Pendahuluan
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas kinerja,
tranparansi, dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia. Upaya ini mendapat momentum dengan
dilakukannya reformasi keuangan negara berupa diterbitkannya tiga paket undang-undang di bidang
keuangan negara yaitu UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara.
Perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan merupakan
bagian reformasi bidang keuangan negara seperti yang diamanatkan dalam UU Nomor 17 tahun
2003. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan basis akrual yakni dapat
menghasilkan data keuangan yang rinci dalam hal penelusuran kejadian ekonomi suatu transaksi,
sehingga mencapai tingkat transparasi, akuntabilitas dan auditabilitas yang dinginkan oleh pengguna
akhir laporan keuangan. Tetapi ada juga pendapat bertentangan yang menyatakan tingginya
transparabilitas dan akuntabilitas basis akrual daripada basis kas menimbulkan biaya implementasi
yang lebih mahal, kinerja yang lebih banyak, interpretasi yang beragam dari pemakai sistem, dan
secara keseluruhan lebih kompleks. Oleh karena itu ada negara yang berhasil dalam penerapan
implementasi akuntansi basis akrual seperti New Zealand dan Australia, tetapi adapula yang gagal
seperti Nepal dan Fiji.
Penentuan keberhasilan implementasi akuntansi secara akrual antara lain dipengaruhi oleh
Kehati-hatian dalam memilih strategi penerapan akrual basis, komitmen politik, mengkomunikasikan
tujuan, cukupnya tenaga akuntan yang handal, sistem akuntansi informasi yang memadai, badan
audit tertinggi harus memiliki sumberdaya yang tepat. Untuk itulah, dengan memperhatikan seluruh
aspek dan kondisi yang terjadi di Indonesia, Pemerintah mengambil strategi untuk menerapkan
akuntasi berbasis akrual secara bertahap dibandingkan dengan big bang. Harapan besar agar
Indonesia dapat berhasil menerapkan akuntansi akrual secara penuh di tahun 2015.
Dalam reformasi di bidang keuangan negara, perubahan yang paling signifikan adalah
perubahan di bidang akuntansi pemerintahan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, pemerintah pusat akan menerapkan akuntansi berbasis akrual. Pasal 12 dan 13 UU No. 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa pendapatan dan belanja dalam
APBN dicatat menggunakan basis akrual. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa basis akrual
dapat memberikan informasi keuangan yang lebih lengkap daripada basis lainnya.
Perubahan basis akuntansi dari basis kas ke basis akrual di Indonesia tidak dilakukan secara
spontan (big bang). Implementasi akuntansi berbasis akrual dilakukan secara bertahap dengan
menggunakan basis kas menuju akrual (Cash Toward Accrual) sebagai jembatan pada masa transisi
dari basis kas ke basis akrual.
Mempelajari strategi penerapan akuntansi akrual di negara lain sangat bermanfaat bagi
Indonesia agar pemerintah mampu memilih dan memilah langkah dan strategi yang tepat untuk
diterapkan di Indonesia serta mampu pula menghindari kesalahan penerapan sebagaimana negara-
negara yang belum berhasil mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai implementasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Selandia Baru,
Australia, Nepal, dan Fiji termasuk latar belakang penerapan, faktor-faktor pendukung, dan upaya-
upaya pemerintah di sana dalam menyukseskan program tersebut.
1. Selandia Baru
Latar Belakang
Pada tahun 1980-an terjadi fenomena perubahan gaya manajemen di sektor publik akibat
stagnansi ekonomi yang menghantam beberapa negara seperti Selandia Baru, Australia dan
Inggris. Fenomena perubahan ini popular disebut New Public Management. Alasan utamanya
adalah ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah yang dianggap tidak efisien dan
efektif dalam pengelolaan sumber daya pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ketidakpuasan ini dipicu
oleh keadaan utang pemerintah yang terus meningkat, pajak lebih tinggi, dan turunnya
pertumbuhan ekonomi. Dalam banyak kasus pemerintah diminta untuk mereview perannya dalam
kegiatan dan operasi serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Pemerintah diinginkan untuk
berbuat lebih banyak dengan diiringi tuntutan agar manajer sektor publik menjadi lebih akuntabel
(Buhr, 2010:12)..
