Vari Sela
Vari Sela
Varisela Zoster (VZV) merupakan virus yang termasuk kedalam kelompok herpes virus dan dapat
menyebabkan varisela serta herpes zoster. Walaupun infeksi oleh VZV pada wanita hamil relative
jarang, namun selama kehamilan infeksi ini berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas maternal,
terutama akibat komplikasi pneumonitis. Selain itu infeksi oleh VZV pada wanita hamil juga
dapatmemberikan dampakserius bagi janin maupun bayi yang akan dilahirkan. Perbedaan manifestasi
klinis pada janin ataupun neonatus bergantung pada usia kehamilan saat terjadinya infeksi tersebut.
Infeksi pada trimester pertama kehamilan akan mengakibatkan kelainan yang lebih berat jika
dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada trimester dua atau tiga. Reaktivasi infeksi VZV laten
juga dapat menyebabkan penyakit yang dikenal dengan nama herpes Zoster. Penyakit ini juga relative
jarang terjadi dan umunya beresiko kecil bagi wanita hamil maupun janin yang dikandungnya. Namun
Herpes Zoster dapat menjadi sumber infeksi VZV untuk individu lain di sekitar penderita yang
Infeksi VZV cenderung memberikan gejala klinis yang berat bagi ibu pada kehamilan trimester
kedua dan ketiga, karena pada masa ini wanita hamil cenderung mengalaami imunodefisiensi. Bagi
janin infeksi VZV pada trimester pertama kehamilan kan memberikan dampak klinis berupa sindroma
varisela dan infeksi menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela neonatal.
Virus Varisela Zoster adalah anggota dari keluarga virus harves DNA, dan hampir 95% orang dewasa
bersifat imun ( Williams, 2009 ). Infeksi primer menyebabkan cacar air, yang memiliki angka
serangan 90% pada individu seronegatif. Pada wanita sehat, timbul ruam makulupapular dan
vesikular khas disertai gejala konstituasi dan demam selama 3-5 hari. Infeksi varisela pada orang
dewasa cenderung lebih paraha dari pada anak-anak ( Williams, 2009 ).
Varisella zoster virus tergolong anggota keluarga dari virus harpes dan merupakan DNA, dengan
masa inkubasi 10-14 hari ( Manuaba, 2007 ).
Varisela merupakan virus yang termasuk pada kelompok DNA Herpes virus dan hidup laten pada
ganglion bagian belakang setelah infeksi primer ( Sarwono, 2009 ).
Inveksi varisella pada orang dewasa dapat berkembang menjadi berbahaya, dengan kurang lebih
10 sampai 30 persen kasus berkembang menjadi pnemonia varisela. Pnemonia varisela telah
menyebabkan hampir 40 persen kematian wanita hamil, kecuali jika mereka mendapat
pengobatan asiklovir. Hingga 95 persen orang dewasa yang pernah terinfeksi varisela pada masa
kanak-kanak menjadi kebal terhadap varisela seumur hidup ( Varney, 2007 ).
Infeksi pada ibu, yang terjadi sejak enam hari sebelum melahirkan hingga dua hari sesudahnya,
dapat ditularkan ke bayi baru lahir. Dengan demikian, pada situasi ini tidak ada cukup waktu bagi
ibu untuk membentuk sistem kekebalan tubuh yang dapat diberikan kepada bayinya. Bayi dapat
menderita penyakit serius karena tidak mendapat kekebalan pasif dari ibu. Kurang lebih 5 persen
bayi yang mengidap varisela dari ibu akan meninggal.
4.Kemungkinan bayi
perlu diisolasi dari
ibunya, meskipun tidak
ada ruam dari tubuh ibu
5.Kemungkinan
pemberian ASI dengan
menggunakan pompa
untuk meminimalkan
kontak bayi dengan lesi
pada ibu
4.Pemberian ASI
dilakukan dengan pompa
untuk meminimalkan
kontak bayi dengan lesi
ibu
7 Pajanan varisela 1.Pastikan status serologi
pada ibu/bayi ibu ( ibu yang memiliki
setelah 72 jam kekebalan akan memberi
pertama antibodi ke[ada bayinya )
pascapartum
2.Obati bayi dari ibu yang
tidak memiliki kekebalan
terhadap varisela dengan
VIZIG atau beritahu
tenaga kesehatan yang
menangani bayi
Sumber : Centers for Disease Control and Prevention. National Imunitation Program. Varicella. Dalam
Epidemiology abd Prevention of Vaccine Prefentable Diseases, ed. Ke-7. CDC. Atlanta, GA. April 2002.
