKPP Berbasis Kas Menuju Akrual (CTA), dilengkapi Informasi Pendapatan dan
Belanja secara Akrual
2009 Penyiapan SAP Akrual dan Kajian Akrual
Penyiapan Informasi Teknologi/IT (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara/SPAN)

2010 Penerbitan dan sosialisasi PP 71/2010 tentang SAP (Berbasis Akrual)

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 17


Sosialisasi PP 71/2010 tentang SAP (Berbasis Akrual)
2011
Penerbitan Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP)

2012 Penyiapan kebijakan akuntansi berbasis akrual

Ujicoba SPAN, penyiapan Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI)


Deklarasi Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat dan pemda
Penyiapan kebijakan dan peraturan akuntansi berbasis akrual (RPMK Kebijakan
2013
Akuntansi, SAPP, BAS, JURNAL), serta modulnya
High Level Meeting (Menkeu, Ketua BPK, Mendagri, dan Ketua KSAP)
Sosialisasi dan training reformasi akuntansi akrual untuk Pejabat K/L dan trainer

LKPP CTA, dilengkapi Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual


Rollout SPAN dan Piloting SAKTI
Penyiapan kebijakan dan peraturan akuntansi berbasis akrual
2014
Sosialisasi dan training reformasi akuntansi akrual untuk BPK, DPR, DPD, BAKN dan
end user
Monitoring dan evaluasi persiapan implementasi akuntansi berbasis akrual

LKPP Berbasis Akrual


2015 Training reformasi akuntansi akrual untuk end user
Monitoring dan evaluasi implementasi akuntansi berbasis akrual

Penyusunan Draft SAP yang berbasis akrual tersebut dilakukan secara hati-hati dengan
mempertimbangkan antara lain:
1. SAP berbasis kas menuju akrual (PP Nomor 24 Tahun 2005 cash towards accrual) baru saja
diterbitkan dan belum sepenuhnya diimplementasikan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
2. SAP berbasis akrual yang akan disusun sesuai Undang-undang Keuangan Negara
mengharuskan perubahan/penyempurnaan pada bidang perencanaan dan penganggaran,
dimana KSAP tidak dalam posisi untuk membuat ketentuan/peraturan di bidang tersebut
(misalnya keharusan untuk menganggarkan terhadap kewajiban-kewajiban yang harus
dibayar pada akhir tahun buku). Penyusunan SAP berbasis akrual dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu: menyusun PSAP berbasis akrual seluruhnya dari awal; atau menyesuaikan PSAP
berbasis kas menuju akrual (sesuai PP Nomor 24 Tahun 2005) menjadi PSAP berbasis akrual
dengan referensi IPSAS, dengan mempertimbangkan praktik-praktik yang berlaku,
administrasi pemerintahan yang ada dan kemampuan sumber daya manusia. Atas dua

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 18


strategi tersebut, KSAP sepakat menggunakan strategi yang ke-2, dengan pertimbangan
sebagai berikut:
a. SAP berbasis kas menuju akrual telah disusun dengan mengacu pada beberapa
referensi bertaraf internasional antara lain IPSAS, Governmental Accounting Standards
Board (GASB), dan Government Finance Statistics (GFS), sehingga diharapkan SAP
berbasis kas menuju akrual yang akan disesuaikan menjadi akrual sudah dapat diterima
umum;
b. Mengurangi resistensi dari para pengguna SAP (PP Nomor 24 Tahun 2005) terhadap
perubahan basis akuntansi. Pengguna PP Nomor 24 Tahun 2005 masih dalam tahap
pembelajaran dan perlu waktu yang cukup lama untuk memahaminya sehingga apabila
SAP akrual berbeda jauh dengan SAP berbasis kas menuju akrual akan menimbulkan
resistensi;
c. Penyusunan SAP berbasis akrual relatif menjadi lebih mudah karena sebagian dari PSAP
berbasis kas menuju akrual telah berbasis akrual sehingga hanya memerlukan
penyesuaian beberapa PSAP berbasis akrual;
d. Penerapan SAP berbasis akrual yang disusun sesuai pola SAP berbasis kas menuju
akrual lebih mudah bagi para pengguna standar karena sudah disosialisasikan, dan para
pengguna telah memiliki pemahaman dan pengalaman terhadap SAP berbasis kas
menuju akrual.