Periode 1970an hingga periode 1980an, Selandia Baru terus mengalami pembengkakan
utang, dari 21% di tahun 1975 hingga mencapai 57,2% dari total GDP di tahun 1987. Hal ini
menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerintah untuk melakukan reformasi di sektor publiknya
termasuk dengan sistem akuntansi yang digunakan. Pemerintah Selandia Baru mengeluarkan
rekomendasi perbaikan tata kelola keuangan, antara lain dengan menyiapkan pengukuran kinerja
yang lebih sesuai dan spesifik, pendefinisian kembali tujuan dari sistem yang akan digunakan,
pengadopsian akuntansi akrual secara penuh, serta perubahan dalam penekanan pelaporan
yang dihasilkan (dari pelaporan yang berorientasi input ke output).
Selandia Baru menjadi negara pertama yang sepenuhnya melaksanakan akuntansi akrual
baik di tingkat nasional dan lembaga. Reformasi akuntansi akrual di Selandia Baru merupakan
paling komprehensif di antara semua negara. Reformasi ini bertujuan untuk mencapai efisiensi.
Untuk mencapai tujuan ini Selandia Baru menjalankan tiga kebijakan yaitu memisahkan fungsi
komersial dari operasi pemerintah lainnya, menguatkan garis pertanggungjawaban menteri dan
eksekutif dan merancang anggaran dan sistem manajemen keuangan untuk meningkatkan
Tahapan Implementasi
Departemen Keuangan Selandia Baru sudah mulai mempersiapkan akuntansi akrual pada
tahun 1987. Public Finance Act diundangkan pada tanggal 1 Juli 1989. Undang-undang tersebut
yang menjelaskan penggunakan metode akuntansi akrual untuk penganggaran dan pelaporan
keuangan. Undang-undang juga mendefinisikan atribut dari manajemen fiskal yang baik, dan
memastikan pemerintah memenuhi kriteria tertentu.
Pada tahun 1992 Selandia Baru berhasil membuat laporan keuangan dengan akuntansi
akrual di seluruh entitas pemerintah. Selandia Baru butuh tiga tahun untuk menerapkan akuntansi
akrual dan empat tahun untuk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi untuk seluruh
pemerintah (Beerson B,2011:17). Secara keseluruhan, reformasi keuangan di Selandia Baru
menghasilkan perubahan positif yaitu peningkatan akuntabilitas, kinerja keuangan yang lebih baik,
mencapai efisiensi dan pengurangan staf.
Sejak tahun 1994, pemerintah Selandia Baru telah berhasil mengeluarkan laporan keuangan
konsolidasi bulanan, setengah tahun, dan tahunan untuk seluruh negara bagian, yang
menyediakan gambaran yang lebih komprehensif terhadap seluruh sumber daya negara tersebut.
1. Key people, adalah orang-orang yang berperan penting dalam proses reformasi keuangan
yang dilakukan. Orang-orang tersebut terdiri dari politisi di dewan, bendahara negara di
kementerian (treasury), dan pejabat penyusun laporan keuangan (financial management support
service).
2. Axial principles, mencakup pemikiran konseptual dan penerapan ide-ide dan pengetahuan teoritis
ke dalam prinsip yang disepakati dan digunakan dalam praktik. Komitmen dalam menjalankan
panduan yang telah disepakati membuat proses yang dijalankan menjadi lebih komprehensif
dibandingkan di negara-negara lainnya. Komitmen tersebut berupa peniadaan intervensi politis
selama adopsi sistem akuntansi akrual dilakukan serta pemberian insentif yang tepat dan
sesuai bagi pelaksana keuangan negara untuk memacu kinerja dan tercapainya efektifitas di sektor
publik.
