Anda di halaman 1dari 6

Serambi

Publikasi
Artikel
Artikel Soft Competency
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL vs INTUITIF

PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL vs


INTUITIF
Dibuat: Rabu, 29 Januari 2014 23:35

download artikel ini

Abstrak

Para pemimpin mengunggulkan pengambilan keputusan rasional oleh karena keputusan


rasional mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi, dapat diakuntabilitaskan, dan dapat
dijelaskan mengapa suatu keputusan diambil. Harapan tersebut akan dapat terealisir manakala
pra kondisi dapat dipenuhi. Dalam praktek ternyata pra kondisi tersebut sulit dipenuhi,
sehingga menimbulkan permasalahan, yaitu situasi ambigu yang harus dicari solusinya.
Situasi ambigu tidak dapat diatasi dengan pemikiran rasional tetapi dapat diselesaikan
dengan intuisi. Berdasarkan uraian di atas maka pengambilan keputusan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode rasional dan intuisi secara simultan, walaupun hasil keputusan
tersebut secara formal dimunculkan dalam bentuk rasional agar dapat diakuntabilitaskan.

Kata kunci: keputusan, rasional, intuisi

Tulisan ini disajikan dalam 3 sub bahasan yaitu (1) Pengertian Pengambilan Keputusan, (2)
Pendekatan Dalam pengambilan Keputusan, dan (3) Simpulan.

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Dalam bahasa sederhana pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memilih,
yaitu memilih salah satu atau beberapa alternatif terbaik. Setiap hari, dari pagi sampai
malam, kita dihadapkan dengan beberapa alternatif pilihan, misalnya menentukan waktu
bangun pagi, jam 4, jam 5, jam 6 dsb?, memilih akan memakai baju putih, hijau, ungu?,
memilih akan naik motor, bus atau mobil sendiri?. Pilihan tersebut merupakan keputusan
sederhana, tidak memerlukan analisis yang mendalam, dan tidak berdampak luas. Lain
halnya dengan keputusan untuk membeli properti, mobil atau inveastasi, tentunya perlu
analisis yang lebih teliti agar dikemudian hari tidak menyesal. Dalam organisasi, baik
organisasi bisnis, pemerintah maupun nirlaba, pengambilan keputusan merupakan tugas
penting bagi pemimpin oleh karena dampak keputusan diambil akan dirasakan oleh seluruh
anggota organisasi dan bahkan masyarakat luas, misalnya keputusam untuk menentukan
bidang usaha baru dalam rangka pengembangan usaha, keputusann menentukan besaran
kenaikan harga gas, atau menentukan lokasi pembangunan bandara. Apapun keputusannya
akan membawa dampak seperti pro dan kontra, dan perubahan keadaan, menjadi lebih
baik atau lebih buruk dalam skala besar / kecil, tergantung pada lingkup keputusan tersebut.
Keputusan yang tepat akan memberikan benefit dan merubah keadaan menjadi lebih baik,
sehingga keputusan mempunyai arti penting pada masa yang akan datang, seperti ungkapan
kata bijak Your future depends on your decisions dan sebaliknya keputusan yang salah
akan membawa kerugian, bahkan mendatangkan malapetaka. Dengan demikian pengambilan
keputusan juga dapat diartikan sebagai awal dimulainnya suatu perubahan, artinya begitu
keputusan diambil dan dilaksanakan akan merubah situasi, diharapkan dengan keputusan
tersebut situasi akan menjadi lebih baik.

2. Pendekatan Dalam Pengambilan Keputusan

Berbagai pendekatan dalam mengambil keputusan, seperti dengan menggunakan pendekatan


rasional yaitu dengan cara menganalisis vareabel-vareabel terkait, menggunakan metode
tertentu, dengan tahapan yang jelas, dan dikerjakan oleh tenaga profesional. Tenaga
profesional adalah mereka yang memiliki kompetensi bidang yang diteliti dan mampu
memilih metode penelitian yang tepat dan menggunakannya. Dengan proses tersebut maka
keputusan rasional mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi, dapat diakuntabilitaskan dan
dijelaskan mengapa suatu keputusan diambil. Dengan alasan tersebut maka para pemimpin
berupaya untuk berlomba-lomba mengambil keputusan dengan metode rasional, yaitu dengan
menggunakan berbagai metode analisis seperti SWOT, Cause and Effect Analysis, Value
Chain Analysis dan sebagainya.