Penatalaksaan varisela pada wanita hamil dilakukan berdasarkan lama pajanan, usia kehamilan
ketika infeksi terjadi, dan tingkat keparahan penyakit yang diderita. Pemberian VZIG ( Varisella
Zooster Immune Globulin ) dalam 96 jam setelah terpajan akan melindungi ibu dari infeksi yang
lebih serius, seperti pnemonia varisela. Biaya vaksinasi yang mencapai kurang lebih Rp. 3.200.000
samapi Rp. 4.000.000 ini membuat wanita hamil yang terpajan varisela tetapi ragu bahwa mereka
terinfeksi, memilih tidak menggunakan VZIG dalam pemeriksaan rutinnya. Diantara para wanita
tersebut, 80 persen diantaranya memilki hasil tes serologi positif karena mereka memang
sebelumnya terinfeksi. Dengan demikian mereka tidak memerlukan VZIG, tetapi sayangnya hasil
tes ini baru dapat diketahui 96 jam kemudian. Hal ini membuat beberapa klinisi memutuskan untuk
membatasi pemberian VZIG kepada wanita yang secara langsung terpajan varisela pada 20 minggu
pertama kehamilan dan yang tidak mengetahui apakah pernah terinfeksi penyakit ini ( Varney,
2007 ).
Ketersediaan vaksin yang memadai memungkinkan pencegahan kasus varisela. Pemberian vaksin
pada usia kanak-kanak mengurangi angka kejadian varisela dan pajanan potensial pada orang
dewasa, termasuk wanita hamil. Pada saat konseling kehamilan diberikan, wanita yang tidak
memiliki riwayat infeksi varisela dapat disarankan melakukan pemeriksaan serologi. Vaksinasi
dapat ditawarkan sebelum kehamilan terjadi. Cukup beralasan jika dalam pemeriksaan
laboratorium awal, wanita hamil yang tidak memiliki riwayat infeksi diminta menjalani penapisan
serologi untuk varisela. Apabila untuk hasilnya negatif, maka vaksin varisela dapat ditawarkan
sebelum persalinan atau kehamilan.
Vaksin varisela adalah vaksin hidup yang telah dilemahkan sehingga pemberiannya pada masa
hamil dikontraindikasikan. Wanita yang telah mendapat vaksin varisela disarankan menunda
kehamilannya minimal selama satu bulan kedepan. Apabila seorang wanita difaksinasi dan
kemudian mendapati dirinya hamil, maka dia harus diberi informasi bahwa resiko pada janin masih
bersifat teori karena belum pernah ada laporan tentang kelainan atau kasus CVS setelah vaksin
diberikan ( Varney, 2007 ).
b.Pemeriksaan serologi :
2.Pemeriksaan ELISA
1.Abortus
3.Persalinan prematur
4.Menimbulkan embriopati varisella, jumlahnya sekitar 0,4% dengan virus telah menginfeksi janin,
bentuk ektremitanya embriopati varisella adalah hipoplasi ektremitas, kelainan bentuj jari-jarinya,
gangguan sikomotor atau atrofi otot. Erupsi kulit, kelainan lainyya yaitu katarak, mikrooftalmia,
mikrosefali, atrofi korteks, cerebri, korioamnionitis.
1.Terdapat antibodi IgM dalam darah janin dengan konsentrasinya mengikat melalui darah
umbilikus janin, melakukan pemeriksaan kultur.
1.Hidropsfetalis
2.Hyperecboic liver
4.Kemungkinan mikrosefali
1.Terjadi 5 hari sebelum dan 2 hari sesudah persalinan atau saat inpartu.
2.Gambaran klinisnya yaitu : erupsi kulit setempat dan dapat menyebar luas, infeksi terhadap
organ vital, infeksi neonatus akan fatal jika terjadi pnomonia.
BAB I
3.1. Simpulan
Varisela adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang disebabkan oleh suatu bentuk
harpesvirus ( Varney, 2007 ). Infeksi varisella yang terjadi selama kehamilan akan menimbulkan
dampak serius pada ibu atau janin. Antara 25 sampai 40 persen janin yang terpanjan varisela di
dalam rahim akan terlahir dengan menunjukan gejala varisela kongenital.
Virus varisela ditularkan melalui kontak langsung dan pernafasan. Tanda dan gejala klinis infeksi
varisela antara lain demam, menggigil, nyeri otot dan nyeri sendi yang diikuti oleh munculnya
vesikel yang khas beberapa hari kemudian.Penatalaksaan varisela pada wanita hamil dilakukan
berdasarkan lama pajanan, usia kehamilan ketika infeksi terjadi, dan tingkat keparahan penyakit
yang diderita. Pemberian VZIG ( Varisella Zooster Immune Globulin ) dalam 96 jam setelah terpajan
akan melindungi ibu dari infeksi yang lebih serius, seperti pnemonia varisela.