4. Contextual determinants, adalah kondisi atau peristiwa yang relevan dan berpengaruh
dalam proses reformasi yang dilakukan di Selandia Baru. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain:
b. Pemilihan umum 1984 yang mengangkat David Lange sebagai Perdana Menteri dengan
membawa gagasan ekonomi baru di tengah krisis keuangan yang menerpa Selandia Baru.
d. Sistem politik di Selandia Baru yang dijalankan dengan sistem satu kamar (one legislative
chamber) sehingga segala rencana yang disusun pemerintah dan dimasukkan ke dewan untuk
disetujui tidak memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga sering diartikan bahwa
proses yang dijalankan antara legislatif dan pemerintah essentially non-negotiable.
b. Experiential knowledge, mengacu kepada pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari
beberapa orang. Sebagai contoh, pemahaman mengenai masalah yang dihadapi oleh para
pegawai pemerintah dan tata kelola yang dijalankan diperoleh melalui akumulasi pengalaman
dari lembaga-lembaga pemerintah dari beberapa periode yang lalu.
7. Innovation, merupakan ukuran terhadap metode atau pendekatan baru yang digunakan.
Dalam konteks Selandia Baru, tekanan yang diperoleh pemerintah akibat krisis keuangan di
8. Information, diperoleh dari data hasil penelitian dan pengalaman yang relevan. Contohnya
adalah dalam laporan keuangan yang baru dengan menggunakan basis akrual menyediakan
gambaran yang lebih komprehensif mengenai pengelolaan sumber daya oleh pemerintah, yang
berujung pada akuntabilitas dan transparansi, serta terfasilitasinya penilaian kinerja pemerintah
secara keseluruhan.
9. Concequences, merupakan respon yang diterima akibat perubahan tata kelola sektor publik
yang diperoleh melalui akumulasi pengetahuan dan pengalaman serta keinginan untuk
menyediakan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan pemerintah. Konsekuensi
yang diterima pemerintah Selandia Baru adalah akuntansi berbasis akrual yang dijalankan
pemerintah secara penuh, serta dengan dukungan dari berbagai faktor di atas, telah berhasil
meningkatkan kinerja pemerintah.
Sebagai pionir dalam penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual, Selandia Baru
tentu saja menemui berbagai permasalahan yang timbul ketika akan melaksanakan maupun ketika
kebijakan tersebut telah dilaksanakan. Adapun jenis-jenis permasalahan dalam implementasi
akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Selandia Baru antara lain:
Latar Belakang
Australia merupakan negara persemakmuran dan tumbuh sebagai hasil dari migrasi warga
inggris pada tahun 1800-an. Oleh karena itu, praktik akuntansi Australia lebih fokus pada informasi
yang diperlukan oleh investor dibandingkan dengan keperluan pajak negara tersebut. Dalam
perkembangannya, pemerintah Australia menilai bahwa penggunaan basis akrual akan dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi laporan keuangan yang kemudian berguna dalam
pengambilan keputusan dan akuntabilitas publik. Dengan semakin berkualitas informasi yang
didapat, maka pemerintah akan dapat mengambil keputusan yang efisien dan efektif dalam
pengelolaan keuangan negara.
Sama halnya dengan Selandia Baru, adopsi akuntansi akrual di Australia untuk sektor publik
terjadi selama periode reformasi ekonomi luas, meskipun reformasi Australia barangkali lebih
sederhana dibandingkan dengan Selandia Baru. Tekanan muncul pada awal 1990-an untuk
meningkatkan efisiensi pemerintah dan meningkatkan kinerja. Reformasi komprehensif pada
akhirnya dilakukan dengan cara melaksanakan dua inisiatif yaitu Financial Management
Improvement Program dan Program Management and Budgeting.
Tahapan Implementasi
Sebelum tahun 1990, pemerintah Australia menggunakan basis modifikasi kas (cash
modified) untuk pelaporan keuangan dan pengganggaran. Kemudian sejak tahun 1990, terdapat
pergeseran menuju implementasi akuntansi akrual untuk tujuan pelaporan keuangan. Hampir
bersamaan dengan implementasi akuntansi akrual tersebut, sebagian besar pemerintah mengadopsi
sistem penganggaran kinerja yang dikenal sebagai accrual output budgeting (AOB). Reformasi
anggaran yang dikembangkan Australia, The Accrual Outputs and Outcomes Framework (Guthrie,
1999) menekankan pada kebutuhan akuntabilitas yang lebih kuat dari departemen sehingga
ditujukan untuk meningkatkan akuntabilitas eksternal.