Metode pengambilan keputusan rasional memang merupakan metode yang diunggulkan oleh
berbagai pihak, namun hasil keputusan yang dihasilkan tidak selamanya benar dalam arti
tidak dapat merubah situasi menjadi lebih baik atau memberikan benefit seperti yang
diharapkan, bahkan terdapat keputusan yang merugikan. Ini dibuktikan dengan adanya
organisasi yang merugi dan gulung tikar. Dengan alasan tersebut maka dapat diambil
simpulan bahwa tidak selamanya pengambilan keputusan rasional membuahkan hasil seperti
yang diharapkan. Ketidak berhasilan dalam pengambilan keputusan rasional tersebut
disebabkan adanya pra kondisi yang tidak dapat dipenuhi. Prakondisi tersebut adalah (1)
analisis harus dilakukan oleh profesional, (2) menggunakan metode analisis yang tepat (3)
didukung dengan data yang lengkap, akurat dan terkini, dan (4) tersedia cukup waktu.

Pengambilan keputusan merupakan wilayah profesional, misalkan untuk memprediksi


penyakit yang akan timbul pada musim banjir, merupakan kewenangan para dokter,
sedangkan untuk memprediksi inflasi pada musim kemarau adalah para ekonom, tentunya
dengan dibantu pihak terkait dalam mengumpulkan data. Dalam kehidupan sehari-hari tidak
semua pengambilan keputusan dilakukan oleh para profesional karena keterbatasan
kewenangan. Pada kasus tertentu, para profesioanal terbatas untuk melakukan kegiatan-
kegiatan mengidentifikasi dan menganalisis masalah, memberikan alternatif solusi, dan
menyiapkan rekomendasi, sedangkan keputusan diambil oleh para pemimpin yang
bertanggung jawab dan berwenang untuk memutuskan, sehingga sering terjadi, rekomendasi
hasil analisis tidak diterima. Ini membuktikan bahwa para pemimpin disamping
memperhatikan hasil analisis juga menggunakan cara lain dalam mengambil keputusan
seperti pada ilustrasi berikut. Dalam Robbins, Joe Gracia, vice president suatu perusahaan
telah pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi pembangunan pabrik baru. Ia
merencanakan membangun pabrik baru untuk memproduksi komponen elektronik satelit
komunikasi di Atlanta. Untuk memutuskan lokasi tersebut, ia menunjuk konsultan untuk
melakukan kajian atas 5 alternatif lokasi pabrik baru. Laporan hasil kajian menunjukkan
bahwa Atlanta menduduki ranking ke 3, sehingga Atlanta bukan lokasi yang
direkomendasikan. Setelah mempelajari dan mencermati laporan hasil kajian, ia
menyatakan tidak setuju dengan simpulan yang dihasilkan, dan mengatakan, meskipun
direkomendasikan, saya berpendapat bahwa, angka, tidak dapat menggambarkan situasi
secara keseluruhan. Selanjutnya, dengan intuisinya ia mengatakan bahwa Atlanta akan
terbukti menjadi lokasi pabrik yang paling baik sepanjang masa.

Pra kondisi ke dua adalah pemilihan metode analisis yang tepat merupakan syarat mutlak
dalam menganalisis. Jika metode analisis dianalogkan dengan alat, misalnya alat potong,
maka sebelum memotong suatu obyek, terlebih dahulu harus dipilih alat potong yang tepat
dan sesuai dengan obyek yang akan dipotong. Kesalahan dalam memilih alat potong akan
menyulitkan proses dalam memotong dan mengurangi kualitas hasil. Misalnya untuk
menebang pohon besar akan dipilih senso sebagi alat potong, sehingga proses penebangan
pohon dapat efisien dengan hasil yang memuaskan, sedangkan jika akan memotong rumpun
cukup dengan menggunakan gunting. Mungkinkah memotong rumput dengan senso, dan
menebang pohon besar dengan gunting?. Begitu pula dalam menganalisis, terlebih dahulu
harus dipilih alat analisis yang sesuai dengan obyek yang dianalisis. Analogi ini penting
untuk menjelaskan bahwa kesalahan pemilihan metode analisis akan berakibat fatal, yaitu
kesulitan dalam proses analisis dan pada akhirnya akan menghasilkan keputusan yang salah.
Sebagai contoh dalam menganalisis masalah-masalah makro dapat digunakan analisis
SWOT. Masalah makro banyak dipengaruhi oleh vareabel eksternal, oleh karena itu harus
dipilih alat analisis yang mencakup dan cocok untuk menganalisis vareabel eksternal.
Analisis SWOT merupakan metode analisis dimana vareabel-vareabel dikelompokkan
menjadi dua yaitu vareabel internal terdiri dari S (Strengths), W (Weaknesses), dan vareabel
eksternal yaitu O (Opportunities), dan T (Threats). Oleh karena analisis SWOT mencakup
vareabel eksternal maka cocok diperguanakan untuk menganalisis masalah makro.