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 19


D. Faktor Penentu Keberhasilan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia

Akuntansi berbasis akrual akan diimplementasikan secara penuh pada tahun 2015. Berbagai
strategi telah dilakukan dalam upaya keberhasilan implementasi basis akrual dalam pelaporan
keuangan pemerintah. Keberhasilan implementasi akuntansi basis akrual harus dapat diwujudkan.
Selain karena amanat peraturan perundang-undangan, hal ini juga didasarkan atas pertimbangan
akan keunggulan yang dimiliki basis akrual dibanding basis akuntansi lainnya. Penggunaan basis
akrual lebih informatif dalam memberikan gambaran mengenai posisi keuangan pemerintah. Selain
itu, penggunaan basis kas ini juga bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah.
Keberhasilan implementasi akuntansi pemerintahan dengan menggunakan basis akrual
memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pihak. Tanpa adanya kerjasama dan komitmen dari
berbagai pihak, penerapan akuntansi berbasis akrual ini akan banyak mengalami kendala atau
bahkan mengalami kegagalan. Keberhasilan implementasi akuntansi berbasis akrual di Indonesia
ditentukan oleh beberapa faktor.

1. Kesiapan dan Kemauan Menerima Perubahan


Kesiapan dan kemauan menerima dan melaksanakan perubahan sangat penting dalam
implementasi akuntansi akrual karena akuntansi akrual akan mengubah banyak hal dalam sistem
dan prosedur organisasi yang selama ini sudah dijalankan. Entitas pelaporan perlu merencanakan
dan melakukan sosialisasi secara periodik kepada seluruh pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan
akuntansi akrual. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan perlunya
perubahan basis akuntansi menjadi basis akrual. Perubahan basis akuntansi ini sebaiknya juga
dimasukkan dalam kerangka kerja reformasi birokrasi setiap entitas pelaporan yang bersangkutan.
Pimpinan dari masing-masing entitas pelaporan juga perlu memastikan bahwa sistem dan
prosedur operasional keuangan secara umum, khususnya sistem dan prosedur akuntansi, telah
dijalankan dengan baik. Jika terdapat hal-hal yang masih harus diperbaiki, perbaikan harus segera
dilakukan, termasuk perbaikan dalam sistem pengendalian internal. Perbaikan ini sangat diperlukan
terutama untuk entitas pelaporan yang hasil pemeriksaan atas laporan keuangannya masih
mendapatkan opini tidak wajar atau tidak memberikan pendapat. Jika perbaikan tidak segera
dilakukan, entitas tersebut kemungkinan akan menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam
melaksanakan akuntansi akrual.

2. Komitmen dari Pimpinan


Dukungan politik dan komitmen dari pimpinan memegang peranan yang sangat penting
dalam keberhasilan implementasi akuntansi berbasis akrual ini. Dengan telah ditetapkannya PP 71
Tahun 2010 sebenarnya dukungan politis sudah ada, yang kemudian perlu dipersiapkan adalah

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 20


komitmen dari pimpinan dari setiap entitas pelaporan untuk menerapkan akuntansi akrual. Selain
itu, pimpinan dari setiap entitas pelaporan juga harus mempunyai komitmen yang tinggi untuk
membangun tata kelola dan sistem pengendalian internal organisasi yang baik.

3. Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based System (Simanjuntak, 2010) dan
(Bastian,2006)
Kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual mengakibatkan perlunya sistem
akuntansi dan IT based system yang lebih rumit. Selain itu, sistem pengendalian intern yang
memadai perlu juga dibangun untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka mendukung penerapan basis akuntansi akrual, penggunaan teknologi yang
andal amat diperlukan guna mendukung keberhasilan pengolahan data pada masa penerapan basis
akrual secara penuh. Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan Sistem Akuntansi
Tingkat Instansi (SAKTI) harus bisa berfungsi optimal dalam mewujudkan keberhasilan implementasi
akuntansi basis akrual di lingkungan pemerintah.

4. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten


Keberhasilan implementasi akuntansi berbasis akrual juga ditentukan oleh ketersediaan
SDM yang kompeten. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas akuntansi berbasis akrual. Oleh karena
itu, berbagai pelatihan dan sosialisasi secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam menunjang
keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual ini. Sosialisasi dan pelatihan ini dilakukan secara
berjenjang yang meliputi level pimpinan sampai dengan pelaksana teknis. Pelatihan kepada
stakeholders diperlukan untuk menguatkan komitmen, penguatan kompetensi SDM dan
meminimalisasi risiko ketidakandalan data keuangan.
Pemerintah pusat dan daerah juga perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di
bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi
yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik korupsi oleh SDM yang terkait dengan akuntansi
pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi tidak kalah
pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi
pemerintahan.