Pada tahun 1991, Standar akuntansi dibuat oleh Australian Accounting Standards Board
(AASB). Aslinya, ASSB bekerja sama dengan Public Sector Accounting Standards Board untuk
membuat standar akuntansi pemerintahan Australia. Urgent Issues Group (UIG) didirikan pada tahun
1994 untuk membantu membahas isu mendesak dalam bidang akuntansi kebanyakan seperti
Emergency Issues Task Force (EITF) di Amerika Serikat.
Pada tahun 1995, diputuskan bahwa departemen harus menyusun pelaporan dengan basis
akrual. Tiga instrumen kebijakan diperkenalkan untuk menggantikan the Audit Act of 1901 (Guthrie,
1998). Tiga instrumen kebijakan tersebut menjadi bagian dari legislasi yang diterapkan sekarang,
yaitu Commonwealth Authorities and Companies (CAC) Act 1997, the Financial Management
and Accountability (FMA) Act 1997 dan Auditor-General Act 1997. Pada tahun 1996, diputuskan
bahwa kerangka penganggaran dan pelaporan berbasis akrual diperkenalkan pada sektor publik
di Australia (Scheers dkk, 2005). Australia mulai mengimplementasikan accrual-based
budgeting tersebut pada tahun anggaran 1999/2000. Secara garis besar, tahap-tahap penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Australia dapat dijabarkan sebagai berikut:
Dalam periode ini, pemerintah Australia mulai menerapkan akuntansi modifikasi kas. Hal-hal
yang terjadi masa ini seperti:
1. Setiap agency disyaratkan untuk mempersiapkan satu set laporan keuangan basis modifikasi
kas untuk pertama kalinya
2. Sebagai bagian dari laporan keuangan tahunan masing-masing agency, Pernyataan informasi
tambahan keuangan meliputi debitur, kreditur, aktiva tetap dan kewajiban tertentu
diperlukan
3. Tidak semua aset dan kewajiban, seperti long service leave, annual leave dan dana pensiun,
diminta untuk diungkapkan
4. Dampak transaksi atau peristiwa non tunai terus diabaikan, termasuk penyusutan
III. Periode tahun 1992 s.d. 1994
Periode ini adalah periode dimana pemerintah melakukan transisi menuju akuntansi akrual
penuh. Hal-hal yang terjadi pada periode ini yaitu : Tahun 1992, Menteri Keuangan
mengumumkan tiap departemen untuk melaporkan dengan basis akuntansi akrual penuh pada
tahun yang berakhir pada 30 Juni 1995. Tahun 1993, Menteri Keuangan mengeluarkan
pedoman baru untuk laporan berbasis akrual, yang diterapkan secara progresif mulai 1993. Tiga
laporan keuangan yang dipersyaratkan adalah :
Proses memindahkan agency Pemerintah Australia dari akuntansi kas ke akuntansi akrual
berlangsung stabil dan terukur. Implementasi akuntansi akrual penuh ditetapkan untuk tahun
Diperlukan waktu belasan tahun untuk menjadikan accrual budgeting and accounting di
Australia dapat dikatakan baik. Proses adopsi penerapan basis akrual ini memakan waktu yang
sangat lama dan meminta adanya beberapa prasyarat, antara lain:
3. Komitmen kepemimpinan
Berikut ini merupakan permasalahan yang timbul pada saat pemerintah Australia mencoba untuk
menerapkan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual secara menyeluruh, diantaranya:
Upaya yang dilakukan pemerintah Australia dalam usahanya untuk menyukseskan implementasi
akuntansi pemerintahan berbasis akrual diantaranya:
1. Menyiapkan sistem akuntansi dan IT based system yang andal Pelajaran yang muncul jelas dari
negara-negara berbasis akrual adalah untuk memilih perangkat lunak dan untuk menyesuaikan
proses internal dalam pemerintahan untuk sistem mereka. Masalah muncul dengan sistem
DOFAD yang telah dibangun dengan spesifikasinya dan tidak ada rasionalisasi proses
2. Komitmen kuat dari pimpinan
3. Nepal
Latar Belakang
Nepal merupakan salah satu negara termiskin di dunia yang sebagian besar
perekonomiannya sangat bergantung kepada pertanian. Ekonomi Nepal sangat bergantung dari
ekspor hasil pertaniannya serta dari kunjungan para wisatawan asing ke pegunungan Himalaya.