Pra kondisi berikutnya adalah data yang lengkap, akurat dan terkini. Praktek di lapangan
menunjukkan bahwa ketersediaan data sering tidak dapat dipenuhi, atau mungkin terlalu
banyak data yang tersedia tetapi tidak terkait dengan permasalahan dan tidak diperlukan
sehingga menyulitkan dalam memilah antara data yang relevan dan tidak, antara data yang
penting dan tidak, dan antara data yang akurat dan tidak, padahal keputusan harus segera
diambil. Pra kondisi terakhir dalam pengambilan keputusan rasional adalah tersedianya
waktu yang cukup untuk (1) menentukan permasalahan riil di lapangan, (2) mengidentifikasi
masalah, (3) menganalisis masalah, (4) membuat alternatif solusi, (5) memilih solusi terbaik,
dan (6) membuat analisis masalah potensial. Masing-masing tahapan tersebut cukup
memakan waktu panjang padahal keputusan harus segera diambil, dan jika tidak, akan
berdampak luas.

Pra kondisi tersebut di atas harus dipenuhi untuk mendapatkan keputusan yang tepat.
Pertanyaannya, mungkinkah? Jika pra kondisi tersebut tidak dapat terpenuhi maka akan
menimbulkan keadaan yang ambigu, tertundanya waktu pengambilan keputusan dan hasil
keputusan yang tidak tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut sering digunakan intuisi. Hal
ini dilakukan oleh karena keadaan ambigu tidak dapat dipikir secara rasional, misalnya
informasi kualitatif yang harus diberi makna dan disajikan secara dikuantitatif atau dalam
bentuk angka. Sebagai contoh, dalam proses analisis diperlukan bobot dan nilai suatu
keadaan, seperti berapa besar kontribusi masing-masing sumber daya organisasi dalam
mencapai tujuan?, berapa besar kontribusi SDM dalam mewujudkan tujuan organisasi?,
berapa besar kontribusi aset organisasi dalam mencapai sukses?, berapa besar pengaruh
faktor lingkungan terhadap keberhasilan organisasi?, dan berapa besar keterkaitan antar
sumber daya yang dimiliki?, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab
secara kuantitatif agar permasalahan dapat dianalisis. Untuk mengatasi situasi tersebut
sering digunakan intuisi.

Terdapat berbagai pandangan tentang intuisi, yaitu intuisi sebagai suatu pengetahuan,
sebagai pendekatan untuk merespon suatu fenomena, dan sebagai suatu proses berfikir.
Taylor and Francis Group 2010, mendefinisikan intuisi sebagai suatu proses berfikir. Group
tersebut menyatakan bahwa input dan proses dikelola dengan menggunakan pengetahuan
yang diperoleh dari proses pembelajaran yang lama dan telah diakumulasikan dalam
memori. Pengelolaan input tersebut merupakan proses otomatis dengan tanpa menggunakan
pikiran sadar. Dari input dan proses tersebut diperoleh output berupa perasaan (feeling)
sebagai dasar untuk mengembangkan intuisi. Intuisi juga dapat didefinisikan sebagai
perasaan untuk mengenali sesuatu dengan tanpa penjelasan, tetapi intuisi bukan sesuatu
yang mesterius. Inilah yang membuat intuisi menjadi menarik untuk dipelajari. Berdasarkan
pengertian di atas, maka intuisi dibentuk dari proses yang panjang, otomatis, tidak
menggunakan pikiran sadar, dan tidak dapat dijelaskan asal usulnya. Intuisi dikembangkan
dari pengetahuan yang telah lama diperoleh dan diakumulasikan di dalam memori. Dalam
Weil, Kakabadse menyatakan bahwa intuisi merupakan metode yang syah (legitimate)
dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya, Kakabadse juga berpendapat bahwa
pengambilan keputusan dengan intuisi digunakan dalam situasi ambigu, tidak stabil atau
pada waktu terdapat informasi yang berlebihan. Senada dengan Kakabadse, Robbins (2001),
menyatakan bahwa pengambilan keputusan dengan intuisi dapat dilakukan pada kondisi (1)
ketidak pastian yang tinggi, (2) keterbatasan / ketidak lengkapan bukti, (3) tidak dapat
diprediksinya vareabel secara rasional/ilmiah, (4) terbatasnya fakta, (5) tidak sepenuhnya
fakta terkait dengan permasalahan, (6) terbatasnya data untuk analisis, (7) terdapat beberapa
alternatif solusi yang baik dan argumentatif, dan (8) keterbatasan waktu.

