PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengenal konsep dasar kematian
2. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat terhadap lansia yang
menghadapi ajal atau kematian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengkaian
1. Identitas pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2.
2.2.6 Pemenuhan kebutuhan klien menjelang kematian :
a. Kebutuhan jasmaniah.
Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada setiap orang. Tindakan yang
memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia ( mis., sering mengubah posisi
tidur, perawatan fisik, dan sebagainya ).
b. Kebutuhan fisisologis.
a) Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.
b) Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit
terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan
tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra
Vena dibandingkan melalui Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi system
sirkulasi sudah menurun.
c) Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran
sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien
yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari
mulut dan pemberian oksigen.
d) Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun
dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara
periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena
tonus otot sudah menurun.
e) Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat
diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta
pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot
yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien
sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena atau
Invus.
f) Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi,
inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi.
Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang
duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada
daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
g) Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau
menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien masih dapat
mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga harus
bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
c. Kebutuhan emosi.
Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan klien lanjut usiadalam
menghadapi kematian.
a) Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat ( ketakutan yang timbul
akibat menyadari bahwa dirinya tidak mampu mencegah kematian ).
b) Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya. Misalnya, lanjut
usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan kemudian hari. Bila
pembicaraan tersebut berkenaan, luangkan waktu sejenak.
c) Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.
d. Kebutuhan sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan
kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan
didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga
lain.
b) Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi.
c) Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-
teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan
merapikan diri.
d) Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak
orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu
membacanya.
e. Kebutuhan spiritual
a) Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana
klien selanjutnya menjelang kematian.
b) Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk
memenuhi kebutuhan spiritual.
c) Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.
2.3.3 Intervensi
Perencanaan adalah langkah kedua dalam proses keperawatan. Termasuk penentuan
apa yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien dan pemilihan intervensi keperawatan
yang tepat.
DK Tujuan Rencana Intervensi Evaluasi
Gangguan Kebutuhan oksigen
- Menciptakan lingkungan Kebutuhan oksigen
kebutuhan terpenuhi yang sehat dapat terpenuhi
oksigen - Mengamati dan mengkaji
keadaan pernapasan pasien
- Membersihkan slem
- Melatih pasien untuk
pernapasan
- Mengupayakan penurunan
Gangguan Rasa nyaman suhu tubuh Rasa nyaman
- Mempertahankan
kebutuhan nutrisi yang
Perubahan nutrisi Kebutuhan nutrisi Kebutuhan nutrisi
cukup
terpenuhi terpenuhi
- Mempertahankan
Perubahan
Kebutuhan - Ciptakan komunikasi yang Perawatan diri dapat
perawatan diri
merawat diri terapeutik, dengan member terpenuhi
terpenuhi penjelasan kepada pasien
tentang pentingnya istirahat
hilang/berkurang
BAB 3
TINJAUAN KASUS
2.4 Kasus
Ny.R adalah seorang wanita lemah keturunan Irlandia yang berusia 88 tahun. Suaminya,
meninggal 14 tahun yang lalu akibat cedera serebrovaskuler. Ny. P tinggal dirumahnya
bersama anaknya hingga satu tahun yang lalu. Pada saat itu ia didiagnosis kanker payudara
metastasis ,ia telah menjalani pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. Pasien diinformasikan
bahwa harapan hidupnya hanya tinggal kurang dari setahun, pada suatu saat tiba-tiba
kondisinya menurun dan mengalami kondisi yang terminal, pasien mengalami penurunan
keyakinan terhadap tuhannya dan keluarganya pun mengalami kecemasan akan kondisi
terminal yg dihadapi klien
2.5 Pengkajian
2.6 Diagnosa
1. Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang
tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek
negatif pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3. Distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan,
atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
2.7 Intervensi.
1. Diagnosa I : Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan diperkirakan dengan
situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan
kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
Tujuan :
Kecemasan pasien dan atau keluarga akan berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
Klien atau keluarga akan :
1) Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
2) Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan gaya
hidup.
Intervensi :
1) Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya.
Berikan kepastian dan kenyamanan.
Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan.
Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan
dengan pengobatannya.
Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif Klien yang cemas mempunpunyai
penyempitan lapang persepsi denagn penurunan kemampuan untuk belajar.
R/ : Ansietas cenderung untuk memperburuk masalah. Menjebak klien pada lingkaran
peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
2) Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang.
R/ : Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan denga
memberikan informasi akurat. Klien dengan ansietas berat atau parah tidak menyerap
pelajaran.
3) Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka.
R/ : Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakn kesempatan untuk
memperbaiki konsep yang tidak benar.
4) Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.
R/ : Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan
datang.
2. Diagnosa 2 : Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
Tujuan :
Pasien dan keluarga siap secara mental menghadapi kondisi dan kenyataan yang akan terjadi.
Kriteria Hasil :
Klien akan :
1) Mengungkapakan kehilangan dan perubahan
2) Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan
3) Menyatakan kematian akan terjadi
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut : mempertahankan hubungan erat yang efektif
, yang dibuktikan dengan cara sbb :
1) Menghabiskan waktu bersama klien
2) Mempertahankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien
3) Berpartisipasi dalam perawatan
Intervensi :
1) Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan
kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi dari kehilangan, jelaskan bahwa berduka
adalah reaksi yang umum dan sehat.
R/ : Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang
menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan
yang dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu
klien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhdap
situasi tersebut.
2) Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan
keberhasilan pada masa lalu.
R/ : Stategi koping fositif membantu penerimaan dan pemecahan masalah.
3) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif.
R/ : Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan
kematian yang terjadi.
4) Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan
dengan jujur.
R/ : Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan
terjadi di terima.
5) Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidak nyamanan
dan dukungan.
R/ : Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan
berikut :
Membantu berdandan.
Mendukung fungsi kemandirian.
Memberikan obat nyeri saat diperlukandan.
Meningkatkan kenyamanan fisik (skoruka dan bonet 1982).
3. Diagnosa 3 : Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari
system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.
Tujuan :
Tidak terjadi distres spiritual pada pasien dan keluarga.
Kriteria Hasil :
Klien dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya yaitu dapat melakukan sholat
dalam keadaan sakit.
Intervensi :
1) Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau
spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesemptan pada klien untuk melakukannya.
R/ : Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada doa atau praktek spiritual lainnya, praktek ini
dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.
2) Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik
religius atau spiritual klien.
R/ : Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam
mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.
3) Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat
dilaksanakan.
R/ : Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan perenungan.
4) Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdoa bersama klien lainnya atau membaca buku
keagamaan.
R/ : Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat
membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya.
5) Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk
mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan (kapel dan injil RS).
R/ : Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan
ritual yang penting .
BAB 4
PENUTUP
4.1. Simpulan
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan
manusia(Buku Ajar Keperawatan Gerontik : 435).
Pengertian kematian / mati adalah apabila seseorang tidak teraba lagi denyut nadinya tidak
bernafas selama beberapa menit dan tidak menunjukan segala refleks, serta tidak ada kegiatan
otak.(Nugroho: 153).
4.2. Saran .
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa.
1. Dalam membuat makalah, kelompok diharapkan dapat menjelaskan asuhan keperawatan
pada lansia mennjelang ajal.
2. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial
bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya meningkatkan pendekatan-
pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman
dan kerja sama yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.
3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan pasien
dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal pemberian informasi dan pendidikan
kaesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
.
Maryam,R.Siti, dkk.2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta:Salemba Medika.
Mass,Meridean.2011.Asuhan Keperawatan Geriatrik.EGC:Jakarta.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Stanley,mickey.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerotik edisi 2.EGC:Jakarta.