Namun, nilai ekspor negara ini jauh lebih kecil daripada nilai impor, misalnya di tahun 2008
nilai ekspor Nepal sebesar $907 juta jauh dari nilai impor yang mencapai $33,25 milyar, yang
menyebabkan negara ini menjadi sangat rentan terhadap gejolak ekonomi di dunia.
Contoh kegagalan penerapan akuntansi akrual dapat dilihat di Nepal. Nepal merupakan
salah satu negara yang kurang mampu secara ekonomi. Keadaan ini menyebabkan Nepal sering
menerima bantuan dana dari lembaga internasional. Lembaga internasional berharap dana ini dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik sehingga memaksa Nepal untuk mengadopsi akuntansi
akrual. Ketergantungan pemerintah dari bantuan dan pinjaman luar negeri, baik itu dari
negara-negara donor atau lembaga internasional lainnya, menjadi sangat tinggi karena banyak
sumber daya di dalam negeri yang belum dikelola dengan layak.
Di awal tahun 1960, Pemerintah Nepal memperoleh pinjaman luar negerinya dari United
States Agency for International Development (USAID). Lembaga tersebut bersama Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) membawa misi perbaikan ekonomi ke negara-negara berkembang, khususnya
yang sedang mengalami krisis keuangan seperti Nepal. Agenda yang dibawa oleh USAID dan PBB
adalah pengimplementasian program and performance budgeting (PPB) di lingkungan pemerintah
Nepal. Pelaksanaan PPB diharapkan kemudian dapat menjadi alat yang digunakan oleh pemerintah
dalam mengelola pinjaman dan bantuan luar negerinya dengan lebih efektif dan efisien. Langkah
awal yang dilakukan adalah memperkenalkan dan melembagakan akuntansi berbasis kas di
lingkungan pemerintah pusat. Hal ini menjadi kunci dari reformasi yang dilakukan selama periode
1960an di Nepal.
Namun, ternyata pelaksanaan PPB di Nepal menemui hambatan dalam pengelolaan
dikarenakan sistem akuntansi pemerintah di Nepal tidak memungkinkan untuk melakukan analisis
dan evaluasi dalam pengelolaan dana bantuan luar negeri tersebut. Di saat tersebut, muncullah
Tahapan Implementasi
Proses institusionalisasi akuntansi berbasis akrual diawali di tahun 1987 dimana
pemerintah mulai menyusun kode, klasifikasi, dan format untuk pelaksanaannya di seluruh
instansi pemerintah dan mulai diberlakukan di tahun 1989 pada beberapa proyek
pembangunan yang didanai oleh bantuan dan pinjaman internasional.
Di awal tahun 1990, pemerintah lalu mencanangkan upaya perbaikan terhadap sistem
akuntansi di negara tersebut. Dengan bantuan dari Bank Dunia dan Asian Development Bank
(ADB), pemerintah mengeluarkan tiga rekomendasi perbaikan: penggunaan peralatan teknologi
informasi, pengadopsian standar internasional, dan perubahan menuju akuntansi berbasis akrual
secara menyeluruh.
Namun upaya tersebut mendapat sandungan karena ketidak mampuan seluruh pihak
untuk membuat suatu technical assistance yang memadai untuk dapat diterapkan oleh seluruh
instansi pemerintah. Hal ini menimbulkan tekanan publik yang besar kepada pemerintah
karena telah banyak upaya yang telah dilakukan dalam proses perbaikan tata kelola keuangan
pemerintah namun selalu menemui kegagalan dalam uji coba dan pelaksanaannya, dikarenakan
beberapa sebab termasuk karena adanya konflik dalam negeri. Setelah menemui berbagai kendala
dalam penerapannya, kemudian proyek itupun mandeg hingga awal periode 2000an.