Seperti telah disajikan di atas bahwa terdapat hubungan erat antara pengalaman dengan
intuisi, semakin banyak mpengalaman semakin baik intuisi yang dihasilkan. Sebagai
ilustrasi, berikut disampaikan hasil riset tentang hubungan antara pengalaman dengan
intuisi. Robbins dan Judge (2009) menyampaikan hasil riset tentang pemain catur. Riset
tersebut memilih pemain catur pemula dan pemain tingkat grandmaster sebagai obyek yang
diteliti. Mereka diminta untuk mengamati 25 buah anak catur yang disusun di atas papan
catur seperti pada permainan catur sesungguhnya /riil. Setelah 5 sampai 10 detik, anak catur
tersebut dipindahkan, dan mereka diminta mengembalikan masing-masing anak catur pada
posisi semula. Ternyata, pemain pemula hanya dapat menempatkan 6 buah anak catur yang
benar, sedangkan pemain grandmaster dapat menempatkan 24. Kemudian penelitian
dilanjutkan dengan meletakkan lagi 25 buah anak catur di atas papan catur secara acak,
kemudian dipindahkan. Mereka diminta untuk menyusun kembali anak catur tersebut pada
posisi semula. Ternyarta hasilnya sama antara pemain pemula dengan pemain grandmaster
yaitu masing-masing menempatkan sekitar 6 anak catur yang benar.

Permainan tersebut menunjukkan bahwa intuisi terkait erat dengan pengalaman seseorang.
Pada permainan pertama pemain grandmaster jauh lebih unggul dari pada pemain pemula,
oleh karena pemain grandmaster telah berpengalaman ribuan kali dalam bermain catur,
mereka mampu mengenali posisi dan pengelompokkan anak catur yang sedang dimainkan.
Robbins dan Judge (2009) juga menyatakan bahwa pemain catur profesional mampu
bermain 50 permainan secara simultan, sehingga keputusan hanya diambil dalam hitungan
detik. Pada permainan kedua, menunjukkan bahwa kemampuan pemain grandmaster sama
dengan kemampuan pemain pemula, oleh karena anak catur disusun secara acak atau bukan
pada posisi permainan yang sebenarnya, sehingga mereka sama-sama tidak mempunyai
pengalaman. Dengan tidak adanya pengalaman, mereka kesulitan dalam mengidentifikasi,
mengelompokkan, dan mempolakan posisi anak catur tersebut, dan pada akhirnya mereka
tidak mampu menempatkan kembali anak catur pada posisi semula.

Hasil riset tentang intuisi berikutnya, Klein (2002), menyatakan bahwa 90% keputusan
penting diambil berdasarkan intuisi. Walaupun pengambilan keputusan dengan intuisi sering
dilakukan, namun para pengambil keputusan tidak secara eksplisit menyatakan bahwa
keputusan berasal dari intuisi. Biasanya setelah keputusan ditetapkan, kemudian
dimunculkan dalam model rasional, agar secara formal dapat akuntabilitaskan, dan
dijelaskan mengapa keputusan tesebut diambil. Dengan uraian tersebut maka seorang
pemimpin harus mempunyai kemampuan intuitf yang baik. Kemampuan intuitif perlu
dikembangkan oleh karena kemampuan intuitif merupakan kemampuan yang dapat
membedakan antara pemimpin satu dengan pemimpin lainnya. Semakin baik kemampuan
intuitif yang dimiliki, semakin sukses pemimpin tersebut. Untuk meningkatkan kemampuan
intuitif, perlu diperhatikan kiat-kiat berikut.

1) Menyiapkan kondisi fisik

Intuisi akan dapat bekerja manakala badan sehat / fit, dengan perasaan tenang, senang dan
situasi yang nyaman. Sebaliknya intuisi sulit timbul pada kondisi sakit, lelah sedih, galau,
takut dan perasaan negatif lainnya.