5. Pengelola Isu-Isu Akutansi Spesifik dengan Baik

Dalam implementasi akuntansi akrual, ada kemungkinan setiap entitas pelaporan


mempunyai isu-isu akuntansi yang spesifik. Untuk itu setiap entitas pelaporan harus mampu

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 21


mengidentifikasi isu-isu akuntansi akrual yang ada di entitas pelaporannya. Beberapa isu akuntansi
yang perlu diperhatikan pada saat implementasi basis akrual misalnya neraca awal, penilaian
kembali atas asset, dan pengakuan pendapatan pajak.
Terdapat kemungkinan di mana setiap entitas pelaporan harus mengecek kembali
kebenaran dari nilai neraca pada saat awal sistem akuntansi berbasis akrual dilaksanakan. Demikian
juga entitas pelaporan mungkin memiliki aset yang belum diketahui nilainya sehingga harus
dilakukan penilaian kembali agar dapat dicantumkan di dalam neraca. Hal ini untuk menjaga validitas
data yang tercantum di neraca.
Pengakuan pendapatan pajak secara akrual juga merupakan isu akuntansi yang perlu
mendapat perhatian. Dalam self assessment system, wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Pajak yang
terutang ini bisa saja dimintakan restitusi pada akhir tahun. Di sisi yang lain, berdasarkan hasil
pemeriksaan, terhadap pajak yang terutang tersebut bisa saja jumlahnya bertambah yang
mengakibatkan munculnya piutang pajak. Oleh karena itu, pengakuan pendapatan pajak secara
akrual harus mendapat perhatian.

6. Saluran Komunikasi

Keberhasilan New Zealand dalam implementasi akuntansi basis akrual tidak ada salahnya
untuk dicontoh, seperti adanya fungsi Financial Management Assurance yang memberikan
pelayanan konsultasi selama proses perubahan. Saluran konsultasi ini penting sebagai sarana untuk
menampung segala permasalahan yang ada sekaligus memberikan solusinya. Dengan demikian
berbagai pertanyaan dan keraguan akibat kurangnya pemahaman terkait penerapan akuntansi basis
akrual ini segera mendapatkan jawabannya. Konsultasi dan koordinasi ini dapat dilakukan dengan
pihak eksternal, seperti dengan penyusun standar akuntansi dan akademisi.

7. Ketersediaan Pendanaan

Dalam rangka pelaksanaan pelatihan akuntansi berbasis akrual, pemerintah membutuhkan


dana yang sangat besar dengan mempertimbangkan jumlah satuan kerja yang tersebar di seluruh
Indonesia, kelompok stakeholders (pemangku kepentingan) serta jenis komunikasi dan pelatihan
yang dibutuhkan untuk berbagai level. Untuk itu, selain dana yang berasal dari APBN, pemerintah
juga perlu mendapat komitmen untuk bantuan dan dukungan dari negara-negara sahabat dan
lembaga internasional, seperti dari World Bank.

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 22


8. Lingkungan/Masyarakat

Apresiasi dan dukungan dari masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan
penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami laporan
keuangan pemerintah, sehingga dapat mengetahui dan menyadari penggunaan atas penerimaan
pajak yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Hal ini akan
mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan kebijakannya.

REFERENSI

Tenry Nur Amriani, Menyongsong Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual,


(http://www.bppk.kemenkeu.go.id/berita-makassar/19410-menyongsong-penerapan-akuntansi-
pemerintahan-berbasis-akrual, diakses pada 18 Oktober 2014)

Muhammad Ichsan , Kajian Variabel-Variabel Kesuksesan Penerapan Basis Akrual Dalam Sistem
Akuntansi Pemerintahan,
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB
0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fstar.bpkp.go.id%2Fdownload%2F7%2Fmodul-program-beasiswa-
star&ei=p71CVJGwLZC8uASYmYDIAw&usg=AFQjCNET__W9xsuJ2uVnjtuKYmtYRF9ykQ&sig2=9C-
JfAhBMVg7VI22PHcGCQ&bvm=bv.77880786,d.c2E diakses pada 18 Oktober 2014)

Budi Mulyana , Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-Negara Lain: Tren di Negara-Negara Anggota
OECD, (http://www.academia.edu/5284245/PENGGUNAAN_AKUNTANSI_AKRUAL_DI_NEGARA-
NEGARA_LAIN_TREN_DI_NEGARA-_NEGARA_ANGGOTA_OECD diakses pada 18 Oktober 2014)

Bambang Widjajarso, Penerapan Basis Akrual Pada Akuntansi Pemerintah Indonesia: Sebuah Kajian
Pendahuluan
(http://www.academia.edu/5284245/PENGGUNAAN_AKUNTANSI_AKRUAL_DI_NEGARA-
NEGARA_LAIN_TREN_DI_NEGARA-_NEGARA_ANGGOTA_OECD diakses pada 18 Oktober 2014)

Strategi Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Page 23

Anda mungkin juga menyukai