Pada dasarnya, implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Nepal tidak dapat
dikatakan berhasil. Akan tetapi, paling tidak Nepal sudah mencoba untuk menerapkan akuntansi
berbasis akrual di sektor pemerintahan negara tersebut. Faktor utama yang paling mendorong Nepal
untuk mencoba menerapkan hal ini adalah intervensi lembaga asing yang menuntut suatu laporan
pertanggungjawaban dana bantuan yang diberikan dalam bentuk laporan yang memiliki
akuntabilitas yang baik serta lebih informatif melalui suatu pencatatan akuntansi berbasis akrual.
Menilik kegagalan implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual, setidaknya ada beberapa
poin permasalahan yang mempengaruhi. Antara lain :
1. Kurangnya sumber daya manusia yang mampu menguasai pelaksanaan sistem akuntansi berbasis
akrual
2. Kesiapan sarana dan prasarana yang tidak memadai di seluruh instansi pemerintah
3. Kebanyakan akuntan pemerintah tidak dilibatkan dalam upaya yang telah dilakukan karena
sebagian besar tugas dan pekerjaan mereka dikerjaan oleh konsultan dan staf dari
organisasi internasional yang membawa proyek akrualisasi akuntansi ke pemerintah Nepal
4. Tekanan dari lembaga-lembaga internasional tidak dibarengi dengan langkah nyata dalam
membantu pemerintah untuk turut menyiapkan sarana dan prasarana yang perlu dalam
implementasi akuntansi berbasis akrual.
4. Fiji
Latar Belakang
Di awal periode 1990an di tengah tuntutan untuk melakukan reformasi birokrasi sektor
publik, Pemerintah Fiji memandang bahwa pengenalan akuntansi akrual di departemen pemerintah
dibutuhkan untuk menyediakan manajemen suatu sistem informasi manajemen yang lebih efisien
dan akurat dibanding sistem keuangan secara tunai. Sebagaimana yang telah sukses dijalankan oleh
negara tetangganya yakni Selandia baru, maka pada tahun 1994 Fiji pun mencoba untuk
menerapkan sistem akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual di negaranya.
Tahapan Implementasi
Pada tahun 1994 pemerintah Fiji menetapkan proses adopsi akuntansi akrual melalui dua
tahap. Tahap pertama akuntansi akrual dilaksanakan oleh tiga Departemen (kehutanan, kelautan
dan keuangan) sebagai pilot project. Tahap kedua adalah implementasi secara penuh di seluruh
departemen. Departemen pilot project menyediakan informasi anggaran akrual bulan Maret 1995
dan menyelesaikan migrasi tanggal 1 Januari 1996. Departemen yang tersisa menyediakan informasi
anggaran akrual pada Maret 1996 dan menyelesaikan migrasi tanggal 1 Januari 1997. Akan tetapi
rencana ini tidak berjalan dengan mulus karena sampai tahun 1999 Fiji belum dapat mengadopsi
akuntansi akrual. Proyek ini terhenti pada tahun 1999 akibat gejolak politik.
Sebagaimana disebutkan di atas, salah satu faktor yang mendasari mengapa Fiji mencoba
untuk menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah dikarenakan adanya kebutuhan
akan reformasi sektor publik, oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem pelaporan keuangan yang
lebih transparan dan akuntabel, namun sayangnya niatan ini tidak didukung oleh langkah yang
cermat dari pemerintah Fiji
Tickell (2010:75) menjelaskan bahwa faktor kegagalan Fiji disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya:
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah setelah proyek ini sempat terhenti pada tahun 1999
adalah melakukan perbaikan sistem implementasi pada tahun 2004. Pemerintah Fiji berusaha
merencanakan kembali model implementasi yang baik melalui pengembangan komprehensif
untuk mengatasi faktor kegagalan pada percobaan sebelumnya. Fiji memulai proyek adopsi
akuntansi meningkatkan kemampuan akuntan dan membuat pilot project yang lebih kecil. Usaha
usaha ini relatif membutuhkan waktu yang cukup panjang sehingga adopsi akuntansi akrual
berjalan lambat.
Untuk mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual secara penuh pada tahun 2015
nanti, tentu Indonesia memerlukan strategi transisi dan implementasi yang tepat agar dapat
mengikuti keberhasilan penerapan akuntansi berbasis Akrual di New Zealand dan Australia.