2) Mengembangkan pengalaman

Pengalaman daoat dikembangkan dengan cara mencatat dan mengevaluasi kejadian penting
yang telah kita alami, merenungkan, dan menginternalisasi makna kejadian tersebut pada
suasana yang tenang. Pengalaman juga dapat dikembangkan dari orang lain yang telah
melakukan. Pengalaman orang lain yang telah dikemas dalam bentuk informasi kemudian
dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu, dan dianalisis untuk mendapatkan suatu
simpulan. Simpulan tersebut kita internalisasi, ingat-ingat dalam memori, untuk
membangkitkan intuisi dalam merespon kejadian-kejadian.

3) Belajar

Belajar dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan, seminar, dan membaca buku dsb.
Dengan belajar maka pengetahuan dan wawasan seseorang akan bertambah dan selanjutnya
dapat meningkatkan kemampuan intuisi untuk memberikan menilai atas situasi yang terjadi.

4) Mengamati momen timbulnya intuisi

Momen timbulnya intuisi setiap orang tidak sama, misalnya ada yang momennya datang pada
waktu sedang di kamar kecil, pada waktu di pantai, pada waktu menikmati musik dan
sebagainya. Untuk itu setiap orang perlu mengobservasi momen-momen yang tepat bagi
dirinya yang dapat memunculkan intuisi. Dalam psikologi, Lang (2011), intuisi timbul dari
pikiran dibawah sadar dimana pikiran dibawah sadar mengalir gelombang theta yang
dibarengi dengan munculnya kecerdasan diri.

5) Melatih diri
Melatih diri untuk berintuisi, dengan cara memprediksi kemungkinan apa yang akan terjadi,
misalnya secara sederhana dengan memprediksi situasi yang akan datang dari kejadian kecil,
misalnya memprediksi siapa yang sms / menelpon pada waktu nada panggil handphone
berdering?, apakah rapat akan dimulai tepat waktu?, dan sebagainya. Dapat juga berlatih
dengan memprediksi keadaan yang akan terjadi sesuai bidang profesi masing-masing.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode rasional dan intuisi secara simultan. Weil (2008) menyatakan
bahwa metode rasional dan intuisi merupakan dua metode penting yang saling melengkapi
(komplementer) dalam proses pengambilan keputusan.

3. Simpulan

1) Pengambilan keputusan dengan metode rasional harus dilakukan oleh profesional


dibidang terkait, dengan menggunakan metode analisis tertentu, dan tahapan yang jelas
sehingga dapat diakuntabilitaskan dan dijelaskan mengapa suatu keputusan diambil.
Kelemahan utama pengambilan keputusan rasional adalah kurang tersedianya data yang
akurat, lengkap, dan terkini. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan
pendekatan intuisi.

2) Pengambilan keputusan dengan intuisi digunakan dalam keadaan: (a) ketidak pastian
yang tinggi, (b) keterbatasan/ketidak lengkapan bukti, (c) tidak dapat diprediksinya vareabel
secara rasional/ilmiah, (d) terbatasnya fakta, (e) tidak sepenuhnya fakta terkait dengan
permasalahan, (f) terbatasnya data untuk analisis, (g) terdapat beberapa alternatif solusi yang
baik dan argumentatif, (h) keterbatasan waktu.

3) Kemampuan intuisi dapat dikembangkan dengan menambah pengalaman dan pengetahuan


(knowledge). Pengalaman dan pengetahuan yang telah lama disimpan dalam memori
dipergunakan untuk melatih diri dalam memprediksi kejadian yang akan datang.

4) Cara meningkatkan kemampuan intuitif yaitu dengan, meingkatkan kondisi fisik,


mengembangkan pengalaman, belajar, mengamati momen timbulnya intuisi, dan melatih diri.
Intuisi yang baik muncul pada waktu perasaan tenang dan santai, dan pada momen yang
berbeda pada setiap orang.

5) Dalam praktek, pengambilan keputusan dengan metode rasional dan intuisi sering
dipergunakan secara simultan sehingga saling melengkapi (komplementer), walaupun setelah
keputusan tersebut diambil para pengambil keputusan berupaya untuk mengemas keputusan
tersebut dalam bentuk rasional dengan maksud agar dapat diakuntabilitaskan dan dijelaskan
mengapa keputusan tersebut diambil.

Anda mungkin juga menyukai