Prasyarat pelaksanaan strategi terbagi atas dua kondisi, yaitu necessary condition dan
sufficient condition. Necessary condition adalah prasyarat yang dibutuhan agar suatu kondisi dapat
tercapai.Setelahnya, pemerintah dapat mengembangkan beberapa hal sehingga kondisinya bisa
berubah menjadi kondisi yang mencukupi (sufficient condition). Necessary condition adalah
komitmen pemimpin dan pejabat (DPR dan BPK), kapasitas SDM (akuntan dan auditor), dan dana
pemeliharaan. Persyaratan tambahan untuk mengubah kondisi menjadi sufficient condition tersebut
adalah sistem akuntansi berbasis IT (SPAN dan SAKTI), kebijakan akuntansi, manajemen resiko, dan
reformasi birokrasi.
Penerapan akuntansi berbasis akrual di Indonesia sesuai dengan amanat Undang-Undang
nomor 17 Tahun 2013 mengalami banyak dorongan dan hambatan, yakni:
Politik dan Birokrasi
Dukungan Politik dan Birokrasi dalam pemerintah Indonesia dapat dilihat dengan pemberlakuan
3 (tiga) paket undang-undang dan peraturan mengenai pengelolaan keuangan
publik.Diberlakukannya undang-undang ini merupakan dukungan konkrit dari DPR, sebagai
badan legislatif negara, dan penerapannya merupakan dukungan dari pemerintah, sebagai
badan eksekutif.Komitmen politik dalam penerapan basis akrual bagi negara berkembang
menjadi sangat esensial, sehingga komitmen politik ini diperlukan untuk menghilangkan adanya
kepentingan yang tidak sejalan.
Dukungan Profesional dan Akademisi
Dukungan professional dan akademis dapat dilihat pada Memorandum Pembahasan Penerapan
Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia yang disusun oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintah (2006).Pembahasan tersebut dilakukan dengan menampung pendapat-
pendapat dari profesional dan akademisi akuntansi pemerintahan terkait dengan masalah
komponen laporan keuangan dan berbagai permasalahan konseptual dan teknis sehubungan
dengan pengakuan, pencatatan, dan pengungkapan/pelaporan.
Strategi Komunikasi
Hasil dan manfaat yang ingin dicapai dengan penerapan basis akrual harus secara intens
dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.Strategi komunikasi (CS) di pemerintah
pusat dapat dilihat dengan adanya buletin khusus yang membahas tentang penerapan akuntansi
Menimbang segala dorongan dan hambatan yang ada di Indonesia dalam penerapan basis akuntansi
akrual, maka pemerintah Indonesia menerapkan strategi penerapan akuntansi akrual secara
bertahap, yakni:
TAHUN KEGIATAN
LKPP Berbasis Kas Menuju Akrual (CTA), dilengkapi Informasi Pendapatan dan
Belanja secara Akrual
2009 Penyiapan SAP Akrual dan Kajian Akrual
Penyiapan Informasi Teknologi/IT (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara/SPAN)
Penyusunan Draft SAP yang berbasis akrual tersebut dilakukan secara hati-hati dengan
mempertimbangkan antara lain:
1. SAP berbasis kas menuju akrual (PP Nomor 24 Tahun 2005 cash towards accrual) baru saja
diterbitkan dan belum sepenuhnya diimplementasikan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
2. SAP berbasis akrual yang akan disusun sesuai Undang-undang Keuangan Negara
mengharuskan perubahan/penyempurnaan pada bidang perencanaan dan penganggaran,
dimana KSAP tidak dalam posisi untuk membuat ketentuan/peraturan di bidang tersebut
(misalnya keharusan untuk menganggarkan terhadap kewajiban-kewajiban yang harus
dibayar pada akhir tahun buku). Penyusunan SAP berbasis akrual dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu: menyusun PSAP berbasis akrual seluruhnya dari awal; atau menyesuaikan PSAP
berbasis kas menuju akrual (sesuai PP Nomor 24 Tahun 2005) menjadi PSAP berbasis akrual
dengan referensi IPSAS, dengan mempertimbangkan praktik-praktik yang berlaku,
administrasi pemerintahan yang ada dan kemampuan sumber daya manusia. Atas dua
Akuntansi berbasis akrual akan diimplementasikan secara penuh pada tahun 2015. Berbagai
strategi telah dilakukan dalam upaya keberhasilan implementasi basis akrual dalam pelaporan
keuangan pemerintah. Keberhasilan implementasi akuntansi basis akrual harus dapat diwujudkan.
Selain karena amanat peraturan perundang-undangan, hal ini juga didasarkan atas pertimbangan
akan keunggulan yang dimiliki basis akrual dibanding basis akuntansi lainnya. Penggunaan basis
akrual lebih informatif dalam memberikan gambaran mengenai posisi keuangan pemerintah. Selain
itu, penggunaan basis kas ini juga bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah.
Keberhasilan implementasi akuntansi pemerintahan dengan menggunakan basis akrual
memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pihak. Tanpa adanya kerjasama dan komitmen dari
berbagai pihak, penerapan akuntansi berbasis akrual ini akan banyak mengalami kendala atau
bahkan mengalami kegagalan. Keberhasilan implementasi akuntansi berbasis akrual di Indonesia
ditentukan oleh beberapa faktor.
3. Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based System (Simanjuntak, 2010) dan
(Bastian,2006)
Kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual mengakibatkan perlunya sistem
akuntansi dan IT based system yang lebih rumit. Selain itu, sistem pengendalian intern yang
memadai perlu juga dibangun untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka mendukung penerapan basis akuntansi akrual, penggunaan teknologi yang
andal amat diperlukan guna mendukung keberhasilan pengolahan data pada masa penerapan basis
akrual secara penuh. Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan Sistem Akuntansi
Tingkat Instansi (SAKTI) harus bisa berfungsi optimal dalam mewujudkan keberhasilan implementasi
akuntansi basis akrual di lingkungan pemerintah.
6. Saluran Komunikasi
Keberhasilan New Zealand dalam implementasi akuntansi basis akrual tidak ada salahnya
untuk dicontoh, seperti adanya fungsi Financial Management Assurance yang memberikan
pelayanan konsultasi selama proses perubahan. Saluran konsultasi ini penting sebagai sarana untuk
menampung segala permasalahan yang ada sekaligus memberikan solusinya. Dengan demikian
berbagai pertanyaan dan keraguan akibat kurangnya pemahaman terkait penerapan akuntansi basis
akrual ini segera mendapatkan jawabannya. Konsultasi dan koordinasi ini dapat dilakukan dengan
pihak eksternal, seperti dengan penyusun standar akuntansi dan akademisi.
7. Ketersediaan Pendanaan
Apresiasi dan dukungan dari masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan
penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami laporan
keuangan pemerintah, sehingga dapat mengetahui dan menyadari penggunaan atas penerimaan
pajak yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Hal ini akan
mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan kebijakannya.
REFERENSI
Muhammad Ichsan , Kajian Variabel-Variabel Kesuksesan Penerapan Basis Akrual Dalam Sistem
Akuntansi Pemerintahan,
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB
0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fstar.bpkp.go.id%2Fdownload%2F7%2Fmodul-program-beasiswa-
star&ei=p71CVJGwLZC8uASYmYDIAw&usg=AFQjCNET__W9xsuJ2uVnjtuKYmtYRF9ykQ&sig2=9C-
JfAhBMVg7VI22PHcGCQ&bvm=bv.77880786,d.c2E diakses pada 18 Oktober 2014)
Budi Mulyana , Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-Negara Lain: Tren di Negara-Negara Anggota
OECD, (http://www.academia.edu/5284245/PENGGUNAAN_AKUNTANSI_AKRUAL_DI_NEGARA-
NEGARA_LAIN_TREN_DI_NEGARA-_NEGARA_ANGGOTA_OECD diakses pada 18 Oktober 2014)
Bambang Widjajarso, Penerapan Basis Akrual Pada Akuntansi Pemerintah Indonesia: Sebuah Kajian
Pendahuluan
(http://www.academia.edu/5284245/PENGGUNAAN_AKUNTANSI_AKRUAL_DI_NEGARA-
NEGARA_LAIN_TREN_DI_NEGARA-_NEGARA_ANGGOTA_OECD diakses pada 18 Oktober 2014)